BAKTERIOLOGI III
Bahan →
- Media Cooked meat - Media BAP - Alkohol 70%
- Media Biokimia Reaksi - Fuchsin - Media MSA
- PZ - Gentian Violet - Media NAS
- Lugol - Kapas Swab
Prosedur Kerja:
Sampel Pus
Aerob Anaerob
Pewarnaan Gram
HASIL
Bentuk : Bulat
Ukuan : Kecil
Warna : Putih
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Konsistensi : Mucoid
Hemolisa : Alfa
Bentuk : Bulat
Bentuk : Bulat
Ukuran : Kecil
Ukuan : Kecil
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Tepi : Rata
Konsistensi : Semi Mucoid
Permukaan : Cembung
Pigmen : Putih Konsistensi : Semi Mucoid
Fermentasi Manitol :Sempurna, Fermentasi Manitol : Sebagian
Sebagian dan tidak menfermentasi
Bentuk : Bulat
Ukuan : Kecil
Tepi : Rata
Permukaan : Cembung
Konsistensi : Mucoid
Pigmen : Putih proselin
Test Katalase
MEDIA HASIL
Motil +
Laktosa -
Dextrosa -
Sukrosa -
Indol -
Nitrat -
Pewarnaan Gram
Bentuk : Coccus
Warna : Ungu
Susunan : Bergerombol
Sifat : Gram +
Kesimpulan
Jadi pada pemeriksaan PUS CULTURE didapatkan hasil bakteri Staphylococcus albus
dan Clostridium tetani.
CATATAN MAHASISWA
A. PENGERTIAN
Infeksi merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama di daerah tropis seperti
Indonesia karena keadaan udara yang banyak berdebu dan temperatur yang hangat serta lembab
sehingga mendukung mikroba untuk dapat tumbuh subur. Keadaan tersebut ditunjang dengan
kemudahan transportasi dan keadaan sanitasi buruk yang lebih memudahkan penyakit infeksi
semakin berkembang (Kuswandi, dkk., 2001).
Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya peradangan local
yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus). Infeksi piogenik dikarenakan adanya
invasi dan multiplikasi mikroorganisme pathogen di jaringan sehingga mengakibatkan luka pada
jaringan dan berlanjut menjadi penyakit, melalui berbagai mekanisme seluler dan umumnya
disebabkan oleh salah satu kuman piogenik (Singh et al., 2013).
Infeksi piogenik menyebabkan beberapa penyakit umum, diantaranya impetigo,
osteomyelitis, sepsis, artritis septik, spondylodiscitis, otitis media, sistitis dan meningitis. Infeksi
piogenik menghancurkan neutrophil melalui pelepasan leukosidin sehingga terbentuk abses. Hal
tersebut merupakan ciri khas infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Miller and
John, 2011).
Komplikasi yang timbul dari infeksi kulit dan jaringan lunak karena Staphylococcus
aureus merupakan masalah klinis yang utama. Hal ini dikarenakan tingginya kejadian infeksi dan
munculnya strain kuman resisten antibioti secara luas. Oleh karena itu kuman yang
menghasilkan leukosidin disebut sebagai kuman piogenik (Qureshi et al., 2004).
Kelompok kuman piogenik terdiri dari banyak spesies yang tersebar luas di tubuh
manusia. Diantaranya yang paling umum adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus pyogenes, Escherichia coli, Streptococcus pneumonia, Klebsiella
pneumonia, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhoeae, Mycobacterium
tuberculosis dan lain-lain (Androulla, 1989; Singh et al., 2013).
Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan
kemudian memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini
peranan laboratorium sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit infeksi menjadi sangat
penting (Anonim, 1997).
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan,
saat pengambilan dan seleksi spesimen. Spesimen yang diambil harus memiliki syarat sebagai
berikut:
a.) Representatif untuk proses infeksi
b.) Jumlah spesimen cukup untuk memungkinkan pemeriksaan
c.) Saat pengambilan perlu diperhatikan
d.) Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh lain, dan
petugas pengambil
e.) Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian terapi antibiotika atau bila bahan
pemeriksaan berasal dari pasien yang telah diterapi sebaiknya klinisi memberi catatan
khusus (Anonim, 1997).
Untuk uji laboratorium diagnostik stafilokokus, spesimen yang dapat digunakan yaitu:
usapan permukaan, pus, darah, aspirat trakea atau cairan spinal, dipilih bergantung pada tempat
infeksi (Jawetz, dkk., 2001).
Pus adalah cairan hasil proses peradangan yang terbentuk dari sel-sel (leukosit) dan
cairan encer yang dinamakan liquour puris; nanah (Anonim, 2000).
B. Staphylococcus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa
disertaigangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani .Penyakit
inimengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani.
C. Clostridium tetani
Singh S., M. Khare, R.K. Patidar, S. Bagde, K.N. Sahare, D. Dwevedi and V. Singh. 2013.
Antibacterial Activities Against Pyogenic Pathogens. Int. Jour. Of Pharmaceutical
Sciences and Research.
Miller L.S. and john S.C. 2001. Immunity Againts Staphylococcus aureus Cutaneous Infections.
Nature Reviews Immunology.
Qureshi A.H., S. Rafi, S.M. Qureshi, and A.M. Ali. 2004. The Current Susceptibility Patterns of
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus to Conventional Anti-Staphylococcus
Antimicrobials at Rawalpindi Pakistan. Journal of Medical Sciences.