1) Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit.
Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20µm. Inti
mempunyai pola kromatin yang seragam, yang lebih nyata dari pada pola
kromatin hemositoblas, serta satu atau dua anak inti yang mencolok dan
sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah pembelahan
mitosis, proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.2,3
2) Basofilik Eritroblas
Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan
diameternya rata-rata 10µm. Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam
jala-jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang
nampak basofil sekali.2,3
3) Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah
berkali-kali secara mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan
hemoglobin yang cukup untuk dapat diperlihatkan di dalam sediaan yang
diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau Giemsa, sitoplasma warnanya
berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu karena adanya
hemoglobin terwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam sitoplasma
yang basofil dari eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas mempunyai jala
kromatin lebih padat dari basofilik eritroblas, dan selnya lebih kecil.2,3
4) Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)
Polikromatik Eritroblas membelah beberapa kali secara mitosis.
Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti
yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi
piknotik. Tidak ada lagi aktivitas mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel
bersama-sama dengan pinggiran tipis sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan
dimakan oleh makrofag-makrofag yang ada di dalam stroma sumsum tulang.2,3
5) Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya,
dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta
masih dapat mensintesis hemoglobin.1,2 Retikulosit dianggap kehilangan
sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum tulang, karena jumlah
retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah
eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi
retikulosit terdapat pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada
sumsum tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan
waktu kurang lebih 2 – 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam
darah.3
6) Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis. Sel
ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada
manusia, sel ini berada di dalam sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah
normal pada tubuh laki – laki 5,4 juta/µl dan pada perempuan 4,8 juta/µl. setiap
eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm. Perkembangan
normal eritrosit tergantung pada banyak macam-macam faktor, termasuk
adanya substansi asal (terutama globin, hem dan besi). Faktor-faktor lain,
seperti asam askorbat, vitamin B12, dan faktor intrinsik (normal ada dalam
getah lamung), yang berfungsi sebagai koenzim pada proses sintesis, juga
penting untuk pendewasaan normal eritrosit. Pada sistem Eritropoesis dikenal
juga istilah Eritropoiesis inefektif, yang dimaksud Eritropoiesis inefektif
adalah suatu proses penghancuran sel induk eritroid yang prematur disumsum
tulang. Choi, dkk, dalam studinya bahwa pengukuran radio antara retikulosit
di sumsum tulang terhadap retikulosit di darah tepi merupakan ukuran yang
penting untuk bisa memperkirakan beratnya gangguan produksi SDM.4
Reference:
1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 12. Philadelphia:
Elsevier. 2014.
2. Child JA. Buku saku hematologi klinik. Tanggerang: Binarupa Aksara. 2010.
3. Kaushansky K, Lichtman MA, Prchal JT, Levi MM, Press OW, Burns LJ, et
all. Williams Hematology 9 Edition. USA: McGraw-Hill Education. 2016.
4. Rodak BF, Fritsma GA, Keohane E. Hematology, 4th Edition. Philadelphia:
Saunders Company. 2012.
Reference:
1. Kumar V, Abbas AK,Aster JC. Robbins Basic Pathology. 9th edition. USA:
Elsevier Health Sciences; 2013.
c. Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada
keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi
respons terapi. Koreksi anemia berat dengan transfusi tidak perlu secepatnya, malah
akan membahayakan karena dapat menyebabkan hipervolemia dan dilatasi jantung.
Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk
menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi.1,2
Reference:
1. Raspati H, Reniarti L, dkk. Anemia defisiensi besi. Buku Ajar Hematologi
Onkologi Anak. Cetakan ke-2.. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2006.
2. Soegijanto S. .Anemia defisiensi besi pada bayi dan anak. Jakarta :IDI; 2004.
3. Abdussalam,M. Diagnosis, pengobatan pencegahan anemia defisiensi besi pada
bayi dan anak. Anemia defisiensi besi.Yogyakarta: MEDIKA Fakultas
Kedokteran UGM; 2005.
Reference:
1. Kumar V, Abbas AK,Aster JC. Robbins Basic Pathology. 9th edition. USA:
Elsevier Health Sciences; 2013.
Reference:
Reference:
2. Thalasemia – Prognosis
Talasemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang
mencapai usia dekade ke – 3. Walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah
infeksi dan pemberian Chelating agents untuk mengurangi hemosiderosis. Apabila
dikemudian hari transplantasi sum – sum tulang dapat diterapkan maka prgnosis
akan baik karena diperoleh penyembuhan.
Talasemia mayor pada umumnya prognosa jelek, biasanya orang dengan
talasemia mayor jarang mencapai umur dewasa walaupun ada yang melaporkan
bahwa dengan mempertahankan kadar Hb yang tinggi dapat memperpanjang umur
penderita sampai 20 tahun.
Reference:
Tranfusi darah diberikan bila Hb anak < 7 gr/dl dyang diperiksa 2x berturut
dengan jarak 2 mingg dan bila kadar Hb > 7 gr/dl tetapi disertai gejala klinis seperti
Facies Cooley, gangguan tumbuh kembang, fraktur tulang curiga adanya
hemopoisis ekstrameduler. Pada penanganan selanjutnya, transfusi darah diberikan
Hb ≤8 gr/dl sampai kadar Hb 11-12 gr/dl. Darah diberikan dalam bentuk PRC, 3
ml/kgBB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dL.