Kelas Ascomycetes
Miselium bercabang-cabang dan bersekat, dinding selnya terdiri atas kitin. Pembiakan
vegatatif dengan spora yang terebentuk endogen didalam askus atau eksogen pada basidium.
Pembentukan askus dan basidium merupakan sifat-sifat yang spesifik dan menjadi dasar didalam
mengklasifikasikan eumycetes dalam takson yang lebih kecil.
Askus bagi ascomycetes merupakan ala reproduksi yang spesfiki, yang sebenarnya tidak
lain dari pada sporangium yang berbentuk buluh dengan jumlah spora yang terjadi endogen
menurut pembentukan sel bebas yang tertentu yaitu 8, kadang-kadang 4, seperti terdapat pada
saccharomyces.
1) Spora seksual melalui meiosis: Ascomycetes adalah jamur dimana proses seksual
melibatkan pembentukan spora haploid (askospora) yang terhasil melalui proses meiosis.
Proses ini dilakukan oleh nukleus diploid yang berasal daripada askus. Askus-askus pula
akan membina jasadbuah yang dipanggil askokarpa.
2) Spora aseksual melalui mitosis: Ascomycetes juga melakukan pengeluaran spora secara
aseksual. Secara umum, spora aseksual yang tidak menjalani pengawanan seksual disebut
konidiospora (‘konidia’) yang dikeluarkan diatas hifa tegak yang khusus, dipanggil
konidiofora (atau tangkai spora; ‘fora’ = tangkai). Proses pembentukan adalah melalui
mitosis.
3) Fase anamorf dan teleomorf: Kini, fasa aseksual Ascomycetes (khususnya untuk
kumpulan Deuteromycetes) diberi nama yang khusus – fasa anamorf (bentuk yang tidak-
sempurna; imperfect form), jika ini berlaku, maka fasa hidupannya bukan lagi anamorf,
tetapi telah bertukar menjadi teleomorf (bentuk yang sempurna).
Morfologi Ascomycetes :
1) Ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit.
2) Hifa bersekat.
3) Berkembangbiak secara seksual dengan membentuk spora yang dihasilkan dalam suatu
kantung (askus) yang disebut askospora
4) Berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk konidiospora, yaitu spora yang
dihasilkan secara berantai pada ujung suatu hifa
5) Didalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan
pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. setiap haploid akan membelah
secara mitosis sehingga setiap askus terdiri dari 8
Habitat Ascomycetes
Lebih dari 60.000 spesies ascomycetes, telah dideskripsikan dari berbagai ragam habitat laut,
air tawar, dan darat. Dengan perincian sebagai berikut:
Saprofit, banyak dimanfaatkan dalam pembuatan tape, kecap.oncom, roti, ada pula yang
diambil produknya karena menghasilkan antibiotika. Contonya: Penicillium SP.
Parasit, dapat menibulkan penyakit baik manusia maupun tumbuhan dan hewan.
Contohnya: Saccaromyces menyebabkan epitel mulut putih, Aspergillus menyebabkan
paru-paru, tanaman perkebunan diserang oleh jamur.
Simbiosis, dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak). Ciri dari jamur ini
dapat menghasilkan spora askus yatu spora hasil reproduksi seksual yang berjumlah 8
spora yang tersmpan didalam askus.
Reproduksi Ascomycetes
Reproduksi vegetatif pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler
membentuk spora dari konidia. Hifa yang bercabang-cabang ada yang terdiferensiasi membentuk
alat reproduksi betina yang ukurannya lebih besar, yang disebut arkegonium. Didekatnya dari
ujung hifa yang lain terbentuk alat reproduksi jantan yang ukurannya membentuk kecil disebut
anteridium. Baik arkegonium maupun anteridium berinti haploid atau kromosom dari
arkegonium tumbuh saluran yang akan menghubungkan antara arkegoniun dan anteridium yang
disebut trikogin.
Spora aseksual yang dihasilkan melalui reproduksi vegetatif dalam jumlah yang sangat besar,
yang sering kali tersebar oleh angin. Spora aseksul ini dihasilkan pada ujung hifa, sering kali
dalam rantai yang panjang atau dalam kelompok. Spora tesebut tidak dibentuk di dalam
sporangia, seperti halnya pada zigomkota. Spora terbuka seperti itu disebut konidia.
Penggolongan Ascomycetes
1. Protoascomycetes
Warga protoascoycetes mempunyai miselium yang berbentuk benang atau tidak. Hifa
askogen dan tubuh buah belum ada, juga himenium belum ditemukan. Jamur-jamur ini banyak
yang bersifat haploid, tidak memperlihatkan pergiliran keturunan. Setelah terjadi perkawinan,
zigot langsung berubah menjadi askus. Plasmogami dan kariogami berlangsung berurutan dan
terjadi dalam tempat yang sama.
Yang digolongkan kedalam protoascomycetes adalah jenis-jenis ascomycetes yang dijadian
satu bangsa yaitu;
a. Bangsa Endomycetales
Suku dipodascaceae, memiliki hifa yang bersekat dan mengandung banyak inti. Untuk
pembiakanya, dua hifa yang berdekatan membemtuk cabang-cabang untuk kopulasi
(gametangium) yang berbentuk seperti paruh. Ujungnya yang bersentuhan lalu bersatu
karena dinding disitu terlarut. Setelah terjadi kopulasi, bagian belakangnya lalu terpisah
dari hifa yang mendukungnya dengan suatu dinding pemisah. Baru setelah terjadi
kopulasi dapat kita lihat perbedaan jenis kelamin antara kedua jenis gametangium
tersebut.dari gametagium yang jantan beberapa inti jantan lalu masuk kedalam
gametongium betina. Dari banyak inti itu, akhirnya satu inti jantan dan satu inti betina
yang bersatu. Gametangium betina lalu menonjol dan membentuk askus yang berbentuk
kerucut yang panjang. Inti yang diploid itu lalu masuk kedalam askus tadi, sedang inti-
inti yang lainnya tidak mengalami perkawinan. Inti diploid tadi lalu mengadakan
perkawinan lalu mengalami degenerasi. Inti diploid tadi lalu mengadakan pembelahan
reduksi dan membentuk sel bebas terjadilah askospora, masing-masing dengan satu inti.
Contoh dari suku ini adalah Dipodascus albidus.
Suku Endomycetaceae, sel-selnya pada waktu muda mengandung banyak inti, kemudian
tiap-tiap sel haya mengandung satu inti saja. Cara pembentukan spora seperti pada
dipodascaceae, tetapi pada endomyceraceae gametangiumnya berinti satu saja. Hasil
kopulasi tidak memanjang, melainkan membulat dan berisi sejumlah spora yang konstan,
yaitu seperti pada ascomycetes yang tinggi tingkatnya, dalam askus terdapat 8 askospora.
Contoh suku ini adalah Eramascus fertilis, Eramascus albus.
Suku Sacharomycetaceae (khamir), jamur ini dianggap sebagai penjelmaan
Endomycetaceae. Biasanya bersifat unuseluler dan membiak dengan pertunasan. Dalam
keadaan makanan tertentu dapat memperlihatkan hifa, tetapi hifa itu tidak tetapdan dapat
terputus-putus menjadi sel-sel yang terpisah.
Pada beberapa jenis terdapat pembiakan generatif. Dua sel dapat berkopulasi dan merupakan
suatu zigot, yang selanjutnya menjadi askus dengan inti yang diploid. Dengan pembelahan
reduksi umumnya terbentuk 4 askospora, tetapi ada pula yang 8. Sakospora akan tumbuh
menjadi sel-sel vegetatif yang haploid. Pada beberapa jenis Saccaharomyces askosporanya pada
waktu perkecambahan dapat berkopulasi menjadi sel-sel vegetatif yang diploid dan tidak
membentuk askus. Sel-sel vegetatif yang diploid itu membiak dengan pertunasan. Sel-sel
akhirnya dapat bersipat sebagai askus, mengadakan pembelahan reduksi dan membentuk
askospora. Jadi disini terdapat suatu sporofit, akan tetapi gametofitnya tidak ada, karena spora
langsung mengadakan kopulasi. Adakalanya skospora berubah dulu menjadi sel vegetatif yang
haploid, dan baru kemudian sel-sel mengadakan kopulasi. Jadi dalam hal ini ada gametofit dan
sporofit, dengan kata lain disini pergiliran keturunan.
Dinding khamir tidak memperlihatkan reaksi selulosa maupun kitin, tetapi antara lain
mengandung fosfot glikoprotein. Khamir terdapat pada buah-buahan, lendir dan lain-lain. Dalam
cairan yang mengandung gula menyebabkan pengkhamiran, yaitu perubahan gula menjadi
alkohol. Dari suku ini jenis-jenis yang penting adalah: sacharomyces ellipsideus (untuk
mengkhamirkan cairan buah anggur), S. tuac (merubah air nira menjadi tuak), S. cerviseae
(khamir roti atau bir juga disebut khamir raja yang berguna dalam pembuatan roti atau alkohol).
2. Euascomycetes
Cendawan yang termasuk golongan ini mempunyai askus dengan didalamnya sejumlah
askospora yang tetap, yaitu selalu 8. Pada euascomycetes askus tidak langsung terbentuk dari
zigot yang berasal dari peleburan dau gametangium, akan tetapi seperti berikut. Dalam calon-
calon tubuhbuah dan sel-sel ujung hifa pada gametofit membesar menjadi sebuah badan yang
mengandung bnayak inti, yaitu gametangium betina, yang pada Euascomycetes ini disebut
askogonium. Pada ujung askogonium terdapat suatu tonjolan yang memanjang dengan ujung
yang bengkok dengan didalamnya banyak inti. Tonjolan dengan bentuk istimewa ini dinamakan
trikogin. Dari ujung hifa yang berdekatan ada yang sel-sel ujungnya lalu berubah menjadi
anteridium yang bersentuhan dengan ujung trikogin. Alat-alat kelamin ini terdapat bergelombol-
gerombol. Ujung trikogin ini kemudian lalu membuka dan intinya mengalami degenerasi. Inti
jantan dari anteridium lalu masuk melalui trikogin kedalam askogonium. Dalam askogonium
inti-inti betina dan jantan tidak mengadakan perkawinan, melainkan hanya berpasang-pasangan
saja. Dari arkogonium ini terbentuk hifa dan inti berpasngan tersebut lalu masuk kedalamya.
Hifa askogen inilah yang dapat kita pandang sebagai sporofitnya Euascomycetes, karna hifa
inilah yang akhirnya akn menghasilkan askospora.
Askus selalu memiliki delapan askospora askus tidak lansung berbentuk zigot yang berasal
dari peleburan 2 gametangium.namun melalui proses berikut :
1) Sel-sel ujung hifa membesar menjasi suatu badan berinti banyak ,yaitu gametanium
betina yang disebut askogonium
2) Pada ujung askogonium terdapat suatu tonjolan yang memamnjang dengan ujung yang
bengkok dengan banyak inti, disebut trikogin .
3) Dari ujung hifa yang berdekatan ada yang sel-sel ujungnya berubah menjadi antridium
yang bersentuhan degan ujung trikogin
4) Ujung trikogin lalu membuka dan intinya berdegenarasi, inti antreidium kemudian masuk
melalui trikogin kedalam askogonium dan hanya berpasang-pasangan tidak melakukan
peleburan
5) Dari askogonium terbentuk hifa askogen , dan inti yang berpasangan tadi masuk
kedalamnya. Hifa askogen inilah yang disebut sebagai sporofitnya, karna hifa inilah yang
akhirnya menhasilkan askospora
a. Bangsa Perisporiales
Kopulasi antara askogonium dan anteridium akhirnya menghasilkan badan buah yang
diselubungi oleh suatu dinding yang dinamakan peridium. Peridium bulat atau bangun perisai,
tertutup atau dengan sebuah lubang pada bagian atasnya. Dalam bangsa ini termasuk:
Suku Erysiphaceae, kebanyakan parasit pada tumbuhan tinggi. Miselium yang keudara
melapisi epidermis organ tumbuhan inang yang diserang dan kelihatan keputih-putihan seperti
tepung, oleh sebab itu juga dinamakan embun tepung. Miselium menghasilkan konidium, selain
konidium terdapat pula tubuh buah berupa peritesium.
Suku Perisporiaceae, warga suku ini hidup sebagai epifit pada tumbuh-tumbuhan. Miselium
di udara berwarna pirang atau hitam.misalnya capnodium salicinum (embun jelaga)
Dari suku ini yang hidup sebagai parasite dan menimbulkan penyakit pada tanaman budidaya
antara lain:
b. Bangsa Plectascales
Pada jamur ini gametangium terbentuk secara bebas. Kopulasi antara askogonium dan
anteridium. Janur ini membentuk tubuh buah, baik diluar maupun didalam substratnya. Tubuh
buah berbentuk bulat, mempunyai dinding terdiri atas lapisan miselium steril yang disebut
peridium. Askus terdapat didalamnya dan susunannya tidak beaturan. Askus ini keluar dari hifa
askogen, dan mengandung 2-8 spora. Cara membukanya tubuh buah juga tidak beraturan. Pada
beberapa jenis, selain tubuh buah terdapat pula pembentukan konidium dengan konidiofora yang
sering kali lebih banyak dari tubuh buahnya.
Suku Gymnoascaceae, pada suku ini gametangium masih sangat sederhana. Askus bulat
merupakan suatunberkas disamping askogonium yang memanjang. Hifa sakogen belum
sempurna, hifa pembalut dan tubuh buah belum terdapat.
Suku Aspergillaceae, alat kelamin jantan telah mempunyai trikogen dan dehabis perkawinan
zigot membentuk hifa askogen, tetapi gametangium itu sering kali mengalami reduksi jadi belu
terdapat keseragaman mengenai alat kelaminnya. Tubuh buah berupa kleistoteseium yang
kadang hanya berupa setukal hifa yang tidak beraturan, tetapi paling sedikit dapat dibedakan
dalam suatu jaringan dasar yang tidak dapat dan selubng yang bersifat sebagai plektenkim.
Askus bulat, tersebar tidak beraturan dalam badan buah tadi dan sporanya baru dapat terpencar,
jika tubuh buah telah pecah.
Dari suku ini yang terkenal ialah marga Asperigillus, konidiofora pada ujungnya membesar,
dan pada ujung itu terdapat sterigma dengan konodium berderet-deret.
Pada aspergillaceae jarang sekali ditemukan tubuh buah, oleh sebab itu, seringkali
aspergillaceae dimasukkan dalam fungi imperfecti. Ascpmycetes yang lebih tinggi tingkatan
perkembangannya dibedakan dalam dua golongan; yaitu ascoloculares dan ascohy-meniales.
3. Ascoloculares
Ascoloculares mempunyai tubuh buah yang terbentuk sebelum terjadinya alat-alat kelamin.
Tubuh buah itu dinamakan pesudotesium. Pseudoesium terdiri atas plektenkim yang tidak rapat
dan pada pembentukan akan terbentuk ruang-ruang (lokulus) yang terisi dengan askus tadi.
Askus berbentuk gada dan secara aktif melempar keluar spora yang ada didalamnya. Diantara
jamur-jamur yang tergolong dalam ascoloculares ada beberapa yang menyebabkan penyakit
tumbuhan, diantaranya fusicladium yang menimbulkan scabies (kudis) pada bermacam-macam
buah-buahan.
Ascolocurales ini memuat tiga bangsa yaitu: bangsa Myrangiales, bangsa Pseusospheriales,
dan bangsa Hemisphaeriales.
4. Ascohymeniales
Membentuk tubuh buah setelah membentuk alat kelamin.
Tubuh buah berdiri sendiri dari selubung hifa steril yang teranyam sebagai pleketenkim,
didalamnya terdapat ruangan dengan parafisis dan askus yang tersusun seperti jaringan
tiang (palisade) dan merupakan suatu lapisan yang disebut himenium. 1
a. Bangsa Pyrenomycetales
Sebagian hidup sebagai parasit, sebagian sebagai saprofit pada kayu yang lapuk, kotoran
hewan, dan lain-lain. Tubuh-tubuh buah berupa paritesium yang berbentuk botol atau bulat.
Yang paling sederhana peritesium terdapat pada ujung suatu hifa, berwarna hitam, sebesar kepala
jarum. Pada lain jenis peritesium terkumpul pada suatu badan seperti plektenkim, yang
dinamakan stroma. Ada pula yang menghasilkan konidium yang terkumpul dalam suatu badan
yang terbentuk bulat yang dinamakan piknidium.
1
Mira Olivia, Botani Tumbuhan Rendah (Fungi), https//www.academia.edu (diakses pada 19 Oktober
2019, pukul 13.20).
2
G. Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hal. 135-
140.
Marga : Claviceps
Spesies : Claviceps purpurea
Suku Xylariaceae, termasuk di dalamnya antara lain Xylaria tabacina yang kadang-kadang
hidup sebagai parasit pada petai cina (Leucaena glauca).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Subclassis : Dialypetalae
Ordo : Rosales
Familia : Mimosaceae
Genus : Leucaena
Species : Leucaena glauca
b. Bangsa Discomycetales
Tubuh buah berbentuk seperti piala yang dangkal atau cawan, yang dinamakan
apotesium. Askus terletak dipermukaan atas tubuh buah.
Parasit atau sporofit pada kayu lapuk atau tanah yang mengandung sisa-sisa tumbuhan.
Contoh suku Helotiaceae: Botrytis cinerea, menyerang buah anggur dengan
mempertinggi kadar gula buahnya.
Contoh suku Helvellaceae: Morchella esculenta, tubuh buahnya dapat dimakan.
c. Bangsa Tuberales
Tubuh buahnya selalu terdapat di dalam tanah, berbentuk cawan atau seperti umbi yang di
dalamnya mengandung ruangan-ruangan dan saluran-saluran. Ruangan-ruangan itu berbatasan
dengan himenium. Miselium sebagai saprofit dalam tanah-tanah hutan dan seringkali
bersimbiosis dengan pohon-pohon hutan sebagai mikoriza. Beberapa jenis di antaranya
menghasilkan tubuh buah yang dapat dimakan, misalnya Tuber melanosporum, Tuber rufum, dan
Tuber aestivum. Ketiganya termasuk suku Tuberaceae.
d. Bangsa Exoascales
Dalam bangsa ini banyak termasuk jamur parasit, terutama dari marga Taphrina, yang antara
lain pada tanaman dapat menimbulkan gejala yang dinamakan sapu setan (witch broom). Pada
cendawan ini tidak terbentuk tubuh buah, tetapi askus menembus sel-sel epidermis inangnya dan
muncul keluar dengan tidak disertai parafisis. Askospora dalam askus dapat mengadakan
penonjolan seperti sel-sel khamir dan segera setelah dibebaskan dari askus dapat mengadakan
kopulasi dengan sesamanya. Jadi fase haploid pada jamur ini terbatas pada spora yang masih ada
di dalam askus saja. Bangsa ini hanya terdiri atas suku, yaitu Exoascaceae, contohnya Exoascus
pruni.
e. Bangsa Laboulbeniale
Hidup sebagai parasit (sebagai ektoparasit) pada insekta. Miselium tidak ada, hanya
menyerupai alat-alat kelamin dan askus, tempatnya dalam sistem klasifikasi masih belum jelas.
Suatu jenis yang tergolong di dalamnya adalah Sigmatomyces baeri.
REPRODUKSI
3
W. Winarto, Filum Ascomycota, repo.unand.ac.id (diakses pada 19 Oktober 2019, pukul 20.25).
b. Ascomycota Multiseluler : Reproduksi secara aseksual yang dilakukan dengan dua cara,
yaitu fragmentasi hifa dan pembentukan spora aseksual konidiospora. Hifa dewasa yang terputus
akan tumbuh menjadi sebuah hifa jamur baru. Hifa haploid (n) yang sudah dewasa akan
menghasilkan konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung dari konidiofor akan terbentuk spora
yang diterbangkan angin yang disebut dengan konidia. Konidia memiliki jumlah kromosom yang
haploid (n). Konidia pada jamur Ascomycota berwarna-warni, antara lain berwarna oranye,
hitam, biru atau kecokelatan. Jika kondisi lingkungan menguntungkan, maka konidia akan
berkecambah menjadi hifa yang haploid.
4
Ibid,.
b. Ascomycota Multiseluler : Reproduksi seksual jamur Ascomycota multiseluer adalah
sebagai berikut... Hifa (+) dan hifa (-) yang masing-masing memiliki kromosom haploid yang
berdekatan. Hifa (+) membentuk askogonium (alat reproduksi betina), sedangkan hifa (-) dengan
membentuk anteridium (alat reproduksi jantan). Askogonium akan membentuk saluran yang
menuju anteridium yang disebut dengan trikogin. Melalui trikogin, terjadi proses plasmogami
(peleburan sitoplasma). Askogonium akan menerima nukelus yang berkromosom haploid dari
anteridium.
PERANAN
Berikut ini adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycota beserta peranannya
bagi kehidupan.5
B. Kelas Basidiomycetes
Basidium
Habitat
Jamur Basidiomycotina umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup,
misalnya serasah daun di tanah, merang padi, dan batang pohon mati. Jamur yang parasit hidup
pada organisme inangnya, misalnya tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada yang bersimbiosis
dengan akar tumbuhan membentuk mikoriza. Habitat mereka ada di terrestrial dan akuatik dan
bisa dikarakteristikan dengan melihat basidia.
Struktur tubuh
Basidiomycotina adalah jamur multiseluler yang hifanya bersekat. Hifa vegetative
Basidiomycotina terdapat dalam substratnya (tempat hidupnya), misal pada kulit kayu, tanah,
dan serasah daun. Jalinan hifa generative jamur ini ada yang membentuk tubuh buah dan ada
yang tidak membentuk tubuh buah. Tubuh buah pada Basidiomycotina disebut basidiokarp.
Basidiokarp berukuran makroskopik sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk
basidiokarp bermacam-macam, misalnya seperti payung, kuping, atau setengah lingkaran.
Basidiokarp ada yang memiliki batang dan ada yang tidak. Pada bagian bawah tudung
basidiokarp terdapat lembaran-lembaran (bilah). Pada lembaran ini terbentuk banyak basidium
yang akan menghasilkan spora basidium (basidiospora). Basidiospora merupakan spora
generative. Spora (basidiospora) yang jumlahnya empat berada di luar basidium. Spora dapat
disebarkan oleh angin dan jika jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi hifa baru.
Contohnya yaitu jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur merang (Volvariella volvaceae).
Jamur basidiomycota terdiri dari kumpulan benang miselium yang berkelompok membentuk
tubuh jamur. Tubuh jamur berupa tubuh buah, sebagai hasil perkembangan dari zigot. Zigot
dihasilkan oleh perkawinan antara hifa positif dan hifa negatif. Tubuh buah menghasilkan spora
yang terdapat pada basidium.
Miselium pada basidiomycetes ada tiga jenis, yaitu:
Miselium primer: miselium berinti satu yang haploid dari basidospora
Miselium sekunder : mselium berinti dua dan merupakan konjugasi dua miselium primer
atau persatuan antara dua basidiospora.
Miselium tersier : miselium yang terdiri atas miselium sekunder yang telah terhimpun dan
merupakan jaringan yang telah teratur pada permukaan basidiokarp dan yang
menghasilkan basidiospora.
Reproduksi
Reproduksi jamur ini terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual yaitu
dengan cara membentuk spora konidia. Seperti Zygomycotina dan Ascomycotina, reproduksi
seksual Basidiomycotina terjadi melalui perkawinan antara hifa yang berbeda jenis menghasilkan
spora seksulal (spora generative), yaitu spora basidium (basidiospora).
Klasifikasi
Divisi Basidiomycotina adalah takson dengan Kingdom Fungi yang termasuk spesies yang
memproduksi spora dalam bentuk kubus yang disebut basidium.Basis = dasar, idion, mykes =
jamur, berkembangbiak seksual dengan basidiospora melalui basidium, hifa bersekat,
kebanyakan berukuran makroskopis, spora terdapat dalam basidiospora, pada permukaan bawah
tudung, disela-sela gill. Tubuh buah (basidiocarp) mudah dilihat mata, dengan bentuk piala
(Cyatus), kuping (Auricula), payung dan memiliki pembungkus (Volvariella), kulit mengkilat
(Ganoderma), dll.
Salah satu contoh klasifikasi pada filum Basidiomycota dapat dilihat pada Agaricus
campestris Linneaus, sebagai berikut :
Kingdom : Eumycota (Fungi)
Divisi : Basidiomycota
Sub Divisi : Basidiomycotina
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Agaricaceae
Genus : Agaricus
Spesies : Agaricus campestris Linneaus
1. Kelas Homobasidiomycetes
Dalam golongan ini termasuk cendawan-cendawan yang dikalangan umum dikenal dengan
nama jamur, yang terdapat pada kayu yang lapuk, di tanah atau di tempat-tempat yang lain.
Beberapa jenis jamur ini hidup bersimbiosis pada akar tumbuh-tumbuhan dan merupakan suatu
golongan organisme yang kita kenal dengan nama mikoriza.Beberapa dari jenis jamur dari
golongan ini dalam musim-musim tertentu (di Eropa dalam musim akhir panas, di Indonesia
dalam musim hujan) membentuk tubuh buah yang besar yang seringkali mempunyai bentuk
seperti payung terbuka dan dapat mencapai garis tengah 1 m dan berat 50kg (Polyporus
giganteus). Tubuh buah berbagai jenis jamur ini banyak yang dapat dimakan misalnya jamur
merang (Volvariella volvacea).
Basidiospora mempunyai jenis kelamin yang berbeda. Pada perkecambahan spora tadi
terjadilah dua macam miselium yang bersekat dengan satu inti dalam tiap sel. Perkecambahan ini
tiada terbatas. Jika dua sel vegetatif yang berlainan jenis kelamin bertemu, maka dua sel itu
menjadi satu (somatogami) dan terjadilah satu sel dengan sepasang inti di dalamnya. Jadi pada
miselium yang tumbuh dari basidiospora itu tidak dihasilkan alat-alat kelamin yang khusus.
a. Ordo Hymenomycetales
Tingkat perkembangannya masih sederhana, belum membentuk tubuh buah. Umumnya
basidium bebas, namun pada anggota yang tingkat perkembangannya lebih tinggi, hifa
pendukung basidium teranyam membentuk tubuh buah dan basidium terkumpul membentuk
himenium yang didukung himenofor. Himenium terletak bebas di atas tubuh buah (gimnokarp).
Spora sangat banyak dan secara aktif dilontarkan basidium. Pada Hymenomycetales tingkat
tinggi, himenofor menonjol, membentuk rigi-rigi, lamela atau papan-papan, sehingga permukaan
himenium lebih luas. Berdasarkan ada tidaknya himenofor, ordo ini dibedakan menjadi dua
subordo, yaitu Aphyllophorales dan Agaricales.
1) Subordo Aphyllphorales
Tubuh buah tanpa himenofor yang menonjol. Himenium terletak bebas di atas tubuh buah
dan sudah terbentuk sejak tubuh buah masih muda. Sub ordo ini dibedakan dalam beberapa
family, antara lain :
Famili Polyporaceae
Tubuh buah berbetuk seperti kipas, himenofor membentuk pori-pori, dari luar tampak
berlubang-lubang. Sisi dalam lubang-lubang itu dilapisi himenium. Tubuh buah dapat berumur
beberapa tahun, setiap kali membentuk lapisan himenofor baru. Umumnya hidup sebagai
saprofit, misalnya: Ganoderma applanatum (jamur kayu): tubuh buah berbentuk setengah
lingkaran, banyak terdapat pada kayu-kayu lapuk. Ganoderma pseudoferreum (jamur akar
merah). Polyporus giganteus: tubuh buah besar.
Famili Exobasidiae
Jamur ini tidak memiliki tubuh buah. Kebanyakan hidup endoparasitik pada tumbuhan lain.
Pada inangnya jamur ini menimbulkan badan-badan seperti kutil-kutil. Suatu jenis dari jamur
dari suku ini menyebabkan penyakit pada tanaman the dan terkenal dengan nama penyakit cacar
teh. Jenis jamur ini adalah Exobasidium vexans.
Famili Corticiaceae
Tubuh buah merata dan melekat pada substratnya seperti kerak. Heminofora datar atau
sedikit berkerut. Kebanyakan hidup sebagai parasit. Contohnya :Thelephora iaciniata.
Famili Clavariaceae
Tubuh buah tegak, berbentuk gada atau cabang-cabang, seluruh tubuh buah diselubungi oleh
lapisan himenium. Tubuh buah yang bercabang-cabang mempunyai bentuk seperti batu karang.
Contoh :Clavaria zivelli
Famili Hydnaceae
Himenofora mempunyai tonjolan-tonjolan berupa duri-duri atau gigi. Terdapat pada sisi
bawah tubuh buah yang berupa suatu kipas atau suatu payung dengan tangkai kira-kira di tengah-
tengah. Contoh :Hydnum helveolum.
2) Subordo Agaricales
Tubuh buah biasanya berbentuk payung dengan tangkai sentral. Pada waktu muda tubuh
buah itu diselubungi oleh suatu selaput yang dinamakan velum universale. Apabila tubuh buah
membesar, selaput hanya tersisa di pangkal tangkai tubuh buah dan disebut bursa. Dari tepi
tubuh buah ke tangkai terdapat juga suatu selaput yang menutupi sisi bawah tubuh buah. Selaput
ini dinamakan velum partiale. Apabila tubuh buah membesar selaput ini akan robek dan
merupakan suatu cincin (anulus) pada bagian atas tangkai.
Himenofor terletak pada sisi bawah tubuh buah, membentuk lamela yang tersusun radial,
dapat juga membuat tonjolan berupa buluh-buluh. Himenium menutupi permukaan bawah tubuh
buah dan mula-mula terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang demikian itu
disebut angiokarp. Lapisan himenium terbentuk serempak. Dalam subordo ini contohnya
diantaranya :
Famili Agaricaceae
Tubuh buah kebanyakan berbentuk payung, mymenofora membentuk lamel atau papan-
papan dengan lapisan himenium pada kedua sisimya. Kebanyakan dari susku ini hidup sebagai
safrofit, sebagaian kecil sebagai parasit. Contohnya :Volvariella volvaceae (jamur merang),
dapat dimakan, sering dipiara pada tangkai butir padi atau jerami.
Famili Boletacea
Himenofora merupakan tonjolan-tonjolan yang berbentuk buluh-buluh, oleh sebab itu dulu
digolongkan dalam polyporacea. Jamur ini merupakan penyususn utama mikoriza yang adanya
seringkali merupakan syarat mutlak untuk kelangsungan pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan
tertentu misalnya anggrek. Contohnya: Boletus luteus,mikoriza pada Pinus silvestris.
b. Ordo Gasteromycetales
Tubuh buah tertutup, bentuk kurang lebih bulat. Pada waktu masak, dinding paling luar
(peridium, homolog velum universale) pecah dan spora keluar secara pasif. Tubuh buah
membentuk massa kompak yang dinamakan gleba. Kebanyakan bersifat saprofit di dalam tanah
yang subur, namun tubuh buah biasanya terdapat di atas tanah.
Ordo ini terbagi menjadi beberapa family, antara lain:
FamiliLycoperdon
Peridium gleba mengalami diferensiasi menjadi eksoperidium (pseudo- parenkim) dan
endoperidium (tipis). Apabila tubuh buah masak, eksoperidium lepas dan endoperidium
membuka dengan suatu lubang pada ujungnya. Gleba dapat pula terdiferensiasi sehingga bagian
atas fertil dan bagian bawah steril. Apabila spora masak, gleba berubah strukturnya. Misalnya:
Lycoperdon pratense (jamur kelentos/puffball). Gleba berbentuk bulat, tidak terlalu besar, mula-
mula putih kasar, akhirnya abu-abu rata. Sering tumbuh diantara rumput-rumput. Scleroderma
aurantium (jamur melinjo), eksoperidium kotor kekuning- kuningan, gleba dapat dimakan.
Famili phallaceae
Tubuh buah yang masih muda merupakan suatu benda yang kurang lebih berbentuk bulat
telur, dan diselubungi oleh dinding peridium yang terdiri atas dua lapis. Antara kedua lapis
terdapat lapis tengah yang menyerupai lendir. Anyaman hifa dalam peridium mengalami
diferensiasi menjadi tangkai yang payungnya berbentuk lonceng. Contoh :Dictyophora
indusiata.
a. Bangsa Tremellales
Dari bangsa ini jenis-jenis yang masih sederhana tidak membentuk tubuh buah. Yang lebih
tinggi tingkat perkembangannya mempunyai tubuh buah yang menyerupai tubuh buah
Hydnaceae, tetapi berlendir. Basidium selalu terbagi menjadi 4 oleh sekat-sekat yang membujur.
Conntohnya: Tremella lutescens
b. Bangsa Auriculariales
Bangsa ini meliputi sederatan cendawan-cendawan dari yang masih sederhana seperti
jarring labah-labah, tanpa hymenium, sampai cendawan-cendawanyang mempunyai tubuh buah
yang telah mengadakan doferensiasi. Yang karakteristik untuk golongan ini ialah tubuh buah
yang menyerupai daun telinga, yang pada sisi atasnya yang cengkung terdapat lapisan
hymenium. Basidium selalu dibagi dalam 4 sel sekat-sekat melintang, dan dari masing-masing
sel itu kesamping ditonjolkan sterigma dengan satu spora.
Pada beberapa jenis cendawan yang tergolong dalam Auriculariales, pada pangkal
basidium terdapat suatu badan yang membesar, yang dinamakan probasidium atau hipobasidium
dan merupakan sel terakhir hifa yang dikariotik. Dalam probasidium terjadilah peleburan inti,
dan baru kemudian dari probasidium ini dibentuk basidium yang tersekat, yang didahului oleh
pembelahan reduksi. Probasidium ada yang berdinding tipis ada pula yang berdinding tebal.
Cendawan ini kebanyakan hidup sebagai saprofil pada bagian tumbuh-tumbuhan yang telah
mati, adapula yang parasite pada jamur, bahkan ada yang hidup sebagai parasite pada kutu-kutu.
Yang paling terkenal ialah Suku Auriculariaceae, misalnya:
Auricularia polytricha ( jamur kuping).
Tubuh buah berwarna coklat, menyerupai daun telinga, sisi atas berlipat dan mempunyai
rambut-rambut pendek yang tersusun amat rapat. Biasa terdapat pada dahan-dahan yang kering:
tubuh buah dapat dimakan, biasanya dalam sayur (kimio). 6
6
Gembong, Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), h. 155
7
Ibid., h. 165
d. Bangsa Ustilaginales (Jamur Api)
Kebanyakan cendawan ini hidup sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan tinggi. Miselium
berkembang dalam ruang-ruang antarsel inangnnya. Berlainan dengan Uredinales yang
merupakan parasite obligat, jamur ini dapat dipiara pada medium buatan. Miseliumnya yang
dikariotik dapat terpisah-pisah merupakan sel-sel yang disebut klamidospora; klamidospora ini
berfungsi sebagai probasidium dan homolog dengan telespora Uredinales. Di dalamnya terjadi
peleburan antara kedua inti sel, dan dari klamidospora tumbuh basidium yang terbagi-bagi
melintang disertai dengan pembelahan reduksi dan penentuan jenis kelamin spora-sporanya.
Hifa-hifa yang keluar dari basidiosporanya dapat mengadakan kapulasi yang lalu
membentuk miselium yang dikariotik. Basidiospora setelah berkecambah segera mengadakan
kopulasi, dapat juga setelah beberapa lama berkembang baru mengadakan kopulasi, dan
seterusnya membentuk miselium yang dikariotik. Pada beberapa jenis terjadi pembentukan
gesper seperti Hymenomycetes yang mula-mula hidup sebagai saprofit. Fase perkembangan
yang haploid tidak mempunyai daya infeksi atau amat lemahm tetapi fase yang dikariotik meluas
dalam jaringan-jaringan inangnya, yang mula-mula sama sekali tidak memperlihatkan gejala-
gejala sakit. Baru setelah miselium mencapai tempat-tempat tertentu, misalnya bakal buah pada
serealia, cendawan ini lalu membentuk lapisan miselium yang rapat, sel-selnya membesar
membentuk rangkaian seperti rantai mutiara, sebagai spora berwarna hitam seperti benda yang
terbakar menjadi arang. Spora itu terhembus dari tempat asalnya, seperti serbuk arang, dari sebab
itu disebut spora api.
Klasifikasi Ustilaginales didasarkan atas susunan basidiumnya. Didalamnya termasuk suku
Ustilaginaceae. Basidium pada suku ini menyerupai basidium Auriculariales. Klamidospora
setelah melewati musim dingin berkecambah membentuk hifa berdinding tipis.
Sepasang intinya yang telah lebur menjadi satu inti diploid masuk kedalamnya dan dengan
pembelahan reduksi terajadilah 4 inti yang haploid. Inti-inti lalu terpisah oleh sekat-sekat dan
terjadilah suatu basidium yang terdiri atas 4 sel seperti terdapat pada Auriculariales dan
Uredinales. Badan ini dinamakan juga promiselium. Dari tiap-tiap selnya lalu ditonjolkan satu
basidiospora atau juga disebut sporidium. Tetapi disini yang masuk kedalam sporidium bukan
inti basidium, melainkan inti anakan inti basidium. Dalam keadaan makanan yang cukup selalu
dapat dibentuk sporidium baru. Basidiospora yang lepas kemudian berkecambah menjadi hifa
atau suatu rantai yang terdiri atas sel-sel yang menyerupai sel-sel khamir. Miselium dengan jenis
kelamin yang berbeda dapat mengadakan kopulasi, juga basidiosporanya sendiri dapat
mengadakan kopulasi. Beberapa warga dari suku ini tidak mengahasikan basidium. Persatuan
warga dari suku ini tidak mengahasilkan basidium. Persatuan inti dan kemudian pembelahan
reduksi berlangsung didalam klamidospora.
Ustilago zeae, menyerang batangm daun, dan bunga jagung, menghasilkan bisul-bisul
yang berisi klamidospora.
U, sciramineae, menyerang tanaman tebu.
Suku Tilletiaceae, Basidiumnya tak mempunyai dinding-dinding melintang, basidiospora
panjang dan pada ujung basidium terkumpul 4-8 basidiospora. Basidium dengan spora-
sporanya kelihatan seperti suatu kuas. Kopulasi biasanya terjadi diantara
basidiosporanya. Baik fase haploid maupun faase diploid dapat membiak dengan
konidium.
Tilletia horrida, menyerang buah padi. Buah yang terserang berwarna hitam dank eras.
Tilletia tritici, menyerang tanaman gandum. Serangan yang hebat dapat mengakibatkan
kemunduran hasil 20-6%.8
3. Deuteromycetes
Jamur deuteromycetes adalah jamur yang berkembangbiak dengan konidia dan belum
diketahui tahap seksualnya.Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga tidak termasuk
kedalam kelas jamur Asicomycetes atau Basidiumycetes.Oleh karena itu,jamur Deuteromycetes
merupakan jamur yang tidak sempurna (Jamur imperfecti)9
Klasifikasi Deuteromycetes
Berdasarkan ciri-ciri morfologi konidia dan konidiomata yang dibentuknya, fungi ini
dikelompokkan kedalam tiga kelas yaitu:
8
Ibid., h. 167
9
Syarifa Widya Ulfa,Botani Cryptogamae,(Medan:Perdana Publishing,2017) hlm.88.
1. Blastomycetes
Blastomycetes ini mirip khamir dan tidak menghasilkan konidia.Anggota kelompok ini
dapat berparasit pada tubuh manusia,seperti infeksi yang terjadi melalui saluran
pernafasan,menyerang pada kulit,paru-paru,organ vicera tulang dan sistem saraf yang
diakibatkan oleh jamur Blastomycetesdermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi.
2. Coelomycetes
Spora atau konidia dibentuk dalam konidiomata dan biasanya berupa aservulus atau
piknidium. Terbagi menjadi dua Ordo, yaitu:
a. Ordo Sphaeropsidales
3. Hypomycetes
Hypomycetes tidak membentuk konidiomata, konidia langsung dibentuk pada cabang hifa
khusus. Terbagi menjadi dua ordo yaitu:
a. Ordo Moniliales
b. Ordo Agonomycetales10
Morfologi
Fungi Deuteromycetes ini memiliki hifa yang bersekat-sekat selain itu tubuhnya berukuran
mikroskipis.Ada yang bersifat parasit pada ternak dan ada juga yang hidup saprofit pada
sampah.Fungi Deuteromycetes juga banyak yang bersifat atau menyebabkan penyakit pada
hewan-hewan ternak,pada manusia dan juga pada tanaman budidaya.
10
Campbell.biologi jilid 2.(Jakarta:Erlangga,2003) hlm.320-324
Anatomi
Pada jamur ini tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga tidak termasuk kelas
jamur Ascomycetes ataupun Basidiummycetes.Jamur ini merupakan bentuk konidial dari kelas
Ascomycetes,dengan askus tidak tertutup atau hilang karena evolusi.Jamur ini bersifat
multiseluler,tidak memiliki klorofil,bersel eukariotik,heterotrof,dinding selnya tersususn atas zat
kitin.Tergolong kedalam fungsi imperfect yang banyak menimbulkan penyakit pada tanaman
budidaya dan manusia.
Fisiologi
Fungi dapat berkembang di seluruh jenis lingkungan, secara khususnya ditempat yang
lembab dan tempat-tempat yang kurang cahaya, dengan elevasi 4000 m.Baik itu pada
manusia,pada hewan dan pada lingkungan juga jamur ini bisa hidup.Hidupnya sebagai parasit
dan saprofit.
Perkembangbiakan
11
Gembong Tjitrosoepomo.Taksonomi Tumbuhan Rendah.(Yogyakarta:Gajah Mada University Press,2005)
hlm.115-118