Anda di halaman 1dari 15

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI

Nama : Jauza Ulya Zahra


NIM : B1A017028
Rombongan :I
Kelompok :1
Asisten : Johanes De Britto

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba


tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan
murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari
pembelahan dari satu sel tunggal (utamutamzar & Chan, 1986). Kultur murni
atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu untuk menelaah
dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,
morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang
terdiri dari satu macam mikroorganisme saja (Hadioetomo, 1993).
Peremajaan adalah suatu metode untuk memindahkan isolat hasil
pemurnian dari medium lama ke medium baru. Alasan dilakukannya
peremajaan ialah pembaruan nutrisi, biakan memerlukan inokulum dan guna
mendapat isolat tunggal. Pembaruan nutrisi, untuk memberi nutrisi yang baru
karena nutrisi yang sebelumnya telah habis. Identifikasi adalah suatu metode
untuk mengetahui identifikasi jamur yang kemudian dibandingkan dengan
buku identifikasi (Lay, 1994).
Identifikasi merupakan proses dalam suatu penelitian atau pengamatan
untuk menentukan identitas suatu objek dengan cara membanding-bandingkan
antara objek yang di amati dengan literatur yang sudah ada sebelumnya.
Identifikasi mikroba dapat dilakukan berdasarkan informasi dari buku
identifikasi, berdasarkan sifat fisik, kimiawi atau biologis. Berdasarkan metode
tersebut, dapat diketahui jenis dan sifat dari mikroba yang bersangkutan
(Pelczar & Chan, 1986).

B. Tujuan

Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui patogen


penyebab penyakit pada tanaman.
II. TELAAH PUSTAKA

Penyakit tumbuhan terjadi sebagai interaksi dari inang yang rentan, patogen
virulen, dan lingkungan botik dan abiotik yang lebih mendukung perkembangan dan
penyebaran patogen. Hubungan parasit dengan inangnya lebih sering disebut sebagai
hubungan parasitisme. Penyakit terjadi ketika inokulum patogen berlimpah
sedangkan inang dan lingkungan mendukung perkembangan patogen, sebaliknya
pada saat inang rentan tidak tersedia dan lingkungan tidak mendukung
perkembangan patogen maka penyakit tidak akan terjadi (Semangun, 1996).
Patogen yang dapat menyerang tanaman adalah berupa bakteri maupun jamur.
Isolasi patogen tanaman di laboratorium diperlukan suatu medium untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan
kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Hal tersebut berfungsi
untuk memperoleh kultur patogen baik berupa bakteri maupun jamur sehingga
pengamatan mikroorganisme akan mudah untuk dilakukan (Ferdias, 1992).
Pentingnya mengetahui morfologi patogen adalah mengetahui bentuk fisik
patogen untuk mengatasi kesalahan analisis patogen yang menyerang tanaman.
Selain itu, dengan mengetahui bentuk fisik patogen tanaman dapat diketahui jenis-
jenis patogen yang sama dalam menginfeksi tanaman. Patogen yang menyerang pada
tanaman umumnya adalah jamur. Jamur merupakan organisme kecil, umumnya
mikroskopis, eukariotik, berupa filamen atau benang, bercabang, menghasilkan
spora, tidak memilki klorofil dan memilliki dinding sel yang mengandung kitin.
Terdapat 8000 jenis spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan.
Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri apabila memiliki inang,
disebut sebagai parasit obligat. Jamur yang membutuhkan inang untuk sebagian daur
hidupnya tetapi tetap mampu menyelesaikan daur hidupnya pada bahan organik mati
maupun pada tumbuhan hidup, disebut parasit non-obligat (Agrios, 1996).
Isolat jamur penyebab penyakit atau patogen tanaman dapat ditumbuhkan
pada medium PDA. Pengamatan secara makroskopis biakan murni isolat jamur dapat
ditunjukkan dengan adanya koloni serabut tipis, berwarna putih keruh dan
kecokelatan yang merupakan kumpulan miselia. Kumpulan miselium tersebut lambat
laun akan terlihat adanya gumpalan-gumpalan kecil yang tidak teratur dan berwarna
putih menyebar tidak merata berwarna coklat pada permukaan miselia yang disebut
sklerotia. Secara miroskopis, fungi ini memiliki ciri-ciri antara lain percabangan hifa
yang tampak tegak lurus, memiliki septat atau bersekat, tidak terdapat bentuk konidia
atau spora dan tidak ditemukannya sambungan apit. Biakan fungi tumbuh dengan
cepat, hanya dalam waktu tiga hari koloninya telah memenuhi cawan petri dengan
media PDA (Achmad &Maisaroh, 2004).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, LAF,
cawan petri, jarum ose, pinset, scalpel, pipet tetes, bunsen, kamera, buku
identifikasi dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah preparat tumbuhan
sakit yaitu daun dan buah cabai (Capsicum annum), daun kangkung (Ipomoea
aquatica), buah pisang (Musa sp.), buah pepaya (Carica papaya), buah tomat
(Solanum lycopersicum), akuades steril dan tisu steril.

B. Metode

Cara kerja Isolasi dan Identifikasi :


1). Isolasi

Sampel Dipotong 1x1 cm (sebanyak 3


bagian) bagian yang sakit dan
tidak
Dicuci dengan
alkohol 70%

Inkubasi
3x24 jam

2). Peremajaan Ditanam ke media Dikeringkan Dicuci dengan


PDA (duplo) dengan tisu steril akuades

Inkubasi
4x24 jam
Isolat Diambil 1 plug Dipindah ke
media PDA baru
3). Identifikasi

Isolat hasil
peremajaan Diletakkan ke object Ditutupi
glass + ditetesi cover glass Diamati di bawah
akuades mikroskop
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3.


Hasil Isolasi Daun Hasil Peremajaan Hasil Identifikasi
Cabai Daun Cabai Pengamatan Mikroskopik

Tabel 4.1. Hasil Isolasi & Identifikasi Patogen Rombongan I


Keterangan Kel 1 Kel 2 Kel 3
Warna Spora - - -
Bentuk Spora - - -
Mikroskopis Konidia Ada - -
Karakter (ada/tidak)
Hifa Septat Septet Septat
(septet/aseptat)
Pola Berkoloni Radial Radial
Persebaran
Warna Koloni Putih Putih Abu-abu
Makroskopi Warna Sebalik Broken white Putih Hijau tua
s Karakter Koloni kekuningan
Permukaan rata Cottony Seperti kapas
Koloni
Tepi Koloni Bergerigi Rata Bergerigi
Sampel Daun cabai Buah cabai Pisang
Spesies hasil Cercospora Collectotrichum Fusarium sp.
Identifikasi sp. sp.
Keterangan Kel 4 Kel 5
Warna Spora - Hijau
Bentuk Spora - Memanjang
Mikroskopis Konidia Ada -
Karakter (ada/tidak)
Hifa Aseptat Septat
(septet/aseptat)
Pola Konsentris Konsentris
Persebaran
Warna Koloni Abu-abu Putih
Makroskopi Warna Sebalik Hitam Putih susu
s Karakter Koloni
Permukaan Cottony Berkapas
Koloni
Tepi Koloni Berambut Bergerigi
Sampel Pepaya Daun kangkung
Spesies hasil Haplotrichu Fusarium
Identifikasi m sp. oxysporum
B. Pembahasan
Isolasi merupakan suatu teknik memisahkan mikroorganisme dari alam ke
medium biakan dalam skala laboratorium. Cara isolasi dapat menggunakan isolasi
umum atau isolasi khusus. Isolasi umum digunakan untuk memperoleh jamur dari
semua golongan, sedangkan isolasi khusus ialah isolasi untuk mendapatkan jamur
tertentu yang pertumbuhannya lambat atau sulit, sehingga diperlukan medium
tertentu untuk menumbuhkan jamur tersebut. Macam-macam isolasi umum, antara
lain dengan metode perangkap, pengenceran, tanam langsung, dan semai. Metode
perangkap, menggunakan perangkap jamur dari udara. Metode tanam langsung,
memperoleh jamur dengan cara tanam langsung yang ditanam pada sampel yang
diduga terinfeksi jamur, misalnya roti. Metode pengenceran, dilakukan
menggunakan media cair dari sampel berupa cair atau bubuk. Dasar melakukan
pengenceran adalah untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang
tersuspensi dalam cairan dengan pengenceran bertingkat (Lay, 1994). Metode
semai, dilakukan dengan menabur secara aseptis sampel berupa bubuk ke
permukaan medium menggunakan spatula yang diinkubasi dengan suhu 28oC,
sehingga dapat ditemukan morfologi dari spesies jamur pada sampel tersebut
(Fauziyyah & Putri, 2016). Contoh dari isolasi khusus adalah metode pancing,
mengisolasi jamur dengan membuat pancingan dengan umpan yang diduga dapat
menumbuhkan jamur yang diinginkan. Metode ini biasanya mengisolasi jamur
dari tanah ataupun air (Lay, 1994).
Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan objek atau individu
dalam suatu kelas sesuai dengan ciri karakteristik tertentu (Utami & Putra, 2015).
Identifikasi jamur dilakukan dengan mengamati beberapa karakter morfologi
secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan hasil makroskopis meliputi
warna koloni, tekstur koloni, bentuk koloni, dan bentuk tepi koloni. Pengamatan
hasil mikroskopis meliputi stuktur hifa, organ reproduksi, bentuk spora dan
konidia, serta sel kaki (Ningsih et al., 2012).
Hasil isolasi patogen tanaman yang diperoleh kelompok 1 menggunakan
daun cabai berpenyakit diperoleh karakter mikroskopis dengan pola persebaran
berkoloni, warna koloni putih, warna sebalik koloni boken white, permukaan
koloni rata dan tepi koloni bergerigi. Karakter mikroskopisnya meliputi
terdapatnya konidia dan hifa berseptat. Menurut Sulatri et al., (2014), gejala
bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora sp. adalah berupa bercak-
bercak bulat, kecil dan klorosis. Bercak dapat meluas, pusatnya berwarna pucat
sampai putih, dengan tepi yang lebih tua warnanya. Bercak-bercak yang tua dapat
berlubang. Daun yang terdapat banyak bercak akan menyebabkan cepat
menguning dan gugur atau langsung gugur tanpa menguning lebih dahulu. Bercak
sering terdapat pada batang, tangkai daun, maupun tangkai buah, tetapi bercak
sangat jarang timbul pada buah. Karakter mikroskopis dari Cercospora sp. yaitu,
hifa dari jamur Cercospora sp. bercabang, tidak lurus, bersekat, berwarna agak
gelap dan konidia bentuknya panjang serta berwarna agak gelap. Karakter
makroskopisnya, yaitu warna miselium putih kusam, arah pertumbuhan
kesamping dan ke atas serta struktur miselium agak kasar. Klasifikasi jamur
menurut Sulatri et al., (2014) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Dothideomycetes
Subclass : Dothideomycetidae
Order : Capnodiales
Family : Mycosphaerellaceae
Genus : Cersospora
Spesies : Cercospora sp.
Hasil isolasi patogen tanaman yang diperoleh kelompok 2 menggunakan
buah cabai berpenyakit diperoleh karakter makroskopis dengan warna koloni
putih, warna sebalik koloni putih kekuningan, tepi koloni rata, tekstur permukaan
koloni seperti kapas dan pola persebaran radial. Karakter mikroskopisnya meliputi
hifa septat, tidak terdapat konidia. Karakter tersebut tergolong dalam spesies
Colletrotrichum capsici. Menurut Semangun (1996), Colletrotrichum capsici
mempunyai konidiofor yang pendek dan konidia dibentuk dalam aservulus.
Colletrotrichum capsici memiliki hifa berseptat, panjang antara 30-90 mikro
meter. Konidia berwarna hialin dan bersel tunggal. Menurut Srideepthi et al.,
(2017), warna koloni putih keabu-abuan, coklat, hitam atau warna pucat
sementara permukaan sebalik koloni, yaitu hitam, abu-abu atau cokelat.
Collectrichum capsici terbagi menjadi empat kelompok-kelompok, yaitu memiliki
rupa seragam, cincin-cincin yang konsentris, sektor dan bentuk yang tidak
beraturan sesuai dengan pertumbuhan miseliumnya. Klasifikasi fungi
Colletrotrichum capsici pada tanaman cabai menurut Alexopoulus et al., (1996)
yaitu:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Order : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Colletrotrichum
Spesies : Colletrotrichum capsici
Hasil isolat patogen tanaman kelompok 3 menggunakan buah pisang
berpenyakit diidentifikasi sebagai Fusarium sp., diperoleh karakter mikroskopis
dengan pola persebaran radial, warna koloni abu-abu, warna sebalik koloni hijau
tua, permukaan koloni seperti kapas dan tepi koloni bergerigi. Karakter
mikroskopisnya diperoleh hifa yang berseptat. Menurut Hidayati (2018),
Fusarium sp. memiliki makrokonidia seperti bulan sabit dan mikrokonidia,
hifanya bersepta yang didalamnya terdapat nucleus, koloni berwarna putih pada
awal pertumbuhan dan akan berubah warna menjadi merah muda, ungu, atau
kuning di miselium pada media, pola penyebaran konsentris dan tepi koloni rata.
Klasifikasi Fusarium sp. menurut Hidayati (2018) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Amastigomycota
Class : Deuteromycetes
Order : Moniliales
Family : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp.
Hasil isolat patogen tanaman kelompok 4 menggunakan buah pepaya
berpenyakit diidentifikasi sebagai Haplotrichum sp., pola persebaran konsentris,
warna koloni abu-abu, warna sebalik koloni hitam, permukaan koloni cottony dan
tepi koloni berambut. Karakter mikroskopisnya meliputi hifa aseptat dan terdapat
konidia. Menurut Alexopoulus et al., (1996) permukaan koloni seperti kapas,
memiliki hifa berseptat dan pola persebaran konsentris. Klasifikasi Haplotrichum
sp. menurut Alexopoulus et al., (1996) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Subphulym : Agaricomycotina
Class : Agaricomycetes
Order : Corticiales
Family : Corticiaceae
Genus : Haplotrichum
Spesies : Haplotrichum sp.
Hasil isolasi patogen tanaman kelompok 5 menggunakan daun kangkung
berpenyakit diidentifikasui sebagai Fusarium oxysporum, diperoleh karakter
makroskopis dengan pola persebaran konsentris, warna koloni putih, warna
sebalik koloni putih susu, permukaan koloni berkapas dan tepi koloni bergerigi.
Karakter mikroskopisnya meliputi warna pora hijau, bentuk spora memanjang,
tidak terdapat konidia dan memiliki hifa berseptat. Menurut Wallace (2007),
morfologi Fusarium oxysporum dicirikan dengan struktur tubuh berupa miselium
bercabang, hialin, dan bersekat (septat). Reproduksi aseksual cendawan ini
menggunakan mikrokonidia yang terletak pada konidiospora yang tidak
bercabang dan makrokonidia yang terletak pada konidiospora bercabang dan tak
bercabang. Makrokonidia dibentuk dari fialid, sedangkan mikrokonidia berbentuk
bulat atau silinder, dan tersusun menjadi rantai. Menurut Agrios (1996) klasifikasi
jamur ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Deuteromycotina
Class : Hyphomycetes
Order : Hyphales
Family : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Species : Fusarium oxysporum
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penyebab


penyakit tumbuhan pada kelompok 1 pada daun cabai (Capsicum annum)
terserang oleh patogen Cescospora sp., kelompok 2 pada buah cabai (Capsicum
annum) terserang oleh patogen Colletrotrichum capsici, kelompok 3 pada buah
pisang (Musa sp.) terserang oleh patogen Fusarium sp., kelompok 4 pada buah
pepaya (Carica papaya) terserag oleh patogen Haplotrichum sp., dan kelompok 5
pada daun kangkung (Ipomea aquatica) terserang oleh patogen Fusarium
oxyporum.

B. Saran
Semoga praktikumnya lebih baik lagi dan akan lebih baik lagi jika setiap
kelompok melakukan isolasi dan identifikasi patogen pada semua preparat yang
ada.
DAFTAR REFERENSI

Achmad dan M. Maisaroh. 2004. Identifikasi dan Uji Patogenisitas Penyebab


Penyakit Hawar Daun pada Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal Manajemen
Hutan Tropika, 10(1), pp. 67-75.
Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Alexopoulos, C. J., Mims, C. W. & Blackwell, M., 1996. Introductory Micology.
New York: John Willey and Sons Publisher.
Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fauziyyah, N. A. & Putri, D. A. S., 2016. Isolasi Jamur dari Batuan Penutup
Drainase Pada Sisi Selatan Lantai II Bidang H Candi Borobudur. Jurnal
Konservasi Cagar Budaya Borobudur, 10(2), pp.40-44.
Ferdiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Hadioetomo, R. S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta. Gramedia.
Hidayati, N., 2018. Identifikasi Penyebab Penyakit Lodoh Pada Semai Kaliandra
(Calliandra callothyrsus). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 12(2), pp. 135-
142.
Lay, B. W., 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Grafindo.
Ningsih, R., Mukarlina, & Linda, R., 2012. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Dari
Organ Bergejala Sakit Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis var.
microcarpa). Protobiont. 1 (1) pp: 1-7.
Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta.
Universitas Indonesia Press.
Semangun, H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Srideepthi, R., Lakshmisahitya, U., Peddakasim, D., Suneetha, P. & Krishna, M. S.,
2017. Morphological, pathological and molecular diversity of Colletotrichum
capsici inciting fruit rot in Chilli (Capsicum annuum L.). Res J Biotech, 12(4) ,
pp. 14-21.
Utami, A. W. & Putra, R. S., 2015. Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Tanaman
Bawang Merah Menggunakan Metode Teorema Bayes. Jurnal Manajemen
Informatika, 4(1), pp. 46-50.
Wallace, S., 2007. Fusarium. The Johns Hopkins Microbiology Newsletter, 26 (5),
pp. 1-5.

Anda mungkin juga menyukai