Anda di halaman 1dari 7

RESUME IV

(ENTOMOLOGI)

Kelompok : 11
Nama Anggota : Abdul Malik Kamarullah (0310182067)
Ade Widya Claudia (0310183105)
Najihan Arizka (0310183148)
Kelas : Pendidikan Biologi 4 / SEM. VI

A. Identitas Resume
Judul Resume : Fisiologi dan Proses Kehidupan Serangga
Tujuan Resume : Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Entomologi yang dibina oleh Ummi Nur Affiani D.J.
M.Pd.
Tanggal Penulisan : Kamis, 29 April 2021
B. Materi Resume
1. Sistem Endokrin
a. Sistem Endokrin Dan Fungsi Hormon
Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi di dalam tubuh organisme dan
diangkut, umumnya dalam cairan tubuh, jauh dari titik sintesisnya ke tempat di mana
hormon memengaruhi berbagai proses fisiologis yang luar biasa, meskipun hadir dalam
jumlah yang sangat kecil. Hormon serangga telah dipelajari secara rinci hanya pada
segelintir spesies tetapi pola produksi dan fungsi yang serupa mungkin berlaku untuk
semua serangga.
Secara historis, implikasi hormon dalam proses molting dan metamorfosis
dihasilkan dari eksperimen sederhana namun elegan. Teknik-teknik yang digunakan ini
menghilangkan pengaruh otak (pemenggalan kepala), mengisolasi hemolimf dari
berbagai bagian tubuh (pengikatan),
b. Pusat Endokrin
Hormon tubuh serangga diproduksi oleh pusat saraf, saraf, atau kelenjar.
Produksi hormon oleh beberapa organ, seperti ovarium, merupakan fungsi sekunder dari
fungsi utamanya, tetapi beberapa jaringan dan organ dikhususkan untuk peran endokrin.
1) Sel Neurosekretori
Sel neurosecretory (juga disebut sel neuroendokrin) adalah neuron termodifikasi
yang ditemukan di seluruh sistem saraf (di dalam SSP, sistem saraf tepi, dan
sistem saraf stomodeal), tetapi mereka terjadi dalam kelompok utama di otak.
Sel-sel ini menghasilkan sebagian besar hormon serangga yang diketahui,
pengecualian utama adalah produksi ekdisteroid dan hormon remaja oleh
jaringan non-saraf.
2) Corpora cardiac
Corpora cardiaca (tunggal: corpus cardiacum) adalah sepasang badan
neuroglandular yang terletak di kedua sisi aorta dan di belakang otak.
3) Kelenjar prothoracic
Kelenjar prothoraks adalah kelenjar berpasangan yang menyebar yang umumnya
terletak di dada atau bagian belakang kepala. Di cyclorrhaphous Diptera mereka
adalah bagian dari kelenjar cincin, yang juga mengandung corpora cardiaca dan
corpora allata.
4) Corpora allata
Corpora allata (tunggal: corpus allatum) adalah badan kelenjar kecil, diskrit,
berpasangan yang berasal dari epitel dan terletak di kedua sisi foregut. Pada
beberapa serangga, mereka bergabung membentuk satu kelenjar. Fungsinya
untuk mengeluarkan hormon remaja (JH), yang memiliki peran pengaturan baik
dalam metamorfosis dan reproduksi. Di Lepidoptera, corpora allata juga
menyimpan dan melepaskan PTTH.
c. Hormon
Tiga hormon atau jenis hormon merupakan bagian integral dari fungsi
pertumbuhan dan reproduksi pada serangga.
Ecdysteroid adalah istilah umum yang diterapkan pada steroid apa pun dengan
aktivitas yang mendorong meranggas. Semua ekdisteroid berasal dari sterol, seperti
kolesterol, yang tidak dapat disintesis oleh serangga secara de novo dan harus diperoleh
dari makanannya.
Ecdysone (juga disebut a-ecdysone) dilepaskan dari kelenjar prothoracic ke
dalam hemolymph dan biasanya diubah menjadi hormone 20 hydroxyecdysone yang
lebih aktif di beberapa jaringan perifer. 20-hydroxyecdysone (sering disebut sebagai
ecdysterone atau b ecdysone dalam literatur yang lebih tua) adalah ecdysteroid yang
paling tersebar luas dan penting secara fisiologis pada serangga.
Neurohormon merupakan kelas ketiga dan terbesar dari hormon serangga.
Mereka umumnya peptida (protein kecil) dan karenanya memiliki nama alternatif
neuropeptida. Pembawa pesan protein ini adalah pengatur utama dari banyak aspek
perkembangan serangga, homeostasis, metabolisme, dan reproduksi, termasuk sekresi
JH dan ekdisteroid.

2. Sistem Pertahan Tubuh


Kebanyakan serangga hidup berdampingan dengan mikroorganisme mudah
terkena infeksi memerlukan sistem pertahanan / sistem imun yang mendukung Sistem
Pertahanan Tubuh . Serangga mempunyai sistem pertahanan tubuh yang efisien
tergantung pada :
a. Spesies
b. Umur dan Tahapan
c. Faktor Nutrisi
d. Faktor Fisik
e. Pertahanan Morfologi dan Fisiologi
Serangga yang berperan sebagai vektor untuk sejumlah mikroorganisme akan
tinggal pada jaringan tertentu sementara, sebelum selanjutnya ditransmisikan serangga
menghadapi infestasi parasit multiseluler jamur, telur parasitoid Sistem pertahanan yang
relatif kompleks, Larva Drosophila yang diinjeksi E. coli, memerlukan waktu 6 jam
untuk membersihkan hemolimf dari infeksi. Pembatas utama terhadap infeksi adalah
kutikula dan saluran pencernaan (bagian yang kontak langsung dengan lingkungan),
pembatas juga termasuk : trakea, tubulus Malpighi, dan saluran reproduksi peptida anti
fungi / anti bakteri terhadap infeksi dan aberasi. Kemungkinan respon terhadap invasi
parasit. Sel epidermal menghasilkan komponen antimikroba, pola pengenalan dan
protein pengoptimasi agar dapat diserang hemosit. Badan lemak menghasilkan respon
antimikroba yang sistemik. Peptida mirip dengan anti mikroba pada Paruh, saluran
reproduksi, saluran pencernaan dan saliva yang dihasilkan Oleh epitel vertebrata. Luka
atau sobeknya kutikula dapat menyebabkan terjadinya clotting hemolimf dengan cepat
yang dilanjutkan dengan melanisasi pada area luka. Clotting mencegah kehilangan
cairan yang berebih yang dapat mengganggu tekanan Hemolimf dan keseimbangan
hidroskeleton, serta infeksi mikroorganisma. Umumnya serangga memiliki tujuh jenis
tipe sel hemosit yang berbeda, yaitu : sel granular, plasmatosit, oenositoid, prohemosit,
koagulosit, sel sperul dan adipohemosit Tipe sel hemosit setiap spesies serangga tidak
hanya beragam, namun memiliki jumlah yang berbeda-beda. Perbedaan tipe hemosit ini
bergantung pada aktifitas dan proses fisiologis yang teradi pada tubuh serangga. Banyak
faktor yang mempengaruhi jumlah dari setiap tipe sel diantaranya : perbedaan akan pola
eclosion pada serangga, usia dan tingkatan stadia, jenis kelamin dan peristiwa
perkawinan yang menandai adanya peningkatan jumlah hormon saat perkawinan .
Plasmatosit mengandung sejumlah moderat reticulum endoplasma kasar, kompleks
Golgi dan mungkin mengandung butiran membran yang terikat. Plasmatosit adalah
yang paling berlimpah dan tercatat sebanyak 30% dari umlah total hemosit. Plasmatosit
terlibat dalam fagositosis dan enkapsulasi Organisme asing yang menyerang. Spherule
sel dijumpai pada hemosit sejumlah spesies serangga, secara Umum berbentuk ovoid
(diameter 6-16 μm), dengan beberapa sampai banyak Butiran yang bulat atau lonjong.
Reticulum endoplasma kasar biasanya berkembang dengan baik. Spherule sel sangat
stabil dalam keadaan in vitro. Persentase keberadaannyya biasanya sangat rendah,
dibawah 5 % dari populasi Hemosit .
Sel oenositoid berukuran relatif besar dengan diameter lebih dari 20 μm,
Perbandingan inti sitoplasma rendah, hanya terdapat pada beberapa jenis Serangga.
Letak intinya sentris dan eksentris, kadang mengandung kristal. Oenositoid dijumpai
dalam jumlah kecil sekitar 1-2 % dari total populasi hemosit granulosit berisi sejumlah
besar endoplasma yang secara ekstensif melebar. Komems Golgi juga berlimpah dan
sel-sel mengandung butiran membran yang terikat dalam jumlah besar. Granulosit
memiliki proporsi jumlah yang cukup besar, biasanya lebih dari 30% dari populasi
hemosit. Sel ini melepaskan Isinya (degranulate) pada permukaan sehingga
mengganggu organisme sebagai Bagian awal dari respon pertahanan. Granulosit
mungkin berasal dari plasmatosit dan zat antara dari kedua jenis sel ini. Sistosit
mungkin adalah granulosit dimana mereka mengandung butiran berlimpah, tapi
biasanya berisi jumlah yang lebih kecil kompleks golgi dan endoplasma kasar daripada
granulosit. Mereka memiliki inti relatif tinggi dibandingkan rasio sitoplasmasel
prohemosit berukuran kecil (diameter 6-13 μm), bentuk bulat hingga lonjong, dengan
perbandingan inti sitoplasma yang besar, dikelilingi oleh Lapisan sitoplasma yang
homogeni dan tipis serta mengandung banyak ribosom bebas, sedikit reticulum
endoplasma kasar dan beberapa mitokondria.

3. Sistem Otot dan Pergerakan


Otot merupakan daerah sel hidup, bentuknya memanjang dan mempunyai fungsi
khusus, yaitu menimbulkan ketegangan di antara dua bagian Protoplasma mempunyai
fibril yaitu suatu elemen yang dapat berkontraksi dan menimbulkan ketegangan. Energi
yang dipergunakan untuk kontraksi didapatkan dari pembakaran karbohidrat. Serangga
mempunyai sistem otot yang terdiri dari otot bergaris, dan padanya tidak di dapatkan
otot polos.
Hubungan syaraf dan otot pada serangga berbeda dengan vertebrata. Pada
serangga syaraf akan menempel pada seluruh panjang sel otot, sehingga proses
pengaktifan terdapat pada hampir seluruh otot. Perubahan potensi tidak tampak
bergerak sepanjang dinding otot seperti pada vertebrata. Dapat dibedakan dua proses
kontraksi, yaitu kontraksi isomeri di mana panjang otot tidak berubah, dan hanya terjadi
suatu tegangan sedangkan kontraksi isotonis di mana tegangan sama, tapi panjang otot
yang berubah.
Biasanya satu impuls syaraf menyebabkan satu kontraksi, tetapi pada otot-otot
khusus dapat berosilasi pada frekuensi tinggi, sehingga otot dapat berkontraksi beberapa
kali sebagai akibat satu impuls syaraf. Kecepatan otot untuk berosilasi sangat tergantung
pada sifat mekanikanya dan struktur tempat otot melekat Kontraksi otot membutuhkan
energi metabolik, sehingga otot mempunyai sistem trakhea yang baik. Hal ini terutama
terjadi pada otot-otot terbang di mana sistem respirasi traspesialisasi untuk
mempertahankan suplai oksigen selama serangga terbang. Pada kebanyakan otot,
trakheolus berhubungan rapat dengan bagian luar serabut otot.
a. Osilasi Otot Terbang
1) Otot Synchronous
Setiap kontraksi otot terbang pada Odonata, Orthoptera dan Lepidoptera
dihasilkan satu impuls syaraf. Otot-otot ini disebut otot synchronous.
Umumnya otot serangga termasuk tipe ini. Biasanya frekuensi kepakan
sayap dari serangga dengan otot terbang synchronous adalah lambat, kira-
kira tidak lebih dari 25 kepakan per detik.
2) Otot Asynchronous
Pada serangga yang mempunyai otot fibrillar, frekuensi kepakan sayap
melebihi 100 hz. Hal ini mencirikan kontraksi sel otot tersebut, bahwa
beberapa kontraksi diakibatkan oleh tibanya satu impuls syaraf. Otot-otot
yang mempunyai ratio kontraksi terhadap stimuli yang ber beda dari normal
ratio (1:1) disebut asynchronous.

C. Pertanyaan
1. Bagaimanakah terjadinya kontraksi otot pada serangga?
Jawab : serangga mempunyai sistem otot yang berhubungan dengan saraf
yang dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Sehingga menimbulkan
adanya gerakan-gerakan pada organ tubuh seperti tungkai, sayap, dan tarsus
yang gerakannya berupa lari, terbang atau loncat.
2. Mekanisme endokrin pada serangga yang mempengaruhi metamorphosis
Jawab : Serangga menghasilkan hormon otak, hormon ekdison, dan hormon
juvenil yang berperan dalam metamorfosis. Hormon otak dilepaskan oleh
bagian otak, Adanya hormon otak menyebabkan sekresi hormon ekdison
dan memacu otak untuk meningkatkan sekresi hormon juvenil. Hormon
ekdison berfungsi pada pergantian kulit (ekdisis). Sedangkan hormon
juvenile berperan dalam menghambat proses metamorfosis.

3. Jelaskan bagaimana cara serangga mempertahankan tubuhnya dari serangan


musuh?
Jawab :
Serangga memiliki berbagai macam predator ,termasuk burung , reptil ,
amfibi , mamalia ,Karnivora , dan artropoda lainnya . Sebagian besar (80-
99,99%) dari individu yang lahir tidak bertahan sampai usia reproduksi,
dengan mungkin 50% dari angka kematian ini disebabkan oleh predasi.
Untuk menghadapi pertempuran pelarian yang sedang berlangsung ini,
serangga telah mengembangkan berbagai Mekanisme pertahanan . Satu-
satunya batasan pada adaptasi iniadalah bahwa biayanya, dalam arti waktu
dan tenaga, tidak melebihi manfaat yang mereka berikan kepada organisme.
Semakin jauh suatu fitur mengarahkan keseimbangan ke arah yang
menguntungkan, semakin besar kemungkinan bahwa seleksi akan bertindak
berdasarkan sifat tersebut, meneruskannya ke generasi selanjutnya.
Kebalikannya juga berlaku; pertahanan yang terlalu mahal akan memiliki
sedikit kesempatan untuk diturunkan. Contoh pertahanan yang telah
bertahan dalam ujian waktu termasuk bersembunyi, melarikan diri dengan
lari atau berlari, dan berpegangan kuat untuk melawan serta memproduksi
bahan kimia dan struktur sosial yang membantu mencegah pemangsaan.

D. Daftar Rujukan
Hadi, M.M., Tarwotjo, U & Rahadian, R. Biologi Insekta Entomologi. Graha
Ilmu
Gillott, C. 2005. Entomology 3rd Edition

Anda mungkin juga menyukai