DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT, zat yang maha sempurna, maha pencipta dan
maha penguasa segalanya, karena hanya dengan ridho-Nya pemakalah dapat
menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang
“Adat istiadat, Makanan khas dan Tempat Wisata di Pulau Sumatera”. Makalah ini
sengaja disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Sosiologi Pendidikan.
Tidak lupa pemakalah sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena pemakalah sadar sebagai
makhluk sosial pemakalah tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang
lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia-Nya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Phycomycetes............................................................ 3
B. Bangsa Myxochytridiales............................................................ 6
C. Bangsa Chytrydiales.................................................................... 7
D. Bangsa Blastocladiales................................................................ 9
E. Bangsa Monoblepharidales......................................................... 10
F. Bangsa Oomycetales................................................................... 10
G. Bangsa Zygomycetales................................................................ 11
Daftar Pustaka......................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur merupakan kelompok tumbuhan eukariotik bertalus. Jamur
berbeda dengan tumbuhan pada umumnya. Jamur tidak memiliki akar, daun,
dan batang layaknya tumbuhan. Jamur tidak memiliki kormotofora sehingga
umumnya tidak memiliki warna. Sebab jamur tidak berklorofil, jamur
menyerap zat organic dari lingkungan dari lingkungan kemudian disimpan
dalam bentuk glikogen melalui benang-benang halus sebagai struktur
vegatatif yang termodifikasi menjadi haustoria. Kumpulan hifa akan
membentuk miselium.
Jamur memiliki spora yang beragam. Spora adalah produk aseksual
jamur. Spora jamur umumnya multiseluler, namun ada sebagian bersifat
uniseluler. Apabila kondisi sesuai, jamur memperbanyak diri dengan
memproduksi sejumlah besar spora aseksual.
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya bebas atau bersimbiosis,
tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia.
Jamur dapat berkembangbiak baik secara vegetative dan generative.
Perkembangbiakan aseksual dapat dilakukan dengan fragmentasi miselium
dan pembentukan spora aseksual. Ada beberapa kelas dari jamur yaitu
Acrasiomycetes, Myxomycetes, Phycomycetes, dan Eumycetes. Disini kami
akan membahas mengenai Phicomycetes atau jamur tingkat rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah klasifikasi dari Phicomycetes ?
2. Bagaimanakah morfologi dari Phicomycetes ?
3. Bagaimanakah Anatomi dari Phicomycetes ?
4. Bagaimanakah fisiologi dari Phicomycetes ?
1
5. Bagaimanakah sebaran dari Phicomycetes ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari Phicomycetes
2. Untuk mengetahui morfologi dari Phicomycetes
3. Untuk mengetahui anatomi dari Phicomycetes
4. Untuk mengetahui fisiologi dari Phicomycetes
5. Untuk mengetahui sebaran dari Phicomycetes
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Phycomycetes
Tumbuhan ini termasuk dalam tumbuhan tingkat rendah yang
termasuk dalam golongan jamur benang yang mempunyai hifa yang
tidak bersepta, sel vegetative multinukleat, atau disebut thalus seonositik.
Secara vegetative dapat memperbanyak diri dengan potongan-potongan
hifa, dan menghasilkan spora aseksual dengan sporangium.
Perkembangbiakan secara generative dengan membentuk spora seksual.
Berdasarkan cara terbentuknya spora dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Oospora, hasil peleburan antara gamet-gamet tidak sama besarnya. Dan
Zygospora, hasil peleburan gamet-gamet yang sama besarnya.
Berdasarkan tipe sporanya maka jamur ini dapat juga dikelompokkan
dalam Oomycetes dan Zygomycetes. Phycomycetes sering hidup dalam
air, sebagai parasite atau saprofit pada hewan atau tumbuhan air, ada pul
yang hidup di darat. Organisme ini memperlihatkan banyak persamaan
dengan ganggang dan oleh Karena itu sering juga dinamakan jamur
ganggang.1
1
Syarifah Widya Ulfa, Botani Cryptogame, (Medan: Perdana Publishing, 2017), h.81.
2
Indrawati Gandjar, Mikologi Dasar dan Terapan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2006), h. 56.
3
b. Disebut jamur ganggang, sebab sifatnya mirip dengan ganggang
namun tidak berklorofil dan juga memiliki cabang-cabang dan berinti
banyak.
c. Disusun oleh benang-benang hifa yang tidak mempunyai sekat
pemisah (septa), tetapi bercabang banyak menjadi misellium.
d. Cara hidupnya saprofit dan parasit pada tanaman budidaya.
4
maka zigospora akan berkecambah dan membentuk hifa-hifa yang
haploid (n). Hifa-hifa yang tumbuh akan membentuk sporangium,
kemudian menghasilkan spora. Seperti pada perkembangbiakan
Rhizopus, sp.3
5
5. Zygomycetales (Mucor mucedo)
Phycomycetes dibagi menjadi enam ordo atau bangsa, yaitu:
1. Bangsa Myxochytridiales
a. Klasifikasi Myxochytridiales
1) Olpidiaceae
Sel-sel vegetative telanjang, seluruhnya dapat berubah menjadi
zoosporangium yang berdinding atau berubah menjadi suatu sel awetan.
Zoospore mempunyai satu bulu cambuk, misalnya Olpidium brassicae.
Sel-sel nya kembara dengan satu bulu cambuk yang opistokon (kearah
belakang) masukl dalam sel-sel daun kubis dengan membuat lubang pada
sel (dengan perantara enzima), lau hidup ameboid sebagai parasit dalam
sel tadi. Setelah intinya berulang-ulang mengadakan pembelahan,
kemudian membentuk dinding dari kitin, membuat tonjolan yang
menembus sel-sel inang sampai di luar, akhirnya mengeluarkan sel-sel
kembara yang dapat menginfeksi sel daun-daun kubis lain. Sel-sel
kembara itu dapat juga berkopulasimenjadi suatu zigot telanjang dengan
dua bulu cambuk dengan masuk ke dalam sel inang dan di situ berubah
menjadi sel awetan. Kedua intinya bersatu dalam musim semi di tahun
berikutnya dan kemudian (mungkin sekali dengan pembelahan reduksi)
mengeluarkan banyak sekali sel-sel kembara. Jamur ini biasaya
merupakan penyakit pada tanaman kubis (Brassica oleraceae) yang
masih kecil.
2) Plasmodiophoraceae
6
mengadakan pembelahan reduksi dan menjadi spora yang setelah
berkecambah menjadi suatu sel kembara dengan satu bulu cambuk atau
dua yang heterokon. Contoh nya Plasmodiophora brassicae, juga
merupakan penyakit pada kubis (Brassica oleracea).4
c. Fisiologi Myxochytridiales
Sel-sel telanjang dan terpisah-pisah, Myxochytriales mengeluarkan
sel-sel berflagel kecil dengan satu atau dua bulu cambuk. Tidak
memiliki dinding protoplasma.
d. Sebaran Myxochytridiales
Pada bangsa Myxochytridiales habitatnya di tumbuhan yang tingkat
rendah, tetapi ada juga yang hidup pada tumbuhan darat.5
2. Bangsa Chyridiales
a. Klasifikasi Chyridiales
4
Ibid,. h. 101.
5
syarifa Widya Ulfa, Op.Cit, h.81-82.
7
dari pohon pinus yang jatuh dalam air. Pembiakan aseksual dengan
zoospore yang mempunyai satu bulu cambuk yang opistokon .
2) Rhizopidium goniosporum. Pembiakan aseksual melalui perkawinan
gamet jantan kecil melekat pada suatu sel betina. Zigot membuat
dinding Yang kuat, akhirnya akan berkecambah dan mengeluarkan
zoospore
3) Polyphagus euglenae, hidup sebagai parasit pada euglena. Pada
pembuiakan seksual, sel-selnya ada yang lalu berubah menjadi
gametangium jantan dan gametangium betina. Perkawinan terjadi
dalam saluran kopulasi dekat dengan gametangium jantan dan
kemudia membesar. Zigot mempunyai dua inti dengan dinding yang
kuat. Sebelum perkecambahan, kedua inti dalam zigot itu bersatu,
diikuti oleh pembelahan reduksi, dan zigot itu akhirnya
mengeluarkan banyak zoospore.
8
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang
segera melakukan pembelahan meiosis.6
3. Bangsa Blastocladiales
a. Klasifikasi, Morfologi, anatomi, fisiologi, dan sebaran
Blastocladiales
Dari golongan ini warga yang rendah tingkat perkembanganya masih
sangat menyerupai Chytridiales, misalnya Blastocladiaceaevariabilis dan
Allomyces javanicus (suku Blastocladiaceae), kedua-duanya hidup
dalam tanah basah, mempunyai miselium yang bercabang dengan
dinding kitin. Pada pembiakan generative terbentuk satu atau beberapa
gametangium mengeluarkan banyak gamet dengan satu bulu cambuk.
Yang masih rendah tingkatannya mempunyai gamet betina dan jantan
yang sama (isogamete). Pada Allomyces terdapat anisogami. Sehabis
kopulasi zigot itu tumbuh menjadi individu yang seringkali serupa
dengan individu permulaan, tetapi yang tumbuh dari zigot ini adalah
suatu sporofit. Padanya terdapat sporangium yang menghasilkan
zoospore. Sangat boleh jadi zoospore bersifat diploid. Jadi pada
Blastocladiales terdapat pula pembiakan seksual dan aseksual yang
terjadi pada dua individu yang terpisah. Kedua individu itu meruapakan
keturunan yang bergiliran secara teratur. Melihat sel-sel kembara dengan
6
Gembong, Op.Cit, 104.
9
satu bulu cambuk yang opistokon dan diding selnya yang terdiri atas
kitin, diduga bahwa Blastocladiales berasal dari Chytridiales.
4. bangsa Monoblepharidales
Tubuh organisme ini berupa benang-benang halus, bercabang-cabang
tidak bersekat, jadi merupakan suatu pipa dengan banyak initi. Dinding
terdiri atas selulosa. Hidupnya dalam air pada sisa-sisa tumbuhan.
Pembiakan aseksual dengan zoospora yang mempunyai satu bulu
cambuk yang opistokon. Zoospore terbentuk dalam sporagonium yang
berbentuk gada. Pembiakan generative melalui oogami. Oogonium
terdiri atas ujung hifa yang membesar dan membulat dan terpisah oleh
suatu sekat. Pada Monoblepharidales tidak ada pergiliran keturunan,
karena gemet dan sporangium terbentuk pada satu individu.
Monoblepharidales meliputi suku Monoblepharidaceae yang mencakup
antara lain Monoblepharis sphaerica dan Monoblepharis polymorpha.
5. Bangsa Oomycetales
Miselium terdiri atas hifa-hifa tidak bersekat,bercabang-cabang dan
mengandung banyak ini.Sebagian hidup dalam air sebagian hidup di
darat.Cara hidupnya ada yang sebagai saprofit ada yang sebagai parasit.
contoh : Saprolegnia dioica, Sclerospora javanica ( Sclerospora
maydis ), Pyhiaceae nicotianae, P. Infestans, dan lain – lain. Reproduksi
jamur dapat berlangsung secara sexual dan asexual. Reproduksi sexual
dapat berlangsung melalui: zygospora, oospora, ascospora atau
basidiospora. Reproduksi sexual berlangsung melalui penggabungan inti
dari dua sel (antheridiu
m + antheridial) untuk menghasilan oogonium atau bakal jamur.
Reproduksi asexual (somatic vegetatif) dapat berlangsung melalui dua
proses yaitu sporulasi dan mycelia terpotong. Dari kedua proses tersebut,
reproduksi melalui proses sporulasi umumnya lebih produktif. Hampir
sebagian besar jenis jamur akuatik mampu memproduksi spora
10
(zoospora) berflagel dan dapat berenang bebas sehingga sangat efektif
untuk penyebarannya. Spora dari jamur parasitik (obligat atau fakultatif)
merupakan unit penginfeksi primer, resisten terhadap panas, kekeringan,
dan desinfektan serta mampu melawan mekanisme pertahanan tubuh
inang.
6. Bangsa Zyginycetales
Terutama terdiri atas cendawan yang hidup sebagai saprofit, dengan
miselium yang bercabang banyak,sebagian tidak bersekat, tetapi untuk
golongan tertentu telah memperlihatkan sekat-sekat. Dinding selnya
terdiri atas kitin. Pembiakan aseksual disesuaikan dengan hidup di darat.
Mucor, saprofit yang banyak kedapatan pada sisa – sisa makanan yang
banyak mengandung karbohidrat. Misalnya : Mucor mucedo, Mucor
javanicus, Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, R. nigricans, R.
stolonifer.
a. Mucor mucedo.
terdapat pada kotoran hewan, roti, dll. Dari miselium yang terdapat
pada substratnya, keluar benang-benang tegak, dengan sporangium
pada ujungnya. Tetapi didalamnya tidak terdapat zoospore, melainkan
spora yang telah disesuaikan dengan hidup di darat, berupa sel-sel bulat,
berdinding, dan mengandung banyak inti. Sporangium dari hifa yang
mendukungnya terpisah oleh sporangium satu sekat, yag menonjol
kedalam sporangium, tonjolan ini dinamakan kolumela. Plasma yang
berinti banyak dalam sporangium lalu terbagi-bagi menjadi spora
berinti banyak pula, yang keluar secara bebas, dan tersebar secara pasif
jika sporangium telah pecah. Dari spora itu lalu tumbuh miselium baru.
Penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur dari suku ini ada
bermacam-macam antara lain, Sclerospora javanica, yang menyerang
tanaman jagung. Dua tanaman yang diserang mula-mula
memperlihatkan gars-garis putih dan akhirnya seluruh tanaman dapat
menjadi pitu sama sekali.
11
b. Pyhiaceae
Jenis-jenis yang tergolong dalam suku ini terutama dari marga
Phytophthora banyak yang hidup sebagai parasite dan merusak berbagai
tanaman budidaya, misalnya P. nicotianae, yang menyebakan penyakit
lanas pada tembakau
7
7
Ibid,. h. 105-115.
12
3. Phytophthora infestins yaitu jamur pada kentang.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamur adalah kumpulan tumbuhan eukariotik berthalus. Jamur juga tidak
memiliki kormotofora, sehingga umumnya jamur memiliki sifat heterotrof,
memiliki hifa, bereproduksi aseksual dengan spora dan seksual dengan
gametangium melalui konjugasi. Phycomycetes merupakan kelompok jamur
yang memiliki hifa tidak bersekat. Phycomycetes hidup di dalam air
umumnya sebagai saprofit atau parasit pada hewan maupun tumbuhan air,
namun ada juga yang hidup di darat. Phycomycetes memiliki bentuk tabung
berisi plasma dengan banyak inti. Hifa Phycomycetes bersifat soenositik.
Phycomycetes berkembangbiak dengan aseksual dan seksual. Secara
aseksual, hifa Phycomycetes akan membentuk spora di dalam sporangium
pada ujung hifa. Sporangium disokong oleh sporangiosfor.
Sporangium yang matang akan pecah mengeluarkan spora. Dibantu oleh
angin maupun air, spora terbawa jauh dari kelompoknya. Spora yang keluar
akan tumbuh menjadi Phycomycetes baru bila terbawa pada lingkungan
yang sesuai. Perkembangan seksual Phycomycetes dengan cara konjugasi.
Hifa-hifa yang berlainan jenis akan membentuk gametangium (n) kemudian
melakukan penggabungan hingga menghasilkan zigospora (2n). Zigospora
lebih resisten terhadap lingkungan. Zigospora akan berkecambah bila cocok
dengan lingkungan dan menjadi hifa-hifa. Hifa tersebut membentuk
sporangium kemudian menghasilkan spora. Phycomycetes memiliki peran
bagi manusia yaitu Rhizopus oryzae bermanfaat untuk pembuatan tempe dan
sake. Verticillium spp. bermanfaat sebagai entomopatogen (patogen
serangga).
B. Saran
14
Demikianlah makalah kimia ini kami susun, semoga bermanfaat bagi kita
semua untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan kita. Kami meminta
maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar selanjutnya lebih
baik lagi. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
15
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
16