Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MIKROBIOLOGI

FUNGI (JAMUR)

DISUSUN OLEH :

CHINTYA YULIA MAHARANI PUTRI

195050101113008

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS II

KEDIRI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam usaha peternakan pakan merupakan salah satu tolak ukur yang sangat
berpengaruh pada berhasil atau tidaknya suatu peternakan. Pakan alternative merupakan
salah satu upaya yang sering di lakuakan oleh para peternak untuk memenuhi
kebuutuhan akan kecukupan pakan.

Pada pakan alternatif biasanya para peternak juga menambahkan bakteri bakteri
maupun jamur ( fungi ) yang dapat membantu memenuhi gizi baik yang di perlukan oleh
ternak.pakan alternative juga dapat diperoleh dari limbah pabrik pakan berupa ceceran
sisa bahan pakan yang kurang jelas kandungan nutrisinya. Untuk meningkatkan kualitas
pakan alternative yang di ambil dari limbah pabrik pakan, peternak biasanya melakukan
fermentasi pakan dengan menggunakan Starter ‘starfung’ yang berasal dari limbah
sayuran pasar seperti asam laktat yang berasal dari ekstrak sayur kubis dan sawi yang
mengandung Lactobacillus plantarum, selain itu juga menggunakan jenis khamir
Saccharomyces cerevisiae ( Dewi.A.K, 2014 )

Pemberian starter starfung pada limbah pabrik pakan sebanyak 1-3 % akan
menubuhkan jenis kapang Rhizopus sp serta khamir jenis saccharomyces sp yang
mampu meningakatkan kandungan protein kasar dalam bahan pakan serta mampu
menurunkan mortalitas pada ayam kampung.

1.2 Rumusan Masalah


Masala yang akan di jelaskan sebagai berikut :
1. Morfologi atau struktur fungi
2. Klasifikasi dan Ciri ciri dari fungi
3. System reproduksi fungi
4. Peranan fungi
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalh ini diantaranya
1. Untuk mempelajari bagaimana morfologi atau struktur dari fungi
2. Memahami ciri ciri fungi
3. Mengetahui system reproduksi fungi
4. Mengetahui peranan fungi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Morfologi atau Struktur Fungi

Morfologi pada fungi ini memiliki hifa yang terdiri dari 3 macam hifa,
diantaranya Hifa aseptat, septat dengan sel uninukleat, dan septat dengan sel
multinukleat. Hifa aseptat atau sering di sebut senosit merupakan hifa yang tidak
berdinding dinding sekat atau septum. Septat dengan sel uninukleat adalah hifa yang
terbagi atas ruang sel berisi nukleus tunggal. Sedangkan hifa septat sel multinukleat, yaitu
hifa yang terbagi lebih dari satu nukles. Fungi mula-mula tumbuh bewarna putih, setelah
fungi berspora ia menghasilka warna sesuai dengan jenisnya.
2.3 Klasifikasi dan Ciri-ciri Fungi

a. Kelas Phycomycetes

Pada kelas fungi jenis ini termasuk pada kelas tingkat rendah dan dianggap
primitif. Fungi pada kelas ini bercirikan tidak di temukanya hifa yang bersekat. Fungi
kelas ini habitatnya berada di udara, tanah, hewan yaitu kapang roti (Mucor) dan
Rhizopus. Fungi jenis ini pada Spora aseksualnya berupa sporangiospora, dan konidia,
sedangkan spora seksualnya zigospora, dan oospora.

b. Kelas Ascomycetes

Pada kelas fungi Askomycetes ini memiliki Hifa bersekat melintang dan
bercabang. Serta terdapat pembentukan askus yang menjadi tempat menghasilkan
askospora. Pada Spesies ini kebanyakan hidup sebagai saprofit, namun sebagian ada yang
hidup sebagai parasit, dimana menjadi penyebab penyakit pada tumbuhan “potato blight”
dan karat gandum. Jenis khamir ini termasuk dalam golongan Askomycetes dimana dapat
membentuk askospora. Untuk Reproduksi aseksual pada Ascomycetes yang berfilamen
mampu membentuk konidia dalam jumlah yang banyak.
a. Kelas Basidomycetes

Basidiospora terbentuk diluar atau sisi ujung basidium, fungi jenis ini memiliki
hifa bersekat melintang. Ciri utama yang dimiliki Basiomycetes ini salah satunya dari
Cara hidup nya pada sisa-sisa makhluk hidup. Fungi jenis ini bersimbiosis dengan
Ascomycetes membentuk lichenes dan mikoriza. Contoh kelas ini seperti jamur,
cendawan pada pepohonan, tanah serta cendawan karat dan cendawan gosong yang
menghancurkan serelia.

c. Kelas Deutromycetes

Deutromycetes sering disebut jamur yang tidak sempurna/ fungi imperfectia


karena masih belum ditemukan, pada reproduksi aseksualnya dengan konidia.
Penicillium dan Aspergillus termasuk jenis kapng yang diklasifikasikan sebagai kelas
Deutromycetes.
2.4 Sistem Reproduksi Fungi

System reproduksi pada fungi ada 2 yaitu aseksual dan seksual.

a. Aseksual

Reproduksi aseksual pada jamur atau fungi dilakukan untuk perkembangan


spesies-spesiesnya. pada saat melakukan reproduksi aseksual dapat menghasilkan
individu-individu secara berulang. Macam- macam reproduksi aseksual, diantaranya :
- Fragmentasi, dimana tubuh terbagi menjadi beberapa potongan yang disebut
arthrospora atau oidia.
- Pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel anakan.
- Penguncupan (budding) dari sel-sel somatik atau spora yang setiap kuncup akan
menghasilkan individu baru.
- Pembentukan spora, setiap spora baru akan berkecambah yang tumbuh menjadi
miselium.

b. Seksual
- Kopulasi Planogamet, terjadinya perhubungan antara gamet yang dapat bergerak, bisa
isogamet, anisogamet, dan heterogamet.
- Kontak gametangium, perpindahan gametangium ke gametangium lainnya.
- Kopulasi Gametangium
- Spermatiasi
- Somatogami
2.5 Peranan Fungi

Menurut (Dighton dan White, 2017) berpendapat bahwa fungi berperan dalam
pembentukan dan kesuburan tanah dengan mendekomposisi tumbuhan dan hewan mati. Selain
itu fungi juga berperan dalam siklus nutrisi. Fungi dapat menguntungkan dan merugian
berdasarkan jenis funginya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi ,A.K,dkk.(Oktober ,2014). Agripet : Vol (14) No. 2 : 102-106.

Kresnoadi. (2018, Januari). Retrieved from ruang guru: https://blog.ruangguru.com/ciri-ciri


jamur
Pelczar, M. J., & Chan, E. C. (2013). DASAR- DASAR MIKROBIOLOGI. Jakarta: UI-PRESS.
Sastrahidayat, I. R. (2011). Mikologi Ilmu Jamur. Malang: UB-PRESS.
Susan, D., & Retnowati, A. (2017, Desember). Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, Vol. 16(3), 243-256.
Waluyo, L. (2016). Mikrobiologi Umum. Malang: UMM-PRESS.

Anda mungkin juga menyukai