Anda di halaman 1dari 43

Pengantar Ilmu Pertanian

Kelompok 2
Adinda Dwi Putri
Afdhi Gusril
Mutiara Ihsani

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS
Pengertian pertanian dalam arti
sempit dan luas.
• Pertanian dalam arti sempit.
Pertanian dalam arti sempit dikemukakan
beberapa ahli yaitu :
1. Menurut Kipps (1970)
Agronomy adalah: the study of applied of the
science of soil management and of the production
of crops (studi tentang aplikasi ilmu pengelolaan
tanah dan produksi tanaman).
Dari batasan di atas jelas bahwa agronomy
adalah ilmu yang mempelajari tentang
pengelolaan tanah untuk kehidupan tanaman
sehingga tidak termasuk kehidupan hewan.

• 2. Menurut Samsu'ud Sadjad (1977)


Agronomy atau agronomi dari bahasa
berasal dari kata agros yang berarti lapang,
dan nomos yang berarti pengelolaan,
sehingga agronomi berarti pengelolaan lapang
produksi dengan sasaran produksi fisik yang
maksimum.
3. Menurut Sumantri (1980)
Agronomi adalah ilmu yang mempelajari
segala aspek biofisik yang berkaitan dengan
usaha penyempurnaan budidaya tanaman
untuk memperoleh produksi fisik yang
maksimum.
4. Menurut Sri Setyati Harjadi (1986)
Agronomi adalah ilmu yang mempelajari cara
pengelolaan tanaman pertanian dan
lingkungannya untuk memperoleh produksi
yang maksimum.
Dari beberapa batasan di atas jelas bahwa
sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan
tanaman dan lingkungannya adalah produksi
fisik yang maksimum bukan produksi fisik yang
optimum atau yang paling menguntungkan.
Hal ini dapat dimengerti karena dalam
pengelolaan suatu tanaman diperlukan
adanya sarana produksi dan biaya tenaga kerja
yang setiap saat selalu berubah.
• Kecamatan Tilatang Kamang merupakan salah satu wilayah
di Indonesia yang memiliki lahan pertanian yang sangat
luas. Kecamatan ini memiliki penggunaan lahan yang
didominasi oleh sawah dan kebun oleh karena itu,
masyarakat di wilayah ini kebanyakan adalah petani.
Kecamatan Tilatang Kamang merupakan wilayah yang
dijuluki dengan wilayah lambung pangan Kabupaten Agam.
Jumlah Lahan Tanam Padi Kuriak Kusuik di Kecamatan
Tilatang Kamang dan Hasil Produksi yang Diperoleh
No Desa Jumlah Lahan (Ha) Hasil Produksi (Ton)

1 Koto Tangah 1.794 15.202


2 Kapau 568 4.433
3 Gadut 628 4.264
Jumlah 3.008 23.899
Apabila sasaran pengelolaan tanaman
adalah hasil yang menguntungkan maka ilmu
untuk mendapatkan hasil fisik, akan selalu
berubah-ubah dalam kurun waktu yang sangat
pendek atau setiap musim tanam akan selalu
berubah. Keadaan ini akan sangat menyulitkan
dalam pemberian inovasi baru atau
rekomendasi kepada petani dalam
pelaksanaan teknik budidaya tanaman.
Dalam mata kuliah Dasar-dasar Agronomi
hanya akan dibahas hal-hal yang bersangkutan
dengan pengelolaan tumbuhan (tanaman)
terutama tanaman pangan dan lingkungannya
dalam rangka untuk mendapatkan hasil fisik
yang maksimum.
Tanaman pangan baik pangan pokok maupun
pangan tambahan dalam pengelolaan atau
pembudidayaannya ada yang dilaksanakan di
lahan tegalan atau sawah atau ladang (field)
seperti tanaman biji-bijian sehingga disebut field
crops dan dilaksanakan di kebun (hortus atau
garden) sehingga disebut horticulture crops atau
tanaman hortikultura. Tanaman yang termasuk
dalam kelompok hortikultura adalah tanaman
buah, sayur, dan tanaman hias.
• Pertanian dalam arti luas.
Pertanian dalam arti luas (Agriculture), dari
sudut pandang bahasa (etimologi) terdiri atas
dua kata, yaitu agri atau ager yang berarti tanah
dan culture atau colere yang berarti pengelolaan.
Jadi pertanian dalam arti luas (Agriculture)
diartikan sebagai kegiatan pengelolaan tanah.
Pengelolaan ini dimaksudkan untuk kepentingan
kehidupan tanaman dan hewan, sedangkan tanah
digunakan sebagai wadah atau tempat kegiatan
pengelolaan tersebut, yang kesemuanya itu untuk
kelangsungan hidup manusia.
Adapun menurut para ahli pengertian
Pertanian dalam arti luas, yaitu :

• 1. Menurut Van Aarsten (1953)


Agriculture adalah digunakannya kegiatan
manusia untuk memperoleh hasil yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan atau hewan yang
pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja
menyempurnakan segala kemungkinan yang
telah diberikan oleh alam guna
mengembangbiakkan tumbuhan dan atau hewan
tersebut.
Adapun beberapa persyaratan yang dapat disebut
Pertanian oleh Van Aarsten, yaitu :
a. Adanya alam beserta isinya antara lain tanah
sebagai tempat kegiatan, dan tumbuhan serta
hewan sebagai obyek kegiatan.
b. Adanya kegiatan manusia dalam
menyempurnakan segala sesuatu yang telah
diberikan oleh alam dan atau Yang Maha Kuasa
untuk kepentingan atau kelangsungan hidup
manusia melalui dua golongan yaitu tumbuhan
atau tanaman dan hewan atau ternak serta ikan.
c. Ada usaha manusia untuk mendapatkan produk
atau hasil ekonomis yang lebihbesar daripada
sebelum adanya kegiatan manusia.
2. Menurut Mosher (1966)
Pertanian adalah suatu bentuk produksi yang
khas, yang didasarkan pada proses
pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani
mengelola dan merangsang pertumbuhan
tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani,
dimana kegiatan produksi merupakan bisnis,
sehinggga pengeluaran dan pendapatan
sangat penting artinya.
3. Menurut Spedding (1979)
Pertanian dalam pandangan modern
merupakan kegiatan manusia untuk
manusia dan dilaksanakan guna
memperoleh hasil yang menguntungkan
sehingga harus pula meliputi kegiatan
ekonomi dan pengelolaan di samping
biologi.
\

Gambar 2. Diagram kegiatan pertanian

Dari diagram gambar 2 dapat diketahui bahwa agriculture meliputi


kegiatan yang menyangkut pengelolaan tumbuhan atau tanaman dan hewan
sehingga termasuk di dalamnya adalah Biologi, Kedokteran Hewan, Perikanan,
Peternakan, Teknologi Pertanian, Kehutanan dan Pertanian dalam arti sempit atau
Agronomi. Semua bidang ilmu ini sering disebut dengan Agro Kompleks.
Sejarah Perkembangan Pertanian

Sejarah perkembangan pertanian secara


relatif merupakan inovasi yang belum lama
berselang bila dibanding dengan sejarah
manusia, karena manusia semula dalam masa
yang lama hanya bertindak sebagai
pengumpul makanan.
Sejarah Perkembangan Pertanian
Dunia
Peradaban kuno Mesopotamia melahirkan
kebudayaan yang mempengaruhi kemajuan
yang pesat di bidang pertanian kuno. Pada
saat itu ekonomi kota berkembang dengan
berlandaskan teknologi pertanian yang
berkiblat pada kuil-kuil sebagai pusat
kekuasaan.
Surplus yang terjadi telah menciptakan
lembaga ekonomi dan mengembangkan
sistem administrasi dan akuntansi yang
didukung oleh terciptanya tulisan-tulisan yang
merupakan awal kebudayaan. Pengaruh
perkembangan pertanian yang menciptakan
surplus tersebut merembes ke Siria, Mesir,
India, dan Cina. Komoditas yang diusahakan
ketika itu antara lain gandum, barlai, kurma,
zaitun, dan anggur.
Kebudayaan kuno dari Mesopotamia,
Sumeria, Babilonia, Asiria, Chaldea, telah
merangsang perkembangan pertanian yang
lebih kompleks dengan penggunaan teras-
teras dan saluran irigasi.
Mesir kuno mengembangkan sistem
drainase dan irigasi yang efektif serta
mengembangkan alat pengolahan tanah
berupa bajak kuno yang ditarik oleh tenaga
manusia dan juga mengembangkan arit
sebagai alat pemotong pada saat panen.
Pada saat yang bersamaan berkembang
pula teknologi penyimpanan dan pengolahan
pangan termasuk fermentasi, pembuatan acar,
pengeringan, pengasapan dan pemberian
garam. Suatu kemajuan yang lebih
merangsang berkembangnya budidaya
beragam komoditas pangan.
Kebudayaan Mesir kuno tersebut menyebar ke
Yunani dan kemudian diserap oleh bangsa
Romawi.
Walaupun orang Yunani hanya sedikit
menambahkan kemahiran praktik, sikap
analitik dan keingintahuannya terhadap alam
dan benda memberi pengaruh besar pada
kemajuan teknologi di masa mendatang.
Adapun tulisan – tulisan yang muncul pada
perkembangan pertanian pada masa Yunani
diantaranya :
1. History of Plants
2. Causes of Plants
Karangan Theophratus murid Aristoteles
mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17.
Tulisan Theophratus mencakup tentang ilmu
Botani, ialah :
1. Morfologi
2. Klasifikasi tumbuhan
3. Pengembangbiakan dengan biji maupun
dengan vegetatif
4. Geografi tumbuhan
5. Kehutanan
6. Holtikultur
7. Farmakologi
8. Hama
9. Bau dan rasa tanaman
Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa
Romawi. Kekaisaran Romawi dibangun dari
dasar sumber alam yang kokoh dan kuat.
Bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek
praktis dari pertanian. Pertanian merupakan
bagian yang sangat penting dari ekonomi
bangsa Romawi. Sumber penghasilan utama
dari kekaisaran Romawi adalah pajak tanah
yang diatur oleh undang-undang dan rencana
agraria yang matang.
Praktik pertanian Romawi dibukukan dengan
baik. Tulisan mengenai pertanian adalah De
agricultura karangan Marcus Porceus Cato (234 –
149 SM ), yang menulis aspek-aspek praktis dari
pengelolaan tanaman dan ternak. Dalam
kebudayaan Romawi telah berkembang teknik
penyambungan (grafting dan budding),
penggunaan pupuk kandang, pengembalian
kesuburan tanah, penyimpanan dingin untuk
buah-buahan dan rumah kaca dari mika untuk
menanam sayuran pada musim dingin.
Pada abad pertengahan, runtuhnya
kekaisaran Romawi dan invasi negara Barat
mendorong teknologi budidaya merambat ke
Timur Dekat dan Timur Jauh. Berkebun
merupakan bagian integral dari kehidupan biara,
yang dapat mendatangkan pangan, anggur, dan
obat-obatan. Timbulnya kebudayaan Islam telah
menjadi penguat keberadaan teknologi budidaya
pertanian tersebut, yang kemudian berkembang
lebih pesat pada zaman kebangkitan kembali
bangsa – bangsa Eropa.
Perubahan keadaan pertanian pada abad
ke 17 dan 18 di Eropa dimulai dengan
runtuhnya sistem feodal yang berbarengan
dengan tumbuhnya kota-kota dan munculnya
negara nasionalis yang kuat. Kenaikan
populasi dari kota-kota dan perluasan
perdagangan serta sistem keuangan juga telah
menarik berkembangnya ekonomi pedesaan.
Alat pemanen yang sekarang umumnya
dipakai, awalnya diciptakan oleh Mc Gormick
di Virginia pada tahun 1831. Kekurangan
tenaga kerja dan harga serealia yang tinggi
pada zaman perang saudara telah
mempercepat pengembangan dan adopsi alat
mesin pertanian.
Teknologi baru dalam pertanian, yang ada
pada awalnya berkembang secara perlahan,
menunjukkan pengaruh nyata sejak tahun
1930-an. Pada tahun 1880 – 1920 peningkatan
produksi yang sangat mengesankan di
Amerika Serikat terjadi karena peningkatan
pembiayaan (belanja) untuk tanah dan tenaga
kerja.
Ada 3 tahapan perkembangan pertanian
berdasarkan tingkat kemajuan dan tujuan
pengelolaan sektor pertanian.
1. Tahap pertama
Pertanian tradisional yang dicirikan dengan
tingkat produktivitas sektor pertanian yang
rendah.
2. Tahap kedua
Tahapan komersialisasi dari produk pertanian
mulai dilakukan tetapi penggunaan teknologi dan
modal relatif masih rendah.
3. Tahap ketiga
Tahap seluruh produk pertanian ditujukan untuk
melayani keperluan pasar komersial dengan ciri
penggunaan teknologi serta modal yang tinggi
dan mempunyai produktivitas yang tinggi pula.
• Tahapan pertama atau tahap pertanian
tradisional
Para petani biasanya menggarap tanah hanya
sebatas yang dapat dikelola oleh tenaga kerja
keluarga tanpa memerlukan tenaga kerja
bayaran.
Sejarah Perkembangan Pertanian di
Indonesia
• Perkembangan pertanian Indonesia sebelum
Belanda datang, ditentukan oleh adanya sistem
pertanian padi dengan pengairan yang
merupakan praktik turun menurun petani Jawa.
• Pada saat ini di Indonesia dapat kita temukan
berbagai sistem pertanian yang berbeda, baik
efisiensi teknologinya maupun tanaman yang
diusahakannya, yaitu sistem ladang, sistem tegal
pekarangan, sistem sawah dan sistem
perkebunan.
• Sistem Pertanian yang berbeda di Indonesia
1. Sistem ladang merupakan suatu bentuk
peralihan dari tahap pengumpul ke tahap
penanam.
2. Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-
tanah kering yang jauh dari sumber air.
3. Sistem sawah, merupakan sistem dengan
pengolahan tanah dan pengelolaan air yang baik
sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi
dan kesuburan tanah dapat dipertahankan.
4. Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat
maupun perkebunan besar milik swasta
maupun perusahaan negara, berkembang
karena kebutuhan tanaman ekspor seperti
karet, kopi, teh, kakao, kelapa sawit, cengkeh
dan lain-lain.
Bertani adalah kehidupan pokok rakyat
dan pemerintah memperoleh sumber
penerimaannya semata-mata dari pertanian.
Dalam istilah ekonomi pertanian usaha
semacam ini dinamakan usahatani subsisten
yang hasil produksinya diutamakan untuk
keperluan keluarga sendiri; sedangkan sarana
produksi dicukupi dari dalam keluarga.
Perdagangan hampir tidak ada.
Pada zaman kolonial Belanda, pembahasan
mengenai pertanian secara lebih rinci dapat
dibagi dalam beberapa periode sebagai berikut:
1. Zaman VOC 1600 – 1800,
2. Zaman kekacauan dan ketidakpastian 1800 –
1830 atau masa sewa tanah,
3. Zaman Tanam Paksa 1830 – 1850,
4. Zaman peralihan ke liberalisme 1850 – 1870,
5. Zaman liberalisme 1870 – 1900,
6. Zaman politik etik 1900 – 1930, dan
7. Zaman depresi dan perang 1930 – 1945.

Tujuan utama kebijaksanaan


pembangunan pertanian pada zaman kolonial
adalah memberikan pemasukan yang lebih
besar kepada kas penjajah di atas pengeluaran
bagi biaya pemerintahan kolonial.
Sistem inilah yang diyakini akan
mendatangkan uang paling cepat dan paling
banyak bagi kas pemerintah jajahan dibanding
dengan tanam sukarela. Di atas kertas sistem
ini dapat dikatakan netral dibanding dengan
kebijaksanaan sewa tanah yang diterapkan
oleh Raffles pada periode pemerintahannya
(1811 – 1816).
• Sistem – sistem yang diterapkan oleh Raffles
(1811-1816)
1. Sistem Sewa Tanah ( Tanah Partikulir )
2. Sistem Tanam Paksa

Dengan segala usahanya dan melakukan


pembaharuan ternyata tidak menghasilkan
kemakmuran di Jawa pada saat itu.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai