Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

BAKTERIOLOGI III

Nama Mahasiswa/I : NUKE NABELA


Tingkat/Semester : III / 5
NIM : 20118060
Kelas / Tahun Angkatan : 3C / 2018
Nama Dosen : Binti Muarofah, S.Pd., S.ST., M.Si

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS TEKNOLOGI, MANAJEMEN DAN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
Nama : NUKE NABELA NILAI
Kelas/Tkt : 3C / III
Institusi : D4 TLM
No Absen : 10
Tanggal : 11 November 2020

Topik → Pemeriksaan PUS CULTURE


Tujuan → Mengidentifikasi adanya bakteri yang menginfeksi luka.
Prinsip → Pembiakan bakteri pada media secara in vitro (media buatan)
Alat →
- Plate - Tabung durham - Masker
- Rak tabung - Inkubator - Lampu Spiritus
- Inkas - Ose bulat - Mikroskop
- Tabung reaksi - Ose jarum - Haskun
- Tabung khan - Objek Glass

Bahan →
- Media Cooked meat - Media BAP - Alkohol 70%
- Media Biokimia Reaksi - Fuchsin - Media MSA
- PZ - Gentian Violet - Media NAS
- Lugol - Kapas Swab
Prosedur Kerja:

Sampel Pus

Aerob Anaerob

Media MCA Media BAP Media BAP

Inkubasi 37℃selama24 jam Inkubasi 37℃selama24 jam


Bentuk : Bulat Bulat Bulat
Ukuran : Kecil Kecil Kecil
Warna : Merah/Jernih Putihporselin Putih porselin
Tepi : Rata Rata Rata
Permukaan : Cembung Cembung Cembung
Konsistensi : Semi mucoid Mucoid Mucoid
Fermentasi : Laktosa -/+ Hemolisa alfa, beta,gamma Hemolisa alfa, beta, gamma

Pewarnaan Gram

Bentuk : Batang Bentuk : Coccus


Warna : Merah Warna : Ungu
Susunan : Menyebar Susunan : Bergerombol
Sifat : Gram - Sifat : Gram +

BiokimiaReaksi MSA, NAS


Tes IMVC A. Test Katalase Coccus Gram positif (+) dan ZN
dan Koagulase
negatif (-)
 Spesimen ditanam pada media blood agar plate,diinkubasi 37̊C 24 Jam suasana
aerob
 Hari berikutnya amati koloni dan pelajari kemudian buat pengecatan gram,tanam
pada media nutrient agar slant,diinkubasi 37 ̊ C 24 Jam suasana aerob
 Dari NA/CA slant dilakukan test katalase cara slide dan cara tabung dengan
menanam dulu pada media Nutrient broth,bila hasil test katalase (–) maka harus
dilakukan test yang membedakan antara Streptococcus dengan Pneumococcus.

B. Batang Gram (+)/(-) dan ZN (+)


 Spesimen ditanam pada media Blood agar Plate,thioglycholaye/cooked meat
medium,inkubasi 37̊C 24 Jam suasana aerob.
 Hari berikutnya lakukan test-test untuk mengidentifikasi kuman dari golongan
Bacillus dan Clostridium.

HASIL

Staphylococcus pada Media BAP

Bentuk : Bulat
Ukuan : Kecil
Warna : Putih
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Konsistensi : Mucoid
Hemolisa : Alfa

Staphylococcus pada Media MSA

Bentuk : Bulat
Bentuk : Bulat
Ukuran : Kecil
Ukuan : Kecil
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Tepi : Rata
Konsistensi : Semi Mucoid
Permukaan : Cembung
Pigmen : Putih Konsistensi : Semi Mucoid
Fermentasi Manitol :Sempurna, Fermentasi Manitol : Sebagian
Sebagian dan tidak menfermentasi

Staphylococcus pada Media NAS

Bentuk : Bulat
Ukuan : Kecil
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Konsistensi : Mucoid
Pigmen : Putih proselin

Test Katalase

2 Tetes H2O3 3% + kuman = terbentuk


Gelembung (+)
Test Koagulase

1 tetes PZ + 1 mata ose bakteri + plasma


citrate = Tidak terbentuk Gumpalan Pasir (-)

Clostridium tetani pada Media BAP

Koloni Clostridium meluas


membentuk filment halus mirip
koloni proteus dan menghemolisis
darah.

Clostridium tetani pada Media Cook meat

Pada media cooked meat tampak


keruh,bau gas kadang dan berwarna
hitam.

Hasil pada Media Gula-gula

MEDIA HASIL
Motil +
Laktosa -
Dextrosa -
Sukrosa -
Indol -
Nitrat -

Pewarnaan Gram

Bentuk :Batang agak bengkok


Spora : Bulat Terminal
Sifat : Gram +
Susunan : Sendiri-sendiri atau berantai

Bentuk : Coccus
Warna : Ungu
Susunan : Bergerombol
Sifat : Gram +

Kesimpulan

Jadi pada pemeriksaan PUS CULTURE didapatkan hasil bakteri Staphylococcus albus
dan Clostridium tetani.

CATATAN MAHASISWA
A. PENGERTIAN

Infeksi merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama di daerah tropis seperti
Indonesia karena keadaan udara yang banyak berdebu dan temperatur yang hangat serta lembab
sehingga mendukung mikroba untuk dapat tumbuh subur. Keadaan tersebut ditunjang dengan
kemudahan transportasi dan keadaan sanitasi buruk yang lebih memudahkan penyakit infeksi
semakin berkembang (Kuswandi, dkk., 2001).
Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya peradangan local
yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus). Infeksi piogenik dikarenakan adanya
invasi dan multiplikasi mikroorganisme pathogen di jaringan sehingga mengakibatkan luka pada
jaringan dan berlanjut menjadi penyakit, melalui berbagai mekanisme seluler dan umumnya
disebabkan oleh salah satu kuman piogenik (Singh et al., 2013).
Infeksi piogenik menyebabkan beberapa penyakit umum, diantaranya impetigo,
osteomyelitis, sepsis, artritis septik, spondylodiscitis, otitis media, sistitis dan meningitis. Infeksi
piogenik menghancurkan neutrophil melalui pelepasan leukosidin sehingga terbentuk abses. Hal
tersebut merupakan ciri khas infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Miller and
John, 2011).
Komplikasi yang timbul dari infeksi kulit dan jaringan lunak karena Staphylococcus
aureus merupakan masalah klinis yang utama. Hal ini dikarenakan tingginya kejadian infeksi dan
munculnya strain kuman resisten antibioti secara luas. Oleh karena itu kuman yang
menghasilkan leukosidin disebut sebagai kuman piogenik (Qureshi et al., 2004).

Kelompok kuman piogenik terdiri dari banyak spesies yang tersebar luas di tubuh
manusia. Diantaranya yang paling umum adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus pyogenes, Escherichia coli, Streptococcus pneumonia, Klebsiella
pneumonia, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhoeae, Mycobacterium
tuberculosis dan lain-lain (Androulla, 1989; Singh et al., 2013).

1.) Pengambilan dan Penanganan Spesimen Pus

Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan
kemudian memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini
peranan laboratorium sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit infeksi menjadi sangat
penting (Anonim, 1997).
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan,
saat pengambilan dan seleksi spesimen. Spesimen yang diambil harus memiliki syarat sebagai
berikut:
a.) Representatif untuk proses infeksi
b.) Jumlah spesimen cukup untuk memungkinkan pemeriksaan
c.) Saat pengambilan perlu diperhatikan
d.) Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh lain, dan
petugas pengambil
e.) Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian terapi antibiotika atau bila bahan
pemeriksaan berasal dari pasien yang telah diterapi sebaiknya klinisi memberi catatan
khusus (Anonim, 1997).

Untuk uji laboratorium diagnostik stafilokokus, spesimen yang dapat digunakan yaitu:
usapan permukaan, pus, darah, aspirat trakea atau cairan spinal, dipilih bergantung pada tempat
infeksi (Jawetz, dkk., 2001).
Pus adalah cairan hasil proses peradangan yang terbentuk dari sel-sel (leukosit) dan
cairan encer yang dinamakan liquour puris; nanah (Anonim, 2000).

B. Staphylococcus

Staphylococcuss adalah sel Gram-positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam


rangkaian tak beraturan seperti anggur. Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan
dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan pigmen yang
bervariasi dari putih sampai kuning tua.
Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia; lainnya
menyebabkan pernanahan, abses, berbagai infeksi piogenik, dan bahkan septikemia yang fatal.
Stafilokokus patogen sering menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma, serta menghasilkan
berbagai enzim ekstraseluler dan toksin. Suatu jenis keracunan makanan sering terjadi akibat
enterotoksin tahan panas yang dihasilkan stafilokokus tertentu. Stafilokokus cepat menjadi
resisten terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan.
yang sulit (Jawetz, dkk., 1996)

Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa
disertaigangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani .Penyakit
inimengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani.

C. Clostridium tetani

Merupakan organisme obligat anaerob, batang gram positif, bergerak,ukurannya kurang


lebih 0,4 x 6μm. Mikroorganisme ini menghasilkan spora pada salah satu ujungnya sehingga
membentuk gambaran tongkat penabuh drum atau raket tenis.Spora Clostridium tetani sangat
tahan terhadap desinfektan kimia, pemanasan dan pengeringan. Kuman ini terdapat dimana-
mana, dalam tanah, debu jalan dan pada kotoran hewan terutama kuda. Spora tumbuh menjadi
bentuk vegetatif dalam suasana anaerobik.Bentuk vegetatif ini menghasilkan dua jenis toksin,
yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. Tetanolisin belum diketahui kepentingannya dalam
patogenesis tetanus dan menyebabkan hemolisis in vitro, sedangkan tetanospasmin bekerja pada
ujung saraf otot dan sistem saraf pusat yang menyebabkan spasme otot dan kejang.
Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5
mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin.
Kuman ini terdapat di tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang.
Clostridium tetani termasuk bakteri gram positif anaerobic berspora, mengeluarkan eksotoksin.
Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin.
Tetanospamin lah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus. Perkiraan dosis mematikan
minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175
nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase
maupun lesitinase, tidak memecah proteindan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga
tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkangelatinase, dan indol positif.
Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis.
Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10 – 15 menit.
Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya. (Anonim,1997).
DAFTAR PUSTAKA

Singh S., M. Khare, R.K. Patidar, S. Bagde, K.N. Sahare, D. Dwevedi and V. Singh. 2013.
Antibacterial Activities Against Pyogenic Pathogens. Int. Jour. Of Pharmaceutical
Sciences and Research.

Miller L.S. and john S.C. 2001. Immunity Againts Staphylococcus aureus Cutaneous Infections.
Nature Reviews Immunology.

Qureshi A.H., S. Rafi, S.M. Qureshi, and A.M. Ali. 2004. The Current Susceptibility Patterns of
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus to Conventional Anti-Staphylococcus
Antimicrobials at Rawalpindi Pakistan. Journal of Medical Sciences.

Androulla E. 1989. Outbreaks of Human Infections Caused by Pyogenic Streptococci of


Lencefield Group C and G. Journal of Medical Microbiology.
Dosen Pengampuh Mahasiswa

(Binti Muarofah, S.Pd., S.ST., M.Si) (NUKE NABELA)

Anda mungkin juga menyukai