Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MIKOLOGI

NUTRISI

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.

Ratih Rakasiwi
Puput Saputri
Ahmad Rifki I
Rima Maemunah

(14308141004)
(14308141009)
(14308141032)
(14308141032)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fungi merupakan organisme yang sering kita jumpai disekitar lingkungan kita.
Pada dasarnya fungi memiliki karakteristik seperti tumbuhan, tetapi klasifikasi
modern mengelompokan mereka dalam kingdom tersendiri yang terpisah dari
kingdom tumbuhan dan hewan. Fungi tumbuh di habitat yang tersebar luas.
Ditemukan hampir di setiap tempat di bumi pada material organik baik hidup maupun
mati. banyak fungi hidup di tanah berhumus. Tetapi banyak juga yang menyerang
organisme hidup, dan dapat hidup di jaringan tumbuhan dan hewan. Fungi umumnya
tidak motil, sehingga fungi sangat bergantung pada substrat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya dengan bantuan enzim ekstraseluler yang dimilikinya. Enzim
tersebut tentunya digunakan saat kondisi tertentu seperti pada saat nutrien tersebut
masih dalam bentuk makro yang nantinya akan diubah menjadi mikronutrien untuk
mendukung proses metabolisme.
Selain nutrisi, jamur harus mendapat kondisi lingkungan seperti temperatur,
kelembapan, pH dan intensitas sinar yang dapat mendukung pertumbuhannya.
Masing-masing faktor lingkungan tersebut harus berada pada toleransi pertumbuhan.
Jika lebih rendah atau lebih tinggi dari kondisi kondisi yang dapat ditoleransi maka
tidak akan ada pertumbuhan yang terjadi. Selalu ada titik optimum pertumbuhan yang
diindikasikan oleh pertumbuhan yang maksimal. Titik optimum ini digunakan untuk
membedakan sifat dari satu jenis jamur dengan jenis jamur lainnya.
B. Tujuan
1. Menemukan fungi di habitatnya
2. Mengidentifikasi jenis substrat fungi dilingkungan sekitar
3. Mengukur kondisi lingkungan yang ditumbuhi fungi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fungi

Fungi adalah kata jamak dari kata Fungus yang berasal dari
bahasa latih Fungour. Kata ini awalnya digunakan untuk jamur
yang berpendar pada malam hari. Dalam penggunaannya kata ini
meluas penggunaannya meliputi thallus seperti tumbuhan tidak
berklorofil contohnya mold dan organism yang sejenis dengan
jamur.
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka
memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup
dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut sporofit.
Fungi memiliki berbagai macam penampilan tertgantung pada
spesiesnya. (Pelczar, 1986)Meskipun fungi merupakan kelompok
organisme yang besar dan sangat bervarias, berdasarkan bentuk
pertumbuhannya secara sederhana fungi dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu fungi uniseluler yang disebut
ragi atau khamir atau yeast dan fungi multiseluler yaitu kapang
atau moulds. Tetapi para ahli lain sering juga mengelompokkan
dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok ragi, kapang, dan
cendawan atau mushrooms meskipun sebenarnya cendawan itu
sendiri adalah bentuk masa padat dari penyusun suatu kapang
yang disebut tubuh buah atau fruiting bodies. Dalam buku ini
yang akan dibahas adalah pengelompokkan yang pertama yaitu
ragi dan kapang ditambah dengan pembahasan tentang fungi
yang mempunyai dua bentuk pertumbuhan yang bergantian
disebut dimorfisme. Telaah mengenai fungi disebut mikologi, yang
berasal dari bahasa Yunani mykos yang berarti cendawan (fungi
berbentuk payung).
Fungi memiliki beberapa karakteristik, diantaranya yaitu:
1. Eukaryot
2. Heterotrof
Seperti telah disebutkan, fungi merupakan organisme
heterotrof sehingga memerlukan bahan organic dari luar
untuk kebutuhan nutrisinya.
3. Tidak berklorofil
4. Banyak tersebar di lingkungan alami
5. Besifat sebagai dekomposer (saprofit)
6. Sifat hidup : saprofit, simbiosis (parasitisme, mutualisme)
7. Tidak motil
8. Memiliki fungsi penting bagi manusia (dekomposer,
pembuatan produk-produk)
9. Dapat bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak berklorofil sehingga
tidak dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan
sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan,
seperti selulosa, glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati dari

organisme lain. Dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa


(bagian jamur yang bentuknya seperti benang halus, panjang,
dan kadang bercabang). Bahan makanan tersebut diuraikan
menjadi senyawa yang dapat diserap untuk pertumbuhan. Oleh
kerena itu, jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrofik, yaitu
tanaman yang kehidupannya tergantung pada organisme lain
(Parjimo dan Andoko, 2007).
Tempat hidup atau habitat dari fungi dapat sangat beragam.
Fungi dapat hidup di perairan terutama perairan tawar dan
sebagian kecil di laut. Tetapi sebagian besar fungi hidup pada
habitat terrestrial baik pada tanah maupun pada materi organic
yang telah mati. Fungi seperti ini seperti telah dijelaskan di atas,
berperan sangat penting dalam proses mineralisasi karbon
organic di alam untuk kepentingan semua organisme.
B. Kebutuhan nutrisi
Berdasarkan sumber nutrisi yang diserapnya, jamur
diklasifikasikan menjadi 2
kategori yaitu saprofit dan parasit. Saprofit tumbuh pada bahan
organik mati. Dan
parasit hidup pada zat hidup untuk mendapatkan makanan dari
inangnya. Kehadiran parasit dapat mengakibatkan kondisi
abnormal pada inangnya yang disebut penyakit (Vasishta &
Sinha,2007).
Fungi saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan
hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana.
Hasil penguraian ini kemudian dikembalikan ke tanah sehingga
dapat meningkatkan kesuburan tanah. Disamping itu hasil
penguraian dari fungi saprofit ini dapat menghancurkan atau
menguraikan sampah, kotoran hewan, bangkai hewan dan bahan
organik lainnya, sehingga tidak terjadi penumpukan dari bahan
organic mati tersebut. Dengan demikian dapat mempertahankan
berlangsungnya siklus materi terutama siklus karbon, yang
berperan bagi kelangsungan hidup seluruh organisme. Fungi
saprofit juga penting dalam industri fermentasi misalnya dalam
pembuatan bir, anggur, sider, produksi antibiotik, peragian roti,
keju maupun makanan fermentasi lainnya. Jadi sebagai saprofit,
mereka dapat sangat menguntungkan bagi manusia. Tetapi
sebagai saprofit mereka juga dapat sangat merugikan bila
mereka melapukan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain
yang berguna.
Fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang
masih hidup yang disebut inang. Fungi semacam itu dapat
bersifat parasit obligat yaitu parasit sebenarnya dan parasit

fakultatif yaitu organisme yang mula-mula bersifat parasit,


kemudianmembunuh inangnya, selanjutnya hidup pada inang
yang mati tersebut sebagai saprofit. Fungi parasit dapat
menyerang tumbuhan, hewan maupun manusia. Dari 50.000
species fungi yang ada, sebenarnya hanya kurang dari 300
species yang secara langsung bertindak sebagai agen penyakit
pada manusia dan hewan. Banyak fungi parasit bersifat patogen
yang juga dapat bersifat saprofit seperti Histoplasma
capsulatum. Fungi seperti ini menunjukan dimorfisme atau
mempunyai dua bentuk/dua sifat hidup yaitu dalam bentuk
uniseluler seperti ragi yang bersifat parasit dalam bentuk
benang/kapang yang bersifat saprofit.
Disamping bersifat sebagai saprofit atau parasit, fungi dapat
pula bersifat sebagai simbion, yang artinya dapat bersimbiosis
dengan organisme lain. Simbiosis dengan laga menghasilkan
liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar
tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza.
Jamur banyak dijumpai di alam, seperti pada kayu-kayu yang
sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman yang lembab. Molekul
yang terlalu besar untuk dapat diserap akan dihancurkan oleh
enzim ekstraseluler. Sebagian besar nutrisi memasuki sel fungi
dengan sistem transport khusus. Banyak faktor seperti pH,
temperatur, mineral yang dapat mempengaruhi penyerapan
nutrisi (Moore, 1982). Mekanisme jamur mendegredasi lignin
hanya sedikit diketahui. Kemungkinan enzim ekstraseluler
diproduksi oleh jamur yang mengoksidasi cincin aromatic dan
rantai alifatik untuk menghasilkan produk dengan berat molekul
rendah. Menurut Sopko (1967) dalam Garraway and Evans (1984)
mencatat bahwa sejumlah enzim pendegredasi lignin dihasilkan
oleh Pleurotus ostreatus.
Menurut Kavanagh (2005) dalam jurnal Lukas (2012), jamur
memiliki enzim selulase yang dapat memecah selulosa menjadi
glukosa. Glukosa dapat berperan sebagai sumber karbon yang
merupakan unsur makronutrien yang digunakan jamur sebagai
penyusun struktural sel dan merupakan sumber energi yang
diperlukan oleh jamur. Sedangkan menurut Wahyudi dkk (2002)
dalam buku Widiwurjani (2010), bahwa nutrisi yang diperlukan
dalam pertumbuhan miselium dan perkembangan badan buah
terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein yang setelah
terdekomposisi akan menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan oleh
jamur.
Pertumbuhan miselium paling baik disebabkan adanya media
tumbuh jamur yang terdekomposisi secara cepat dan merata,
sehingga unsur-unsur hara yang terdapat pada media dapat

terserap oleh jamur dengan baik dan menyebabkan miselium


cepat tumbuh dan berkembang (Darliana, 2012). Menurut Ervina
(2002) dalam penelitian Darliana (2012) adanya nitrogen dapat
menumbuhkan miselium lebih tebal. Jamur membutuhkan
nitrogen dari substrat, nitrogen akan digunakan untuk
membentuk protoplasma yang merupakan komponen dari
dinding sel. Menurut Arif (1998) dalam Darliana (2012) bahwa
fosfor juga berperan penting dalam metabolisme energi yang
dihasilkan untuk pertumbuhan miselium. Fosfor merupakan
bagian esensial dari pengaktifan enzim yang diperlukan untuk
pembentukan pati dan protein. Pati dan protein tersebut akan
didegradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana yang
kemudian akan digunakan untuk pertumbuhan miselium
(Salisbury (1995) dalam Darliana (2012).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
1.
o
o
o
o
o
2.

Alat dan Bahan


Higrometer
Loupe
Soil tester
Lux meter
Termometer
Waktu dan Tempat
Hari/ tanggal : Jumat, 01 April 2016
Tempat
: Taman Nasional Gunung Merapi
Waktu
: 09.00 WIB - 10.30 WIB

3. Prosedur Kerja
- Menentukan area yang cukup lembab
- Mengamati jamur yang tumbuh di area tersebut
- Mendokumentasikan dengan mengambil gambar
-

secara

fungsional
Mengamati tempat / substrat tumbuhnya tergolong dalam
dominasi karbohidrat, protein, lemak

Substrat: mengukur kelembaban, kadar air, suhu, pH dan bau

(busuk, asam, apek dan lainnya)


Mengamati tempat tumbuhnya

organiknya
Memasukan data pengamatan kedalam tabel
Mendiskusikan
tentang
keterkaitan
antara

serta

sumber

bahan

kondisi

lingkungannya

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data
1. Tabel pengamatan
No

Substr

Suh

Kelembab Intensita Kondisi

Keteranga

at

an udara s

udar

(%)

a
1

Kayu

(C)
24

cahaya
(lux)

72

270

Terlindun
gi

Jamur

/ tumbuh

ternaung

pada kayu

yang
sudah
lapuk
pada
batang

dan

Tanah

24

75

270

Terlindun
gi

pohon
Jamur

/ tumbuh

ternaung

pada tanah

yang
lembab
dan

Buah

23

74

270

Terlindun

busuk

gi

berlumut
Jamur

/ tumbuh

ternaung

pada

kulit

buah yang
telah
busuk

B. Pembahasan

Pengamatan yang dilakukan di Plawangan Taman Nasional Gunung

Merapi

bertujuan

untuk

menemukan

fungi

di

habitatnya,

mengidentifikasi jenis substrat fungi dilingkungan sekitar dan


mengukur

kondisi

lingkungan

yang

ditumbuhi

fungi.

Dalam

pengamatan tersebut, alat yang digunakan yaitu hygrometer, soil


tester, termometer, loupe dan lux meter dan lokasi yang diamati
adalah area yang lembab yang merupakan tempat hidup fungi.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ditemukan
cendawan yang hidup pada substrat yang berbeda-beda dalam hal

ini ditemukan 6 cendawan yang hidup menempel pada kayu (batang


pohon, kayu lapuk) , 3 cendawan yang hidup di atas tanah dan 1
cendawan yang

hidup pada kulit buah yang telah membusuk.

Selain itu pada kondisi abiotik pada lokasi tersebut memiliki suhu
udara antara 23 - 24 C, kelembaban udara 72 75% serta dengan
intensitas cahaya 270 lux.
Menurut Campbell (2003) fungi adalah heterotrof

yang

mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorpsi). Dalam


cara ini, fungi akan mencerna makanan diluar tubuhnya dengan
cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh
kedalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan
molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang
dapat

diserap

dan

digunakan

oleh

fungi.

Sebagai

makhluk

heterotrof, jamur dapat bersifat parasit, saprofit maupun dapat


hidup dengan bersimbiosis.
Pada substrat terdapat sumber karbon dan karbon tersebut
dibutuhkan

oleh

jamur

sebagai

sumber

energi

dan

untuk

membangun massa sel. mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin,


pentosan dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut terdapat pada
dinding sel kayu. Hemiselulosa dan lignin adalah bagian penyusun
dinding

sel

yang

mengandung

karbohidrat.

Selulosa

dan

hemiselulosa setelah diurai akan berubah menjadi bahan yang lebih


sederhana hingga bisa dijadikan nutrisi. Kedua unsur ini akhirnya
berubah menjadi glukosa dan air serta produk lain. Produk akhir
berupa glukosa dan air akan.
Selulosa merupakan salah

satu

kompoen

pembangun

tumbuhan. Selulosa merupakan slah satu komponen pembangun


tumbuhan. Selulosa adalah polimer yang tersususn atas unit-unit
glukosa melalui ikatan -1,4-glikosida. Enzim yang dapat mengurai
selulosa yaitu selulase dan merupakan enzim kompleks yang terdiri
dari tiga komponen. Endoglukonase atau dikenal sebagai 1,4--Dglucan-4-glucanohydrolase,

mengurai

polimer

selulosa

secara

random pada ikatan internal -1,4-glikosida untuk menghasilkan


oligodekstrin

dengan

panjang

rantai

yang

bervariasi.

Eksoglukonase, termasuk 1,4- -D-glucan glucanohydrolase dan 1,4-D-glucan

cellobiohydrolase

mengurai

selulosa

dari

ujung

pereduksi dan non pereduksi untuk menghasilkan selobiosa dan


atau glukosa. Enzim -glukosidase mengurai selubiosa untuk
menghasilkan glukosa ( Lynd et al. 2002 ). Fungi diketahui
melakukan

dekomposisi

selulosa

secara

aktif

dialam

dengan

menghasilkan enzim selulase ekstraseluler. ( Zabel & Morell, 1992 ).


Hemiselulosa
adalah
heteropolimer
dengan
berbagai
monomer gula, dan rantai molekul yang lebih pendek dari selulosa.
Hemiselulosa

merupakan

senyawa

amorf,

karena

banyak

percabangan pada rantai molekulnya. Monomer hemiselulosa yaitu


D-glukosa.

Senyawa yang paling sulit terdekomposisi adalah senyawa


lignin.

Degradasi

lignin

merupakan

tahapan

pembatas

bagi

kecepatan dan efisiensi dekomposisi yang berhubungan dengan


selulosa.

Lignin

berikatan

dengan

hemiselulosa

dan

selulosa

membentuk segel fisik di antaranya keduanya yang merupakan


barrier pencegah penetrasi larutan dan enzim. Strukturnya yang
kompleks, bobot molekul yang tinggi, dan sifat ketidaklarutannya
dalam air membuat lignin sulit terdegradasi. Meskipun demikian,
alam menyediakan mikroba lignoselulotik yang umumnya dapat
mempercepat dekomposisi lignin (Saraswati dkk, 2006). Lignin tidak
dapat diuraikan menjadi satuan monomer, karena bila dihidrolisis,
monomer sangat cepat teroksidasi dan segera terjadi reaksi
kondensasi. Lignin adalah senyawa tiga dimensi yang disusun dari
monomer

metoksifenil

propana.

Pada

kayu,

lignin

umumnya

terdapat di daerah lamela tengah dan berfungsi pengikat antar sel

serta menguatkan dinding sel kayu. Monomer lignin yaitu koniferil


alkohol, sinapil alkohol dan p-kumaril alkohol.

Fungi dapat tumbuh pada substrat non glukosa yaitu xylosa,


asam asetat, asam amino dan asam lemak. Molekul hasil hidrolisis
diangkut menggunakan mekanisme transpor molekul. Baik transpotr aktif maupun
pasif. Transport aktif membutuhkan energi yaitu difusi dan osmosis sedangkan
transport pasif tidak membutuhkan energi.

C. Diskusi
1. Ada berapa jenis fungi yang terdapat di area tersebut dan
tergolong dalam cendawan atau kapang ?
- Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan 10
jenis fungi yang tergolong cendawan / kapang
2. Bahan-bahan alam apa yang menjadi tempat tumbuh fungi
tersebut ?
- Terdapat 3 tempat tumbuh / substrat bagi fungi yaitu pada
kayu, tanah dan kulit buah
3. Secara kimiawi apakah bahan-bahan tersebut tergolong dalam
polimer ? jika ya apa jenis polimer tersebut ?
A. Cendawan yang hidup di batang pohon / kayu Pada substrat
tersebut

terdapat

sumber

karbon

dan

karbon

tersebut

dibutuhkan oleh jamur sebagai sumber energi dan untuk


membangun massa sel. mengandung selulosa, hemiselulosa,
lignin, pentosan dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut terdapat
pada dinding sel kayu. Hemiselulosa dan lignin adalah bagian
penyusun dinding sel yang mengandung

karbohidrat. Selulosa

dan hemiselulosa setelah diurai akan berubah menjadi bahan


yang lebih sederhana hingga bisa dijadikan nutrisi. Kedua unsur
ini akhirnya berubah menjadi glukosa dan air serta produk lain.
B. Cendawan yang hidup pada substrat tanah
4. Apakah fungi dapat menggunakan polimer atau makromolekul
tersebut secara langsung untuk ditransfer kedalam sel ?
Fungi tidak dapat menggunakan polimer langsung, karena ukuran
polimer tersebut terlalu besar sehingga harus di ubah menjadi
molekul-molekul yang sederhana. Molekul besar diubah menjadi
ukuran yang sederhana oleh enzim ekstraseluler.
5. Bagaimana

sel

dapat

menggunakan

bahan

organik

atau

makromolekul agar masuk kedalam sel?


Zat organik yang diserap oleh fungi dari lingkungannya ada yang
digunakan untuk pertahanan hidup dan ada yang disimpan
dalam bentuk lain (glikogen). Sebelum diserap zat organik
kompleks

akan

diuraikan

menjadi

zat

organik

yang

lebih

sederhana oleh enzim ekstraseluler. Zat organik dapat berasal

dari sisa organisme mati, bahan tak hidup yang berasal dari
organisme hidup, dikarenakan mengabsorbsi nutrien tersebut
menjadikan fungi digolongkan sebagai pengurai, parasit atau
simbion-simbion mutualitik.
6. Apakah habitat tersebut juga menyediakan zat organik ? apa
fungsi zat organik tersebut bagi fungi ?
Ya, salah satu zat organik yang dibutuhkan jamur adalah
nitrogen. Nitrogen anorganik dibutuhkan jamur untuk dibentuk
nitrit, nitrat, amonia nitrogen organik untuk membentuk asam
amino. tidak semua jamur membutuhkan sumber nitrogen
dengan sumber yang sama.
7. Apa kesimpulan yang dapat saudara ambil ?
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengmatan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Fungi adalah heterotrof yang mendapatkan
nutriennya melalui penyerapan (absorpsi). Dalam cara ini, fungi
akan

mencerna

makanan

diluar

tubuhnya

dengan

cara

mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh kedalam


makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan molekul
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat
diserap dan digunakan oleh fungi. Fungi dapat ditemukan pada
substrat tanah, batang tunaman hidup , batang tanaman lapuk dan
kulit buah busuk. Kandungan yang terdapat didalam substrat
tersebut yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin yang digunakan untuk
metabolisme kapang

yang

molekul yang lebih sederhana.

terlebih

dahulu diuraikan menjadi

Daftar Pustaka
Andoko, A. dan Parjimo,. 2007. Budi Daya Jamur: Jamur Kuping, Jamur Tiram, dan Jamur
Merang, Jakarta; Agromedia Pustaka.
Darliana, Ina. 2012. Pengaruh Penambahan Bekatul dan Limbah Cair Tahu Untuk Media
Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Forum penelitian.
UNBAR.
Garraway,M.O. & R.C. Evans. 1984. Fungal Nutrition and Physiology. John Wiley & Sons,
Inc. Canada.
Lukas, Suhamowo. Budipramana, Isnawati. 2012. Pertumbuhan miselium dan Produksi
Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleorotus Ostreatus) Dengan Memanfaatkan Kulit Ari Biji
Kedelai Sebagai Campuran Pada Media Tanam. Jurnal. Vol 1. Surabaya: Jurusan Biologi,
Universitas Negeri Surabaya.
Lynd L.R., P.J. Weimer, W.H. van Zyl WH and I.S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose
Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 66(3):506-577.
Moore, e and Landecker., 1982. Fundamental of The fungi. Prentice Hall, Inc. Englewoo
Cliff, new Jersey. p 275, 337.
Saraswati, et al. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor : Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Peneitian dan Pengembangan Pertanian
Widiwurjani. 2010. Menggali Potensi Seresah Sebagai Media Tumbuh Jamur Tiram Putih
(Pleurotus ostreatus). Surabaya: Unesa University Press.
Zabel RA dan Morrell JJ., 1992. Wood Microbiology : Decay and Its Prevention. Academic
Press, Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai