Disusun Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian Lestari mempromosikan pertanian yang efisien, konservasi keanekaragaman
hayati dan pengembangan masyarakat yang lestari dengan menciptakan standar sosial dan
lingkungan. Pertanian berkelanjutan mengintegrasikan tiga tujuan utama yaitu kesehatan
lingkungan, keuntungan ekonomi, dan keadilan sosial dan ekonomi. Pertanian merupakan
industri biologis yang memanfaatkan proses biokimia dan menggunakan media tanaman.
Pertanian modern mengubah proses alamiah tanaman yang semula semata-mata hanya
menggunakan unsur-unsur hara asli dari dalam tanah, diganti dengan proses pemacuan
pertumbuhan dan hasil penennya melalui pemupukan, pestisida, dan varietas-varietas sintetik
yang rakus hara untuk berproduksi tinggi.
Pengusahaan lahan untuk pertanian secara super-intensif, terutama di negara-negara
yang luasan lahannya sangat terbatas seperti Indonesia, mengakibatkan terjadinya stress farm
lands atau lahan yang mengalami cekaman atau tekanan di luar kemampuan normalnya.
Swaminathan (1997) menyebut kondisi stres lahan tersebut sebagai kelelahan tanah (soil
fatigue) yang akan berakibat terjadinya disfungsi elemen pembentuk tanah. Dia menyamakan
soil fatigue dengan metal fatigue, yang mengakibatkan metal logam menjadi regas, mudah
patah. Secara empiris, contoh kerusakan tanah terjadi pada berbagai jenis tanah, sehingga tanah
tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tanah menjadi padat; tanah didominasi
oleh fraksi pasir, tanah menjadi masam; salin; atau berkapur tinggi; atau lapisan olah tanah
hilang. Walaupun tanah pada lahan sawah dianggap memiliki kemampuan untuk memperbarui
sifat-sifatnya oleh perlakuan usahatani yang intensif (Greenland, 1997), akan tetapi gejala-
gejala kelelahan tanah sawah yang dicirikan oleh rendahnya aktivitas mikroba tanah,
rendahnya kandungan bahan organik tanah dan menurunnya efisiensi serapan hara oleh
tanaman.
Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan menuju pembangunan pertanian yang
berkelanjutan (sustainable agriculture), sebagai bagian dari implementasi pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Pendekatan dan praktek pertanian konvensional yang
dilaksanakan di sebagian besar negara maju dan negara sedang berkembang termasuk
Indonesia merupakan praktek pertanian yang tidak mengikuti prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan (Untung K., 2006). Pertanian konvensional dilandasi oleh pendekatan industrial
dengan orientasi pertanian agribisnis skala besar, padat modal, padat inovasi teknologi,
penanaman benih / varietas tanaman unggul secara seragam spasial dan temporal, serta
ketergantungan pada masukan produksi, termasuk penggunaan berbagai jenis agrokimia
(pupuk dan pestisida), dan alat mesin pertanian. Oleh karena itu perlu diadakan diadakan suatu
sistem pertanian yang ramah lingkungan dan produktif.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem pertanian berkelanjutan
2. Mengetahui cara melaksanakan sistem pertanian berkelanjutan
3. Mengetahui manfaat sistem pertanian pertanian berkelanjutan
BAB II
ISI
A. Pengertian Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan adalah cara bercocok tanam atau pemeliharaan ternak tanpa
merusak ekosistem alam dan menggunaan metode ramah lingkungan sehingga mencegah
dampak buruk terhadap tanah, air, keanegaragaman hayati, mulai hulu hingga hilir. Elemen
pertanian berkelanjutan termasuk permaculture, agroforestry, pertanian campuran, multiple
cropping, dan rotasi tanaman(Wahyunindyawati et al., 2017)
Menurut Food and Agriculture Organization (1989) dalam Amir dkk (2014) , pertanan
berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya alam serta perubahan teknologi dan
kelembagaan sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia
serta berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan merupakan sebuah pola pertanian yang
menempatkan kelestarian lingkungan dan ekosistenm yang telah mapan sebagai kunci utama
keberhasilan.
Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input
eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Pertanian berkelanjutan
merupakan tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan membangun sistem
ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam kerangka pembaruan
agraria. Menurut Salikin (2003) dalam Astuti (2015) Tujuan pertanian berkelanjutan yaitu: (1)
meningkatkan pembangunan ekonomi; (2) memprioritaskan kecukupan pangan; (3)
meningkatkan pengembangan sumber daya manusia; (4) meningkatkan harga diri; (5)
memberdayakan dan memerdekakan petani; (6) menajaga stabilitas lingkungan (aman, bersih,
seimbang, diperbarui); dan (7) memfokuskan tujuan produktifitas untuk jangka panjang.
Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dengan memperhatikan aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial.
Di Indonesia program konservasi sumber daya lahan, baru dimaknai secara terbatas
pada lahan pertanian perbukitan atau lahan yang berlereng, sedangkan pada lahan datar dan
lahan sawah dapat dikatakan belum ada program pelestarian mutu dan kesuburan tanah.
Padahal semua lahan pertanian dengan pengelolaan yang sangat intensif tetapi kurang tepat
dapat mengalami kerusakan. Tisdale et al., (1993) menyebutkan dua belas faktor yang dapat
mengakibatkan degradasi tanah dan dapat menurunkan produktivitas tanah serta mengurangi
keberlanjutan sistem produksi pertanian, yaitu: (1) erosi permukaan, (2) pencucian hara, (3)
pelindihan hara, (4) pemiskinan bahan organik tanah, (5) drainasi buruk, (6) keracunan
senyawa dalam tanah, (7) asidifikasi/pemasaman tanah, (8) salinisasi, (9) pemampatan tanah,
(10) pengerasan tanah, (11) cekaman kekeringan, dan (12) invasi gulma jahat. Cemaran
senyawa beracun dari limbah industri, cemaran sampah yang tidak dapat terdegradasi seperti
plastik, dan penambangan lapisan atas tanah (top soil) untuk bahan bata, juga menjadi
penyebab kerusakan mutu lahan yang berdampak pada ketidak-berlanjutan produksi.
Pada dua dasawarsa terakhir abad ke-20, dan pada tahun-tahun selanjutnya, bahan
pangan bahkan diperuntukkan bagi bahan energi substitusi untuk sumber energi automotif dan
mesin. Walaupun secara sepintas, penyediaan energi substitusi ini bersifat terbarukan, akan
tetapi beban lahan untuk penyediaan pangan bagi manusia ditambah lagi oleh beban bahan
energi substitusi, akan mengakibatkan tekanan yang sangat berat terhadap lahan pertanian.
Akibatnya produksi bahan pangan dan bahan energi dipacu dan dimaksimalkan dari lahan yang
luasannya konstan dan bahkan cenderung berkurang.
Oleh karena itu untuk mengantisipasi berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka
sangat dibutuhkan adanya suatu sistem pertanian yang efisien dan berwawasan lingkungan,
yang mampu memanfaatkan potensi sumberdaya setempat secara optimal bagi tujuan
pembangunan pertanian berkelanjutan, salah satunya yaitu Pertanian terpadu biosiklus.
Pertanian terpadu biosiklus adalah pertanian yang mengintegrasikan tanaman, ternak, danikan
dalam satu siklus (biosiklus) sedemikian rupa sehingga hasil panen dari satu
kegiatan pertanian dapat menjadi input kegiatan pertanian lainnya, selebihnya dilepas ke
pasar.
Dengan pola itu ketergantungan petani dengan input produksi dari luar dapat
diminimalisasi. Misalnya pakan untuk ternak dan ikan sebagian dapat dipenuhi dari hasil
tanaman danlimbah, sedangkan kebutuhan pupuk organik dapat diperoleh dari kotoran
hasil ternak. Kotoran ternak ditampung dalam biodigester untuk diambil gas metannya dan
dapat dimanfaatkan untuk memasak bahkan untuk energi listrik. Dengan sistem pertanian
terpadu biosiklus itu, petani memperoleh sumber penghasilan yang beragam dari diversifikasi
produk hasil pertanian; panen harian (misal telur, susu), panen musiman (misal gabah,jagung)
dan panen tahunan (anak sapi), meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, kebutuhan
pangan yang bergizi seimbang tercukupi (mendekati PPH ideal) dari usaha tani mereka,kesub
uran lahan terjaga dan tanpa limbah (zero waste).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pertanian Berkelanjutan adalah suatu sistem terpadu dari praktik produksi tanaman dan
hewan yang memiliki aplikasi spesifik lokasi dalam jangka panjang. Dengan
mengintegrasikan tiga tujuan utama : kesehatan lingkungan, keuntungan ekonomi, dan
keadilan sosial dan ekonomi.
2. Pertanian berkelanjutan dilakukan dengan melakukan produksi tanaman, pemilihan
lokasi, spesies dan varietas, manajemen pengolahan tanah, serta efisiensi penggunaan
input yang digunakan.
3. Manfaat pertanian berkelanjutan antara lain adalah memenuhi kebutuhan makanan dan
serat manusia, meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam, meningkatkan
penggunaan sumber daya di pertanian secara efisien dan terintegrasi, mempertahankan
siklus biologis, mempertahankan kelayakan usaha pertanian, serta meningkatkan
kualitas hidup petani dan masyarakat keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I.M. 2011. Peningkatan kualitas tanah dalam mewujudkan produktivitas lahan
pertanian secara berkelanjutan. Jurnal Bumi Lestari 11(1) :131-137.
Astuti, L. I., Hermawan, Dan M. Rozikin. 2015. Pemberdayaan masyarakat dalam pembanguan
pertanian berkelanjutan. Jurnal Administrasi Publik. 3(11):1886-1892
Dankelman, I and Davidson. 1988. Women and Environment in the Third World. Earthscan
Publication. Ltd. London. England.
Greenland, D.J., 1997. The sustainability of rice farming. CAB International and IRRI. CAB.
Int. Wallingford, United Kingdom.
Kasryno, F. 2003. Produksi Padi dan Diversifikasi Tanaman Pangan: Mencari Suatu Solusi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Las, Irsal. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Alalisisnya. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta
Noviardi, R., A. Subardja., dan N. Sumawijaya. 2009. Evaluasi Kesuburan Tanah Pada Lahan
Revegetasi Paska Penambangan Batugamping : Kasus di Pulau Nusakambangan,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI, Bandung.
Reijntjes,C., B.Haverkot dan A. W. Bayer., 1999. Pertanian Masa Depan Pengantar untuk
Pertanian berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah.kanisius. Yogyakarta.
Swaminathan, M.S., 1997. Research for sustainable agricultural development in South Asia,
opportunities and challenges. Seminar Proc. on Agricultural Research and Development
in Bangladesh. BRRI, Gasipur-1701-Bangladesh.
Talaohu, M. 2013. Perladangan berpindah : antara masalah lingkungan dan maslah sosial.
Populis 7(1) : 59-63.
Timmer, C.P. 1992. Agricultural Diversification in Asia: Lesson from the 1980’s and Issues
for the 1990’s. Trend in Agricultural Diversification: Regional Perpective (Ed.
Barghouti, S. et al., 1992). World Bank Technical Paper No.180, Washington, D.C.,
USA.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, J.D. Beaton, and J.L. Havlin, 1993. Soil fertility and fertilizers.
Fifth ed. McMillan Pub. Co. New York.
Wahyunindyawati dan Dyanasari. 2017. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Deepublish. Yogyakarta