Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM 4

I.
II.

III.

Acara Latihan
Percobaan Pengukuran Volume-Volume Hawa Pernafasan (Spirometri)
Tujuan Latihan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat melakukan spirometri dan
meguraikan cara pencatatan spirogram dengan menggunakan spirometer.
Dasar Teori
Paru-paru merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia.
Fungsinya sebagai bagian utama dari system respirasi tubuh memegang
peranan yang cukup besar. Dalam kekompleksannya paru juga tak lepas
dari fungsi yang sangat besar, terutama dalam proses hemostasis tubuh.
Sering kali kita melihat orang yang memilki kecepatan pernapasan
dan kedalaman pernapaan berbeda-beda. Hal ini sangat erat kaitannya
dengan penyeimbangan kondisi tubuh/homeostasis. Misalnya ketka
seseorang sedang melakukan pekerjaan berat sehingga harus melakukan
inspirasi maksimal untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O 2. Namun
sayangnya, ada kondisi patologis dimana perbedaan frekuensi nafas yang
menyebabkan perbedaan kapasitas dan volume paru seseorang justru
mengindikasikan adanya suatu peyakit. Misalnya saja penyakit yang
disebabkan gangguan ventilasi sehingga bagian dari paru-paru akan
melakukan adaptasi seperti penyempitan jalan napas dan inflamasi yang
mengakibatkan seseorang menjadi sesak napas atau batuk. Dan akhirnya
menurunkankapasitas dan volume pada paru.
Olehnya itu, untuk mengetahui paru-paru lebih lanjut tertutama
mengenai

volume

dan

kapasitasnya,

dilakukanlah

praktikum

ini.

Harapannya, dengan mengtahui volume dan kapasitas paru melalui


pengukuran spirometer kita mampu mengetahui ada tidaknya kondisi
patologis dalam paru kita sehingga mampu mendeteksi lebih dini penyakit
penyakit pada paru.

A. Sistem Pernafasan Manusia


Menurut Syaifudin (1997;87) anatomi pernafasan terdiri dari :
1. Rongga Hidung

Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama, mempunyai 2


lubang (kavumnasi) dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi) Rongga
hidung ini dilapisi oleh selaputlendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua selaput lendir
semua sinusyang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Rongga hidung mempunya fungsi sebagai penyaring udara pernafasan
oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.
2. Faring / Tekak
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar
tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas
tulang leher. Dalam faring terdapat tuba custachii yang bermuara pada
nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membrane timpani, dengan cara menelan. Pada daerah
laringofarings bertemu system pernafasan dan pencernaan. Udara
melalui bagian anterior di dalam larings, dan makanan lewat posterior ke
dalam osefagus melalui epiglottis yang fleksibel.

Faring mempunyai

fungsi sebagai saluran bersama bagi system pernafasan maupun


pencernaan.
3. Laring
Laring merupakan

sakuran

udara

dan

bertindak

sebagai

pembentukan suara yang terletak di depan bagian faring sampai


ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trajea di dalamnya.
Panggkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok
yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawanyang berfungsi
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.

Dalam laring

terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara. suara


dibentuk dari getaran pita suara. Tinggi rendah suara di pengaruhi
panjang dan tebalnya pita suara. Dan hasil suara di tentukan oleh
perubahan posisi bibir, lidah dan platum mode.
4. Batang Tenggorok
Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang
berbentuk seperti kaki kuda (huruf C). Trakea dilapisi epitel bertingkat

dengan silia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan mucus dan silia
berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke
arah faring untuk kemudian di telan / di ludahkan / di batukkan. Panjang
trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos. Batang tenggorok dapat berfungsi dalam mengeluarkan
benda-benda asing yang masuk bersama udara pernafasan yang
dilakukan oleh sel-sel bersilia.
5. Cabang tenggorok
Cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trajea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke 4 san ke 5. Bronkus
mempunyai struktur serupa dengan trajea dan di lapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dan terdiri dari 6-8
cincin, punya 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan ramping, dan
terdiri daari 9-12 cincin punya 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang
lebih kecil disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru atay
gelembung hawa / alveoli.
6. Paru
Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa / alveoli). Gelembung ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Pada lapisan inilah terjadi pembentukan udara,
oksigen masuk kedalam darah dan karbodioksida dikeluarkan dfari darah.
Pembagian paru ada 2 yaitu : Paru kanan terdiri dari 3 lobus (bedah
Paru), lobus pulma dekstrasuperior, lobus media dan lobus superior. Tiap
lobus tersusun oleh labulus. Tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang
lebih kecil bernama segmen.
Paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ketengah
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat
tumpuk paru/hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru di
bungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi 2 yaitu :
1. Pleura Viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsing membungkus paru
2. Pleura Parietal , yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum
Pleura)

Dalam Paru terdapat alveoli yang berfungsi dalam pertukaran gas O 2


dengan CO2 dalam darah. (Jan Tambayong, 2001)
B. Fisiologi Sistem Pernafasan
Pernafasan paru merupakan

pertukaran

oksigen

dan

karbosioksida yang terjdi pada paru. Fungsi paru adalah tempat


pertukaran gas oksigen dan karbodioksida pada pernafasan melalui
paru / pernafasan eksterna. Oksigen di pungut melalui hidung dan
mulut. Saat bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronchial ke Alveoli, dan dapat erat berhubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonalis.
Proses pernafasan dibagi empat peristiwa, yaitu :
1. Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya udara dari
atmosfer ke bagian alveoli dari paru.
2. Difusi oksigen dan karbodioksida di udara masuk ke pembuluh
darah disekitar alveoli.
3. Transpor oksigen dan karbodioksida di darah ke sel.
4. Pengaturan Ventilasi.
C. Penyakit Parenkin Paru
1. Emfisema Paru Kronik
Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa
infeksi kronik, kelebihan mucus dan edema pada epitel
bronchiolus yang mengakibatkan terjadinya obstruktif dan
destruktif paru yang kompleks sebagai akibat mengkomsumsi
rokok.
2. Pneumonia
Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, yaitu
Penurunan luas permukaan membrane nafas.
Menurunnya rasio ventilasi perfusi kedua efek

ini

mengakibatkan menurunnya kapasitas paru


3. Atelektasi
Atelektasi berarti Alveoli paru mengempis atau kolaps.
Akibatnya penyumbatan pada alveoli sehungga aliran darah
meningkat dan terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah
sehingga volume paru berkurang.
4. Asma
Pada

penderita

asma

ekspirasi dan volume inspirasi.


5. Tuberkulosis

terjadi

penurunan

kecepatan

Pada penderita tuberkulosis stadium lanjut banyak timbul


daerah fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru
fungsional sehingga mengurangi kapasitas paru.
6. Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik. ( Guyton,1997).
D. KAPASITAS DAN VOLUME PARU
1. Volume
Volume dan udara dalam paru-paru

dan

kecepatan

pertukaran saat inspirasi dan ekspirasidapat diukur malalui


spirometer.
a. Volume tidal (VT)
yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru-paru
selama ventilasinormal biasa. Nilai VT pada dewasa normal
sekitar 5 00 ml untuk laki-laki dan 380ml untuk wanita.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI)
yaitu volume udara ekstra yang masuk ke paru-parudengan inspirasi
meksimum di atas inspirasi tidal. VCI berkisar 3100 ml pada laki-laki
dan 1900 ml pada wanita.

c. Volume cadangan ekspirasi (VCE)


yaitu volume ekstra udara yang masih dapat dengankuat
dikeluarkan pada akhir ekpirasi normal. VCE berkisar 1 200 ml
pada laki-laki dan 800 ml pada wanita.
d. Volume residusal (VR)
yaitu

volume

udara

sisa

dalam

paru-paru

setelah

melakukanekspirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki sekitar 1 200


ml dan pada perempuan1000ml. volumeresidual penting untuk
kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernafasan.
2. Kapasitas Residual Fungsional (K R F)
adalah penambahan volume residual dan volumecadangan
ekspirasi. Kapasitas merupakan jumlah udara sisa dalam system
respiratorik setelahekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah
2200 ml. jadi nilai K R F = VR + VCE .

b. Kapasitas inspirasi (KI)


adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan
inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3.5 00 ml. jadi nilai KI = VT +
VCI.
c. Kapasitas vital (KV)
yaitu penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi
danvolume cadangan ekspirasi. Nilai rata-ratanya adalah
4500ml. jadi nilai KV = VT + VCI +VCE.
d. Kapasitas total paru (KTP)
adalah jumlah total udara yang ditampung dalam paru-paru
dansama dengan kapasitas vital ditambah volume residual. Nilai
rata-ratanya adalah 5700ml. jadi nilai KTP = KV +VR .
E. SPIROMETER
Spiromter adalah suatu alat sederhana yang dilengkapi pompa atau
bel yang akan bergeser pada waktu pasien bernafas kedalamnya melalui
sebuah katup dan tabung penghubung. Pada waktu menggunakan
spirometer, grafik akan terekam pada sebuah drum yang dapat berputar
dengan sebuah pena pencatat. (Sylvia. A. Price, 2005)
Pengukuran volume paru statis dalam praktik di gunakan untuk
mencerminkan elastisitas paru dan traks, Pengukuran yang paling
berguna adalah VC,TLC,PRC,dan RV, penyakit yang

membatasi

pengembangan paru (gangguan restriktif) akan mengurangi volumevolume ini. Sebaliknya, penyakit yang menyumbat saluran nafas hampir
selalu dapat meningkatkan FRC dan RV akibat hiperinflasi paru. Dengan
alat spirometri dapat di ukur beberapa parameter faal paru yaitu:
a. Kapasitas vital paksa (KVP) adalah jumlah udara yang bisa di
ekspirasi maksimal secara paksa setelah inspirasi maksimal.
b. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEPI) adalah jumlah
udara yang bisa di ekspirasi maksimal secara paksa detik
pertama.
c. Rasio VEPI/VKP
d. Arus puncak ekspirasi (APE)

Apabila nilai VEPI kurang dari 80% nilai dugaan, rasio VEPI/KVP
kurang dari 75 % menunjukkan obstruksi saluran napas. Bila digunakan
spirometri yang lebih lengkap dapat di ketahui parameter lain :
Kapasitas Vital (KV), jmlah udara yang dapat di ekspirasi maksimaal
setelah inspirasi maksimal
Kapasitas paru total (KPT) yaitu jumlah total udara dalam paru pada saat
inspirasi maksimal.
Kapasitas residu fungsional (KRF) , yaitu jumlah udara dalam paru saat
akhir ekspirasi biasa
Volume residu (VR), jumlah udara yang tertinggal dalam paru pada akhir
ekspirasi maksimal
Air trapping selisih antara KV dengan KVP
Pada obstruksi saluran nafas diperlukan peningkatan volume residu,
kapasitas residu fungsional, kapasitas paru total, rasio VR/KRF, rasio
KRF/KPT dan ir trapping pemeriksaan VEPI, dan rasio VEPI/KVP
merupakan pemeriksaan yang standar, sederhana, reproducible,dan
akurat. Pengukuran ini paling sering digunakan untuk menilai obstruksi
saluran nafas
Pemeriksaan lain yang juga dapat digunakan untuk melihat
obstruktif adalah flow volume curve pada pemeriksaan ini akan terlihat
gambar hubungan antara volume dan arus udara yang di ekspresikan.
Dengan melihat grafik yang terjadi dapat di ketahui apakah seseorang itu
mempunyai Faal paru, biasanya penderita sudah mempunyaai gejalagejala obstruksi
Beberapa pemeriksaan faal paru dapat mendeteksi kelainan
sebelum gejala-gejala obstruktif timbul. Pemeriksaan ini lebih

rumit,

memerlukan waktu serta alat yang canggih. Selain pemeriksaan faal paru
atau ventilasi ,pemeriksaan faal paru yaitu kapasitas difusi juga
mmepunyai arti diagnostic pada penyakit paru obstruktif. Pemeriksaan
difusi biasanya dilakukan dengan menggunakan gas monoksida (CO)
untuk menilai kemampuan paru menangkap oksigen dari alveoli dan
melepaskan karbondioksida, pada emfisema penurunan kapasitas, difusi

merupakan hal yang karakteristik, sedangkan pasa asma dan bronchitis


kronik kapasitas difusi biasanya tidak menurun.
KAPASITAS DAN VOLUME PARU
Nilai rataNo

Pengukuran

Simbol

rata lakilaki

Definisi

dewasa
Jumlah udara yang di
1

Volume tidal

Vr

500

inspirasi (Hawa

IRV

3100

Komplementer)

ekspirasi (Hawa

ERV

1200

Suplementer)

Volume Residu

inspirasikan secara paksa


sesudah inhalasi volume tidal
normal.
Jumlah udara yang dapat di

Volume cadangan
3

bernafas ( nilai ini adalah


untuk keadaan istirahat)
Jumlah udara yang dapat di

Volume cadangan
2

inspirasi pada setiap kalli

ekspresikan secara paksa


sesudah ekspirasi volume
tidal normal
Jumlah udara yang teritnggal

RV

1200

dalam paru sesudah ekspirasi


biasa
Jumlah udara maksimal yang

Kapasitas paru total

TLC

6000

dapat dimasukkan kedalam


paru sesudah inspirasi
maksimal.
Jumlah udara maksimal yang

Kapasitas Vital

VC

4800

dapat di ekspirasikan
sesudah ekspirasi normal
Jumlah udara maksimal yang

Kapasitas inspirasi

Kapasitas residu
fungsional

IC

3600

dapat diinspirasikan sesudah


ekspirasi normal.
Volume udara yang tertinggal

FRC

2400

dalam paru sesudah ekspirasi


volume tidal normal.

(Comroe,Jh. 1971)
IV.
V.

Alat, Bahan dan Cara Kerja


Spirometri beserta perlengkapannya.
Cara Kerja
1. OP dibiasakan bernafas dari mulut sampai teratur dan tenang,
kemudian diteruskan bernafas melalui spirometer seperti biasa. Catat
simpangan jarum 3-5 kali pernafasan. Hitung rata ratanya = Volume
Tidal
2. OP inspirasi biasa di luar spirometer lalu dilanjutkan dengan inspirasi
maksimal di dalam spirometer. Ulangi 3-5 kali, catat simpangan
jarumnya, hitung rata ratanya = Volume cadangan inspirasi.
3. OP ekspirasi biasa diluar spirometer lalu diteruskan dengan ekspirasi
maksimal di dalam spirometer. Ulangi 3-5 kali, catat simpangan
jarumnya, hitung rata-ratanya = Volume Cadangan Ekspirasi
4. OP bernafas di dalam spirometer dengan melakuakn inspirasi
maksimal dilanjutkan ekspirasi maksimal. Ulangi 3 5 kali, catat
simpangan jarumnya, hitung rata-ratanya = kapasitas vital
5. Kapasitas Total = kapasitas vital + Volume residual pada orang dewasa
normal biasanya kurang lebih 1200ml.

Catatan : Untuk menilai apakah OP dalam keadaan normal atau tidak


mahasiswa hendaknya membandingkan hasil pengukuran dengan nilainilai normal dari literatur-literatur.
Gambar Spirogram
VI.
VII.

Hasil Percobaan (Terlampir)


Pembahasan
Dalam praktikum pengukuran volume hawa hawa pernafasan yang
dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2015 dengan OP Agung Kurnia,
memiliki umur 26 tahun OP diminta melakukan bernafas dari mulut sampai
teratur dan tenang, kemudian diteruskan bernafas biasa di dalam
spirometer. Di peroleh hasil rata rata setelah 3 kali melakukan
pernafasan biasa adalah 600ml. Hasil ini berada diatas nilai normal jika

dibandingkan dengan nilai volume tidal normal laki-laki yang dikemukakan


oleh Comroe JH dalam dasar teori, dimana nilai volume tidal normal untuk
laki laki yaitu 500ml.
Untuk pengukuran volume cadangan inspirasi, diketahui bahwa OP
meiliki Volume Cadangan Inspirasi sebesar 2200ml. Hasil ini berada jauh
dibawah nilai normal jika dibandingkan dengan nilai normal volume
cadangan inspirasi normal laki laki yang dikemukakan Comroe JH dalam
dasar teori dimana Nilai Volume cadangan inspirasi normal untuk laki

laki yaitu 3100ml. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran seperti


umur, jenis kelamin, postur tubuh, posisi selama pengukuran, ataupun
karena standar tersebut hanya diperuntukan untuk orang-orang yang
berbeda ras dengan orang Indonesia pada umumnya. Namun kesalahan
utama yang paling sering terjadi adalah OP berusaha untuk melakukan
proses inspirasi secara berlebihan (dari yang mestinya dilakukan).
Sehingga hasilnya justru berbeda dengan nilai normal yang ditetapkan.
Pada beberapa kasus patologis, misalnya pada serangan asma
dimana kontriksisaluran udara akan menghasilkan suara yang tidak
normal. Kondisi itu membatasi penggembungan maksimal paru-paru yang
berefek sama terhadap kapasitas vital. Karena hal tersebut, inspirasi
cadangan menjadi rendah. Meskipun demikian ekspirasi cadangan
dan pergerakan kecepatan ekspirasi relatif normal.
Dan pada pengukuran volume cadangan ekspirasi, Volume cadangan
ekspirasi OP sebesar 1200ml. Hasil ini menandakan volume ekspirasi OP
Normal dan sama dengan dengan nilai volume cadangan ekspirasi
normal laki-laki yang dikemukakan oleh Comroe JH dalam dasar teori,
dimana

nilai

volume

cadangan

ekspirasi

normal

untuk

laki-laki

yaitu1200ml.
Untuk pengukuran kapsitas vital diperoleh dengan penjumlahan
Volume Tidal + Volume cadangan Inspirasi + Volume cadangan ekspirasi
diperoleh hasil 4000ml. Hasil pengukuran ini diatas nilai normal menurut
Comroe JH, dimana nilai normal untuk laki-laki adalah 4800. Kemudian di
peroleh hasil kapasital total dengan penjumlahan Kapasital Vital dengan
volume residual yaitu sebesar 5200ml.

VIII.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan :
1. Pengukuran volume respirasi paru paru dapat diukur dengan alat
spirometri, diantaranya Volume tidal (VT), Volume Cadangan Inspirasi
(IRV), Voulme Cadangan Ekspirasi (ERV), dan Volume residual (RV).
2. Pengukuran kapasitas paru diantaranya Kapasitas residual, kapasitas
Vital paru (VC) dan Kapasitas Total (TC).

3. Faktor yang menyebabkan perbedaan hasil penghitungan kapasitas


dan volume paru dengan hasil normal yaitu umur, jenis kelamin, postur
tubuh, posisi selama pengukuran.
4. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan perbedaan kapasitas
dan volume paru terhadap nilai normalnya antara lain efisema paru,
asma, pneumonia dan TB paru.
Saran :
1. Jagalah kesehatan paru dengan tidak merokok dan melindungi dengan
masker saat berkendara untuk menghindari polusi.
2. Saat pemeriksaan spirometri gunakan lah posisi tubuh berdiri dengan
tenang karna posisi badan mempengaruhi hasil pengukuran.
3. Gunakan spirometri yang baik pada saat melakukan percobaan karena
akan mempengaruhi hasil akhir percobaan.

IX.

Daftar Pustaka

Arthur C Guyton, John E Hall . 1997 . Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati


Setiawan . Jakarta:EGC
Comroe JH. 1971. The lung c linical physio logy and pu lmonary function test,edisi ke-2.
Chicago. Mosby.

Jan Tambayong. 2 001 . Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan . Jakarta : Rineka Cipta
Syaifudin. 1997 . Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Peraw at. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai