Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………….………………………………….1
Daftar Isi……………………………………………………………………….…...…2
Kata Pengantar………………………………………………………………………...3
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………….4
A. Latar Belakang………………………………………………………….....4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....4
C. Tujuan……………………………………………………………………..5
Bab II Pembahasan…………………………………………………………………....6
1. Phycomycetes………………………………………………………….….6
a. Karakteristik Phycomycetes……………………………….…….…….7
b. Perkembangbiakan Phycomycetes……………………….…….……...8
c. Contoh Spesies…………………………………………….….……….9
2. Eumycetes…………………………………………………………..……10
a. Karakteristik Eumycetes………………………………….……..……10
b. Perkembangbiakan Eumycetes………………………….……...……..10
1. Ascomycetes………………………………………..…….…..……11
2. Basidiomycetes………………………………….….….……..……12
3. Deuteromycetes……………………………………...………….....13
c. Contoh Spesies…………………………………………………...…...14
A. Kesimpulan………………………………………………………...…….15
B. Saran…………………………………………………………….…..…...16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………...…..17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jamur adalah kumpulan tumbuhan eukariotik berthalus. Jamur berbeda dengan
tumbuhan pada umumnya. Jamur tidak memiliki akar, daun, dan batang layaknya
tumbuhan. Jamur juga tidak memiliki klorofil, oleh sebab itu jamur tidak dapat
membuat makanan sendiri atau heterotroph. Biasanya jamur hidup saprofit, parasite
dan mutualisme.
Jamur memiliki spora yang beragam, spora adalah produk aseksual jamur. Spora
jamur umumnya multiseluler, ada sebagian yang uniseluler. Apabila kondisi sesuai,
jamur dapat memperbanuak diri dengan sejulmah besar spora aseksual.
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya yang bebas atau bersimbiosis. Jamur
dapat berkembangbiak baik secara vegetative dan generative. Perkembangbiakan
aseksual dapat dilakukan dengan fragmentasi miselium dan pembentukan spora
aseksual. Ada beberapa kelas jamur, yaitu Myxomycetes, Phycomycetes, dan
Eumycetes. Pada makalah ini membahasa tentang Phycomycetes dan Eumycetes.
Phycomycetes merupakan jamur tingkat rendah dan Eumycetes merupakan jamur
tingkat tinggi. Eumycetes terbagi menjadi tiga sub kelas yaitu Ascomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu jamur Phycomycetes?
2. Bagaimana karakteristik, perkembangbiakan, dan contoh spesies
Phycomycetes?
3. Apa itu jamur Eumycetes?
4. Bagaimana karakteristik, perkembangbiakan, dan contoh spesies
Eumycetes?
4
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jamur Phycomycetes
2. Untuk mengetahui karakteristik, perkembangbiakan, dan spesies
Phycomycetes
3. Untuk mengetahui jamur Eumycetes
4. Untuk mengetahui karakteristik, perkembangbiakan, dan spesies Eumycetes
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Phycomycetes
a. Karakteristik Phycomycetes
1
Indrawati Gandjar, Mikologi Dasar dan Terapan, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), h. 56.
6
1. Miseliumnya tidak bersekat-sekat dan warnanya putih, jika sudah
tua akan berwarna coklat kekuningan dan kebanyakan
sporangiumnya berwarna kehitam-hitaman.
2. Disebut jamur ganggang, sebab sifatnya mirip dengan ganggang
namun tidak berklorofil dan juga memiliki cabang-cabang dan
berinti banyak.
3. Disusun oleh benang benang hifa yang tidak memiliki sekat pemisah
(septa), tetapi bercabang banyak menjadi misellium.
4. Cara hidupnya saprofit dan parasit pada tanaman budidaya.
5. Memiliki chiamyclospora yakni spora bersel satu yang berdinding
tebal sehingga sangat resisten terhadap air.
6. Bereproduksi secara vegetative dan generative. Yang mana
rproduksi vegetative yakni dengan spora berflagel (zoospora) yang
hidup di air, sedangkan yang hidup di darat dengan cara
sporangiospora. Sedangan reproduksi generative, yakni dengan
konjungsi antara dua hifa yang berbeda muatannya.
7. Hifanya bersifat senositik (tidak bersepta sering) atau dapat disebut
thalus senositik yang dapat hidup didarat atau medium tertentu.
7
Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
perkembangbiakan secara aseksual akan dibentuk spora dalam sporangium
yang terletak pada ujung hifa. Hifa-hifa yang tumbuh tegak pada medium dan
terdapat sporangium pada ujung-ujungnya disebut sporangiosfor. Sporangium
yang matang akan pecah dan menghasilkan spora, kemudian dengan bantuan
angin (anemokori) spora akan terbawa jauh dari kelompoknya. Spora yang yang
terbawa angina bila jatuh ditempat yang sesuai akan tumbuh menjadi jamur
baru (Sparrow, 1960).
8
Gambar daur hidup Phycomycetes
c. Contoh Spesies
9
2. Eumycetes
Eumycetes atau biasa di sebut dengan jamur sejati memiliki hifa yang
bersekat-sekat dengan dinding selnya mengandung kitin. Eumycetes merupakan
jamur tingkat tinggi, berbeda dengan phycomycetes yang merupakan jamur tingkat
rendah. Pembiakan vegetative dengan spora yang terbentuk endogen didalam asci,
atau eksogen pada basidia. Pembentukan asci dan basidia merupakan sifat sifat
spesifik dan menjadi dasar dalam membagi-bagi Eumycetes dalam kelompok yang
lebih kecil. Asci bagi Ascomycetes merupakan alat reproduksi yang spesifik, yang
sebenarnya adalah sporangia yang berbentuk pembuluh berjumlah 8 spora, yang
terjadinya endogen sedangkan basidia adalah alat reproduksi yang berbentuk
ganda, dengan penonjolan terbentuk 4 basidiospora yang eksogen.
Asci dan basidia terkumpul dalam suatu badan buah yang terdiri dari
pletenchym. Dalam badan buah asci atau basidia itu tersusun tegak dan berjajar
seperti jaringan tiang (palisade) bersama-sama dengan parifisa dan merupakan
suatu lapisan yang disebut hymenium (Suwarsono Heddy,203:1990).
a. Karakteristik Eumycetes
1. Terdiri atas jalinan benang-benang bercabang banyak disebut dengan
hifa.
2. Benang-benang atau filament tersebut hanya terbagi-bagi tak sempurna
menjadi sel-sel terpisah oleh dinding (septum, jamak septa), yang
tersebar diseluruh jalinan hifa.
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis.
4. Memiliki hifa yang bersepta dengan dinding selnya mengandung kitin
5. Berdasarkan alat perkembangbiakannya Eumycetes dibagi menjadi 3 sub
kelas, yaitu Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
b. Perkembangbiakan Eumycetes
Berdasarkan alat perkembangbiakannya Eumycetes dibedakan
menjadi 3 sub kelas.
1. Ascomycetes
10
Jamur ini memiliki ciri-ciri hifa yang bersepta, dan dapat
membentuk konidiofor. Secara vegetative dapat berkembangbiak dengan
potongan hifa, dan pada beberapa jenis dapat menghasilkan konidia
secara aseksual. Fase konidia pada jamur ini dapat disebut dengan fase
imperfect. Secara generative dapat membentuk badan buah yang disebut
askokarp, yang di dalamnya terdapat askus (kantong) yang menghasilkan
askospora. Askospora merupakan hasil kariogami dan meiosis.
Pembentukan pada askospora ada 4 cara yaitu konjugasi langsung seperti
pada khamir, pembelahan sel miselium, peleburan kelamin kemudian
oogonium menjadi askus. Ascomycetes umumnya dapat menghasilkan
pigmen hitam, coklat, merah, dan hijau. Pigmen tersebut digunakan
untuk mengidentifikasi jenis-jenis jamur tersebut.
2. Basidiomycetes
11
Jamur ini memiliki ciri khusus yaitu basidium yang terbentuk
seperti gada, tidak bersekat, dan mengandung 4 basidiospora di
ujungnya. Pada jamur tertentu memiliki Hymenium atau lapisan-lapisan
dalam badan buah. Hymenium terdiri dari basidia, hifa steril, parafisa,
dan cysts. Basidia berasal dari hifa dikariotik, sel ujungnya membesar,
inti ikut membesar, 2 inti melebur menghasilkan 1 inti diploid, kemudian
membelah reduksi menjadi 4 inti haploid yang menjadi inti basidiospora.
12
3. Deuteromycetes
c. Contoh Spesies
1. Ascomycetes
(a) Penicillium notatum dan penicillium chrysogenum, yakni untuk
produksi antibiotic penicillin.
(b) Aspergillus niger, yakni untuk fermentasi asam sitrat
(c) Aspergillus oryzae dan Aspergillus wentii, yakni untuk fermentasi
kecap
(d) P. roqueforti dan P. camemberti, yaitu dapat digunakan untuk
flavour(aroma)
(e) Saccharomyces cerevisiae, berfungsi sebagai ragi pada proses
pembuatan roti
2. Basidiomycetes
(a) Pleurotus sp., yakni jamur tiram yang dapat di konsumsi oleh
manusia.
(b) Auricularia polytricha, yakni jamur kuping yang dapat dikonsumsi
oleh manusia.
(c) Puccina arachidis, yakni jamur parasite pada tanaman kacang.
13
(d) Chyatus sp, yakni jamur yang memiliki bentuk seperti sarang burung
yang tumbuh pada tanah, atau pada tangkai pohong yang bsudah
membusuk.
3. Deuteromycetes
(a) Epidermophyton floccosum, yakni jamur penyebab kutu air.
(b) Melazasia fur-fur, yakni jamur penyebab panu.
(c) Helminthosporium oryzae, yakni penyebab noda hitam pada daun,
buah, dan merusak kecambah.
(d) Sclerotium rolfsii, yakni jamur parasite pada bawang.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eumycetes atau biasa di sebut dengan jamur sejati memiliki hifa yang
bersekat-sekat dengan dinding selnya mengandung kitin. Eumycetes merupakan
jamur tingkat tinggi, berbeda dengan phycomycetes yang merupakan tumbuhan
tingkat rendah. Berdasarkan alat perkembangbiakannya Eumycetes dibedakan
menjadi 3 sub kelas, yaitu pertama Ascomycetes Jamur ini memiliki ciri-ciri hifa
yang bersepta, dan dapat membentuk konidiofor. Secara vegetative dapat
berkembangbiak dengan potongan hifa, dan pada beberapa jenis dapat
menghasilkan konidia secara aseksual. Contoh spesiesnya adalah Penicillium
notatum dan penicillium chrysogenum, yakni untuk produksi antibiotic penicillin.
Kedua Basidiomycetes Reproduksi secara aseksual dengan cara membentuk
konidia, tetapi jarang terjadi reproduksi ini. Reproduksi secara seksual dengan
basidiospora, yang spora seksualnya menyebar di udara kemudian berkembang
setelah penyatuan dari dua hifa haploid, contoh spesiesnya Pleurotus sp., yakni
jamur tiram yang dapat di konsumsi oleh manusia. Ketiga Deuteromycetes
15
Deuteromycetes atau fungi imperfecti, yang tidak mempunyai askus atau basidium
untuk berkembangbiak dan hanya menggunakan kondium saja untuk
berkembangbiak, contoh spesiesnya Epidermophyton floccosum, yakni jamur
penyebab kutu air.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
17