Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PATOGEN TUMBUHAN

ACARA II
MORFOLOGI JAMUR DAN BAKTERI

Nama : Ervina Lorenza T


NIM : 16/398752/PN/14723
Asisten :1. Syahriana
2. Windi Tita A.

LABORATORIUM SUB KLINIK KESEHATAN TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
I. Tujuan
1. Mengamati bentuk morfologi koloni jamur pada medium agar
2. Mengamati morfologi mikroskopis jamur
3. Mengamati morfologi koloni bakteri
4. Mengamati morfologi mikroskopis bakteri

II. Tinjauan Pustaka


Isolasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari
populasi campuran ke media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni
(Perhutani, 1999). Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan
mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu
medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari
identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi (Achmad & Maisaroh,
2012).
Perkembangan penyakit juga bergantung pada faktor lingkungan, setelah
faktor inang dan patogen. Fungi patogen dalam perkembangannya dipengaruhi
oleh beberapa faktor abiotik yaitu suhu, kelembaban, oksigen, derajat kemasaman
(pH) dan cahaya. Kisaran suhu terendah yang diduga turut mendukung fungi
patogen untuk berkembang biak, seperti yang dinyatakan oleh Ullstup (1939) cit
Ogoshi et al., (1985).
Sebelum melakukan pengamatan terhadap patogen baik berupa bakteri
maupun jamur di laboratorium, telebih dahulu kita harus menumbuhkan atau
membiakan bakteri atau jamur tersebut. Mikroorganisme dapat berkembang biak
dengan alami atau dengan bantuan manusia. Dengan berbagai teknik isolasi kita
akan coba mengetahui teknik mana yang paling tepat dan paling baik untuk
pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme. Mikroorganisme yang dikembangkan
oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Mikroorganisme
dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium.
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan
mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis
mikroorganisme yang bersangkutan. Setalah bakteri dan jamur yang akan diamati
tumbuh barulah kita dapat mengamatinya, untuk mengamatinya dapat
menggunakan mikroskop untuk mengetahui struktur patogen tersebut. Dua
mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme; bakteri, protozoa, virus,
sera algae dan cendawan mikroskopis. Kita mempelajari banyak segi mengenai
jasad-jasad renik ini (juga dinanamakan mikrobe atau protista): di mana adanya,
ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok
organisme lainnya, pengandaliannya, dan peranannya dalam kesehatan serta
kesejahtaraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita
(Ferdias, 1992).
Hal tersebut sangat penting kita mengetahui seperti apa bentuk fisik
patogen tersebut karena pada mata kuliah ilmu penyakit tumbuhan tidak hanya
mengetahui nama patogennya tetapi harus mengetahui bentuk fisik patogen
tersebut agar dalam melakukan analisis patogen tidak terjadi kesalahan. Selain itu
dengan mengetahui bentuk fisiknya kita dapat mengetahui perbedaan tiap patogen
yang menyerang atau menginfeksi tanaman-tanaman apakah dengn patogen yang
sama dapat menyerang tanaman lain atau tidak. Jamur adalah organisme kecil,
umumnya mikroskopis, eukariotik, berupa filamen atau benang, bercabang,
menghasilkan spora, tidak memilki klorofil dan memilliki dinding sel yang
mengandung kitin. 8000 jenis spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada
tumbuhan. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri apabila
memiliki inang, jamur tersebut disebut sebagai parasit obligat, membutuhkan
inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap mampu menyelesaikan daur
hidupnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang
seperti itu disebut parasit non-obligat (Agrios, 1996). Jamur yang memiliki
kemampuan untuk menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada serangga hama
dikenal sebagai jamur entomopatogen (Untung, 1993 cit Sanjaya, et al2010).
Jamur ini merupakan salah satu agen pengendali biologis yang cukup potensial.
Salah satu cara yang masih diperlukan dalam taksonomi bakteri menurut
Campbell et al. (2000) cit Sabdaningsih et al. (2013) diantaranya adalah
pewarnaan Gram, cara ini digunakan untuk memisahkan anggota-anggota domain
Bakteria ke dalam dua kelompok berdasarkan dinding selnya. Bakteri Gram
positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana, dengan jumlah peptidoglikan
yang relatif banyak. Dinding sel bakteri gram-negatif memiliki peptidoglikan
yang lebih sedikit dan secara struktural lebih kompleks.
III. Metodologi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah jamur dan
bakteri hasil isolasi tanaman sakit, jarum ent, skalpel, gelas benda, larutan
lactophenol cotton blue, mikroskop, jarum ose, KOH 3%, tusuk gigi, alkohol 95%
dan air steril.
Pada pengamatan morfologi jamur, jamur hasil isolasi pada agar miring
diambil dengan menggunakan jarum ent. Kemudian diletakkan di atas gelas benda
yang telah ditetesi dengan larutan lactophenol lalu ditutup dengan gelas penutup
dan kemudian ditekan secara perlahan. Preparat diamati dengan mikroskop dan
dilihat struktur vegetatifnya serta ada tidaknya badan buah seksual atau
aseksualnya.
Pengamatan morfologi bakteri dimulai dengan pengambilan biakan murni
bakteri dari agar miring menggunakan jarum ose, kemudian diletakkan pada gelas
kaca dan ditetesi air steril dan ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya diamati
bentuk morfologi bakteri di bawah mikroskop.
Pengecatan gram dilakukan dengan mengambil bakteri dari agar miring
dengan menggunakan jarum ose dan diletakkan pada gelas benda. Kemudian
larutan KOH 3% ditetesi sebanyak 1 tetes dan diaduk-aduk hingga rata dengan
menggunakan tusuk gigi steril. Bakteri bersifat gram positif bila lendir bakteri
yang terbentuk terputus-putus sedangkan bersifat negatif bila lendir bakteri yang
terbentuk tidak terputus-putus.

IV. Hasil dan Pembahasan


Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan
mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu
medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari
identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian
sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar,
1986). Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan
menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat
menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari
bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian
mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah,
air, makanan dan udara (Talaro,1999).
Apabila ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakan
adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan
sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri
pada jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya
merupakan bakteri yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata
lain bukan bakteri kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri
yang berada di atas streak yang dibuat dan bukan di luar streak. Kelebihan
metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi, sedangkan
kekurangannya metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk
menumbuhkan bakteri aerob saja. (Burrrow, 1959).
Ada bermacam-macam metode isolasi yang dapat digunakan. Macam-
macam metode isolasi tersebut antara lain:
1. Isolasi tunggal merupakan metode isolasi dengan cara meneteskan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada suatu kaca penutup dengan menggunakan
mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah obyektif mikroskop.
2. Isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau
menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme dengan
hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari dasar tabung
menuju ke bagian atas tabung.
3. Isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung.
4. Isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit sampel
5. Campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut kemudian
disebarkan didalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. (Dwidjoseputro,
2003 ).
Isolasi patogen adalah suatu proses pengambilan mikroorganisme dari
lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di
laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi
mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat
tersebut di alam terbuka sangat mustahil untuk dilakukan. Pengisolasian
merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang
sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat
dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba,
termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis,
yang memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme
saja (Soni, 2010).
Isolasi jamur patogen dilakukan di dalam laminar air flow cabinet dengan
cara mengambil hifa jamur yang telah tumbuh dari hasil teknik ruang lembab
dengan menggunakan jarum ose yang telah steril. Setelah itu hifa diletakkan pada
bagian tengah medium PDA steril di dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu
kamar selama 7 hari. Setelah diperoleh biakan murni, isolat direisolasi pada
medium PDA, kemudian jamur tersebut diidentifikasii. Tujuan dari Pemotongan
pada bagian yang sakit dan sehat agar saat ditumbuhkan pada media PDA hifa
pada bagian tumbuhan yang sakit akan tumbuh ke bagian tumbuhan yang sehat
(Elfina, 2013).
Peremajaan biakan adalah upaya yang dilakukan untuk mempertahankan
sifat alami patogen yang diisolasi. Patogen yang diremajakan adalah jenis patogen
biakan murni yaitu patogen yang terdiri dari satu jenis patogen yang dibutuhkan
tanpa adanya kontaminasi. Perlakuan aseptik dibutuhkan untuk mendapatkan
biakan murni. Peremajaan mikroba bertujuan untuk memperoleh biakan yang baru
sehingga diharapkan dapat berkembang biak dengan baik. Hasil dari peremajaan
mikroba adalah mikroba yang masih muda sehingga dapat digunakan dengan baik
sesuai dengan fungsinya. Peremajaan biakan adalah tindakan pemeliharaan kultur
yang penting dalam mikrobiologi untuk mencegah terjadinya kerusakan sel
patogen. Kerusakan yang dapat terjadi meliputi penurunan viabilitas dan stabilitas
sel bahkan suatu mikroba akan kehilangan potensinya sebagai suatu mikroba
(Black, 1999).
Pemurnian biakan murni bertujuan untuk mendapatkan satu spesies dalam
satu tabung pemeliharaan kultur. Langkah-langkah pemurnian biakan murni
adalah sebagai berikut, koloni dengan karakter morfologi tertentu (koloni tunggal)
dapat dipisahkan satu dengan lainnya dengan cara mengambilnya dengan ose
(diusahakan koloni yang berjauhan), kemudian digoreskan pada medium agar
pemurnian. Pengambilan dengan ose dapat memisahkan koloni tunggal dengan
yang lainnya. Untuk memurnikan kapang, ambil koloni dengan karakter morfologi
tertentu dengan cara mengambilnya dengan jarum enten kemudian menaruhnya
pada satu titik media PDA pada cawan petri. Jarum ose dan jarum enten yang
digunakan untuk memindahkan sedikit biakan bakteri dan kapang ke gelas obyek
harus disterilisasi dengan cara dipanaskan diatas lampu bunsen agar terbebas dari
mikroba (steril), begitu pula dengan bibir cawan petri tempat koloni fungi (Soni,
2010).
Salah satu tahapan yang penting dalam mendiagnosa gejala serangan
penyakit tanaman adalah identifikasi terhadap patogen tanaman. Patogen yang
diidentifikasi berasal dari pengambilan sampel tanaman yang terserang penyakit.
Sampel tanaman yang terserang penyakit kemudian diisolasi dan ditumbuhkan
pada media aseptik buatan. Identifikasi menjadi sangat penting karena pada
tahapan tersebut ditekankan beberapa hal pokok seperti untuk pengendalian
khususnya untuk uji antagonis ataupun hanya sekedar untuk mengetahui jenis
patogen yang menyerang tanaman. Dari hasil identifikasi, dapat diperoleh suatu
kesimpulan mengenai jenis patogen yang menyerang tanaman kemudian lebih
lanjut upaya tersebut juga dapat diarahkan untuk mempelajari upaya – upaya
pengendalian yang tepat untuk mencegah serangan patogen tersebut. Salah
satunya melalui uji antagonismu dari jamur antagonis. Hal ini menyebabkan
proses identifikasi patogen tanaman menjadi sangat penting untuk memastikan
jenis patogen yang menyerang tanaman secara akurat. Untuk itu, perlu dilakukan
praktik secara langsung untuk mengidentifikasi patogen tanaman. (Chang, 1996).
Pada praktikum ini dilakukan pengecekan morfologi dari isolat jamur
Helmintosporium maydis, Colletotrichum gloeosporioides dan Fusarium
oxysporum. Berdasarkan pengamatan morfologi F. oxysporum dapat dilihat biakan
jamur berbentuk bulat berwarna putih. Menurut (Watanabe,1994 cit Soesanto et
al., 2011) Biakan F. oxysporum berwarna putih bertepung berbentuk melingkar,
makrokonidium hialin, berbentuk bulan sabit, 5-20 x 20-135,83 μm, jumlah sekat
1-6, berdinding tipis, mikrokonidium tanwarna, berbentuk elips, 5-20,83 x 2-71,67
μm, berdinding tipis, dan tangkai kepala mikrokonidium palsu pendek. Pada
pengamatan mikroskopis diperoleh penampakan jamur ini berbentuk bulan sabit
dan memiliki sekat.
Pengamatan Helmintosporium maydis secara morfologi diperoleh bentuk
jamur ini bulat melingkar dan warnanya putih hingga ungu pada hari berikutnya.
Sedangkan pada pengamatan mikroskopis diperoleh penampakan dengan bentuk
lonjong dan memiliki sekat dan berwarna cokelat. Hal ini sesuai dengan penelitian
Rahmawati et al., menyatakan bahwa konidia anggota spesies Helminthosporium
sp. bersekat berjumlah 8, bentuknya agak melengkung, berwarna coklat dengan
ujung yang tumpul.
Pengamatan Colletotrichum gloeosporioides secara morfologi
menunjukkan bentuk lingkaran berwarna putih. Sedangkan pada pengamatan
mikroskopis diperoleh penampakan berbentuk elips, bersekat dan berwarna biru
karena penggunaan larutan lactophenol. Menurut literarut,Konidium C. acutatum
yang merupakan satu genus dengan Colletotrichum gloeosporioides berbentuk
elips dan meruncing pada salah satu ujungnya (Peres et al. 2005 cit Ibrahim et
al,2017) dan berukuran 8.5–16.5 μm × 2.5–4 μm (Sutton 19922005 cit Ibrahim et
al,2017).
Pengujian gram dilakukan pada isolat bakteri. Uji gram ini dilakukan
untuk menggelompokkan bakteri berdasarkan reaksi kimia yang terbagi menjadi
dua yaitu Gram positif dan Gram negatif. Pada pengujian yang dilakukan, apabila
terbentuk benang lendir yang tidak terputus, maka bakteri yang dibiakkan
merupakan bakteri gram negatif, namun apabila tidak terbentuk, maka bakteri
tersebut termasuk bakteri gram positif (Ryu, 1938 dalam Suslow dkk., 1982 cit
Tiya et al., 2015). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri Ralstonia
solanacearum dan Xanthomonas oryzae adalah gram negatif. Bakteri gram positif
bersifat bakterisida tidak hanya membunuh bakteri, bukan hanya menghambat,
sebagai akibat lemahnya proton motive force dan hilangnya kemampuan potensi
membran dalam mencegah pertumbuhan bakteri sejenis dan mempunyai tempat
pelekatan yang spesifik bagi bakteri patogen(Hidayat, 2011).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
morfologi F. oxysporum berbentuk bulat berwarna putih sedangkan pengamatan
mikroskopis diperoleh penampakan jamur ini berbentuk bulan sabit dan memiliki
sekat. Pengamatan Helmintosporium maydis secara morfologi diperoleh bentuk jamur
ini bulat melingkar bersekat berjumlah 8, bentuknya agak melengkung, berwarna
coklat dengan ujung yang tumpul. Sedangkan Colletotrichum gloeosporioides
berbentuk elips dan meruncing pada salah satu ujungnya.
Pada pengujian bakteri diperoleh bahwa Ralstonia solanacearum dan
Xanthomonas oryzae adalah bakteri gram negatif dimana terbentuk benang lendir
yang tidak terputus.

VI. SARAN
Saran dari praktikum ini untuk kedepannya agar disediakan biakan bakteri
yang bisa diamati morfologinya dibawah mikroskopis sehingga hasil praktikum tidak
kosong.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Achmad dan M. Maisaroh. 2012. Identifikasi dan Uji Patogenisitas Penyebab Penyakit
Hawar Daun pada Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 10
(1) : 67-75.
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. Prentince Hall. New Jersey
Burrow,W. 1959. Textbook of Microbiology. Saunders Company. W.B. Philadelpia
Chang, S.T., Buswell, J.A. 1996. Mushroom Nutriceuticals.World Journal of Microbiology
and Biotechnology 12:473
Dwidjoseputro.2003.Dasar-Dasar Microbiologi. Djambatan. Malang
Elfina, Yetti, Muhammad Ali, dan Siti Maysaroh. 2013. Idenifikasi Gejala dan Penyebab
Penyakit Buah Jeruk Impor Di Penyimpanan di Kota Pekanbaru. Riau: Fakultas
Pertanian Universitas Riau.
Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Habibi. 2011. Karakterisasi molekuler BAL dengan gen 16S rRNA penghasil enzim
protease yang berpotensi sebagai probiotik dari fermentasi markisa kuning di Sumatera
Barat. Padang.Universitas Andalas
Ibrahim,R, S.H.Hidayat dan Widodo. 2017. Keragaman Morfologi, Genetika, dan
Patogenisitas Colletotrichum acutatum Penyebab Antraknosa Cabai di Jawa dan
Sumatera. Jurnal Firopatologi Indonesia. 13(1):9-16
Ogoshi, A., B. Sneh & L. Burpee. 1985. Identification of Rhizoctonia sp. Minnesota:
APSPress.
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986, Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-Dasar
Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia Press. Jakarta
Perhutani. 1999. Selayang Pandang Persemaian Permanen Pongpoklandak KPH Cianjur.
Cianjur: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Cianjur.
Rahmawati,Achmad,J dan Nuruh H. Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi
(Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Biologi.FMIPA. Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia
Sabdanighsih,H., A.Budiarjo dan E. Kusdiyantini. 2013.Isolasi dan karakterisasi morfologi
koloni bakteri asosiasi alga merah (Rhodophyta) dari Perairan Kutuh Bali. Jurnal
Biologi. 2(2):11-17
Sanjaya,Y., Nurhaeni,H dan Halima,M. 2010. Isolasi, identifikasi, dan karakterisasi jamur
entomopatogen dari larva Spodoptera litura (Fabricus). Jurnal Ilmu-ilmu hayati dan
fisik. 12(3):136-141
Soesanto,L, E.Mugiastuti dan R.F.Rahayuniati. 2011. Inventarisasi dan Identifikasi Patogen
Tular-tanah pada Pertanaman Kentang di Kabupaten Purbalingga. Jurnal Hortikultura.
21(3): 254-264
Soni, 2010. The Biochemistry and Physiology of Infectious Plant Diseases. D. Van Nostrand.
New Jersey
Talaro, K.P. 1999. Foundation Mikrobiologi third edition. MC Graw Hill. Boston
Tiya,O., T.N.Aeny dan J.Prasetyo. 2015. Isolasi dan karakterisasi penyebab penyakit busuk
buah pada tanaman nanas (Ananas comosus [L.] Merr.).Jurnal Agrotek Tropika. 3(2):
220-225

Anda mungkin juga menyukai