Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III

Nama Mahasiswa/i : Findy Permatasari


Tingkat/Semester : 3/5
NIM : 20118026
Kelas / Tahun Angkatan : 3B / 2018
Nama Dosen : Novia Agustina,S.Si,.M.Sc

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ANALISIS
INSTITUSI ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
Nama : Findy Permatasari NILAI

Kelas : 3B
Institusi : D4 TLM
NIM : 20118026

Topik Klinik  Pemeriksaan Kultur Urine


Tujuan : untuk mencari bakteri penyebab infeksi saluran/kandung kemih

Prinsip : Pembiakan bakteri pada media secara in vitro

Alat :

1. Objek glass

2. Mikroskop

3. Pot sampel

4. Lidi

5. Ose

6. Pipet

7. Inkas

8. Tabung reaksi,tabung khan, durham

9. Vayel penampung urine

Bahan : Biokimia reaksi,MCA,BAP,MSA,NAS,CLED

Bahan pemeriksaan : - Urine porsi tengah


o Cara pengambilan secara aseptic (bebas dari infeksi)
o Setelah lubang urethra dibersihkan, porsi pertama dan
terakhir dibuang, urine yang ditengah ditampung dalam
wadah yang steril
- Urine kateter
Skema Pemeriksaan
Sampel Urine

Kualitatif Kuantitatif
Metode CLDS

Centrifuge Sedimen Tanpa Centrifuge

MC BAP CLED MH
Ink 37° C 24 Jam Ink 37° C 24 Jam Ink 37° C 24 Jam

Pewarnaan Gram Pewarnaan Gram Hitung Jumlah


Batang Gram - Coccus Gram + Bakteri

KIA MSA dan NAS


Ink 37° C 24 Jam Ink 37° C 24 Jam

Biokimia Reaksi Test Katalase


Ink 37° C 24 Jam Test Koagulase
Pigmentasi
Fermentasi
Aglutinasi Manitol

Identifikasi Identifikasi

Prosedur Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan kantitatif
 Metode Caliberated Loop Direct Streak (CLDS)
Hari I : Siapkan medium (Brolacin/ MH/ CLED) dalam keadaan kering kemudian
panaskan Ose dampai membara, dinginkan setelah itu ambil 1 mata Ose dan
lakukan penanaman pada media MH/ Brolacin dengan cara distreakkan Ose
di tengah-tengah media, lalu dengan tegak lurus distreakkan Ose secara
rapat dari atas ke bawah. Ulangi lagi streakkan dengan mengubah posisi
plate hingga tegak lurus dengan streakkan tadi demikian seterusnya.
Lakukan inkubasi 37°C dalam suasana aerob selama 24 Jam
Hari II : Hasil dibaca dan dihitung dengan colony counter
Catatan : - Syarat jumlah koloni dihitung harus terletak antara 30-300 koloni
- Hasil perhitungan dinyatakan lebih besar dari 100.000 atau kurang dari
100.000 bakteri/ml
2. Pemeriksaan kualitatif
 Air kemih 5-10 ml dicentrifuge secara steril dengan kecepatan 2500-3000 rpm, selama
10 menit, supernatannya dibuang dan sedimen dilakukan pengecatan gram, tujuan
untuk melihat morfologi kuman dan melihat sifat kuman terhadap pengacatan serta
untuk mengarahkan pemeriksaan selanjutnya.
 Coccus gram positif (+)
Dilanjutkan penanaman ke media Blood Agar Plate diinkubasi pada suhu 37° C dalam
suasana aerob selama 24 Jam. Untuk pemeriksaan selanjutnya sama seperti cara
identifikasi kuman coccus gram +
 Coccus gram negatif (-)
Dilakukan penanaman pada media BAP. Inkubasi 37°C 24 Jam dalam suasana
fakultatif anaerob/ CO2 10%. Untuk pemeriksaan selanjutnya sama seperti cara
mengidentifikasi kuman coccus gram -
 Batang gram negatif (-)
Dilakukan penanaman pada media Mac Conkey. Inkubasi 37° C 24 Jam dalam suasana
aerob. Untuk pemeriksaan selanjutnya sama seperti cara mengidentifikasi kuman
batang gram negatif (golongan Enterobacteriaceae)
Hasil Pengamatan

MEDIA MCA

Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: Kuning
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -

Sebelum Sesudah

MEDIA BAP

Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: putih
Tepi: Rata
Hemolis : Alfa/beta,gamma
Permukaan: Cembung

Sebelum Sesudah

MEDIA CLED

Bentuk: Bulat
Ukuran: besar
Warna: Jernih
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -

Sebelum Sesudah
PEWARNAAN GRAM DARI MEDIA MCA

Bentuk: Batang
Warna: merah
Susunan : menyebar
Sifat: Gram -

Sifat : Gram -

PEWARNAAN DARI MEDIA BAP

Bentuk: Coccus
Warna: Ungu
Susunan : Bergerombol
Sifat : Gram +
PERHITUNGAN MEDIA CLED

Jumlah koloni 35, menggunakan 1 mikrometer loop

Jumlah bakteri

35 koloni x 1000 (factor kalibrasi ) = 35.000 CFU/ml


4
35.000 = 3,5x10 ¿ ¿ CFU/ml

HASIL PENGAMATAN MEDIA BIOKIMIA REAKSI

MEDIA
Glukosa (+)
Manosa (+)
Maltosa (+)
Sukrosa (+)
Laktosa (+)
Motil +
KIA
Lereng ALKALIS
Dasar Acid
Gas +
H2 S +
Urea +
Indol -
MR -
VP -

Citrat
+

TES IMVIC

1. Test Indol
Media Indol + 2 tetes KOVAC tidak terbentuk cincin merah
2. Test MR
Media MR + 2 tetes reagent MR terbentuk cincin merah
3. Test VP
Media VP + 2 tetes KOH + 1 tetes alfa naftol tidak terbentuk cincin merah
MEDIA MSA

Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: Putih
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -

Sebelum Sesudah

MEDIA NAS

Bentuk: Bulat
Ukuran: Kecil
Warna: Kuning
Tepi: Rata
Permukaan: Cembung
Konsistensi: Mucoid
Fermentasi: lakstosa -

Sebelum Sesudah

TEST KATALASE

Suspensi kuman + H2O2 3% -> Terjadi gelembung

TEST KOAGULASE

Suspensi kuman + plasma citrate + pz -> terdapat butiran halus

Kesimpulan Mahasiswa

Jadi pada pemeriksaan urine kultur didapatkan bakteri staphylococcus dan bakteri
proteus sp.

Jadi pada Pemeriksaan sampel diduga terinfeksi proteus sp dan staphylococcus


dengan jumlah bakteri 35.000 CFU/ml
Catatan Mahasiswa

Bakteri Staphylococcus
Famili : Mocrococcaeae
Species : - Staphylococcus albus
- Staphyylococcus aureus
- Satphylococcus citreus
1. Morfologi
Dengan pewarnaan Gram
Bentuk : Coccus
Susunan : bergerombolan seperti anggur
Warna : Ungu
Sifat : Gram (+)

Bentuk bulat, Spora (-), flagella (-)


Letak satu sel dengan yang lain bergerombol ssperti anggur (terlihat baik pada
pengamatan dalam medium padat). Dalam semai nanah kaldu terlihat pasangan rantai
pendek. Pada kultur muda bersifat Gram (+), pada kultur tua bersifat Gram (-).
2. Sifat Biakan
Kooni micrococcus tumbuh baik pada media agar pada suhu normal (22⁰C - 30⁰C) 24
jam
Koloni halus, basah, menonjol, tepi bulat dan berwarna kuning jernih atau putih atau
kuning emas
Dapat tumbuh pada lingkungan aerob/anaerob
Produksi pigmen terlihat baik pada suasana aeroob dan suhu rendah
Dalam media kaldu yang berisi dextrose, sukrosa, manitol akan terjadi pemecahan
menjadi asam tanpa gas
3. Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab infeksi yang bersifat PYOGENES (pembentuk
pus/nanah)
Untuk pembuatan culture dapat diambil dari :
 Luka dengan nanah
 Bisul kecil / besar
 Abcess di bagian tubuh
Staphylococcus pathogen mempunyai sifat :
 Menghemolisa sel darah merah
 Menghasilkan koagulase
 Membentuk pigmen (kuning emas)
 Memecah manitol menjadi asam
Staphylococcus Staphylococcus Staphylococcus
aureus albus citreus
Warna Koloni Kuning emas Putih Kuning Jeruk
Hemolisis (agar darah) + ± -
Β α Γ
Pertumbuhan (anaerob) + + ±
Koagulase + - -
Peragian Glukosa + ± -
Peragian Manitol + ± -
Pingmen Kuning emas Putih proselin Kuning jeruk

Struktrur  Antigen/ Mekanisme
Stafilokokus mengandung antigen polisakarida dan protein seperti zat lain yang penting
dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang bergabung memberikan eksoskeleton yang kaku dari dindingsel.
Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau paparan terhadap lisozim. Ini peting dalam
pathogenesis infeksi : infeksi akan merangsang pembentukan interleukin 1(pirogen
endogen) dan antibody opsonin oleh monosit; dan ini dapat menjadi penarik kimiawi
bagi lekosit polimorfonuklear, mempunyai aktivitas seperti endotoksin dan mengaktivasi
komplemen.
Asam teikoat, yang merupakan polimer glikserol atau ribitol fosfat, diikat ke
peptidoglikan dan dapat menjadi antigenik. Antibody asam anti teikoat yang dapat
dideteksi melalui difusi gel dapat ditemukan pada pasien dengan endokarditis aktif yang
disebabkan oleh S.aureus.
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan galur S.aureus yang bias
mengikat ke bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3. Meskipun IgG terikat pada protein A,
namjun fragmen Fab tetap bisa bebas berikatan dengan antigen spesifik. Protein A telah
menjadi reagen yang penting dalam imunologi dan teknologi laboratorium diagnostik;
contohnya protein A yang dilekati dengan molekul IgG terhadap antigen bakteri spesifik
akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai antigen tersebut (ko-aglutinasi).
Beberapa galur S.aureus mempunyai kapsul yang menghambat fagositosis oleh lekosit
polimorfonuklear kecuali jika terdapat antibody spesifik. Sebagian besar galur S.aureus
mempunyai koagulase atau factor penggumpalan pada permukaan dinding sel; ikatan
koagulase non enzimatik pada fibrinogen, menyebabkan agregasi pada bakteri.
( Jawetz.2005.Mikrobiologi kedokteran.Jakarta;Salemba Medika.)

 Produksi Toksin  dan Enzim


Stafilokokus dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya melakukan
pembelahan dan menyebar luas kedalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan
ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim yang lain dapat berupa toksin,
meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Beberapa toksin berada dibawah kontrol
genetik plasmid, beberapa dibawah kontrol baik kromosom maupun ekstrakromosom,
dan pada yang lainmekanisme kontrol genetiknya belum ditemukan
1.      Katalase
Stafilokokus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen. Tes katalase untuk membedakan stafilokokus positif dari stafilokokus negatif.
2.      Koagulase
S. aureus menghasilkan koagulase, protein menyerupai enzim yang mampu
menggumpalkan plasma yang ditambah dengan oksalat atau sitrat dengan adanya suatu
faktor yang terdapat dalam serum.

3.      Enzim Lain
Enzim lain yang dihasilkan oleh stafilokokus antara lain hyaluronidase, atau faktor
penyebaran , stafilokinase juga bekerja sebagai fibrinolisis tapi lebih lambat dari
streptokinase, yang lain proteinase, dan beta lactamase.
4.      Eksotoksin
Ini meliputi beberapa beberapa toksin yang bersifat letal jika disuntikan pada binatang,
menyebabkan nekrosis pada kulit, dan berisi larutan hemolisis yang dapat dipisahkan
dengan elektroforesis
5.      Lekosidin
Toksin S. aureus ini dapat membunuh sel darah putih pada berbagai binatang. Peran
toksin dalam patogenesis tidak jelas, karena stafilokokus yang patogenik tidak dapat
membunuh sel darah putih dan dapat difagositosis seefektif seperti nonpatogenik.
6.      Toksin Eksfoliatif
Toksin S. aureus ini termasuk sedikitnya dua protein yang menghasilkan deskuamasi
generalisata pada stafilococcal scalded skin syndrome.
7.      Toksin Sindroma Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome Toxin)
Sebagian besar galur S. aureus diisolasi dari pasien sindroma syok toksik yang
menghasilkan racun yang dinamakan Toxic Syok Syndrome Toxin-1 (TSST-1), yang
secara struktural sama dengan enterotoksin B dan C.
8.      H. Enterotoksin
Ada sedikitnya enam (A-F) toksin larut yang dihasilkan hampir 50% galur S. aureus.
Seperti TSST-1, enterotoksin adalah superantigen yang berikatan dengan molekul MHC
kelas II, menimbulkan stimulasi sel T. Enterotoksin stabil terhadap panas 9bertahan pada
air mendidih selama 30 menit) dan resisten terhadap aksi enzim usus

Uji Laboratorium Diagnostik


A.Spesimen : usapan permukaan,pus,darah,aspirat trakea atau cairan spinal,dipilih
bergantungan pada tempat infeksi.

B.Hapusan : Stafilokokus yang khas dilihat pada apusan yang dicat dari pus atau
sputum,hapusan ini tidak bisa membedakan organisme(S.epidermis)dari organisme
patogen (S.aureus).

C.Biakan : Spesimen yang ditanam pada lempeng agar darah menunjukkan koloni yang
khas dalam waktu 18 jam pada suhu 37oC tetapi hemolisis dan produksi pigmen mungkin
tidak terjadi sampai beberapa hari kemudian,dan optimal pada suhu kamar.S aureus dan
bukan stafilokokus yang lain memfermentasi manitol.Spesimen yang dikontaminasi
dengan flora campuran dapat dibiakan pada media yang mengandung NaCl 7,5%;garam
tersebut menghambat sebagian besar flora naormal lainnya tapi tidak
menghambat S.aureus.Agar garam manitol(Mannitol Salt Agar)digunakan untuk
menyaring S.aureus yang ada dihidung.

D.Tes Katalase : Tetes larutan hidrogen peroksida ditempatkan pada gelas objek dan
sejumblah kecil bakteri yang tumbuh diletakkan dalam larutan tersebut,pembentukan
gelembung(pelepasan oksigen)menunjukkan bahwa tes positif.Tes ini dapat dilakukan
dengan cara menuangkan larutan hidrogen peroksida pada biakan bakteri yang padat agar
miring dan diamati munculnya gelembung.

E.Tes Koagulase : Plasma kelinci atau manusia yang ditambah sitrat dicaiorkan dalam
perbandingan 5:1 dicampur dengan volume yang sama dari biakan air atau dari
koloni,pada agar dan inkubasi pada suhu 37 oC.Satu tabunng plasma dicampur dengan
media cair yang steril dipakai sebagai kontrol.Jika gumpalan terjadi dalam 1-4 jam
berarti tes positif.

F.Uji kepekaan : Uji kepekaan mikrodilusi atau difusi cakram hendaknya dilakukan
secara rutin pada isolat stafilokokus dari infeksi yang secara klinis bermakna.Resistensi
terhadap penisilin G dapat diramalkan dengan uji β-laktamase positif;sekityar
90% S.aureus menghasilkan β-laktamase. Resistensi terhadap nafsilin(dan oksasilin serta
metisilin) terjadi pada sekitar 20% isolat S. aureus dan hampir 75%
isolat S.epidermidis. Resistensi terhadap nafsilin berhubungan dengan adanya
gen mecA yaitu gen yang mengkode PBP tidak dipengaruhi oleh obat tersebut.Gen
tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan uji PCR(Polymerase Chain
Reaction) tetapi ini tidak pentingsebab stafilokokus yang tumbuh pada agar Mueller-
Hinton yang mengandung NaCl 4% dan 6µg/mL oksasilin secara khas adalah positif
mecA dan resiten terhadap nafsilin.

G.Uji Serologis dan penentuan Tipe : Antibodi terhadap asam teikoat dapat dideteksi
pada infeksi yang lama dan dalam(misalnya endokraditis stafilokokus).Uji seriologis ini
sedikit bermanfaat dalam praktek.Pola kepekaan terhadap antibiotika bermanfaat dalam
melacak infeksi S.aureus dan dalam menentukan jika bakterimia disebabkan oleh
S.epidermidis multipel.Teknik pemerataan molekuler telah digunakan untuk menelaah
penyebaran klon S.aureus yang menyebabkan penyakit epidemi.

Bakteri Proteus sp
- Morfologi Pada Pewarnaan Gram
Bentuk : batang
Susunan : menyebar
Warna : merah
Sifat : Gram (-)
Termasuk Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Proteus
Spesies : Proteus vulgaris
Proteus morgana (morganella)
Proteus mirabilis
Proteus rittgeri (providencia)
Bakteri yang termasuk Proteus bentuk batang, Gram (-), pleomorph, bergerak aktihf
dengan flagel peritrik dan tumbuh aerob.
- Sifat – Sifat Umum
Sifat biakan proteus tumbuh di bouillon keruh merata daan di bagian atasnya terrdapat
langit-langit.Pada media padat tumbuhnya cenderung menyebar ke seluruh permukaan
(oleh karena aktivitas geraknya) dan disebut swarming.Bakteri proteus tidak tumbuh baik
pada media dalam Susana asam.
- Swarming adalah
Penyebaran koloni Proteus ke segala arah pada media plate dikarenakan akitvitas
pergerakannya yang tinggi.
- Patogenitas
Spesies Proteus menyebabkan infeksi pada manusia hanya bilaa bakteri ini
meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan
menyebabkan bakteremia, pneumonia, dan lesi fokal pada penderitaa yang lemah aatau
padaa penderita yang menerima infuse intravena. Proteus mirabilis menyebabkan infeksi
saluran kemih dan kadang-kadang infeksi lainnya.Proteus vulgaris dan morganella
(mordanilli) merupakan pathogen nosokomial yang penting.
Spesies Proteus menghasilkan urease, mengakibatkan hidrilish urea yang cepat itu
padaa infeksi saluran kemih oleh Proteus, urine bersifat basa.Pergerakan cepat Proteus
mungkin ikut berperaan dalam invasinya terhadaap saluran kemih.Kepekaan antibiotic
strain Proteus sangat bervariasi. Proteus mirabilis sering dihambat oleh penisilin,
antibiotic yang paling aktif pada anggota lain dari kelompok itu adalah aminoglikosida
dan sefalosporin.
- Urinary Tract infection pada penderita bakteriuri kronis.
- Sepsis
- OMP (congek)
- Luka-luka kulit superficial
- Proteus morgani menyebabkangastro enteritis terurama pada anak-anak dengan
gejala yang hebat.
- Diagnose Laboratorium
Culture mokroorganisme ini diambil dari : darah, urine, exudat

Gejala Klinis

Bakteri ini mampu memproduksi enzim urease dalam jumlah besar. Enzim urease yang
menghidrolisis urea menjadi ammonia (NH3) menyebabkan urin bertambah basa. Jika tidak
ditanggulangi, pertambahan kebasaan dapat memicu pembentukan kristal sitruvit
(magnesium amonium fosfat), kalsium karbonat, dan atau apatit. Bakteri ini dapat ditemukan
pada batu/kristal tersebut, bersembunyi dalam kristal dan dapat kembali menginfeksi setelah
pengobatan dengan antibiotik. Semakin banyak batu/kristal terbentuk, pertumbuhan makin
cepat dan dapat menyebabkan gagal ginjal.

Proteus mirabilis memproduksi endotoksin yang memudahkan induksi ke sistem respon


inflamasi dan membentuk hemolisin. Bakteri ini dapat pula menyebabkan pneumonia dan
juga prostatitis pada pria.

               Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi kencing dan adanya sel
darah putih pada urin. Sistitis (infeksi berat) dapat dengan mudah diketahui dan termasuk
sakit punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi, hematuria (adanya darah merah pada urin),
sakit akibat pembengkakan bagian paha atas. Pneumonia akibat infeksi bakteri ini memiliki
gejala demam, sakit pada dada, flu, sesak napas. Prostatitis dapat diakibatkan oleh infeksi
bakteri ini, gejalanya demam, pembengkakan prostat.

Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini
biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk
inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka

  
Penularan dan Pengobatan

Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini
biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk
inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka.

Infeksi Proteus mirabilis dapat diobati dengan sebagian besar jenis penisilin atau sefalosporin
kecuali untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan nitrofurantoin atau tetrasiklin
karena dapat meningkatkan resistensi terhadap ampisilin, trimetoprim, dan siprofloksin. Jika
terbentuk batu/kristal, dokter bedah harus menghilangkan blokade ini dahulu.

Pemeriksaan Laboratorium

Berdasarkan tes fermentasi di laboratorium, P.vulgaris memfermentasi glukosa, dan


amygdalin, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau manitol. P.vulgaris juga memberikan
hasil positif untuk Metil Merah (campuran asam fermentasi) dan juga bergerak
aktif  menggunakan flagellnya. Kondisi pertumbuhan yang optimal organisme ini berada
dalam lingkungan anaerobik fakultatif dengan suhu rata-rata sekitar 23 derajat Celcius.

Bakteremia & sepsis - Enterobacteriaceae (yang Proteus adalah anggota) dan Pseudomonas
spesies adalah mikroorganisme yang paling sering bertanggung jawab atas bakteremia gram-
negatif.

Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan dengan ISK harus meningkatkan kemungkinan
penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar terutama pasien yang tinggal di fasilitas perawatan
jangka panjang, yang memiliki kateter jangka panjang saluran kencing, atau yang memiliki
sejarah yang telah diketahui kelainan anatomis uretra.

ISK obstruksi - urease produksi menyebabkan pengendapan senyawa organik dan anorganik,
yang mengarah ke struvite pembentukan batu. Struvite batu terdiri dari kombinasi magnesium
amonium fosfat (struvite) dan kalsium karbonat-apatit.          Struvite pembentukan batu dapat
dipertahankan hanya bila produksi amoniak meningkat dan pH urin tinggi untuk mengurangi
kelarutan fosfat. Kedua persyaratan ini dapat terjadi hanya bila urin terinfeksi dengan
organisme yang memproduksi urease-seperti Proteus. Urease memetabolisme urea menjadi
amonia dan karbon dioksida: Urea 2NH3 + CO2. Amonia/amonium pasangan buffer
memiliki pK dari 9,0, sehingga kombinasi air kencing yang sangat kaya alkali dalam amonia.
Gejala yang timbul struvite batu jarang terjadi. Lebih sering, perempuan hadir dengan ISK,
nyeri panggul, atau hematuria dan ditemukan untuk memiliki pH urin terus basa (> 7.0).

Media Pembiakan

Bakteri jenis Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan penghambat, dalam
situasi aerob atau semianaerob, pada suhu 10-43°C.

a)      Media Mac Conkay Agar (MCA)

Pertumbuhan bakteri Proteus pada media MCA memiliki cirri-ciri koloni sedang besar, tidak
berwarna atau merah muda, non lactose fermented, smooth, menjalar atau tidak, jika menjalar
permukaan koloni kasar (rought)

b)      Media NA

Pertumbuhan bakteri Proteus yang baik pada media NA memiliki cirri-ciri kolooni kecil,


elevasi cembung, smooth, pinggiran rata, dan berwarna putih keruh

c)      Media BAP (Blood Agar Palte)

Proteus pada media selektif BAP memiliki cirri-ciri koloni sedang, smooth, keeping, ada
yang menjalar dan ada yang tidak menjalar, bersifat anhaemolytis.

d)      Uji Biokimia

Pada ujia biokimia bakteri Proteus mampu memecah urea dengan cepat, mencairkan gelatin,
glukosa dan sukrosa dipecah menjadi asam dan gas, mannit dan laktosa tidak pecah. Terlihat
pada tes biokimia secara umum            :

Tes positif       : Motility, phenylalanine atau trypthopan deaminase,  Metyl-Red test

Tes negative : ONPG, fermentasi lactose, Voges-Proskauer, Lysin, Decarboxilase,   Arginine,


Dihidrolisa, Malonate Broth.
Infeksi Saluran Kencing

A.    Pengertian

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

B.     Klasifikasi

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:

1. Kandung kemih (sistitis)

2. uretra (uretritis)

3. prostat (prostatitis)

4. ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

a.       Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.

b.      Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.

c.       Gangguan daya tahan tubuh

d.      Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

C.    Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

2. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

3. Peudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.Prevalensi penyebab


ISK pada usia lanjut, antara lain:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

e. Adanya hambatan pada aliran urin

f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat


DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN edisi revisi , oleh staf pengajar fakultas
kedokteran universitas Indonesia .

http://kamuskesehatan.com/arti/deskuamasi/

http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/07/staphylococcal-scalded-skin-syndrom.html

Jawetz.2005.Mikrobiologi kedokteran.Jakarta;Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai