KHAMIR
LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember
2021
I. PENDAHULUAN
Fungi adalah organisme kemoheterotrof yang membutuhkan
senyawa organik untuk kebutuhan nutrisinya. Fungi merupakan
mikroba eukariotik yang memiliki ciri-ciri spesifik antara lain yaitu
memiliki inti sel, membentuk spora, tidak berklorofil, heterospora dan
dapat berkembang biak. Fungi dapat digolongkan menjadi dua
bagian yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi
berfilamen dan multiseluler sedangkan khamir merupakan bentuk
fungi yang berupa sel tunggal yang melakukan pembelahan sel
melalui pertunasan. Untuk mengetahui nama genus dan spesies
suatu biakan mikroorganisme, dilakukan cara yaitu identifikasi.
Identifikasi dilakukan dengan melihat ciri-ciri morfologi yang
dilakukan dengan makroskopis (dilihat dengan mata telanjang) dan
mikroskopis. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari
morfologi koloni kapang dan khamir secara makroskopis dan
mikroskopis serta mengidentifikasinya.
II. METODE
2.1 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Ose
2. Cawan set kultur
3. Beaker glass
4. Bunsen isi spiritus
5. Handsprayer berisi alkohol 70%
6. Korek
7. Pinset
8. Inkubator dengan suhu 30° c
b. Bahan
1. Medium PDA + Streptomycin
2. Akuades steril
3. Tisu
4. Larutan metylen blue
Hasil
a) Makroskopis
Isolat jamur
Hasil
b) Mikroskopis
Isolat jamur terpilih
Hasil
2. Khamir
Bunsen dinyalakan dan meja kerja disterilkan dengan
alkohol 70 %
Glass benda disemprot dengan alkohol dan
dipanaskan sampai mengering
Hasil
a) Makroskopis
Isolate yeast
Hasil
b) Mikroskopis
Isolat yeast dari kultur murni
Hasil
Bawah
Bawah
Bawah
No. Nama Warna Warna Permukaan Bentuk Tepi Foto bagian atas dan bawah
atas bawah
1. Khamir Putih Putih Convex Circular Entire Atas
1 susu susu (membulat) (bulat) (rata)
Bawah
7. Khamir Memiliki
1 pertunasan
(budding)
3.2 Pembahasan
Kapang merupakan mikroorganisme eukariotik yang tidak
memiliki klorofil, memiliki hifa, dinding sel terdiri dari kitin atau
selulosa, serta berkembang biak secara seksual dan
aseksual. Kapang hidupnya secara anaerob dan tumbuh
pada kondisi optimal yaitu pada suhu 25-30°c serta pada pH
dengan kisaran antara 2-8,5 (Hermana et al, 2018). Menurut
(Pelezar, 2013), kapang merupakan jamur yang tersusun atas
beberapa hifa. Hifa berbentuk seperti sekat sehingga menjadi
beberapa sel dan ada juga yang tidak bersekat disebut hifa
senositik. Anyaman hifa yang bersifat multiseluler atau
senositik disebut miselium. Hifa kapang dapat bersifat
vegetatif yaitu hifa yang berfungsi sebagai pertumbuhan
dalam pengambilan makanan dan hifa produktif yaitu
membentuk spora. Kapang membentuk koloni yang
menyerupai kapas (cottony, woolly) atau padat (velvety,
powdery, granular).
Khamir adalah jamur yang bersifat eukariotik uniseluler
yangdapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sel,
askospora dan koloni (Pratama et al, 2017). Menurut
(Simbolon et al, 2018), Khamir memiliki bentuk circular
(bundar), memiliki warna koloni crema tau putih, dengan
diameter 1 mm, berwarna putih susu, tepinya entire (rata atau
halus) dan sudut elevasi cembung seperti tetesan air.
Isolat pada kapang diamati secara makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan makroskopis denan cara melihat
morfologi koloni yaitu dari warna permukaan koloni, ada
tidaknya garis-garis radial dari pusat koloni ke arah tepi koloni
dan ada tidaknya lingkaran-lingkaran konsentris. Untuk
pengamatan mikroskopisnya yaitu dengan cara melihat hifa
(berseptum atau tidak), warna hifa, bentuk hifa, bentuk
konidia, dan ukuran spora (Shofiana et al, 2015).
Isolat khamir juga dapat di amati dari segi makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis yaitu dengan
melihat tekstur koloni, warna koloni, bentuk tepi (margin
koloni), elevasi dan permukaan koloni. Untuk pengamatan
dari segi mikroskopis dapat melalui cara melihat karakteristik
reproduksi generativ dan vegetatif. Reproduksi generativ yaitu
melalui pembentukan askospora, teliospore dan basidiospore
sedangkan reproduksi vegetatif yaitu pembentukan budding
multipolar, unipolar, bipolar, fusi, bentuk filamen, bentuk sel
(bulat, oval, silinder, ovoid, sperikal, spheroid)ukuran sel dan
memiliki pseudohifa (hifa sejati (miselium)) (Ashliha et al,
2014).
Dari data hasil praktikum beberapa spesimen kapang dan
khamir didapatkan hasil perbedaan karakteristik dari segi
makroskopis dan mikroskopis. Spesimen kapang terdiri dari 6
jamur sedangkan khamir terdiri dari 1 yeast. Jamur 1 memiliki
ciri makroskopis yaitu warna tepi putih dan tengahnya hitam,
warna baliknya putih, permukaan rata, bentuknya kompak
(padat), tepi rata, memiliki exudate drop, dan tidak memiliki
garis radial dan garis konsentris. Untuk ciri ikroskopisnya
didapatkan hifa yang bersepta. Menurut (R, Fathoni et al,
2016), karakteristik pada jamur 1 hampir sama dengan
spesies Mucor sp. yaitu secara makroskopis memiliki warna
koloni yang putih dan tumbuh lebat, permukaan berbentuk
seperti kapas, permukaan koloni rata dan tidak terdapat garis
radial serta garis konsentris. Ciri dari mikroskopisnya yaitu
terlihat hifa tidak bersekat, konidiofor tunggal tidak terlihat
rhizoid, sporangium berbentuk bulat, kolumela berbentuk
bulat, dengan spora berbentuk bulat dan halus.
Hasil praktikum dari jamur 2 dari segi makroskopis yaitu
warna atas hijau dan warna bawah hitam, permukaan
menggunung seperti tepung, bentuk kompak (padat), tepi
rata, tidak memiliki exudate drop dan juga tidak memiliki garis
radial serta garis konsentris. Untuk ciri mikroskopisnya
memiliki hifa bersepta. Menurut (Suryani et al, 2012),
spesimen jamur 2 hampir sama dengan genus Cladosporium
sp. yang memiliki ciri berwarna hijau tua kecoklatan dan
warna bawah hijau kehitaman. Permukaan koloni
menggunung dan tekstur permukaan seperti beludru. Margin
koloni rata , tidak memiliki lingkaran konsentris dan
menghasilkan eksudat berwarna hialin. Ciri mikroskopisnya
yaitu memiliki hifa yang bersekat dengan multinukleat,
konidiofor berbentuk lateral, konidia berbentuk rantai dan
berdinding halus.
Jamur 3 didapatkan hasil yaitu pengamatan makroskopis
menghasilkan warna tepi putih dan warna tengah hijau
keabuan, warna bawah cream, permukaan menggunung
seperti tepung, bentuk kompak (padat), tepinya rata, memiliki
exudate drop, dan memiliki garis radial dan konsentris. Ciri
mikroskopisnya yaitu memiliki hifa bersepta. Menurut
(Nasichah et al, 2016), spesimen jamur 3 hampir sama
dengan genus Penicillium yaitu ciri makroskopisnya memiliki
koloni berwarna hijau, serupa beludru, warna bagian dasar
kekuningan. Ciri mikroskopisnya hifa tidak berwarna dan
bersekat, konidiofor bercabang sederhana, berdinding halus,
berwarna kecoklatan. Fialida berbentuk ampuliformis,
berwarna coklat muda (pucat), metula berbentuk bulat,
berdinding halus dan tidak berwarna.
Jamur 4 mendapatkan hasil yaitu dari segi makroskopisnya
memiliki ciri-ciri warna atas hitam, warna bawah coklat
kehitaman, permukaan menggunung seperti tepung, bentuk
kompak (padat), tepinya rata, tidak memiliki exudate drop dan
tidak memiliki garis radial melainkan memiliki garis konsentris.
Ciri mikroskopisnya yaitu hifanya bersepta. Menurut (Suryani
et al, 2012), spesimen jamur 4 sama dengan spesies
Aspergillus niger yang memiliki warna hitam karena terdapat
konidiofor yang sangat banyak. Permukaan koloni mendatar
dengan tekstur permukaan kasar dan berbutir. Margin koloni
tidak rata, warna bawah koloni yaitu hitam dan tidak
menghasilkan eksudat. Ciri-ciri mikrosopisnya yaitu konidiofor
berbentuk panjang, berdinding halus dan berwarna hialin
kecoklatan. Vesikula berbentuk bulat. Fialid berbentuk paa
metula dan memiliki warna coklat serta konidia berbentuk
bulat.
Jamur 5 memiliki ciri-ciri yaitu dari segi makroskopis memili
warna atas putih, tepi putih, warna bawah cream, permukaan
seperti kapas, bentuknya tidak rata, tepinya juga tidak rata,
memiliki exudate drop dan tidak memiliki garis radial maupun
garis konsentris. Ciri mikroskopisnya yaitu memiliki hifa
bersepta. Menurut (R, Fathoni et al, 2016), spesimen jamur 5
hampir sama dengan spesies Fusarium sp. yang memiliki ciri
makroskopis warna koloni putih kekuningan, memiliki
permukaan seperti kapas, permukaan menggunung dengan
miselia aerial, tidak terdapat garis-garis radial dan konsentris
serta tidak terdapat tetes eksudat. Ciri mikroskopisnya yaitu
memiliki konidiofor yang bercabang, mikrokonidia berbentuk
ovoid bersel 1, hyalin dan berdinding halus, makrokonidia
berbentuk silindris terdiri dari 2-3 sel, tidak ditemui
khamidiospora dan hifanya bersekat.
Jamur 6 didapatkan hasil secara makroskopis yaitu warna
atas tepinya putih,tengah hitam, warna bawah tepi putih dan
tengah cream, perumukaan menggunung seperti tepung,
bentuk kompak (padat), tepinya rata, memiliki exudate drop
dan tidak memiliki garis konsentris melainkan memiliki garis
radial. Ciri mikroskopisnya yaitu memiliki hifa bersepta.
Menurut (Ristiari et al, 2018), spesimen jamur 6 hampir sama
dengan genus Trichoderma sp. yaitu memiliki warna koloni
hijau dan warna tepinya putih, sedangkan ciri mikroskopisnya
konidia berdinding halus, dinding konidiofor halus dan
bercabang, serta memiliki fialid. Genus ini memiliki ifa
bersepta. Menurut (R, Fathoni et al, 2016), spesimen jamur 6
juga hampir sama dengan spesies Aspergillus fumigatus yang
memiliki ciri-ciri makroskopis berwarna hijau dan warna balik
koloni putih, bentuk koloni bulat dengan tepi rata, tekstur
koloni datar dan ciri mikroskopisnya memiliki hifa bersepta,
bentuk konidia bulat bahkan beberapa ada yang semi bulat
serta berwarna hijau. Vesikula berbentuk gada dan konidiofor
tunggal.
Hasil pengamatan dari khamir yaitu didapatkan hasil dari
isolat yeast 1 memiliki ciri makroskopis warna atas putih susu
dan warna baliknya putih susu, permukaan convex, bentuk
circulat (bulat), tepinya rata, serta ciri mikroskopisnya memiliki
pertunasan (budding). Menurut (Widiastutik et al, 2014),
spesimen yeast 1 hampir sama dengan genus
Saccharomyces yang memiliki sel berbentuk bulat, elips atau
silindris, terlihat adanya pseudohifa dan askospora,
bereproduksi dengan pertunasan (budding) multilateral.
IV. KESIMPULAN