Anda di halaman 1dari 14

PENGENALAN JAMUR SECARA MAKROSKOPIS,

MIKROSKOPIS DAN PEMBUATAN JEJAK SPORA

Nama : Farhan Ibnu Zamil


NIM : B1A017059
Rombongan : III
Kelompok :4
Asisten : Diah Perwita Sari

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur atau fungi merupakan organism tidak berklorifil dan bersifat


hererotrof. Berdasarkan ukurannya, ada jamur mikroskopis dan makroskopis.
Beberapa jenis jamur ada yang bersifat parasit pada inangnya, dan ada pulayang
bersifat mutualisme atau saling menguntungkan. Jamur makroskopis mencakup
banyak jamur yang berukuran besar. Sebagian besar hidup terrestrial. Sedangkan
jamur mikroskopis merupakan jamur yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk melihat struktur jamur ini secara jelas hanya dapat dilakukan dengan alat
bantu berupa mikroskop (Darwis et al., 2010).
Jamur merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan
ekosistem. Informasi mengenai keanekaragaman jamur dapat dijadikan acuan
dalam menentukan kondisi ekologi dalam suatu kawasan. Informasi mengenai
keanekaragaman jamur dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jamur yang ada
di daerah tersebut. Indentifikasi dapat dilakukan dengan mengamati morfologi
dan jejak sporan jamur.
Sampel makrofungi diamati dengan melihat bentuk tubuh buah, ukuran,
warna, tekstur, sifat hidup (sendiri-sendiri atau berkelompok),jumlah individu
dan untuk yang berkoloni jumlah koloni, substrat tumbuh (pohon atau ranting
hidup,pohon atau ranting mati, tanah, serasah atau substrat lain) dan
didokmentasikan. Pengamatan lebih lanjut dapat dilakukan dengan mengamati
spora dan jejak spora (Noverita et al., 2019).
B. Tujuan
Tujuan acara praktikum pengenalan jamur secara makroskopis, mikroskopis
dan pembuatan jejak spora adalah:
1. Mengetahui struktur makroskopis dan mikroskopis jamur.
2. Mengetahui pembuatan jejak spora.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Jamur makroskopis dapat diidentifikasi dengan melihat morfologinya. Jamur


mikroskopis membutuhkan mikroskop untuk dapat mengidentifikasinya. Morfologi
jamur makroskopis mempunyai warna tubuh bermacam-macam yaitu warna merah
muda, orange, coklat tua atau muda, kuning, putih, putih kekuningan, kuning dan
hitam. Bentuk tubuh buah pada jamur makroskopis adalah bentuk kipas, ginjal,
setengah lingkaran, terompet dan payung. Bentuk spora dari jamur makroskopis
berbentuk bulat, lonjong, silindris, bersegi, jarum dan setengah lingkaran. Serta
warna spora dalam jamur makroskopis berwarna merah, coklat, putih, kuning, ungu
dan hitam (Rahma et al., 2018). Pengamatan jamur mikroskopis meliputi struktur
konidia, konidiofor, ada tidaknya sekat pada hifa, vesikula, fialid, dan ada tidaknya
sel kaki (Septiana et al., 2019).
Jamur mampu menguraikan bahan organik seperti selulosa, hemiselulosa,
lignin, protein,dan senyawa pati dengan bantuan enzim. Jamur menguraikan bahan
organik menjadi senyawa yang diserap dan digunakan untuk perumbuhan dan
perkembangannya. Jamur dapat di jumpai pada kondisi lingkugan yang lembab.
Jamur memerlukan kondisi lingkungan yang kurang cahaya matahari karena jamur
merupakan jenis tumbuhan yang bersifat fototropisme negatif yang berarti tidak
menyukai cahaya. Jamur dapat tumbuh baik di daerah beriklim dingin maupun panas
dengan suhu optimum antara 20˚C-30˚C (Rahma et al., 2018).
Jejak spora adalah kumpulan spora dalam jumlah banyak yang berfungsi
untuk identifikasi. Jejal spora pada jamur cukup khas disetiap jenis jamur. Jejak
spora dibuat dengan cara, memotong bagian tudung atau carpopora dari tubuh buah,
kemudian diletakkan dengan posisi telungkup di atas kertas karton dua warna (gelap
dan terang) yang sudah disiapkan di dalam wadah (kotak), dibiarkan sampai
terbentuk jejak spora. Jejak spora yang terbentuk, kemudian dimasukkan ke dalam
botol yang berisi larutan lactophenol, selanjutnya diamati di laboratorium untuk
melihat bentuk sporanya (Noverita et al., 2019).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, cawan
petri, kamera, pinset dan baki.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kertas karbon,
jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur
shimeji (Hypsizygus tessellatus), jamur lingzhi (Ganoderma lucidum), jamur
kuping hitam (Auricularia auricula), Morchella sp., Peziza sp., Rhizopus sp.,
Aspergillus sp., Puccinia graminis, dan Clavisceps purpurea.
B. Metode
1. Pengenalan Jamur Secara Makroskopis
Bagian makroskopis jamur diamati lalu difoto dan digambarkan di
lembar hasil.
2. Pengenalan Jamur Secara MIkroskopis
Preparat jamur mikroskopis diamati bagian-bagiannya dengan
menggunakan mikroskop lalu preparat difoto dan digambarkan di lembar
hasil.
3. Pembuatan Jejak Spora
Jamur diletakan dengan bagian ventral yang menghadap ke bawah di
cawan petri yang telah dilapisi kertas karbon atau kertan putih, kemudian
cawan ditutup dan dibungkus dengan kertas warp lalu diinkubasikan selama 1
× 24 jam dan kemudian diamati jejak spora yang terbentuk.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Praktikum pengenalan jamur secara makroskopis, mikroskopis dan


pembuatan jejak spora yang telah dilakukan menggunakan 11 macam preparat, 7
preparat jamur makroskopis dan 4 preparat jamur mikroskopis. Jamur
makroskopis yang digunakan yaitu jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur
kancing (Agaricus bisporus), jamur shimeji (Hypsizygus tessellatus), jamur
lingzhi (Ganoderma lucidum), jamur kuping hitam (Auricularia auricula),
Morchella sp. dan Peziza sp. Jamur mikroskopis yang digunakan yaitu Rhizopus
sp., Aspergillus sp., Puccinia graminis, dan Clavisceps purpurea.
Klasifikasi Pleurotus ostreatus menurut Alexopoulus et al. (1996),
adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Hasil pengamatan menunjukan P. ostreatus memiliki tubuh yang
terdiri dari pileus, stipa dan holdfast. Berbeda dengan stipa dorsalnya, bagian
ventral jamur ini memiliki struktur lamella. Jamur tiram tumbuh secara
berkelompok dan berjejal-jejal. Tudung buah atau bagian pileusnya berdiameter
5-12 cm. Pileus muda memiliki bentuk yang cembung dan akan berkembang
menjadi berbentuk seperti kulit kerang. Jamur tiram memiliki daging buah yang
lembut serta memiliki spora berwarna putih (Dwijoseputro, 1978). Jamur tiram
merupakan jamur edible yang mempunyai gizi tinggi dan juga memiliki
kandungan protein tinggi dan asam amino yang lengkap (Nugroho et al., 2018).
Jamur tiram hasil budidaya merupakan sumber β-glukan biologis aktif yang dapat
digunakan sebagai suplemen karena aktifitas imunosupresifnya (Tjokrokusumo
et al., 2014).
Klasifikasi Agaricus bisporus menurut Achmad et al. (2011) adalah:
Kingdom : Mycetae
Phylum : Basidiomycota
Kelas : Basidiommycetes
Ordo : Agaricales
Family : Agaricaceae
Genus : Agaricus
Species : Agaricus bisporus
Jamur kancing tubuhnya terdiri dari stipa, lamella bada bagian ventral
stipa, pileus yang memiliki cincin dan holfast. Stipa jamur ini berdiameter 3-16
cm berbentuk cembung pada waktu muda dan seringkali rata atau tertekan
dengan bertambahnya umur. Tangkainya memiliki panjang 2-8 cm dan diameter
1-3 cm yang umumnya tebal, kuat dan membesar dibagian bawahnya (Gunawan,
2008). Jamur kancing adalah jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti
kancing dan berwarna putih bersih, krem atau coklat muda. Jamur kancing
merupakan jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Jamur ini
memberikan manfaat kesehatan dan manfaat nutrisi saat digunakan sebagai
bagian makanan rutin dari diet. Kandungan nutrisi Agaricus bisporus cukup
lengkap yaitu mengandung protein, karbohidrat, serat dan berbagai macam
vitamin dan mineral (Sumardi et al., 2016).
Klasifikasi Hypsizygus tessellatus menurut Singes (1947), adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricholomataceae
Genus : Hypsizygus
Spesies : Hypsizygus tessellatus
Tubuh H. tessellatus terdiri dari pileus, lamella, stipe, dan holdfast.
Jamur ini memiliki warna yang putih, krem atau kecoklatan. H. tessellatus atau
jamur shimeji adalah salah satu saprofit edible. Jamur ini populer digunakan pada
bidang industri kuliner dan medis karena nutrisinya yang tinggi. Jamur ini
memiliki protein tinggi, serat, mineral dan vitamin yang baik untuk kesehatan
(Chauhan et al., 2017).
Klasifikasi Ganoderma lucidum menurut Parjimo & Soenanto (2008),
adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma lucidum
Tubuh jamur ini terdiri dari filamen yang bercabang yang disebut
hifa. Hifa-hifa tersebut menyatu menjadi miselium. Pembentukan miselia pada
jamur diawalli dengan terbentuknya spora. Spora akan berkembang membentuk
miselia awal yang akan berkembang lagi menjadi miselia lengkap. G. lucidum
menghasilkan miselium pada umur 15 hari. Miselium dari G. lucidum
mengandung enzim vitamin dan mineral yang baik bagi kesehatan. Jamur ini
bukan merupakan jamur yang dikonsumsi sebagai makanan, jamur ini
dimanfaatkan dalam bidang medis (Parjimo & Soenanto, 2008).
Klasifikasi Auricularia auricula menurut Alexopoulus et al. (1979),
adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Famili : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia auricula
Jamur ini memiliki tubuh buah mirip daun telinga manusia. Tubuh
jamur kuping memiliki stipe yang pendek dan tumbuh menempel pada substrat
dengan membuat lubang pada permukaanya. Bentuk tubuh buah berupa lembaran
bergelombang tidak beraturan dan agak rumit serta memiliki tekstur yang lunak.
Memiliki bentuk buah basidiocarp. Jamur ini merupakan jamur edible yang kaya
akan nutrisi dan juga dapat digunakan sebagai bahan pengobatan (Djariajah &
Djarijah, 2001).
Klasifikasi Morchella sp. adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Pezizomycetes
Ordo : Pezizales
Famili : Morchellaceae
Genus : Morchella
Spesies : Morchella sp.
Morchella sp. Memiliki struktur tubuh yang silindris. Bagian atas atau
pileus memegang 70-80% dari total berat jamur. Pileus memiiki panjang 3-9,
lebar 2-5cm, memiliki lubang berbentuk bulat ataupun tidak beraturan. Bagian
bawah atau stipe memiliki 20-30% dari total berat jamur. Stipe memiliki panjang
sekitar 4 cm. Badan buah jamur ini edible dan memiliki nutrisi yang tinggi, kaya
akan protein, vitamin khususnya vitamin B, serta mengandung mineral, rendah
lemak dan rendah kalori (KumarRaman et al., 2018).
Klasifikasi Peziza adalah:
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Classis : Pezizomycetes
Ordo : Pezizales
Familia : Pezizaceae
Genus : Peziza
Species : Peziza sp.
Peziza sp. bercabang, septa miselium di dalam tanah, badan buah
atau apothesium dibentuk di atas tanah dan askosporanya terdapat dalam askus.
Badan buahnya berhubungan dengan produksi dan pembesaran spora. Bagian
yang di atas tanah biasanya berhubungan dengan proses makan, fotosintesis dan
juga sebagai reproduksi. Apothesiumnya berbentuk mangkok dengan ukuran
sampai satu sentimeter. Terdapat hymenium dan askus yang dilapisi filamen
(Sastrahidayat, 2011).
Klasifikasi Rhizopus sp. menurut Alexopoulus et al. (1979), adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Zygomycota
Kelas : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Famili : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhizopus sp.
Ciri khas dari jamur ini adalah hifanya yang berbentuk rhizoid yang
menempel pada substrat. Ciri lain jamur ini adalah mempunyai hifa ceonositik
oleh karena itu jamur iti tidak berseptat. Stolon atau miselium dari jamur ini
menyebar di atas substratnya. Rhizopus sp. Bereproduksi dengan cara aseksual
dan memproduksi sporangiofor bertangkai. Sporangiofornya terpisah dari hifa
dengan hifa lainya. Jamur ini populer digunakan sebagai bahan untuk membuat
makanan tradisional Indonesia seperti tempe dan tauco (Gandjar et al., 2007).
Klasifikasi Aspergillus sp. menurut Alexopoulus et al. (1996),
adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Classis : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus sp.
Aspergillus sp. tangkai konidia (konidiofora) pendek halus berwarna
kehijauan, kepala konidia (vesikel) berbentuk seperti gada (clavate) dan bulat,
dan menjadi lonjong (columnar) dengan bertambahnya umur koloni. Sterigmata
tampak menutupi setengah bagian atas dari vesikel. Spora/konidia berbentuk
bulat, berwarna kehijauan, dan permukaan bergerigi (echinulate) (Siregar et al.,
2018). Aspergillus dapat memproduksi lipase, lipase ini dapat diaplikasikan
dibidang bioteknologi (Constesini et al., 2010).
Klasifikasi Puccinia graminis menurut Alexopoulus et al. (1996),
adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Classis : Pyrenomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Pucciniaceae
Genus : Puccinia
Species : P. graminis
P. graminis adalah fungi patogen penyebab karat (rust) pada tanaman
seralia khususnya gandum. P. graminis memiliki beberapa fase dalam
pertumbuhannya, yaitu fase (0) atau piknidium dan fase (I) atau aecidium pada
tumbuhan Berberus vulgaris, fase (II) atau uredium dan fase (III) aau telium
terdapat pada seralia dan graminae (rumput-rumputan). Fungi ini tumbuh dari
bentuk telio spora dan akan berkembang membentuk promiselium. Tiga septum
dibentuk dalam promiselium yang kemudian membagi menjadi empat sel, yang
setiap selnya mengandung satu inti haploid. Sterigma berkembang dari setiap sel,
intinya pindah ke ujung setiap sterigma yang setiap ujung nya membentuk suatu
sporangium. Sporangium yang matang menjadi suatu ballitospora dan dengan
satu tekanan akan pecah. Penyebaran sporodium terjadi melalui angin dan dapat
hidup jika menyapai daun barbery muda. Sporidium pada permukaan daun
barbery akan berkecambah jika ada air dan akan membentuk kecambah pendek
untuk masuk ke kutikula. Miselium parasitik berkembang pada daun barbery
memepenetrasi dinding sel inang dan piknium segera berkembang dalam jaringan
sakit. Palmogami terjadi melaluui fase piknium dengan bersatunya sel hifa dari
pikniospora satu dengan yang lain. Plasmogami ini mengarah ke pembentukan
aeciospora yang tidak dapat menginfeksi kembali berbery sehingga aeciospora
disebar melalui angin lalu akan menginfeksi tanaman serealia dan fungi ini akan
bersporulasi menghasilkan urediniospora. Spora ini akan menginfeksi kembali
tanaman serealia dan daur kedua berkembang melalui muslim berikutnya
(Sastrahidayat, 2011).
Klasifikasi Claviceps purpurea menurut Alexopoulus et al. (1996),
adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Classis : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Familia : Clavicipitaceae
Genus : Claviceps
Species : Claviceps purpurea
C. purpurea adalah fungi patogen tanaman serealia seperti tanaman gandum.
Fungi ini menginfeksi ovari muda tanaman dan setelah sukses mengkolonisasi
ovari tanaman berganti menjadi miselium fungi dan mulailah produksi konidia
fungi. Siklus infeksi berakhir dengan pembentukan sklerotium. Jaringan
sklerotium ini memproduksi metabolit sekunder ergot alkaloids yang merupakan
zat toksin.(Neuber et al., 2016).
Hasil pembuatan jejak spora menunjukan adanya spora yang jatuh ke kertas
karbon, kumpulan spora tersebut membentuk suatu pola pada kertas karbon.
Hasil ini sesusai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa jejak spora adalah
kumpulan spora yang terbentuk dengan memotong bagian tudung atau carpopora
dari tubuh buah, kemudian diletakkan dengan posisi telungkup di atas kertas
karton dua warna (gelap dan terang) yang sudah disiapkan di dalam wadah
(kotak), lalu dibiarkan atau diinkubasi sampai terbentuk jejak spora (Noverita et
al., 2019).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Struktur jamur makroskopis dapat diketahui dengan mengamati bentuk
pileus, ada tidaknya pori pada pileus, jumlah lamella, ada tidaknya stipe, ada
tidaknya volva, basidiokarp, basidium warna, dan bentuk spora serta jejak
spora. Struktur jamur mikroskopis dapat diketahui dengan mengamati
struktur konidia, konidiofor, ada tidaknya sekat pada hifa, vesikula, fialid,
dan ada tidaknya sel kaki.
2. Pembuatan jejak spora dilakukan dengan meletakan jamur dengan bagian
ventral yang menghadap ke bawah di cawan petri yang telah dilapisi kertas
karbon atau kertan putih, kemudian cawan ditutup dan dibungkus dengan
kertas warp lalu diinkubasikan selama 1 × 24 jam dan kemudian diamati jejak
spora yang terbentuk.
B. Saran

Sebaiknya pembuatan jejak spora dilakukan oleh praktikan tidak disiapkan


yang sudah jadi agar praktikan tahu betul cara pembuatan jejak spora.
DAFTAR REFERENSI

Alexopoulos, C.J., Mims, C.W. & Blackwell M., 1996. Introductory Mycology 4th
Edition. New York: John Willey And Sons Inc.
Alexopoulos, C.J., Mims, C.W. & Blackwell M., 1979. Introductory Mycology 3th
Edition. New York: John Willey And Sons Inc.
Chauhan, G., Prasad, S., Rathore, H. & Sharma, S., 2017. Nutritional profiling and
value addition of products from Hypsizygus tessellatus. Food Biology, 6,
pp. 1-6.
Contesini, F. J., Lopes, D. B., Macedo, G. A., da Graça Nascimento, M. & de
Oliveira Carvalho, P., 2010. Aspergillus sp. Lipase: Potential Biocatalyst
For Industrial Use. Journal of Molecular Catalysis B: Enzymatic, 67(3-4),
pp. 163-171.
Darwis, W., Mantovani, A. R. & Supriati, R., 2010. Determinasi Jamur Lycoperdales
yang Terdapat Di Desa Pajar Bulan Kecamatan Semidang Alas Kabupaten
Seluma Bengkulu. Konservasi Hayati, 7(1), pp. 6-12.
Djarijah, N. M. & Djarijah, A. S., 2001. Budi Daya Jamur Kuping,Pembibitan Dan
Pemeliharaan. Yogyakarta: Kanisius.
Gandjar, I., Sjamsuridzal, W. & Oetari, A., 2007. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta: Yayasan Buku Obor.
Gunawan, A. W., 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
KumarRaman, V., Saini, M., Sharma, A. & Parashar, B., 2018. Morchella esculenta:
A Herbal Boon to Pharmacology. International Journal of Development
Research, 8(3), pp. 19660-19665.
Neubauer, L., Dopstadt, J., Humpf, H. U. & Tudzynski, P., 2016. Identification and
Characterization of The Ergochrome Gene Cluster in The Plant Pathogenic
Fungus Claviceps purpurea. Fungal biology and biotechnology, 3(1), pp. 1-
14.
Noverita, N., Armanda, D. P., Matondang, I., Setia, T. M., & Wati, R. (2019).
Keanekaragaman Dan Potensi Jamur Makro Di Kawasan Suaka Margasatwa
Bukit Rimbang Bukit Baling (Smbrbb) Propinsi Riau, Sumatera. Pro-Life,
6(1), pp. 26-43.
Nugroho, A. S., Djoyowasito, G., Lutfi, M. & Ahmad, A. M. 2018. Pengaruh Medan
Elektromagnetik Dan Penambahan Limbah Teh (Fluf) Pada Media Tanam
Jamur Terhadap Laju Pertumbuhan Jamur Tiram (Pleurotus
ostreatus). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 6(3), pp.
189-198.
Parjimo, H. & Soenanto, H., 2008. Jamur Ling Zhi Raja Herbal, Seribu Khasiat.
Jakarta: AgroMedia.
Rahma, K., Mahdi, N. & Hidayat, M., 2019. Karakteristik Jamur Makroskopis Di
Perkebunan Kelapa Sawit Kecamatan Meureubo Aceh Barat. Prosiding
Biotik, 5(1), pp. 157-164.
Sastrahidayat, I. K., 2011. Ilmu Jamur. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Sastrahidayat, I. K., 2011. Fitopatologi: Ilmu Penyakit Tumbuhan. Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Septiana, N., Rosa, E. & Ekowati, C. N., 2019. Isolasi dan Identifikasi Jamur
Entomopatogen Sebagai Kandidat Bioinsektisida Lalat Rumah (Musca
domestica). Biosfer: Jurnal Tadris Biologi, 10(1), pp. 87-94.
Singes, R., 1947. New Genera of Fungi. III. Mycologia, 39(1), pp. 77-89.
Siregar, R. N., Erina, E. & Balqis, U., 2018. Isolasi Aspergillus sp. Pada Paru-Paru
Itik (Anas domesticus). JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER, 2(3),
pp. 419-425.
Sumarti, H. S., Lastriyanto, A. & Erawati, D., 2016. Karakteristik Penggorengan
Vakum Jamur Kajian Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dan Jamur
Kancing (Agaricus bisporus). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem, 4(2), pp. 148-156.
Tjokrokusumo, D., Widyastuti, N. & Giarni, R., 2019. Ekstraksi Beta-Glukan DARI
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Uuntuk Minuman Kesehatan. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia, 16(1), pp 23-27.

Anda mungkin juga menyukai