Kelas : 3B
Institusi : D4 TLM
NIM : 20118026
Alat :
1. Objek glass
2. Mikroskop
3. Pot sampel
4. Lidi
5. Ose
6. Pipet
7. Inkas
Kualitatif Kuantitatif
Metode CLDS
MC BAP CLED MH
Ink 37° C 24 Jam Ink 37° C 24 Jam Ink 37° C 24 Jam
Identifikasi Identifikasi
Prosedur Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan kantitatif
Metode Caliberated Loop Direct Streak (CLDS)
Hari I : Siapkan medium (Brolacin/ MH/ CLED) dalam keadaan kering kemudian
panaskan Ose dampai membara, dinginkan setelah itu ambil 1 mata Ose dan
lakukan penanaman pada media MH/ Brolacin dengan cara distreakkan Ose
di tengah-tengah media, lalu dengan tegak lurus distreakkan Ose secara
rapat dari atas ke bawah. Ulangi lagi streakkan dengan mengubah posisi
plate hingga tegak lurus dengan streakkan tadi demikian seterusnya.
Lakukan inkubasi 37°C dalam suasana aerob selama 24 Jam
Hari II : Hasil dibaca dan dihitung dengan colony counter
Catatan : - Syarat jumlah koloni dihitung harus terletak antara 30-300 koloni
- Hasil perhitungan dinyatakan lebih besar dari 100.000 atau kurang dari
100.000 bakteri/ml
2. Pemeriksaan kualitatif
Air kemih 5-10 ml dicentrifuge secara steril dengan kecepatan 2500-3000 rpm, selama
10 menit, supernatannya dibuang dan sedimen dilakukan pengecatan gram, tujuan
untuk melihat morfologi kuman dan melihat sifat kuman terhadap pengacatan serta
untuk mengarahkan pemeriksaan selanjutnya.
Coccus gram positif (+)
Dilanjutkan penanaman ke media Blood Agar Plate diinkubasi pada suhu 37° C dalam
suasana aerob selama 24 Jam. Untuk pemeriksaan selanjutnya sama seperti cara
identifikasi kuman coccus gram +
Coccus gram negatif (-)
Dilakukan penanaman pada media BAP. Inkubasi 37°C 24 Jam dalam suasana
fakultatif anaerob/ CO2 10%. Untuk pemeriksaan selanjutnya sama seperti cara
mengidentifikasi kuman coccus gram -
Batang gram negatif (-)
Dilakukan penanaman pada media Mac Conkey. Inkubasi 37° C 24 Jam dalam suasana
aerob. Untuk pemeriksaan selanjutnya sama seperti cara mengidentifikasi kuman
batang gram negatif (golongan Enterobacteriaceae)
Hasil Pengamatan
MEDIA MCA
Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: Kuning
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -
Sebelum Sesudah
MEDIA BAP
Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: putih
Tepi: Rata
Hemolis : Alfa/beta,gamma
Permukaan: Cembung
Sebelum Sesudah
MEDIA CLED
Bentuk: Bulat
Ukuran: besar
Warna: Jernih
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -
Sebelum Sesudah
PEWARNAAN GRAM DARI MEDIA MCA
Bentuk: Batang
Warna: merah
Susunan : menyebar
Sifat: Gram -
Sifat : Gram -
Bentuk: Coccus
Warna: Ungu
Susunan : Bergerombol
Sifat : Gram +
PERHITUNGAN MEDIA CLED
Jumlah bakteri
MEDIA
Glukosa (+)
Manosa (+)
Maltosa (+)
Sukrosa (+)
Laktosa (+)
Motil +
KIA
Lereng ALKALIS
Dasar Acid
Gas +
H2 S +
Urea +
Indol -
MR -
VP -
Citrat
+
TES IMVIC
1. Test Indol
Media Indol + 2 tetes KOVAC tidak terbentuk cincin merah
2. Test MR
Media MR + 2 tetes reagent MR terbentuk cincin merah
3. Test VP
Media VP + 2 tetes KOH + 1 tetes alfa naftol tidak terbentuk cincin merah
MEDIA MSA
Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: Putih
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -
Sebelum Sesudah
MEDIA NAS
Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: Kuning
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -
Sebelum Sesudah
TEST KATALASE
TEST KOAGULASE
Kesimpulan Mahasiswa
Jadi pada pemeriksaan urine kultur didapatkan bakteri staphylococcus dan bakteri
proteus sp.
Bakteri Staphylococcus
Famili : Mocrococcaeae
Species : - Staphylococcus albus
- Staphyylococcus aureus
- Satphylococcus citreus
1. Morfologi
Dengan pewarnaan Gram
Bentuk : Coccus
Susunan : bergerombolan seperti anggur
Warna : Ungu
Sifat : Gram (+)
Struktrur Antigen/ Mekanisme
Stafilokokus mengandung antigen polisakarida dan protein seperti zat lain yang penting
dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang bergabung memberikan eksoskeleton yang kaku dari dindingsel.
Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau paparan terhadap lisozim. Ini peting dalam
pathogenesis infeksi : infeksi akan merangsang pembentukan interleukin 1(pirogen
endogen) dan antibody opsonin oleh monosit; dan ini dapat menjadi penarik kimiawi
bagi lekosit polimorfonuklear, mempunyai aktivitas seperti endotoksin dan mengaktivasi
komplemen.
Asam teikoat, yang merupakan polimer glikserol atau ribitol fosfat, diikat ke
peptidoglikan dan dapat menjadi antigenik. Antibody asam anti teikoat yang dapat
dideteksi melalui difusi gel dapat ditemukan pada pasien dengan endokarditis aktif yang
disebabkan oleh S.aureus.
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur S.aureus yang bias
mengikat ke bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3. Meskipun IgG terikat pada protein A,
namjun fragmen Fab tetap bisa bebas berikatan dengan antigen spesifik. Protein A telah
menjadi reagen yang penting dalam imunologi dan teknologi laboratorium diagnostik;
contohnya protein A yang dilekati dengan molekul IgG terhadap antigen bakteri spesifik
akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai antigen tersebut (ko-aglutinasi).
Beberapa galur S.aureus mempunyai kapsul yang menghambat fagositosis oleh lekosit
polimorfonuklear kecuali jika terdapat antibody spesifik. Sebagian besar galur S.aureus
mempunyai koagulase atau factor penggumpalan pada permukaan dinding sel; ikatan
koagulase non enzimatik pada fibrinogen, menyebabkan agregasi pada bakteri.
( Jawetz.2005.Mikrobiologi kedokteran.Jakarta;Salemba Medika.)
3. Enzim Lain
Enzim lain yang dihasilkan oleh stafilokokus antara lain hyaluronidase, atau faktor
penyebaran , stafilokinase juga bekerja sebagai fibrinolisis tapi lebih lambat dari
streptokinase, yang lain proteinase, dan beta lactamase.
4. Eksotoksin
Ini meliputi beberapa beberapa toksin yang bersifat letal jika disuntikan pada binatang,
menyebabkan nekrosis pada kulit, dan berisi larutan hemolisis yang dapat dipisahkan
dengan elektroforesis
5. Lekosidin
Toksin S. aureus ini dapat membunuh sel darah putih pada berbagai binatang. Peran
toksin dalam patogenesis tidak jelas, karena stafilokokus yang patogenik tidak dapat
membunuh sel darah putih dan dapat difagositosis seefektif seperti nonpatogenik.
6. Toksin Eksfoliatif
Toksin S. aureus ini termasuk sedikitnya dua protein yang menghasilkan deskuamasi
generalisata pada stafilococcal scalded skin syndrome.
7. Toksin Sindroma Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome Toxin)
Sebagian besar galur S. aureus diisolasi dari pasien sindroma syok toksik yang
menghasilkan racun yang dinamakan Toxic Syok Syndrome Toxin-1 (TSST-1), yang
secara struktural sama dengan enterotoksin B dan C.
8. H. Enterotoksin
Ada sedikitnya enam (A-F) toksin larut yang dihasilkan hampir 50% galur S. aureus.
Seperti TSST-1, enterotoksin adalah superantigen yang berikatan dengan molekul MHC
kelas II, menimbulkan stimulasi sel T. Enterotoksin stabil terhadap panas 9bertahan pada
air mendidih selama 30 menit) dan resisten terhadap aksi enzim usus
B.Hapusan : Stafilokokus yang khas dilihat pada apusan yang dicat dari pus atau
sputum,hapusan ini tidak bisa membedakan organisme(S.epidermis)dari organisme
patogen (S.aureus).
C.Biakan : Spesimen yang ditanam pada lempeng agar darah menunjukkan koloni yang
khas dalam waktu 18 jam pada suhu 37oC tetapi hemolisis dan produksi pigmen mungkin
tidak terjadi sampai beberapa hari kemudian,dan optimal pada suhu kamar.S aureus dan
bukan stafilokokus yang lain memfermentasi manitol.Spesimen yang dikontaminasi
dengan flora campuran dapat dibiakan pada media yang mengandung NaCl 7,5%;garam
tersebut menghambat sebagian besar flora naormal lainnya tapi tidak
menghambat S.aureus.Agar garam manitol(Mannitol Salt Agar)digunakan untuk
menyaring S.aureus yang ada dihidung.
D.Tes Katalase : Tetes larutan hidrogen peroksida ditempatkan pada gelas objek dan
sejumblah kecil bakteri yang tumbuh diletakkan dalam larutan tersebut,pembentukan
gelembung(pelepasan oksigen)menunjukkan bahwa tes positif.Tes ini dapat dilakukan
dengan cara menuangkan larutan hidrogen peroksida pada biakan bakteri yang padat agar
miring dan diamati munculnya gelembung.
E.Tes Koagulase : Plasma kelinci atau manusia yang ditambah sitrat dicaiorkan dalam
perbandingan 5:1 dicampur dengan volume yang sama dari biakan air atau dari
koloni,pada agar dan inkubasi pada suhu 37 oC.Satu tabunng plasma dicampur dengan
media cair yang steril dipakai sebagai kontrol.Jika gumpalan terjadi dalam 1-4 jam
berarti tes positif.
F.Uji kepekaan : Uji kepekaan mikrodilusi atau difusi cakram hendaknya dilakukan
secara rutin pada isolat stafilokokus dari infeksi yang secara klinis bermakna.Resistensi
terhadap penisilin G dapat diramalkan dengan uji β-laktamase positif;sekityar
90% S.aureus menghasilkan β-laktamase. Resistensi terhadap nafsilin(dan oksasilin serta
metisilin) terjadi pada sekitar 20% isolat S. aureus dan hampir 75%
isolat S.epidermidis. Resistensi terhadap nafsilin berhubungan dengan adanya
gen mecA yaitu gen yang mengkode PBP tidak dipengaruhi oleh obat tersebut.Gen
tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan uji PCR(Polymerase Chain
Reaction) tetapi ini tidak pentingsebab stafilokokus yang tumbuh pada agar Mueller-
Hinton yang mengandung NaCl 4% dan 6µg/mL oksasilin secara khas adalah positif
mecA dan resiten terhadap nafsilin.
G.Uji Serologis dan penentuan Tipe : Antibodi terhadap asam teikoat dapat dideteksi
pada infeksi yang lama dan dalam(misalnya endokraditis stafilokokus).Uji seriologis ini
sedikit bermanfaat dalam praktek.Pola kepekaan terhadap antibiotika bermanfaat dalam
melacak infeksi S.aureus dan dalam menentukan jika bakterimia disebabkan oleh
S.epidermidis multipel.Teknik pemerataan molekuler telah digunakan untuk menelaah
penyebaran klon S.aureus yang menyebabkan penyakit epidemi.
Bakteri Proteus sp
- Morfologi Pada Pewarnaan Gram
Bentuk : batang
Susunan : menyebar
Warna : merah
Sifat : Gram (-)
Termasuk Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Proteus
Spesies : Proteus vulgaris
Proteus morgana (morganella)
Proteus mirabilis
Proteus rittgeri (providencia)
Bakteri yang termasuk Proteus bentuk batang, Gram (-), pleomorph, bergerak aktihf
dengan flagel peritrik dan tumbuh aerob.
- Sifat – Sifat Umum
Sifat biakan proteus tumbuh di bouillon keruh merata daan di bagian atasnya terrdapat
langit-langit.Pada media padat tumbuhnya cenderung menyebar ke seluruh permukaan
(oleh karena aktivitas geraknya) dan disebut swarming.Bakteri proteus tidak tumbuh baik
pada media dalam Susana asam.
- Swarming adalah
Penyebaran koloni Proteus ke segala arah pada media plate dikarenakan akitvitas
pergerakannya yang tinggi.
- Patogenitas
Spesies Proteus menyebabkan infeksi pada manusia hanya bilaa bakteri ini
meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan
menyebabkan bakteremia, pneumonia, dan lesi fokal pada penderitaa yang lemah aatau
padaa penderita yang menerima infuse intravena. Proteus mirabilis menyebabkan infeksi
saluran kemih dan kadang-kadang infeksi lainnya.Proteus vulgaris dan morganella
(mordanilli) merupakan pathogen nosokomial yang penting.
Spesies Proteus menghasilkan urease, mengakibatkan hidrilish urea yang cepat itu
padaa infeksi saluran kemih oleh Proteus, urine bersifat basa.Pergerakan cepat Proteus
mungkin ikut berperaan dalam invasinya terhadaap saluran kemih.Kepekaan antibiotic
strain Proteus sangat bervariasi. Proteus mirabilis sering dihambat oleh penisilin,
antibiotic yang paling aktif pada anggota lain dari kelompok itu adalah aminoglikosida
dan sefalosporin.
- Urinary Tract infection pada penderita bakteriuri kronis.
- Sepsis
- OMP (congek)
- Luka-luka kulit superficial
- Proteus morgani menyebabkangastro enteritis terurama pada anak-anak dengan
gejala yang hebat.
- Diagnose Laboratorium
Culture mokroorganisme ini diambil dari : darah, urine, exudat
Gejala Klinis
Bakteri ini mampu memproduksi enzim urease dalam jumlah besar. Enzim urease yang
menghidrolisis urea menjadi ammonia (NH3) menyebabkan urin bertambah basa. Jika tidak
ditanggulangi, pertambahan kebasaan dapat memicu pembentukan kristal sitruvit
(magnesium amonium fosfat), kalsium karbonat, dan atau apatit. Bakteri ini dapat ditemukan
pada batu/kristal tersebut, bersembunyi dalam kristal dan dapat kembali menginfeksi setelah
pengobatan dengan antibiotik. Semakin banyak batu/kristal terbentuk, pertumbuhan makin
cepat dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi kencing dan adanya sel
darah putih pada urin. Sistitis (infeksi berat) dapat dengan mudah diketahui dan termasuk
sakit punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi, hematuria (adanya darah merah pada urin),
sakit akibat pembengkakan bagian paha atas. Pneumonia akibat infeksi bakteri ini memiliki
gejala demam, sakit pada dada, flu, sesak napas. Prostatitis dapat diakibatkan oleh infeksi
bakteri ini, gejalanya demam, pembengkakan prostat.
Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini
biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk
inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka
Penularan dan Pengobatan
Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini
biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk
inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka.
Infeksi Proteus mirabilis dapat diobati dengan sebagian besar jenis penisilin atau sefalosporin
kecuali untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan nitrofurantoin atau tetrasiklin
karena dapat meningkatkan resistensi terhadap ampisilin, trimetoprim, dan siprofloksin. Jika
terbentuk batu/kristal, dokter bedah harus menghilangkan blokade ini dahulu.
Pemeriksaan Laboratorium
Bakteremia & sepsis - Enterobacteriaceae (yang Proteus adalah anggota) dan Pseudomonas
spesies adalah mikroorganisme yang paling sering bertanggung jawab atas bakteremia gram-
negatif.
Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan dengan ISK harus meningkatkan kemungkinan
penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar terutama pasien yang tinggal di fasilitas perawatan
jangka panjang, yang memiliki kateter jangka panjang saluran kencing, atau yang memiliki
sejarah yang telah diketahui kelainan anatomis uretra.
ISK obstruksi - urease produksi menyebabkan pengendapan senyawa organik dan anorganik,
yang mengarah ke struvite pembentukan batu. Struvite batu terdiri dari kombinasi magnesium
amonium fosfat (struvite) dan kalsium karbonat-apatit. Struvite pembentukan batu dapat
dipertahankan hanya bila produksi amoniak meningkat dan pH urin tinggi untuk mengurangi
kelarutan fosfat. Kedua persyaratan ini dapat terjadi hanya bila urin terinfeksi dengan
organisme yang memproduksi urease-seperti Proteus. Urease memetabolisme urea menjadi
amonia dan karbon dioksida: Urea 2NH3 + CO2. Amonia/amonium pasangan buffer
memiliki pK dari 9,0, sehingga kombinasi air kencing yang sangat kaya alkali dalam amonia.
Gejala yang timbul struvite batu jarang terjadi. Lebih sering, perempuan hadir dengan ISK,
nyeri panggul, atau hematuria dan ditemukan untuk memiliki pH urin terus basa (> 7.0).
Media Pembiakan
Bakteri jenis Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan penghambat, dalam
situasi aerob atau semianaerob, pada suhu 10-43°C.
Pertumbuhan bakteri Proteus pada media MCA memiliki cirri-ciri koloni sedang besar, tidak
berwarna atau merah muda, non lactose fermented, smooth, menjalar atau tidak, jika menjalar
permukaan koloni kasar (rought)
b) Media NA
Proteus pada media selektif BAP memiliki cirri-ciri koloni sedang, smooth, keeping, ada
yang menjalar dan ada yang tidak menjalar, bersifat anhaemolytis.
d) Uji Biokimia
Pada ujia biokimia bakteri Proteus mampu memecah urea dengan cepat, mencairkan gelatin,
glukosa dan sukrosa dipecah menjadi asam dan gas, mannit dan laktosa tidak pecah. Terlihat
pada tes biokimia secara umum :
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
B. Klasifikasi
2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
C. Etiologi
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
Buku Ajar MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN edisi revisi , oleh staf pengajar fakultas
kedokteran universitas Indonesia .
http://kamuskesehatan.com/arti/deskuamasi/
http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/07/staphylococcal-scalded-skin-syndrom.html