Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir).
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Markum, 2002).

Ada dua macam BBLR yaitu :

1. Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ) : bayi yang dilahirkan dengan umur
kurang dari 37 minggu.
2. Bayi kecil masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lahir kurang dari persenti ke-10 kurva pertumbuhan janin.
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi
berat lahir sangat rendah ( BBLSR ). (Saifudin Abdul, 2002)

B. ETIOLOGI
1. Faktor Ibu :

a. Toksemia gravidarum : pre eklamsia dan eklamsia


b. Infertilitas
c. Abortus spontan sebelumnya
d. Bahan teratogonik ( alkohol, radiasi, obat )
e. Penyakit kronis
f. Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal,
paru, hipertensi, dll )
2. Faktor Plasenta

a. Penyakit vaskuler
b. Kehamilan ganda
c. Malformasi
d. Tumor
3. Faktor Janin

a. Kelainan kromosom
b. Malformasi
c. Infeksi kongenital ( misal : rubella )
d. Kehamilan ganda

C. PATOFISIOLOGI

Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan


mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu
terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan
potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk
bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan
neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari

Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi


antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi
pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi
pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi
preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan
lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai
sekitar kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan
peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah
pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.

Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh


dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah
kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan
kalori.
PATHWAY

Sumber :

Betz, L C dan Sowden, L A.


2002
D. TANDA – TANDA KLINIS

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

1. Berat kurang dari 2500 gram


2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
7. Otot hipotonik lemah
8. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
9. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
10. Kepala tidak mampu tegak
11. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
12. Nadi 100 – 140 kali / menit
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
4. Pemantauan elektrolit
5. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
F. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemunpgkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator

2. Pelestarian suhu tubuh


Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
apabila suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian,

4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2 yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O 2
yang tinggi dalam masa yang panjang menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.

6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang
reflek hisap dan menelannya lemah.
G. KOMPLIKASI

1. Sindrom gawat nafas


2. Hipotermia
3. Hipoglikemia
4. Perdarahan intracranial
5. Rentan terhadap infeksi
6. Riperbilirubin
7. Kerusakan integritas kulit
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau
tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur
sehari rata-rata 20 jam.
b. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 –
160 detik per menit). Murmur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktus arterious (PDA)
c. Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik
intermiten atau periodik (40 – 60 kali/menit), Pernapsan cuping
hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis yang
mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan
sindrom distres pernapasan (RDS)
d. Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena
ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat Kepala kecil dengan
dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir
atas tipis, dan dagu maju, tonus otot dapat tampak kencang dengan
fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak, Pelebaran
tampilan mata.
e. Makanan/cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar
kepala, Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya
jaringan subkutan, Penurunan massa otot, khususnya pada pipi,
bokong, dan paha, Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia /
hipokalsemia
f. Genitounaria
Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah (dibandingkan
engnaberta badan), warna, pH, temuan lab-stick, dan berat jenis kemih
(untuk menyaring kecukupan hidrasi) Periksa berat badan (pengukuran
yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi).
g. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah, Tidak terdapat garis alur pada
telapak tangan, Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan
dasar pada tali pusat dengan warna kehijauan, Menangis mungkin
lemah
h. Seksualitas
Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
klitoris menonjol, Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin
banyak atau tidak pada skrotum.
i. Suhu tubuh
Tentukan suhu kulit dan aksila, Tentukan dengan suhu lingkungan
j. Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
irirtasi, lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan kulit;
periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang dipakai
(misal: plester povidone – iodine)., Tentukan tekstur dan turgor kulit:
kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll., Terngkan adanya ruam, lesi
kulit, atau tanda lahir, Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum
terpasang dengan benar, dan periksa adanya tanda infiltrasi., jelaskan
pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus,
sentral, vena perifer sentral); tipe infuse (obat, salin, dekstrosa,
elektrolit, lipid, nutrisi parenteral total); tipe pompa infuse dan
kecepatan aliran; tipe kateter atau jarum; dan tempat insersinya.
k. Pengkajian psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya,
dan orang tua klien berharap bayinya cepat sembuh.
l. Pemeriksaan refleks
1) Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna
2) Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit
dorsofleksi
3) Merangkak: bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan
kaki, namun belum sempurna
4) Melangkah: kaki sedikt bergerak keatas dan kebawah saat
disentuhkan ke permukaan
5) Ekstrusi: lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel
lidah
6) Gallant’s: punggung sedikti bergerak kearah samping saat
diberikan goresan pada punggungnya
7) Morro’s: dijumpai namun belum sempurna
8) Neck righting : belum ditemukan
9) Menggengngam: bayi menunjukkan refleks menggenggam namun
belum sempurna
10) Rooting: byi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang
diberikan sedikit goresan
11) Kaget (stratle)  : bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi
lengan yang belum sempurna
12) Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum
sempurna
13) Tonick neck: belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat
pada bayi yang berusia > 2 bulan
m. Pemeriksaan diagnostik
1) Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin
dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah
2) Dektrosik: menyatakan hipoglikemia
3) AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada
4) Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
5) Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia
6) Urinalis : mengkaji homeostasis
7) Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis
8) EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas
pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau
kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur
(pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area
permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan
dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
tidak efektif
e. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan
berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan
lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
f. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau
hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan
oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons
stress fisiologis imatur.
g. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
h. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan
dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah,
perpisahan dengan orang tua.
i. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,
kelembaban kulit.
j. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat
kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.
3. Intervensi Keperawatan
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas
pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan
otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
1) Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
2) Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Membantu dalam membedakan
1.  Kaji frekwensi dan pola periode perputaran pernapasan
pernapasan, perhatikan adanya normal dari serangan apnetik
apnea dan perubahan frekwensi sejati, terutama sering terjadi pad
jantung gestasi minggu ke-30
2. Isap jalan napas sesuai 2. Menghilangkan mukus yang
kebutuhan neyumbat jalan napas
3. Posisikanm bayi pada abdomen 3. Posisi ini memudahkan
atau posisi telentang dengan pernapasan dan menurunkan
gulungan popok dibawah bahu episode apnea, khususnya bila
untuk menghasilkan ditemukan adanya hipoksia,
hiperekstensi asidosis metabolik atau
4. Tinjau ulang riwayat ibu hiperkapnea
terhadap obat-obatan yang akan 4. Magnesium sulfat dan narkotik
memperberat depresi pernapasan menekan pusat pernapasan dan
pada bayi   aktifitas SSP
5. Hipoksia, asidosis netabolik,
Kolaborasi : hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis
5. Pantau pemeriksaan laboratorium memperberat serangan apnetik
sesuai indikasi 6.  Perbaikan kadar oksigen dan
6. Berikan oksigen sesuai indikasi karbondioksida dapat
7. Berikan obat-obatan yang sesuai meningkatkan funsi pernapasan
indikasi
b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP
imatur (pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap
area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
1)  Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C)
Intervensi Rasional
Mandiri : 1.  Hipotermia membuat bayi
cenderung merasa stres karena
1. Kaji suhu dengan memeriksa dingin, penggunaan simpanan lemak
suhu rektal pada awalnya, tidak dapat diperbaruai bila ada dan
selanjutnya periksa suhu penurunan sensivitas  untuk
aksila atau gunakan alat meningkatkan kadar CO2 atau
termostat dengan dasar penurunan kadar O2.
terbuka dan penyebar hangat. 2. Mempertahankan lingkungan
2. tempatkan bayi pada termonetral, membantu mencegah
inkubator atau dalam keadaan stres karena dingin
hangat 3. Hipertermi dengan peningkatan laju
3. pantau sistem pengatur suhu , metabolisme kebutuhan oksigen dan
penyebar hangat (pertahankan glukosa serta kehilangan air dapat
batas atas pada 98,6°F, terjadi bila suhu lingkungan terlalu
bergantung pada ukuran dan tinggi.
usia bayi) 4. Penurunan keluaran dan
4. kaji haluaran dan berat jenis peningkatan berat jenis urine
urine dihubungkan dengan penurunan
5. pantau penambahan berat perfusi ginjal selama periode stres
badan berturut-turut. Bila karena rasa dingin
penambahan berat badan tidak 5. Ketidakadekuatan  penambahan
adekuat, tingkatkan suhu berat badan meskipun masukan
lingkungan sesuai indikasi.  kalori adekuat dapat menandakan
6. Perhatikan perkembangan bahwa kalori digunakan untuk
takikardia, warna kemerahan, mempertahankan suhu lingkungan
diaforesis, letargi, apnea atau tubuh, sehingga memerlukan
aktifitas kejang. peningkatan suhu lingkungan.
6. Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
berlanjut pada kerusakan otak bila
tidak teratasi.
7. Stres dingin meningkatkan
kebutuhan terhadap glukosa dan
oksigen serta dapat mengakibatkan
masalah asam basa bila bayi
Intervensi Rasional
mengalami metabolisme anaerobik
bila kadar oksigen yang cukup tidak
tersedia. Peningkjatan kadar
bilirubin indirek dapat terjadi karena
pelepasan asam lemak dari meta
bolisme lemak coklat dengan asam
lemak bersaing dengan bilirubin
pada pada bagian ikatan di albumin.
8.  Membantu mencegah kejang
berkenaan dengan perubahan fungsi
Kolaborasi : SSP yang disebabkan hipertermi
9. Memperbaiki asidosis yang dapat
7. pantau pemeriksaan terjadi pada hiportemia dan
laboratorium sesuai indikasi hipertermia
(GDA, glukosa serum,
elektrolit dan kadar bilirubin)
8. berikan obat-obat sesuai
dengan indikasi fenobarbital

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan


dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim,
otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
1) Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
2) Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat
badan  dalam kurva normal dengan penambahan berat badan tetap,
sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Menentukan metode pemberian
makan yang tepat untuk bayi
1. Kaji maturitas refleks berkenaan 2. Pemberian makan pertama bayi
dengan pemberian makan stabil memiliki peristaltik dapat
(misalnya : mengisap, menelan, dimulai 6-12 jam setelah
dan batuk) kelahiran. Bila distres pernapasan
2. Auskultasi adanya bising usus, ada  cairan parenteral di
kaji status fisik dan statuys indikasikan dan cairan peroral
pernapasan harus ditunda
3. Kaji berat badan dengan 3. Mengidentifikasikan adanya
menimbang berat badan setiap resiko derajat dan resiko terhadap
hari, kemudian dokumentasikan
Intervensi Rasional
pada grafik pertumbuhan bayi pola pertumbuhan. Bayi SGA
4. Pantau masuka dan dan dengan kelebihan cairan ekstrasel
pengeluaran. Hitung konsumsi kemungkinan kehilangan 15% BB
kalori dan elektrolit setiap hari lahir. Bayi SGA mungkin telah
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan mengalami penurunan berat badan
fontanel, turgor kulit, berat jenis dealam uterus atau mengalami
urine, kondisi membran mukosa, penurunan simpanan
fruktuasi berat badan. lemak/glikogen.
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; 4. Memberikan informasi tentang
takipnea dan pernapasan tidak masukan aktual dalam
teratur, apnea, letargi, fruktuasi hubungannya dengan perkiraan
suhu, dan diaphoresis. kebutuhan untuk digunakan dalam
Pemberian makan buruk, gugup, penyesuaian diet.
menangis, nada tinggi, gemetar, 5. Peningkatan kebutuhan metabolik
mata terbalik, dan aktifitas dari bayi SGA dapat
kejang. meningkatkan kebutuhan cairan.
Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi.
Pemberian cairan intravena
Kolaborasi :
mungkin diperlukan untuk
7.  Pantau pemeriksaan memenuhi peningkatan
laboratorium sesuai indikasi kebutuhan, tetapi harus dengan
a. Glukosa serum hati-hati ditangani untuk
b. Nitrogen urea darah, kreatin, menghindari kelebihan cairan
osmolalitas serum/urine, 6. Karena glukosa adalah sumber
elektrolit urine utama dari bahan bakar untuk
8. Berikan suplemen elektrolit otak, kekurangan dapat
sesuai indikasi misalnya kalsium menyebabkan kerusakan SSP
glukonat 10% permanen.hipoglikemia secara
bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang
lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.
Kolaborasi :
7. Hipoglikemia dapat terjadi pada
awal 3 jam lahir bayi SGA saat
cadangan glikogen dengan cepat
berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan
simpanan protein obat dan lemak.
8. Mendeteksi perubahan fungsi
ginjal berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrien dan
kadar cairan akibat  malnutrisi.
9. Ketidakstabilan metabolik pada
bayi SGA/LGA dapat
Intervensi Rasional
memerlukan suplemen untuk
mempertashankan homeostasis.

d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis


yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
1)   Suhu 350C
2)   Tidak ada tanda-tanda infeksi
3)   Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Untuk mengetahui lebih dini
adanya tanda-tanda terjadinya
1. Kaji adanya tanda – tanda infeksi
infeksi 2. Tindakan yang dilakukan untuk
2. Lakukan isolasi bayi lain yang meminimalkan terjadinya
menderita infeksi sesuai infeksi  yang lebih luas
kebijakan insitusi 3. Untuk mencegah terjadinya
3. Sebelum dan setelah menangani infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan 4. Untuk mencegah terjadinya
4. Yakinkan semua peralatan yang infeksi
kontak dengan bayi bersih dan 5. Untuk mencegah terjadinya
steril infeksi yang berlanjut pada bayi
5. Cegah personal yang mengalami
infeksi menular untuk tidak
kontak langsung dengan bayi.

e. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia


dan berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis),
kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1)   bebas dari tanda dehidrasi.
2)  Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Pengeluaran harus 1-3
ml/kg/jam, sementara kebutuhan
1. Bandingkan masukan dan terapi cairan kira-kira 80-100
pengeluaran urine setiap shift ml/kg/hari pada hari pertama,
Intervensi Rasional
dan keseimbangan kumulatif meningkat sampai 120-140
setiap periodik 24 jam ml/kg/hari pada hari ketiga
2. Pantau berat jenis urine setiap postpartum. Pengambilan darah
selesai berkemih atau setiap 2-4 untuk tes menyebabkan
jam dengan menginspirasi urine penurunan kadar Hb/Ht.
dari popok bayi bila bayi tidak 2. Meskipun imaturitas ginjal dan
tahan dengan kantong ketidaknyamanan untuk
penampung urine. mengonsentrasikan urine
3. Evaluasi turgor kulit, membran biasanya mengakibatkan berat
mukosa, dan keadaan fontanel jenis yang rendah pada bayi
anterior. preterm ( rentang normal1,006-
4. Pantau tekanan darah, nadi, dan 1,013). Kadar yang rendah
tekanan arterial rata-rata (TAR) menandakan volume cairan
berlebihan dan kadar lebih besar
Kolaborasi : dari 1,013 menandakan
ketidakmampuan masukan cairan
5. Pantau pemeriksaan
dan dehidrasi.
laboratorium sesuai dengan
3. Kehialangan atau perpindahan
indikasi Ht
cairan yang minimal dapat
6. Berikan infus parenteral dalam
dengan cepat menimbulkan
jumlah lebih besar dari 180
dehidrasi, terlihat oleh turgor
ml/kg, khususnya pada PDA,
kulit yang buruk, membran
displasia bronkopulmonal
mukosa kering, dan fontanel
(BPD), atau entero coltis
cekung.
nekrotisan (NEC)
4. Kehilangan 25% volume darah
7. Berikan tranfusi darah.
mengakibatakan syok dengan
TAR < 25 mmHg menandakan
hipotensi.
5. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
diatas normal 45-53% kalium
serum
6. Hipoglikemia dapat terjadi
karena kehilangan melalui selang
nasogastrik diare atau muntah.
7. Penggantian cairan darah
menambah volume darah,
membantu mengenbalikan
vasokonstriksi akibat dengan
hipoksia, asidosis, dan pirau
kanan ke kiri melalui PDA dan
telah membantu dalam
penurunan komplikasi
enterokolitis nekrotisan dan
displasia bronkopulmonal.
8. Mungkin perlu untuk
mempertahankan kadar Ht/Hb
optimal dan menggantikan
Intervensi Rasional
kehilangan darah.
f. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi
atau hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler
(glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan
memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan
oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan
intaventrikular.
Kriteria hasil:
1) Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan
intrakranial atau perdarahan intraventrikel.
Intervensi Rasional
1. Kurangi rangsangan lingkungan 1. Respons stres, terutama
2. Organisasikan asuhan selama peningkatan tekanan darah, dapat
jamsibuk normal sebanyak miningkatkan resiko peningkatan
mungkin TIK
3. Tutup dan buka kelambu dan 2. Untuk meminimalkan gangguan
lampu tidur tidur dan kebisingan intermiten
4. Tutup inkubator dengan kain dan yang sering
pasang tanda “jangan diganggu” 3. Untuk memungkinkan jadwal
5. Kaji dan tangani nyeri siang dan malam
menggunakan metode 4. Untuk mengurangi cahaya dan
farmakologis dan non- tidak membangunkan periode
farmakologis istirahat bayi
6. Kenali tanda stres fisik dan 5. Nyeri meningkatkan tekanan
stimulasi berlebih darah
7. Hindari obat dan larutan 6. Untuk segera memberi intervensi
hipertonis yang memadai
8. Pertahankan oksigenasi yang 7. Akan meningkatkan tekanan
adekuat darah otak
9. Hindari memutar kepala ke 8. Hipoksia akan meningkatkan
samping tiba-tiba aliran darah otak tekanan
intrakranial
9. Akan mengurangi aliran arteri
karotis dan oksigenasi ke otak

g. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan


tindakan.
Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
1) Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan
2) Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang
minimal
Intervensi Rasional
1. Kaji keefektifan upaya kontrol 1. Beberapa upaya (misalnya
nyeri non farmakologis menggosok) dapat meningkatkan
2. Dorong orang tua untuk distres bayi prematur
memberikan upaya kenyamanan 2. Sebagai orang tua bayi,
bila mungkin kenyamanan lebih efektif
3. Tunjukkan sikap sensitif dan diberikan langsung oleh orang
kasih sayang pada bayi tua kepada bayinya
3. Seorang bayi sangat
membutuhkan kasih sayang,
khususnya dari orang tua

h. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang


berhubungan dengan kelahiran premature, lingkungan NICU
tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.

Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi yang maksimal 1. Untuk menjamin penambahan
2. Berikan periode istrahat yang berat badan dan pertunbuhan otak
teratur tanpa gangguan yang tetap
3. Kenali tanda stimulus yang 2. Untuk mengurangi panggunaan
berlebihan (terkejut, menguap, O2 dan kalori yang tidak perlu
aversi aktif, menangis) 3. Untuk membiarkan istirahat bayi
4. Tingkatkan interaksi orang tua- dengan tenang
bayi 4. Sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan
normal

i. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan


imobilitas, kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
1)   Kulit tetap bersih dan utuh
2)   Tidak terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi Rasional
1. Observasi tekstur dan warna 1. Untuk mengetahui adanya kelainan
kulit. pada kulit secara dini
2. Jaga kebersihan kulit bayi. 2. Meminimalkan kontak kulit bayi
3. Ganti pakaian setiap basah. dengan zat-zat yang dapat merusak
4. Jaga kebersihan tempat tidur. kulit pada bayi
3. Untuk meminimalisir terjadinya
Intervensi Rasional
5. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. iritasi pada kulit bayi
4. Untuk mencegah kerusakan kulit
pada bayi

j. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit


bayinya ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan
khawatir melihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya
cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi
bayinya
Kriteria hasil:
1) Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan
mengenai bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman
dan kjeterlibatan dalan asuhan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pemahaman klien 1. Belajar tergantung pada emosi dan
berikan instruksi /informasi kesiapan fisik dan diingatkan pada
pada klien maupun keluarga tahapan individu
tentang penyakitnya, baik 2. Menurunkan ansietas dan dapat
tertulis atau lisan. menimbulkan perbaikan partisipasi
2. Jelaskan proses penyakit pada rencana pengobatan.
individu. Dorong orang 3. Meningkatkan kerjasama dalam
terdekat menanyakan program pengobatan dan
pertanyaan mencegah penghentian obatsesuai
3. Jelaskan tentang dosis obat, perbaikan kondisi pasien.
frekwensi, tujuan pengobatan 4. Mencegah/menurunkan
dan alasan tentang pemberian ketidaknyaman sehubungan
obat kepeda keluarga dengan terapi dan meningkatkan
4. Kaji potensial efek samping kerjasam dalam program
pengobatan

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah


direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis


dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan
oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan


tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.


Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1.
Jakarta : EGC.

Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai