Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI


PRAKTIKUM III
TEKNIK ASEPTIS : PEMINDAH BIAKAN

Disusun oleh:
1. Cintya Ekaputri 18/423510/FA/11643
2. Dhiya Ulhaq S. 18/423511/FA/11644
3. Dian Putri Wulansari 18/423513/FA/11646
4. Dita Listya C. 18/423514/FA/11647
5. Elisabet Guwanto 18/423516/FA/11649
6. Elisabetha Ela A. 18/423517/FA/11650
7. Evia Farrah Affifa 18/423518/FA/11651
8. Farah Raisyaputri A. 18/423519/FA/11652

Kelas/Golongan : A/II
Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2018
Dosen Jaga :
Asisten Jaga :

Dosen Koreksi :

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI


BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
I. TUJUAN
1. Mampu melakukan kerja aseptis
2. Memindahkan biakan dari satu media ke media lain
3. Melakukan teknik streaking dan spreading

II. DASAR TEORI


TEKNIK PEMINDAH BIAKAN
Biakan mikroorganisme dipindahkan dari satu medium ke medium lainnya
dengan teknik subkultur secara aseptik. Teknik aseptik adalah cara kerja yang
menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah
kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya
teknik aseptik adalah ada banyaknya partikel debu yang mengandung
mikroorganisme yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmayer,
atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba ini dapat memengaruhi hasil
percobaan. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik aseptik untuk meminimalisir
terkontaminasinya material yang digunakan. Teknik aseptis seharusnya digunakan
saat kita bekerja dengan mikroorganisme hidup dan dengan segala media
pertumbuhannya. Selain itu, digunakan saat kita bekerja menggunakan agen atau
senyawa yang berbahaya seperti bahan kimia beracun atau bahan radioaktif.
Tujuan dari penggunaan teknik aseptis sendiri ada dua, yaitu:

a. Melindungi praktikan dari kontaminasi mikroorganisme patogenik saat


melakukan prosedur.
b. Mencegah kontaminasi pada kultur yang sedang dikembangkan (Debnath,
2010).

Teknik aseptis digunakan pada saat:

a. Bekerja dengan mikroorganisme hidup dan segala media pertumbuhannya.


b. Mencegah perubahan sifat suatu larutan dari botol tertentu akibat aktivitas
mikroorganisme e.g. buffer.
c. Bekerja menggunakan agen/senyawa yang berbahaya seperti bahan kimia
beracun atau bahan radioaktif (Debnath, 2010).
Teknik aseptis salah satunya digunakan dalam pemindah biakan atau
subculturing. Tujuan dari pemindah biakan ini umumnya adalah untuk
mendapatkan biakan murni (pure culture). Biakan murni merupakan bagian
yang esensial dalam kegiatan mikrobiologi untuk keperluan diagnostik,
karakterisasi mikroorganisme, dan industri mikrobiologi. Teknik aseptis
berperan untuk mencegah adanya kontaminasi dari mikroorganisme lain
maupun kontaminan eksternal pada biakan murni tersebut (Anonim, 1979).

Sebelum melakukan percobaan, tempat dan alat-alat yang akan digunakan


harus steril. Caranya yaitu dengan menggunakan desinfektan untuk meja yang
bertujuan untuk membunuh sel vegetatif, memijarkan jarum inokulasi, membakar
mulut tabung sebelum dan sesudah dimasukkan jarum inokulasi, dan membakar sisi-
sisi cawan petri.
Ada 3 cara transfer pada teknik ini, yaitu;
1. Transfer dari medium cair ke medium cair lain.
2. Transfer dari medium agar miring ke medium agar miring lain.
3. Transfer dari medium agar plate ke medium agar miring.
Bakteri hidup dalam suatu koloni, baik bersimbiosis, bebas, ataupun parasit pada
makhluk hidup. Diperlukan suatu usaha untuk mengembakbiakkan bakteri dalam
skala laboratorium untuk mempelajari kehidupan dan keragamannya.
Pengembakbiakkan dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat
seperti tanah, udara, sisa makanan, dan lain-lain dalam media yang mengandung
nutrisi. Mikroorganisme harus dipisahkan terlebih dahulu agar bisa dipelajari sifat
pertumbuhan masing-masing jenis mikroorganisme sehingga didapatkan kultur
murni. Kultur murni adalah suatu biakan yang terdiri dari sel-sel satu spesies. Kultur
murni diperoleh dengan cara isolasi menggunakan metode tuang maupun gores
(Pelczar dan Chan, 1986).
Isolasi mikroorganisme adalah memisahkan mikroorganisme tersebut dari
lingkungannya dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam
medium padat sel-sel mikroorganisme akan terbentuk suatu koloni sel yang tetap
pada tempatnya (Pelczar dan Chan, 1986).
Ada beberapa teknik isolasi mikroba, yaitu:
1. Spread plate
Spread plate adalah teknik isolasi bakteri dengan cara menginokulasikan
suspensi bahan yang mengandung bakteri ke atas medium agar dan diratakan
menggunakan trigalski.
2. Pour plate
Teknik pour plate dilakukan dengan menaburkan agar yang belum
padat bersamaan dengan suspensi bakteri ke dalam cawan petri.
3. Streak plate
Streak plate adalah cara pengisolasian bakteri yang inokulasinya dilakukan
dengan cara menggoreskan suspensi bahan yang mengandung bakteri
pada permukaan medium dengan kawat ose. Setelah inkubasi, akan ada
bekas goresan yang ditumbuhi koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal
dari satu sel bakteri. Ada 4 macam cara penggoresan yang dapat dilakukan,
yaitu quadrant streak metode A, quadrant streak metode B, radiant streak,
dan continuous streak (Pelczar dan Chan, 1986).
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba, diperlukan suatu
substrat yang disebut dengan media. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi
di antara mikroba diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak
macamnya untuk kultivasi. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik di dalam media, diperlukan persyaratan tertentu, yaitu:
1. Media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan mikroba.
2. Media mempunyai tekanan osmosis, dan pH yang sesuai untuk mikroba.
3. Media harus dalam keadaan steril.
Bila ditinjau dari bantuk medianya, jenis media dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Media padat Media padat yaitu media yang mengandung agar. Jumlah agar
yang ditambahkan tergantung kepada jenis atau kelompok mikroba yang
ditumbuhkan.
2. Media cair Umumnya media cair digunakan untuk menambah biomassa sel.
Jika ke dalam media tidak ditambahkan zat pemadat. Media cair diperguakan
untuk pertumbuhan bakteri, ragi dan mikroalga.
3. Media semi padat Jika penambahan zat pemadat hanya setengah atau kurang
dari seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang
banyak memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik atau fakultatif untuk
menambah biomassa sel.
Bila ditinjau berdasarkan susunan bahan yang digunakan, media kultivasi
dapat dibedakan menjadi:
1. Media alami Media alami yaiu media yang disusun oleh bahan-bahan alami
seperti kentang, telur, dan daging. Pada saat ini media alami yang banyak
digunakan adalah dalam bentuk kultur jaringan tanaman atau hewan. Contoh
penggunaan media alami adalah telur yang digunkan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan virus.
2. Media sintetik Media sintetik yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia.
Misalnya media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan Clostridium.
3. Media semi sintetik Media semi sintetik yaitu media yang tersusun oleh
campuran bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintesis. Misalnya kaldu
nutrisi, wortel agar.
Mikroba seperti bakteri tentu ada dimana-mana. Baik di tanah, udara, air,
maupun makhluk hidup terdapat banyak bakteri dan jamur. Bahkan laboraturium
tempat kita melakukan percobaan pun tidak luput dari mikroba. Bakteri dapat
berpoliferasi dengan sangat cepat bila lingkungannya cocok, baik di habitat alami
maupun kultur di laboratorium. Rentang generasi yang pendek dari bakteri
mempermudah adaptasi evolusioner terhadap lingkungan yang berubah. Media
yang digunakan untuk meneliti kehadiran mikrobakteri, yaitu:
a. NA (Nutrient Agar) : untuk pertumbuhan bakteri
b. PDB (Potato Dextrose Broth) : untuk pertumbuhan jamur
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang
dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Oleh
karena itu, sebaiknya kita mengusahakan agar semua alat-alat yang akan
digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar-benar
steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya
mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam
medium adalah benar-benar biakan murni.

Bakteri Staphylococcus aureus

Klasifikasi
Dari Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus yaitu:
Domain: Bacteria
Kerajaan: Eubacteria
Filum: Firmicutes
Kelas: Bacilli
Ordo: Bacillales
Famili: Staphylococcaceae
Genus: Staphylococcus
Spesies: S. aureus
Nama binomial: Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7 - 1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur
seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik
pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu
sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih
dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida
atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. Berbagai derajat hemolisis
disebabkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies stafilokokus lainnya.
(Jawetz,et al., 2008)

Jamur Aspergillus fumigatus


Klasifikasi
Berikut klasifikasi Aspergillus fumigatus:
Superkingdom: Eukariot
Kingdom: Fungi
Filum: Ascomycota
Subfilum: Pezizomycotiana
Kelas: Eurotiomycetes
Ordo: Eurotiales
Keluarga: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Spesies: Aspergillus fumigatus
(Mehrotra and Aneja, 1990)
Aspergillus fumigatus termasuk jamur oportunistik yang dapat menginfeksi
salah satu atau semua dari organ tubuh manusia. Konidia jamur ini seringkali
ditemukan di udara. Parasit endogen ini umumnya dapat menimbulkan penyakit pada
manusia dengan sistem kekebalan yang terganggu (Jawetz and Adelberg, 2007).
III. ALAT BAHAN
a. Alat :
1. Lampu spiritus
2. Ose
3. Pelubang gabus
b. Bahan :
1. Nutrient Agar miring
2. Nutrient Agar pada petri dish
3. Potato Dextrose Agar pada petri dish
4. Potato Dextrose Broth
5. Kultur cair
6. Kultur pada agar miring
7. Kultur yang akan ditanam, yaitu Escherichia coli ATCC 25932 dan
Staphylococcus aureus ATCC 25923, serta jamur Aspergillus fumigatus strain
KARSVO4

IV. CARA KERJA

Pemindahan biakan

Dibagi dua kelompok besar Dibagi dua kelompok besar

Jamur Aspergillus
fumigatus strain E. coli S. aureus
KARSVO4 dalam
media padat
Masing-masing
dengan ose
Media PDB Media PDB
cair dalam cair dalam
 Bakteri pada media cair
erlenmeyer erlenmeyer
 media padat
I 50 ml II 50 ml
 Bakteri pada media padat
 media padat
 Bakteri pada media padat
 media cair
Inkubasi 25°C  Bakteri pada media cair
dan diamati  media cair
H+3 praktikum 

Inkubasi 37°C
dan diamati
H+1 praktikum
Pemindahan Bakteri dari Media Cair ke Media Padat

Disiapkan cawan petri berisi nutrient agar.

Dibuka tabung yang berisi kultur yang akan dipindahkan, dipanasi mulut
tabung dengan lampu spiritus.

Dimasukkan ke dalam biakan, diambil sedikit cairan 20 ul untuk teknik


streaking dan 100 ul untuk teknik spreading. Dipanasi kembali mulut
tabung dan ditutup.

Dibuka cawan petri dan diteteskan kultur pada bagian pinggir petri.

Dilakukan streaking dengan ose atau ujung yellow tip dengan arah goresan
yang bersambung secara kontinyu.

Atau dimasukkan spreader glass dalam alkohol, dipanaskan pada burner,


ditempelkan pada bagian dalam petri, dan disebarkan kultur bakteri dengan
menggunakan spreader glass.

Ditutup kembali cawan petri dan diinkubasi pada suhu 37°C sampai
praktikum yang akan datang (H+1).
Pemindahan Bakteri dari Media Padat ke Media Padat

Dibuka tabung yang berisi kultur, dipanasi mulut tabung dengan lampu spiritus

Dipanasi ose sampai merah

Diambil sedikit biakan dari agar miring, digoreskan ke dalam tabung


yang berisi media agar miring.

Dipanasi kembali mulut tabung, ditutup dengan kapas berbalut kasa


dan aluminium foil, dipanasi kembali tutupnya.

Diinkubasi pada 37°C untuk praktikum yang akan datang (H+1).

Pemindahan Jamur dari Media Padat ke Media Cair

Disiapkan erlenmeyer berisi media Potato Dextrose Broth dan disiapkan


cawan petri berisi kultur jamur pada media Potato Dextrose Agar.

Dipanasi pelubang gabus. Dibuka cawan petri. Ditempelkan pada dinding petri.

Diinkubasi pada suhu 25°C pada shaker sampai praktikum berikutnya (H+3).

Kultur jamur diambil menggunakan pelubang gabus dan dipindahkan ke dalam


erlenmeyer berisi media cair. Dipanasi mulut tabung erlenmeyer dan ditutupi
dengan kapas berbalut kasa dan aluminium foil, dipanasi kembali tutupnya.
V. HASIL PENGAMATAN
A. Pemindah biakan media padat ke media cair

Keterangan: kanan: sebelum pemindahbiakan, kiri: setelah pemindahbiakan


Tanggal praktikum : 25 Oktober 2018
Tanggal pengamatan : 26 Oktober 2018
Warna bakteri : Putih, berbentuk selaput
Warna media : Bening kekuningan
Suhu inkubasi : 37oC
Lama inkubasi : 24 jam

B. Pemindah biakan media padat ke media padat

- Terdapat biakan bakteri yang tumbuh single koloni


- Biakan bakteri berbentuk bulat kecil dan berwarna putih
C. Pemindah biakan media cair ke media padat

Pemindah biakan Staphylococcus aureus dari media cair Nutrien Broth ke media
padat Nutrien Agar setelah diinkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam didapat
bakteri tumbuh banyak dan berkoloni dengan bentuk zig-zag dan warna putih
bening.

D. Pemindah biakan media cair ke media cair

Tabung reaksi berisi media cair Nutrient Broth


berwarna kuning jernih dan ditutup kapas dengan
aluminium foil

1 × 24 jam pada suhu 37°𝐶


Terbentuk satu selaput putih berbentuk sediment dan
berada di dasar tabung dan warna media sama seperti
sebelumnya

Pemindah biakan Aspergillus fumigatus


Aspergillus fumigatus
Warna jamur : Putih dengan hitam di beberapa bagian
Warna media : kuning kecoklatan
Bentuk : bulat berkoloni
Suhu : 37 °C
Waktu : 3 hari

VI. PEMBAHASAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk dapat melakukan kerja
aseptis dan dapat memindahbiakkan dari satu media ke media yang lain. Bakteri
yang digunakan pada praktikum ini adalah Staphylococcus aureus. Kerja aseptis
merupakan prosedur kerja untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari mikroba ke
biakan maupun kontaminasi ke pekerja. Sedangkan tujuan dilakukannya pemindah
biakan mikroba untuk menumbuhkan dan mendapatkan populasi mikroba yang
murni.
Pemindahbiakkan dilakukan dari media padat ke media cair. Media cair
yang digunakan adalah nutrient broth yang berupa cairan kuning bening.
Pemindahbiakan dilakukan di dalam lemari aseptis untuk menghindari terjadinya
kontaminasi dari lingkungan. Sebelum melakukan pemindahbiakan, tangan praktikan
dan alat-alat yang akan digunakan di dalam lemari aseptis disemprot dengan etanol
70%. Hal ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi broth kerja aseptik dapat
dilakukan dan dapat mendapatkan biakan murni. Alkohol 70% berfungsi sebagai
desinfektan yang melarutkan lemak pada membran sitoplasma dan mendenaturasi
protein sehingga mikroba-mikroba yang menempel pada tangan akan mati. Alat-alat
yang akan digunakan dilakukan sterilisasi terlebih dahulu dengan autoklaf, namun
dalam praktikum ini seluruh alat telah disterilkan oleh laboran. Pemindahan mikroba
dilakukan dengan metode dan keadaan aseptik baik alat yang digunakan maupun
lingkungan dalam melakukan pekerjaan. Semua alat, medium, dan tempat kerja
harus steril agar tidak terjadi kontaminasi sehingga mikroba yang diharapkan tumbuh
benar-benar mikroba yang dikehendaki.
Langkah pertama pemindahbiakan adalah memanaskan ose yang akan
digunakan untuk pengambilan bakteri. Ose dipanaskan hingga ujungnya membara
dengan menggunakan pembakar spiritus untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kontaminasi karena mikroba akan mati apabila terkena panas. Setelah itu, tutup
tabung berupa aluminium foil dan kapas yang berisi media padat dibuka dan mulut
tabung reaksi dipanaskan 2-3 putaran pada pembakar spiritus agar pemanasannya
merata dan kemungkinan kontaminasi dari lingkungan berkurang. Kemudian, ose
yang sudah dipanaskan dimasukkan ke tabung setelah menunggu dingin dan
disentuhkan pada media padat kultur bakteri. Mulut tabung dipanaskan kembali
untuk sterilisasi dan ditutup dengan aluminium foil dan kapas. Kemudian, tutup
tabung yang berisi media cair dibuka dan mulut tabung dipanaskan 2-3 putaran. Ose
yang telah digunakan untuk mengambil media kultur dicelupkan ke dalam nutrien
broth dan digunakan untuk mengaduk agar bakteri terdistribusi merata. Mulut tabung
dipanaskan kembali 2-3 putaran kemudian ditutup dengan aluminium foil dan kapas
agar steril dan biakan tetap murni, dan ose juga dipanaskan hingga membara agar
tetap steril untuk pemindahbiakan berikutnya. Bakteri kemudian disimpan dalam
inkubator dengan suhu 37oC agar tidak terkontaminasi oleh kontaminan dari
lingkungan. Suhu 370C digunakan karena suhu tersebut merupakan suhu optimum
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pengamatan dilakukan 1x24 jam setelah
pemindahbiakan dilakukan. Hal yang diamati adalah pertumbuhan bakteri pada
media yang baru.
Pengamatan 1x24 jam menunjukkan adanya selaput putih tipis yang
merupakan koloni bakteri dalam media nutrien broth. Hal ini menunjukkan bahwa
pemindahbiakan berhasil dilakukan karena ada bakteri yang tumbuh pada media
yang baru dan tidak ada kontaminasi mikroba lain. Namun, selaput putih yang
muncul tidak terlalu besar dan luas. Hal ini mungkin disebabkan oleh media padat
tempat mengambil bakteri yang sudah rusak dan berlubang, sehingga kandungan
bakterinya sudah tidak terlalu banyak. Akibatnya, saat melakukan pemindahbiakan
ke media cair, tidak didapatkan jumlah bakteri yang cukup banyak. Jumlah bakteri
yang tidak terlalu banyak juga dapat disebabkan oleh teknik pemindahbiakan yang
kurang tepat, seperti kurang menempelnya ose pada media agar miring saat
mengambil bakteri pada media kultur.
Pemindah biakan bakteri Staphylococcus aureus dari media padat ke media
padat dilakukan dalam tabung reaksi yang berisikan media nutrient agar miring.
Nutrien agar digunakan karena memiliki kandungan nutrisi yang mampu menyokong
pertumbuhan biakan bakteri. Media nutrient agar diletakkan di tabung reaksi dalam
keadaan miring. Hal itu bertujuan untuk memperlebar luas permukaan sehingga
jumlah bakteri yang dibiakan pun lebih banyak. Pemindah biakan dilakukan di dalam
lemari aseptis supaya terhindar dari kontaminan.
Sebelum memulai pemindah biakan, bersihkan terlebih dahulu tangan dan
tabung reaksi dengan menyemprotkan etanol 70% untuk kerja yang aseptis.
Pemindah biakan dilakukan pertama-tama menyalakan api spiritus. Panaskan ose
sampai membara supaya bakteri yang menempel mati. Buka tutup tabung reaksi yang
berisi biakan bakteri Staphylococcus aureus panaskan sebentar untuk menghindari
kontaminasi. Lalu ose yang sudah dingin dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk
kemudian ditempelkan pada media yang berisi biakan sampai kira-kira ada bakteri
yang menempel. Lalu keluarkan ose dan panaskan kembali ujung tabung reaksi
sebelum ditutup kembali. Buka tutup tabung reaksi lain yang hanya berisi media
nutrient agar (belum ada biakan), panasi sebentar ujung tabung reaksi tersebut.
Masukkan ose yang mengandung biakan bakteri lalu oleskan di permukaan media
secara streaking (membentuk garis melengkung S tanpa putus). Setelah itu, ose
dikeluarkan dan dipanaskan sampai membara supaya biakan yang menempel mati
sehingga tidak menjadi kontaminan saat ose digunakan kembali. Tabung reaksi yang
sudah diberi biakan kemudian dipanaskan ujung sebelum kemudian ditutup kembali.
Api spiritus dimatikan setelah digunakan. Tabung reaksi yang berisikan biakan
selanjutnya dimasukkan ke dalam incubator dengan suhu 37ºC selama 24 jam.
Setelah 24 jam berlalu, diamati hasil dari pemindah biakan bakteri Staphylococcus
aureus.
Dari pengamatan yang dilakukan 24 jam setelah diinkubasi, terlihat biakan
bakteri Staphylococcus aureus yang sudah tumbuh. Bakteri yang teramati tumbuh
secara single koloni dengan bentuk bulat kecil seperti titik dan berwarna putih.
Telah dilakukan pemindah biakan Staphylococcus aureus dari media cair
Nutrien Broth ke media padat Nutrien Agar. Pemindah biakan menggunakan teknik
streaking atau teknik penggoresan.
Sebelum pemindah biakan, diambil media Nutrien Agar. Warna Nutrien Agar
sebelum ada bakteri adalah kuning bening. Selanjutnya, sebelum melakukan
pemindah biakan di dalam Lof, dilakukan sterilisasi alat-alat dan tangan praktikan
menggunakan etanol agar tidak muncul kontaminasi.
Kemudian dinyalakan bunsen dengan korek api. Media Nutrien Agar dipegang
dengan tangan kiri. Kemudian diambil tabung reaksi yang berisi biakan bakteri
Staphylococcus aureus dalam media Nutrien Broth. Lalu diambil ose dan dipanaskan
ujungnya dengan api bunsen hingga membara agar tidak muncul kontaminasi.
Dibuka tutup tabung reaksi yang berisi Staphylococcus aureus dan dipanaskan
ujungnya dengan api bunsen agar tidak terkontaminasi. Ose yang telah dingin
dimasukkan hingga ujung ose tercelup namun tidak sampai dasar. Ose tidak boleh
menyentuh dinding tabung reaksi selama pemindah biakan agar bakteri yang telah
terambil tidak menempel pada dinding tabung reaksi sehingga pengambilan bakteri
untuk pemindah biakan tidak maksimal. Setelah mengambil bakteri dengan ose,
ujung tabung reaksi dipanaskan kembali dengan api bunsen agar tidak muncul
kontaminasi dan ditutup kembali dengan kapas dan alumunium foil.
Hal yang sama juga dilakukan saat memindahkan bakteri dari ose ke tabung
reaksi yang berisi media baru yaitu media padat Nutrien Agar. Setelah dibuka
tutup tabung reaksi, ujung tabung reaksi dipanaskan terlebih dahulu dengan api
bunsen agar tidak muncul kontaminasi. Selanjutnya, ose digoreskan secara zig-
zag pada permukaan media Nutrien Agar dari ujung bawah hingga atas.
Selanjutnya, ujung tabung reaksi dipanaskan kembali dan ditutup dengan kapas
dan alumunium foil begitu pula ujung ose juga dipanaskan hingga membara agar
tidak terkontaminasi. Tabung reaksi yang berisi hasil pemindah biakan diberi
label dan kemudia diinkubasi dalam lemari inkubasi pada suhu 37℃ selama 24
jam.
Hasil pengamatan bakteri praktikan setelah 24 jam diinkubasi adalah didapat
bakteri tumbuh banyak dan berkoloni, membentuk zig-zag, dan berwaran putih
bening. Staphylococcus aureus hasil pemindah biakan praktikan tidak tumbuh
sesuai dengan teori pemindah biakan dari media cari ke padat yakni single
koloni dikarenakan saat menggoreskan ose, praktikan terlalu menekan ose
sehingga permukaan media Nutrien Agar terlalu tergores ke dalam. Hal ini
menyebabkan bakteri tumbuh berkoloni di dalam bukan di permukaan media
Nutrien Agar.
Pemindah biakan media cair ke media cair
Pertama tangan disemprot dengan etanol untuk mematikan mikroorganisme
yang mungkin ada di tangan sehingga nantinya tidak terjadi kontaminasi. Lalu
dimasukan ke dalam Laminar Air Flow (LAF). Laminar Air Flow adalah meja
kerja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi/ penanaman.LAF digunakan
sebagai ruangan untuk pengerjaan secara aseptis. Prinsip penaseptisan suatu
ruangan berdasarkan aliran udara keluar dengan kontaminasi udara dapat
diminimalkan. Diambil tabung reaksi yang berisi bakteri Staphylococcus aureus
dalam media Nutrient Broth(NB). Dibuka kapas dan aluminium foil dengan cara
kapas dijepit pada jari tengah, jari manis, dan kelingking. Kemudian dipanaskan
ujung tabung. Dipanaskan ose hingga membara dan didiamkan beberapa saat.
Didiamkan agar nantinya bakteri tidak mati karena panas pada ose. Lalu ose
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dipanaskan ujung tabung reaksi dan ditutup
dengan kapas dan aluminium foil yang telah dijepit tadi. Kemudian tabung
reaksi diletakkan sedangkan ose tetap dipegang. Diambil tabung reaksi lain yang
berisi media baru. Dibuka kapas dan aluminium foil dengan cara dijepit pada jari
tengah, jari manis, dan kelingking. Dipanaskan ujung tabung. Kemudian
dimasukkan ose ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan ujung tabung. Tabung
reaksi ditutup dengan kapas dan aluminium foil yang telah dijepit tadi.
Dipastikan tabung tertutup rapat untuk meminimalisir adanya kontaminasi.
Diamati bentuk dan warna media. Diinkubasi pada suhu 37°𝐶.
Media yang digunakan adalah Nutrient Broth. Metode yang dilakukan
adalah memindah biakan dari media cair ke media cair. Warna media yang
terlihat adalah kuning jernih. Setelah 1 × 24 jam dilakukan pengamatan.
Terlihat pada media terdapat satu selaput putih berbentuk sediment dan berada
di dasar tabung reaksi. Selaput merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang
mengalami pertumbuhan. Warna media tidak mengalami perubahan yang
menandakan tidak ada kontaminasi pada biakan.

Pemindah biakan Aspergillus fumigatus


Aspergillus fumigatus adalah jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes
yang mudah diisolasi dari lingkungan udara. Jamur ini dapat ditemukan di mana-
mana pada tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk dan dapat tumbuh pada suhu
37°C. Aspergillus fumigatus bereproduksi dengan pembentukan konidispora
sehingga spesies ini memiliki tangkai-tangkai panjang konidiofor, konidiofora
berseptat atau nonseptat, pada ujung konidiofor muncul sebuah gelembung yang
memunculkan sterigma, pada sterigma muncul konidium–konidium yang tersusun
berurutan mirip bentuk untaian mutiara yang mendukung kepalanya yang besar
(vesikel). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai
panjang spora.
Pemindah biakan Aspergillus fumigatus dilakukan didalam LAF (Laminating
Air Flow) setelah sebelumnya dilakukan penyemprotan pada tangan praktikan
dengan menggunakan etanol 70% untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
kontaminasi mikroba dari lingkungan dan untuk menjaga kesterilan ose / plug yang
digunakan untuk pengambilan jamur serta mulut Erlenmeyer yang penutup kapas dan
alumunium foilnya telah dibuka, dipanasi terlebih dahulu. Setelah itu, dilakukan
pengambilan dengan plug pada biakan jamur yang ada pada petri dish kemudian
biakan dipindahkan ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berisi media Potato Dextrose
Broth (PDB). Pengambilan biakan juga bisa dengan menggunakan ose, dimana ose /
plug diketukkan perlahan agar biakan jamur dapat jatuh ke dalam Erlenmeyer yang
berisi media. Setelah pemindahan dilakukan, mulut Erlenmeyer dan ose dipanasi
kembali lalu mulut Erlenmeyer ditutup kembali dengan kapas serta alumunium foil.
Terakhit, dilakukan inokulasi pada suhu 37°C selama kurun waktu 3 hari.
Setelah di inokulasi dalam 3 hari, dilakukan pengamatan dan didapat hasil
bahwa tampak koloni jamur yang tumbuh diatas media PDB dan berwarna hitam
dibeberapa bagian. Media PDB yang semula berwarna kuning cerah juga terdapat
perubahan setelah 3 hari menjadi kuning kecoklatan.

VII. KESIMPULAN
1. Teknik kerja aseptis bertujuan untuk mencegah kontaminan pada biakan
sehingga diperoleh biakan murni serta mencegah terkontaminasinya praktikan
oleh biakan yang bersifat pathogen.
2. Pemindahbiakan dari media padat ke media cair menghasilkan selaput putih
yang melayang pada media cair, yang berarti bahwa pemindahbiakkan berhasil
dilakukan dan tidak terjadi kontaminasi.
3. Pemindahbiakan yang dilakukan adalah pemindahbiakan media padat ke media
cair, media cair yang digunakan adalah nutrien broth berupa cairan kuning
bening.
4. Pemindah biakan bakteri Staphyococcus aureus dari media padat ke media
padat teramati biakan bakteri yang tumbuh single koloni berbentuk bulst kecil
dan berwarna putih.
5. Tidak terjadi kontaminasi pada biakan yang dipindahkan.
6. Pemindah biakan bakteri harus dilakukan secara aseptis agar tidak
terkontaminasi dna tumbuh secara optimal pada media baru.
7. Setelah 24 jam dan diinkubasi pada suhu 37℃, Staphylococcus aureus dalam
media padat Nutrien Agar tumbuh banyak dan berkoloni dengan bentuk zig-zag
dan warna putih bening.
8. Hasil pengamatan tidak sesuai teori yaitu tumbuh secara single koloni
dikarenakan penggoresan ose ke media padat kurang lembut sehingga
permukaan media Nutrien Agar tergores terlalu dalam dan bakteri tumbuh
mengumpul di dalamnya.
9. Media yang digunakan adalah Nutrient Broth
10. Pemindah biakan Staphylococcus aureus dilakukan dari media cair ke media
cair
11. Staphylococcus mengalami pertumbuhan ditunjukkan dengan adanya satu
selaput putih berbentuk sediment dan berada di dasar tabung reaksi
12. Warna media tidak mengalami perubahan yang menandakan tidak adanya
kontaminasi
13. Pemindah biakan Aspergillus fumigatus dilakukan dari media padat ke media
cair.
14. Setelah 3 hari inokulasi, tampak koloni jamur yang tumbuh diatas media PDB
dan berwarna hitam dibeberapa bagian. Media PDB yang semula berwarna
kuning cerah berubah menjadi kuning kecoklatan. Hal tersebut sesuai dengan
teori sehingga teknik aseptis berhasil dilakukan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Microbial Processes: Promising Technologies for Developing

Countries, National Academy of Sciences, Washington, D.C.

Debnath, R., 2010, Professional Skills in Nursing, SAGE Publications Ltd,

London.

Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan,1986,Dasar-dasar Mikrobiologi 1,Penerbit


Universitas Indonesia,Jakarta.
Rosenbach, I. J,(1884), Mikroorganismen bei den Wundinfectimskrankheiten des
Menschen, J. F. Bergmann, Wiesbaden.
Jawetz dan Adelberg,2007,Medical Mikrobiologi, McGraw-Hill Medical,
London.
Mehrota, R.S, dan Aneja, K.R,1990,An Introduction to Mycology,Indian
Universities,India.

Anda mungkin juga menyukai