JAMUR (FUNGI)
KOMPETENSI DASAR
3.7 Mengelompokkan jamur berdasarkan ciri-ciri, cara reproduksi, dan mengaitkan
peranannya dalam kehidupan
INDIKATOR
3.7.1 Peserta didik mampu menjelaskan ciri-ciri/karakteristik jamur secara umum
3.7.2 Peserta didik mampu menjelaskan struktur tubuh jamur
3.7.3 Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup jamur
3.7.4 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur secara generatif
3.7.5 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur secara vegetatif
3.7.6 Peserta didik mampu mengklasifikasikanjamur berdasarkan spora seksual
3.7.7 Peserta didik mampu menjelaskan ciri-ciri jamur divisi Zygomycota
3.7.8 Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup jamur divisi Zygomycota
3.7.9 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur divisi Zygomycota
3.7.10 Peserta didik mampu menjelaskan peranan jamur Zygomycota dalam kehidupan
3.7.11 Peserta didik mampu menjelaskan ciri-ciri jamur divisi Ascomycota
3.7.12 Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup jamur divisi Ascomycota
3.7.13 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur divisi Ascomycota
3.7.14 Peserta didik mampu menjelaskan peranan jamur Ascomycota dalam kehidupan
3.7.15 Peserta didik mampu menjelaskan ciri-ciri jamur divisi Basidiomycota
3.7.16 Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup jamur divisi Basidiomycota
3.7.17 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur divisi Basidiomycota
3.7.18 Peserta didik mampu menjelaskan peranan jamur Basidiomycota dalam kehidupan
3.7.19 Peserta didik mampu menjelaskan ciri-ciri jamur divisi Deuteromycota
3.7.20 Peserta didik mampu menjelaskan cara hidup jamur divisi Deuteromycota
3.7.21 Peserta didik mampu menjelaskan cara reproduksi jamur divisi Deuteromycota
3.7.22 Peserta didik mampu menjelaskan peranan jamur Deuteromycota dalam kehidupan
A. Ciri-Ciri/Karakteristik Jamur Secara Umum
Jamur atau fungi memiliki beberapa ciri-ciri/karakteristik secara umum, yaitu:
1. Organisme eukariotik
2. Uniseluler dan multiseluler
3. Memiliki dinding sel yang tersusun dari zat kitin
4. Tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof
5. Habitat di darat dan di tempat-tempat yang lembab
6. Bentuk tubuh bervariasi, berbentuk oval (Saccharomyces cereviceae), bulat (Lycoperdon
gemmatum), pipih (Auricularia polytricha), bercak-bercak (jamur penyebab panu), untaian
benang seperti kapas (Rhizopus oryzae), payung (Volvariella volvaceae), dan mangkok
(Sarcoscypha coccinea)
7. Berkembang biak secara seksual (pembentukan spora seksual) dan aseksual (pembentukan
spora aseksual, fragmentasi, pembentukan tunas/kuncup)
B. Struktur Tubuh Jamur
Tubuh jamur tersusun dari sel-sel eukariotik yang memiliki dinding sel dari zat kitin. Zat
kitin tersusun dari polisakarida yang mengandung nitrogen, bersifat kuat, tetapi fleksibel.
Gambar 2. (a) hifa bersekat atau yang memiliki septum (b) hifa tak bersekat (senositik) (c) hifa
yang termodifikasi membentuk haustorium
C. Cara Hidup Jamur
Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa
dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen (polisakarida). Sebelum
diserap, zat organik kompleks akan diuraikan menjadi zat organik sederhana oleh enzim
hidrolitik yang dikeluarkan jamur. Selain untuk memecah molekul kompleks menjadi molekul
sederhana, enzim hidrolitik juga digunakan oleh fungi-fungi lain untuk menembus dinding sel
tumbuhan sehingga fungi mampu menyerap nutrien dari sel tumbuhan. Penguraian atau
pencernaan zat organik di luar sel atau tubuh jamur ini disebut sebagai pencernaan
ekstraseluler. Bahan organik yang diserap selain digunakan langsung untuk kelangsungan
hidupnya, juga ada yang disimpan dalam bentuk glikogen.
Enzim-enzim berbeda yang ditemukan pada berbagai spesies fungi dapat mencerna
senyawa-senyawa dari berbagai macam sumber, baik dari makhluk hidup maupun telah mati.
Akibatnya, fungi memiliki banyak peranan dalam komunitas ekologis dengan berbagai
spesies yang hidup sebagai dekomposer (saproba), parasit, dan mutualis. Enzim-enzim yang
dimiliki oleh fungi sehingga memungkinkannya mencerna berbagai macam sumber makanan
bukanlah satu-satunya alasan yang mendukung kesuksesan ekologisnya. Faktor yang lain
adalah struktur tubuhnya yang dapat meningkatkan efisisensi absorpsi nutrien.
1. Jamur dekomposer (saproba)
Jamur dekomposer (saproba) memecah dan menyerap nutrien dari zat-zat organik
tak hidup, seperti batang kayu mati, bangkai hewan, dan sisa-sisa yang dihasilkan oleh
organisme hidup. Jamur dekomposer hidup secara saproba karena dapat tumbuh pada
tumpukan sampah organik yang basah, bahan makanan, pohon tumbang, tumpukan kertas
basah, dan bangkai hewan atau buangan organisme hidup. Jamur yang hidup secara
saproba mempunyai peranan penting sebagai pengurai (dekomposer) sisa-sisa organisme
untuk mengembalikan unsur hara ke dalam tanah.
2. Jamur Parasit
Menyerap nutrisi dari tubuh organisme lain yang ditumpangi (sel inang) yang masih
hidup. Jamur parasit menyebabkan penyakit atau bersifat patogen pada organisme yang
ditumpanginya, misalnya jenis jamur tertentu yang menginfeksi paru-paru manusia, jamur
penyebab panu yang tumbuh di kulit dan penyebab ketombe di kulit kepala.
3. Jamur Mutualistik
Jamur Simbiosis mutualisme mendapatkan nutrisi dari organisme hidup lain, tetapi
mampu memberikan keuntungan bagi organisme pasangan simbiosisnya, seperti simbiosis
antara jamur dengan ganggang hijau membentuk Lichenes (lumut kerak) dan fungi
mutualistik yang hidup di dalam spesies rayap tertentu menggunakan enzimnya untuk
menguraikan kayu. Contoh lainnya adalah simbiosis antara jamur dengan akar tumbuhan
disebut mikoriza. Fungi mikoriza (fungi yang membentuk mikoriza) dapat meningkatkan
pengantaran ion fosfat dan mineral-mineral yang lain ke tumbuhan karena jejaring
miselium fungi yang sangat luas lebih efisien daripada akar tumbuhan dalam memperoleh
mineral-mineral dari tanah. Sebagai gantinya, tumbuhan menyuplai fungi dengan nutrien-
nutrien organik seperti karbohidrat.
Gambar 3. Cara hidup jamur beserta contoh organismenya
D. Reproduksi Jamur secara Vegetatif
Reproduksi vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara pembentukan tunas
yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara reproduksi vegetatif pada jamur
multiseluler dilakun dengan cara sebagai berikut:
1. Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi jamur
baru.
2. Pembentukan spora aseksual. Spora aseksual dapat berupa sporangiospora atau
konidiaspora
Contoh Basidiomycota
Terdapat sekitar 25.000 spesies jamur
Basidiomycota yang sudah diidentifikasi. Beberapa jenis
Basidiomycota dapat dimanfaatkan sebagai makanan,
namun ada pula yang beracun.
a. Volvariella volvacea (jamur merang), sering ditemukan
Gambar 14. Volvariella volvaceae
pada tumpukan jerami (sisa-sisa batang padi). Tubuh buah (jamur merang)
berbentuk payung, berwarna putih agak krem, bagian
bawah tudung berwarna kecokelatan. Jamur ini
dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai bahan
makanan yang bergizi tinggi. Jamur ini biasanya dipanen
sebelum mekar.
b. Auricularia polytricha (jamur kuping), biasanya
ditemukan pada batang kayu yang sudah mati, berbentuk Gambar 15. Auricularia polytricha (jamur
seperti telinga manusia, berwarna cokelat kehitaman, kuping)
Klasifikasi Deuteromycota
Beberapa jamur Deuteromycota lainnya yang
diklasifikasi ulang menjadi Ascomycota antara lain jamur
dari genus Aspergillus, Candida, dan Penicillium. Oleh ahli
mikologi, nama genus Aspergillus diubah menjadi
Eurotium, Candida menjadi Pichia, dan Penicillium
menjadi Talaromyces. Contoh jamur yang tergolong Gambar 21: Jamur Tinea versicolor