PROPOSAL SKRIPSI
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
pihak yang telah membantu dan membimbing serta memberi dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini, khususnya kepada ibu Dr.
Ir. Ira Wahyuni, M.P. dosen Pengampu yang telah membimbing dan memotivasi
penulis dalam penyelesaian proposal skripsi ini. Selain itu penulis juga
sesungguhnya kesempurnaan mutlak hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
1.4. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 12
Tabel Halaman
Lampiran Halaman
karet, kakao, kopi, kelapa, lada, tembakau, teh, jambu mete, tebu, cengkeh dan
penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan
daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri
berkelanjutan.
bagi pendapatan nasional dan devisa negara Indonesia dilihat dari nilai ekspor
perkebunan mencapai US$ 22,118 miliar yaitu sebesar Rp. 287,534 triliun
sawit menjadi komoditas ekspor unggulan Indonesia hingga tahun 2017 dilihat
dari industri kelapa sawit yang disertai dengan berbagai produk turunannya yaitu
bahan setengah jadi CPO (crude palm oil) dan PKO (palm karnel oil) serta bahan
jadi (produk akhir baik edible maupun nonedible). Industri produk pangan dan
non pangan dapat dikembangkan dari produk kelapa sawit berupa bahan makanan
seperti minyak goreng, mentega, minyak kering/padat untuk makanan ringan dan
cepat saji, pengganti mentega, coklat dan lain-lain. Penggunaan produk kelapa
sawit non pangan dapat berupa asam lemak dan gliserin, serta bahan baku
(Lampiran 1).
adanya evolusi perkebunan sawit dan disertai daya tampung tenaga kerja pada
tahun 2017 menurut perkebunan rakyat, negara dan swasta yaitu 38% tenaga kerja
yang bekerja pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan jumlah tenaga
kerja sebesar 4.213.684 dari total jumlah tenaga kerja penduduk yang berumur
Indonesia. Berdasarkan data tahun 2016 terdapat dua pulau utama sentra
perkebunan kelapa sawit yaitu pulau Sumatra dan Kalimatan (Lampiran 2),
10.729.133 ton. Saat ini pengusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia adalah
perkebunan swasta sebesar 51,73% yaitu dengan luas areal 5.754.719 ha diikuti
perkebunan rakyat 42,32% dengan luas areal 4.739.318 ha, perkebunan negara
6,32% yaitu dengan luas areal 707.428 ha dengan total luas lahan di Indonesia
mencapai 11.201.465 ha (Direktorat Jendral Perkebunan, 2017). Pulau Sumatra
36,14%
Perkebunan Besar Swasta
Perkebunan Rakyat
0 4,000,000 8,000,000
persentase luas areal dan produksi terbesar pada perkebunan rakyat, dapat dilihat
pada Gambar 1.
produksi 8.913.867 ton dan selanjutnya perkebunan besar negara 8,34% sebesar
55,4%
%
537.002 ha dengan produksi 1.649.290 ton. Salah satu provinsi yang
Provinsi Jambi adalah salah satu provinsi yang terkenal dengan komoditas
perkebunan yaitu kelapa sawit, karet, kopi, kakao, kayu manis dan pinang.
Komoditas tersebut di ekspor keluar negeri dan menjadi sumber devisa negara
lain. Konstribusi perkebunan terhadap PDRB Provinsi Jambi sebesar 18,7% dan
sektor pertanian atas dasar harga berlaku di Provinsi Jambi tahun 2017.
dengan perkebunan besar swasta 25,90% dan perkebunan besar negara 3,63%
(Direktorat Jendral Perkebunan, 2017) dengan luas areal perkebunan kelapa sawit
perkebunan kelapa sawit khususnya pada perkebunan kelapa sawit rakyat yang
mendominasi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi, dan dapat dilihat dari
dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 2013-2017 di delapan kabupaten selain
di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Tebo dengan rata-rata pertumbuhan luas areal
Selain itu Kabupaten Tebo merupakan satu-satunya kabupaten yang pernah dua
kabupaten lainnya yaitu dari tahun 2014-2015 sebesar 7.202 ha dan dari tahun
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit merupakan produk primer dari
tanaman kelapa sawit dan bahan baku utama untuk pengolahan minyak kelapa
sawit (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Banyak aspek yang harus
diperhatikan sehingga usaha perkebunan kelapa sawit berhasil yaitu dari aspek
agronomi antara lain bahan tanaman yang berkualitas, kesesuaian lahan panen dan
pengangkutan hasil, sedangkan pada aspek sumber daya manusia yaitu keuangan,
(Pardamean, 2017).
Petani kelapa sawit rakyat terdiri dari petani plasma dan petani swadaya,
petani plasma berbeda dengan petani swadaya baik dilihat dari harga TBS
maupun produksi. Petani plasma merupakan petani yang mengelola kebun sendiri
menanamkan modal atas hak guna lahan namun petani tetap mendapatkan
pendampingan teknik budidaya dan kepastian pembelian TBS oleh pabrik kelapa
yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan kebun inti yang dikelola oleh
perusahaan. Produktivitas TBS pada petani plasma yaitu 20-30 ton/ha per tahun
dengan produktivitas CPO 6 ton/ha per tahun, dengan saluran pemasaran yang
mandiri tidak memiliki kemitraan dengan pihak lain, sumber pendanaan dan
pendampingan dalam teknik budidaya yang benar sehingga kualitas dan kuantitas
masih diragukan. Produktivitas TBS pada petani swadaya yaitu 12-15 ton/ha per
tahun dengan produktivitas CPO 2,25 ton/ha per tahun jauh lebih rendah
dibandingkan dengan dengan petani plasma. Dilihat dari teknik budidaya petani
swadaya mengusahakan kelapa sawit dalam skala kecil dan kemampuan budidaya
yang rendah diakibatkan oleh terbatasnya sumber pendanaan, akses teknologi, dan
prosedur operasional, dalam pemasaran petani swadaya masih melewati beberapa
lembaga pemasaran yang nantinya terdapat margin yang mengurangi harga yang
mulai dari keputusan Mentri Kehutanan Dan Perkebunan nomor 627 tahun 1998,
direvisi menjadi Peraturan Mentri Pertanian (Permentan) no 395 tahun 2005 dan
Permentan nomor 17 tahun 2010 serta yang terakhir Permentan nomor 1 tahun
perlindungan dalam perolehan harga wajar bagi pekebun dari TBS kelapa sawit
dan menghindari adanya persaingan tidak sehat diantara pabrik kelapa sawit
(PKS).
ini Gubernur membentuk Tim Penetapan Harga TBS ditingkat Provinsi yang
Jambi, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jambi (Rainun, 2018). Salah satu tugas
tahun 2018 merumuskan dan mengusulkan besarnya indeks “K” dan harga
patokan TBS, dalam menetapkan indeks ”K” dan harga sekurang-kurangnya dua
minggu sekali, di Provinsi Jambi Tim Penetapan Harga TBS pada awalnya
bekerja setiap dua minggu sejak akhir tahun 2011. Namun sekarang, Tim ini
bekerja menetapkan harga TBS setiap minggu tepatnya setiap hari kamis dan
penentuan indeks “K” setiap bulan. Rata-rata harga TBS yang ditetapkan
pemerintah Provinsi Jambi pada bulan Desember yaitu minggu pertama sebesar
dengan harga TBS yang diterima oleh petani kelapa sawit swadaya yang lebih
berbeda dengan harga yang yang diterima petani swadaya di lapangan, rata-rata
harga yang diterima petani plasma pada minggu pertama sebesar Rp.1019/kg
minggu kedua sebesar Rp.1060/kg minggu ketiga sebesar Rp.1141/kg dan minggu
minggu ketiga sebesar Rp.881/kg dan minggu keempat sebesar Rp.920/kg, dengan
demikian dari data yang ada terdapat variasi harga dari masing-masing petani
dimana petani swadaya menerima harga yang lebih rendah. Harga TBS yang
Tebo”.
1.2. Perumusan Masalah
Tanaman kelapa sawit rakyat diusahakan oleh petani swadaya dan petani
plasma, petani plasma merupakan petani mitra dari perkebunan inti yang
adalah petani yang mengusahakan tanaman kelapa sawit secara mandiri mulai
diragukan.
CPO yang dihasilkan PKS akan mempengaruhi harga CPO, yang pada akhirnya
mempengaruhi harga TBS yang diterima oleh petani. Harga TBS dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu teknik penerapan budidaya mulai dari kualitas bibit yang
tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun, tingkatan umur tanaman akan memberikan
pengaruh pada jumlah dan kualitas minyak yang dihasilkan sehingga berpengaruh
Jumlah brondolan yang jatuh pada satu pohon menunjukkan bahwa tandan
kelapa sawit masuk pada kriteria yang siap dipanen. Kriteria panen harus
diperhatikan dengan baik sehingga kualitas TBS yang dihasilkan akan baik pula,
pemanenan buah lewat matang akan meningkatkan asam lemak bebas yang akan
yang tepat karena akan menentukan tercapainya kuantitas dan kualitas minyak
sawit yang dihasilkan. Salah satu upaya untuk menghindarkan terbentuknya asam
lemak bebas adalah dengan pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus
dari produsen pada konsumen akhir, banyaknya lembaga yang dilalui akan
membentuk margin dan mempengaruhi harga yang diterima oleh produsen atau
petani, semakin banyak lembaga yang dilewati akan menurunkan harga TBS yang
diterima petani.
Gubernur membentuk tim dalam penentuan harga TBS sebagai acuan setiap
minggu tepatnya pada hari kamis dengan tujuan untuk memberikan perlindungan
kepada pekebun dalam memperoleh harga TBS yang wajar dan menghindari
harga oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jambi tidak diikuti dengan harga yang
atau permasalahan yang dihadapi pada pekebun kelapa sawit swadaya pada aspek
berikut:
Tebo?
Kabupaten Tebo.
berikut:
1. Untuk penulis, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi tingkat
dan memperoleh harga TBS yang lebih tinggi khususnya ditujukan kepada
tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai,
mengelola dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan
komoditas berupa kelapa sawit, sektor industri kelapa sawit dimulai sejak jaman
sawit yang dimiliki dan diselenggarakan atau dikelola oleh perorangan tidak
perkebunan yang mempunyai jumlah pohon yang dipelihara lebih dari batas
sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat
ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi.
Kelapa sawit adalah penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena
sawit. Potensi produksinya perhektar mencapai 6 ton per tahun bahkan lebih, jika
dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun),
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa
minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan
minyak ini sawit (PKO atau palm karnel oil) yang tidak berwarna atau
jernih.CPO atau PKO banyak digunakan untuk bahan industri pangan (minyak
permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tdak
hanya didalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Karena itu, sebagai negara tropis
yang masih memiliki lahan cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk
mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik melalui penanaman modal asing
hama dan penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan
tinggi.
daerah tropis yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif
hingga 15 – 25 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya
berupa tandan, bercabang banyak, buahnya kecil, bila masak berwarna merah
kehitaman, daging buahnya padat, serta daging dan kulit buahnya mengandung
meliputi curah hujan, bulan kering, dan ketinggian dari permukaan laut.
Iklim dan media tumbuh yang baik merupakan syarat umum bagi tanaman
tahunan ini untuk dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Tanaman
kelapa sawit adalah tanaman berumah satu (monocious), bunga jantan dan bunga
betinanya berada dalam satu pohon tetapi berkembang secara terpisah. Kelapa
sawit dapat tumbuh baik di daerah antara 16° LU dan 10° LS. Suhu optimal untuk
pertumbuhan sekitar 24°-28°C tetapi juga dapat tumbuh pada kisaran antara 18°-
32°C dan curah hujan rata-rata tahunan berkisar 2.000 – 2.500 mm per tahun.
Suhu rendah (<27°C) dapat meningkatkan aborsi tandan bunga sebelum anthesis
(mekar) dan memperlambat pemasakan tandan buah, suhu tinggi (>35°C)
swadaya adalah petani dengan inisiatif dan biaya sendiri membuka dan mengelola
lahan secara mandiri, tidak terikat dengan perusahaan tertentu. Pekebun rakyat
sama hal nya dengan perebunan mandiri atau disebut petani swadaya tidak terikat
diusahakan individu, keluarga atau kelompok dalam luas lahan yang relatife kecil
dengan pola penanaman dan manajemen kebun yang tidak monokultur, dengan
yaitu sesuia dengan yang di syaratkan atau distandarkan. Suatu produk dikatakan
pasar atau konsumen. Dalam hal ini petani kelapa sawit merupakan produsen dari
kegiatan jual beli TBS (tandan buah segar) dan pabrik kelapa sawit (PKS)
Kualitas tandan buah segar (TBS) dilihat dari kriteria standar penerimaan
kelapa sawit di pabrik kelapa sawit (PKS). Menurut Pahan (2008), salah satu cara
untuk melihat standar kriteria mutu tbs yang diterima pada pabrik kelapa sawit
adalah pada saat sortasi yaitu suatu kegiatan penyortiran tandan buah segar yang
Harga (price) adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan
atau jasa (Kotler, 2008). Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu
teori ekonomi disebutkan bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya
penawaran pasar.
maka terjadilah kegiatan jual beli, saat terjadi kegiatan jual beli di pasar, antara
harga. Pembeli selalu menginginkan harga yang murah sehingga dengan uang
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak disebut harga pasar. Pada harga
tersebut jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang
(ekuilibrium).
pada harga pasar jika jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses terbentuknya harga
pasar jika terdapat hal-hal berikut ini: 1) antara penjual dan pembeli terjadi tawar-
menawar 2) adanya kesepakatan harga ketika jumlah barang yang diminta sama
antara penjual dan pembeli. Harga yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kuantitas
dan kualitas barang yang ditransaksikan. Dari sisi pembeli (demand, D) semakin
banyak barang yang ingin dibeli dan semakin bagus kualitasnya akan
barang yang akan dijual dan semakin buruk kualitasnya akan menurunkan harga.
mengikuti harga internasional, sehingga akan lebih volatile jika pemerintah tidak
instabilitas politik. Untuk itu banyak negara, termasuk negara maju sekalipun
seperti Jepang, yang masih memberikan proteksi berupa larangan impor untuk
terhadap perubahan harga. Petani sebagai produsen tidak bisa serta merta
meningkatkan produksinya ketika harga mengalami peningkatan. Konsumen juga
peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan, namun untuk negara maju, income
yang selanjutnya mendorong konsumsi, kondisi ini memacu sektor industri untuk
secara historis terus meningkat, peningkatan harga minyak sawit (CPO, crude
palm oil) ini juga mendongkrak harga buah sawit Tandan Buah Segar (TBS).
Para petani kelapa sawit memperoleh manfaat dari hasil menjual buah sawit
kepada pabrik-pabrik pengolah kelapa sawit menjadi CPO. Oleh karena itu,
harga TBS merupakan salah satu indikator penting yang dapat mempengaruhi
Angka ini biasanya berada pada tingkat dibawah 100 persen karena
sebagai faktor pembilang untuk menentukan K lebih kecil dari jangka pada
yang diberi wewenang untuk itu kebikajsanaan diambil dengan tujuan untuk
ditentukan oleh berbagai faktor yaitu mutu, hasil, pengolahan hasil dan sistem
pemasaran yang baik, sementara biaya produksi lebih mudah dikendalikan oleh
petani dan salah satu faktor yang paling menentukan adalah produktivitas petani.
pada kondisi lahan, harga bahan dan alat serta upah tenaga kerja. Usahatani
merupakan suatu kegiatan produksi, dimana peran input (faktor produksi) dalam
bukan saja dilihat dari jenis dan ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi
dapat juga ditinjau dari jenis dan ketersediaan dalam waktu yang tepat, tetapi
dapat juga ditinjau dari segi efisiensi penggunaan faktor tersebut.
harga produk di industri hilir atau dengan kata lain harga TBS dipengaruhi oleh
harga CPO.
Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Produksi Pekebun ditetapkan melalui Surat
1/2018.
Dimana:
HTBS (P) :Harga TBS acuan yang diterima oleh Pekebun di tingkat pabrik,
(Rp/kg).
2.7.1.1.Kualitas Bibit
Bibit adalah faktor utama yang harus disiapkan setelah penanaman sudah
diolah. Selain menjadi faktor pertama bibit juga menjadi faktor yang sangat
kelapa sawit menentukan masa depan usaha budidaya hingga 30 tahun kedepan.
Tanaman yang berasal dari bibit kelapa sawit berkualitas akan memberikan hasil
kelapa sawit dari bibit yang tidak jelas asal-usulnya tidak akan memberikan
jaminan apakah dapat menghasilkan buah atau tandan kelapa sawit yang besar dan
mengenai jenis-jenis bibit kelapa sawit yang digunakan untuk budidaya. Bibit
kelapa sawit pada umumnya terbagi menjadi 3 jenis yaitu bibit liar, bibit unggul,
Bibit kelapa sawit lIar adalah bibit yang diperoleh dari sumber yang tidak
jelas. Bibit kelapa sawit liar biasanya digunakan para pekebun yang tidak
tanaman kelapa sawit yang sudah tumbuh dari tanaman kelapa sawit yang ada di
kebun produksi. Bibit ini biasanya berasal dari biji sisa brondolan yang jatuh saat
usaha budidaya tanaman kelapa sawit. Tanaman yang berasal dari bibit liar bias
anya sulit berbuah, produktivitasnya tidak memuaskan. Bibit kelapa sawit liar
baik masih dalam bentuk biji atau kecambah, sudah menjadi tanaman kecil atau
jelas.
Bibit kelapa sawit unggul adalah bibit yang diperoleh dari sumber tanaman
induk yang memiliki sifat-sifat unggul seperti tahan hama dan penyakit,
sawit unggul dapat diperoleh melalui teknik pembibitan tanaman yang sesuai
prosedur, teknik pembibitan tanaman yang sesuai prosedur yang menggunakan
2.7.1.2.Jumlah Pemupukan
tanah karena berisi satu atau lebih unsur yang harus diserap oleh tanaman, jadi
memupuk berarti menambah unsur hara kedalam tanah (pupuk akar) dan tanaman
(pupuk daun).
dosis dan jenis pupuk yang akan diberikan kepada tanaman kelapa sawit untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman dalam luasan dan periode. Pada tanaman
kelapa sawit dosis pupuk yang diberikan untuk jangka waktu satu tahun. Hal ini
dikarenakan kelapa sawit merupakan tanaman tahunan. Suatu areal kelapa sawit
dari segi umur tanaman, jarak tanam, jenis tanah dan topografi lahan
(Lumbangaol, 2010).
pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang tepat dosis, berarti pupuk harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman, tidak berlebihan dan juga tidak
kekurangan jika kebutuhan kelapa sawit tidak terpenuhi produksi yang dihasilkan
terhadap produksi sehingga berpengaruh pada kualitas TBS yang dihasilkan dan
akan mempengaruhi harga TBS. berikut ini jenis unsur hara penting bagi
2010).
kerdil, daun tua menguning sumber unsur N adalah Urea dan ZA.
Unsur hara phosphor diperlukan oleh tanaman kelapa sawit dalam jumlah
yang banyak manfaat unsur phosphor yaitu memperkuat perakaran, batang dan
menyebabkan daun berwarna keunguan dan tanaman tumbuh kerdil sumber unsur
P adalah TSP.
Manfaat dan peran unsur kalium bagi tanaman kelapa sawit adalah
transparan pada daun tua kemudian mengering, sumber unsur k adalah Kcl.
Meskipun butuh dalam jumlah sedikit namun unsur ini sangat diperlukan
sebagai pembentuk klorofil (zat hijau daun) dan mempercepat reaksi fisiologi
tanaman, kekurangan Cu daun berwarna kuning pucat, kemudian kering dan mati,
Unsur hara Boron adalah unsur hara yang dibutuhkan kelapa sawit dalam
jumlah sedikit dengan manfaat sebagai penyusun gula, karbohidrat, protein dan
biasanya terjadi pada tanah gambut. Menurut Lubis dan Widanarko (2012),
Kebutuhan unsur hara kelapa sawit pada setiap fase berbeda-beda. jumlah unsur
kebutuhan hara di setiap tempat berbeda-beda dan setiap umur tanaman kelapa
menjadi 2 jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (pupuk pabrik).
pupuk yang digunakan biasanya berbentuk butiran atau tablet (Sunarko, 2010).
kira-kira 0,5 meter dengan pangkal batang hingga cincin (tepi piringan). Pupuk
organik yang digunakan berupa kompos, pupuk kandang, atau pupuk hijau yang
sudah matang. Sebelum digunakan campur pupuk dengan tanah subur. Lakukan
pemupukan pada awal musim hujan agar pupuk terserap oleh akar secara efesien.
Berikan jeda waktu setelah pengaplikasian pupuk agar terlihat respon atau efek
2.7.1.3.Pemeliharaan Tanaman
dilakukan secara manual dan kimiawi, cara manual menggunakan garpu dan
piringan dengan cara menarik sebagian rerumputan dan sedikit tanah kearah
pangkal pohon dan sebagian lagi ditarik kearah luar piringan (Sunarko, 2010).
mengusap daun lalang secara merata dengan kain lap yang sudah dicelupkan
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air hara, sinar matahari
dan sinar hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat
inang bagi hama, menganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya
mengalami masalah gulma yang tinggi sebab salah satu faktornya adalah jarak
tanaman ini lebih lebar, sehingga penutupan tanah oleh kanopi lambat membuat
cahaya matahari masuk mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi
populasi gulma sampai ambang batas yang tidak meugikan bagi pertumbuhan
tanaman budidaya.
Keuntungan pengendalian gulma secara kimia dibandingkan dengan
manual adalah pekerjaan lebih cepat dan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit,
kerusakan pada akar tanaman akibat pengendalian secara manual dapat dihindari,
erosi tanah terjadi lebih kecil dan dapat menghindari terbentuknya cekungan pada
mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus
keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang
tanduk, ulat api, ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus dan Apogonia, serta babi
hutan. Penyakit utama kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang kelapa
sawit, penyakit antraknosa dan bercak daun. Konsep yang digunakan dalam
pengendalian hama, penyakit dan gulma kelapa sawit adalah Pengendalian Hama
Berbagai cara yang dilakukan dalam PHT diantaranya adalah: hama ulat
bersifat sistemix, hama tikus dikendalikan dengan racun tomorin warfarin, atau
racumin. Penyakit pada tanaman kelapa sawit hingga saat ini, belum ditemukan
terkena penyakit ini, pangkal batang dan sisa-sisa akar dibakar ditempat tersebut
(Sastrosuyono, 2003).
perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit akan berpengaruh terhadap hasil
produksi. Jika hama dan penyakit menyerang tanaman kelapa sawit dan tidak
segera di brantas, produksi buah kelapa sawit akan menurun baik secara kuantitas
maupun kualitas. Faktor produksi tenaga kerja perlu diperhitungkan dalam proses
tanaman dari hama dan penyakit. kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya
dilakukan oleh tenaga kerja dengan perhitungan curahan tenaga kerja dengan
satuan Hari Orang Kerja (HOK/tahun) dan JOK (jam orang kerja)satuan JOK
digunakan unutk tenaga kerja berdasarkan jam kerja, sedangkan HOK digunakan
untuk tenaga kerha berdasarkan hari kerja. Secara matematis dapat diuraikan
sebagai berikut:
Dimana:
kelapa sawit umumnya 25 tahun, tetapi dewasa ini umur ekonomis tanaman bisa
mencapai lebih dari 25 tahun, pada umur diatas umur ekonomis tanaman sudah
tinggi sehingga sulit dipanen, tandannya sudah jarang sehingga secara ekonomis
(Remaja) 14-20 tahun (dewasa) >20 tahun (tua). Umur tanaman kelapa sawit
berupa TBS.
menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) dan mulai bisa dilakukan panen apabila
60% buah atau lebih telah matang panen. Kriteria matang panen yang dijadikan
patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila suadah ada brondolan yang jatuh
pada piringan, dengan melihat adanya brondolan yang jatuh dari piringan, maka
para pemanen tidak perlu melihat tandan yang bersangkutan, apalagi bila keadaan
Panen harus dilaksanakan pada saat yang tepat karena panen akan
Saat panen yang tepat berhubungan dengan proses pembentukan minyak didalam
buah yang prosesnya berlansung selama 24 hari dan akan berakhir pada saat
pembentukan minyak akan merugikan karena akan banyak buah yang terlepas
dari tandan dan jatuh ke tanah. Buah yang lewat masak maka sebagian
kandungan minyaknya akan berubah menjadi asam lemak bebas (free fatti acid)
Menurut Pahan (2008), tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5
tahun dan dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Kelapa sawit dapat dipanen
jika tanaman telah berumur 31 bulan, setidaknya 60% buah telah matang panen,
dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sudah ada 5 buah lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya
kurang dari 10 kg atau setidaknya ada 10 buah yang yang lepas dari tandan yang
beratnya 10 kg atau lebih. Selain itu, ada kriteria lain tandan buah yang dipanen
apabila tanaman yang dipanen berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan
yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun,
secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik, oleh karena itu, TBS dari
kebun diangkut dengan alat angkut dan berkapasitas angkut besar, misalnya lori,
perorangan dan perusahaan yang mengambil alih hak atau membantu dalam
pengalihan hak katas barang atau jaga selama berpindah dari produsen ke
atau pemakai industri, jadi saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang
suatu barang dapat berpindah melalui beberapa tangan sejak dari produsen sampai
dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan
usaha dengan badan usaha atau individu lain, lembaga pemasaran timbul karena
b). Pedagang perantara meliputi agak kecil dan RAM atau agen besar
Petani PKS
(Produsen) (Perkebunan
Kelapa Sawit)
yang akan diterima petani karena aka nada margin dan pemotongan harga pada
kelapa sawit yang dipengaruhi oleh kualitas TBS serta dipengaruhi dengan
harga dipengaruhi oleh umur tanaman, kreteria panen (jumlah brondolan waktu
kualitas TBS yang diamati adalah kadar Asam Lemak Bebas (ALB). Metode yang
PKS keterkaitan factor diamati dengan model dinamis. Keluaran dari simulasi
penanganan tersebut. Terdapat sedikit perbedaan ALB pada TBS yang dipanen
dilahan gambut dan lahan mineral dan antara ketinggian pohon yang berbeda.
Penanganan TBS yang berkontribusi paling besar adalah pemuatan pada bak truk
akibat memar. Kadar ALB TBS yang dipanen dilahan mineral dan dimuat pada
dasar bak truk 5,5% sedangkan dilapisan atas 4,4%. . model menunjukkan bahwa
kualitas secara alami, kadar ALB bias mencapai 9,95%, sedangkan campuran 20%
buah memar dan 80% buah utuh, kadar ALB nya 2,82%. Peningkatan proporsi
buah memar dari 10% menjadi 20% untuk buah yang dipanen dilahan mineral
menyebabkan penambahan kadar ALB lebiih besar dari pada buah yang dipanen
di lahan gambut, yaitu 0,88% disbanding 0,80%. Hal yang sama menyebabkan
perbedaan kadar ALB 0,92% untukk buah yang dipanen pada fraksi 3 dan 0,72%
untuk buah yang dipanen pada fraksi 1. Rekomendasi pada penelitian ini adalah:
kondisi baik truk dan jalan buruk, sebaiknya TBS dipanen pada fraksi 1 atau 2, 3)
titik optimum kualitas TBS saat panen dan angkut adalah pada fraksi 1 dilahan
gambut dan dan diangkut dengan truk bak kayu, dan 4) dari sisi kualitas TBS
Riau, untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik, kelapa sawit membutuhkan
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan kuantitatif, metode analisis
kabupaten Kampar Riau adalah umur tanaman berpengaruh nyata positif sebesar
31,85%, dan penggunkan pupuk urea berpengaruh nyata positif sebesar 33,24%.
Rendemen CPO (Crude Palm Oil) di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina PTPN
VI Perbaungan” tujuan dari penelitian ini adalah bertujuan untuk melihat factor-
produksi CPO dibandingkan dengan TBS yang diolah . dari hasil yang dilakukan
mempunyai jumlah pohon yang dipelihara lebih dari batas minimum usaha
(BMU).
produk kelapa sawit berupa TBS (tandan buah segar) yang akan memberikan
harga yang diterima oleh petani, petani atau pekebun kelapa sawit perkebunan
rakyat terdiri dari pekebun plasma dan pekebun swadaya, pekebun atau petani
petani yang mengusahakan kelapa sawit secara mandiri mulai dari penanaman,
berkualitas. harga TBS antara petani plasma dan petani swadaya jauh berbeda
a. Kualitas Bibit, Bibit adalah salah satu faktor utama penentu produksi kelapa
sawit. Pihak produsen benih sudah menentukan tren produksi dari benih
tersebut. seringkali petani menanam benih kelapa sawit palsu akibatnya petani
mengalami produksi kelapa sawit yang rendah sepanjang tanaman itu ditanam.
Hal inilah salah satu faktor penyebab rendahya produksi kelapa sawit.
produksi kelapa sawit yang akan diperoleh. Jika pemupukan tidak dilakukan
dengan benar dan sesuai kebutuhan kelapa sawit per batang maka produksi
kondisi gulma yang terkontrol tidak akan mempengaruhi produksi kelapa sawit
karena tingkat persaingan unsur hara dengan tanaman tidak berpengaruh tetapi
jika kondisi gulma kelas A dan B sangat banyak atau dominan diperkebunan
tanaman dari hama dan penyakit perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit
akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit menyerang
tanaman kelapa sawit dan tidak segera di brantas, produksi buah kelapa sawit
karena pada umur diatas umur ekonomis tanaman sudah tinggi sehingga sulit
juga mempengaruhi produksi kelapa sawit, dimana jika petani sering memanen
buah mentah maka tanaman kelapa sawit akan mengalami stress akibantya
sebab itu perlu memperhatikan berapa jumlah brondolan yang jatuh di piringan
semakin banyaknya lembaga pemasaran yang akan dilewati maka akan ada
pemotongan harga yang diterima oleh produsen atau petani, semakin panjang
saluran pemasaran yang dilalui, semakin rendah harga TBS/kg yang akan
yang diterima oleh petani kelapa sawit pola swadaya erat kaitannya dengan
kualitas dari kelapa sawit yang akan menghasilkan kualitas minyak yang baik,
kualitas kelapa sawit di perhatikan mulai dari teknik budidaya tanaman, selain itu,
harga TBS juga ditentukan oleh umur tanaman karena tanaman kelapa sawit
minyak yang berbeda, penentuan panen harus dilakukan secara tepat berdasarkan
kriteria jumlah brondolan yang jatuh pada piringan, jika di panen kurang matang
atau kelewat matang akan mempengaruhi kandungan minyak kelapa sawit dan hal
tersebut juga akan menentukan harga, oleh sebeb itu petani harus melalukan
pemanenan sesuai dengan waktu yang tepat. Pengangkutan TBS kepabrik terdiri
lama waktu dari panen sampai pengangkutan dan saluran pemasaran kedua varibel
ini akan mempengaruhi harga TBS yang diterima petani kelapa saswit.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat
Kualitas TBS
Umur Kriteria
(Tandan Buah
Tanaman Panen
Segar)
Pengaruh Lansung
pemeliharaan tanaman, umur tanaman, jumlah brondolan waktu panen, dan tujuan
dikecamatan Tebo Tengah dan Tebo Ilir memiliki luas areal kelapa sawit rakyat
terbesar dari kecamat lain. Objek penelitian ini adalah petani kelapa sawit
swadaya yang mengusahakan kelapa sawit secara mandiri dan petani yang
mengusahakan kelapa sawit dengan umur tanaman 5-15 tahun. Penelitian ini
penjualan
a) Pedagang pengumpul
10. Data lain yang dapat mendukung dan diperlakukan dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung yang
diperoleh dari petani sampel dengan cara mewawancarai petani kelapa sawit
yang relevan seperti dari hasil penelitian, instansi terkait yaitu kantor Dinas
Perkebunan Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, dan instansi
lain yang terkait dengan topik penelitian yang mendukung ketersediaan, internet
serta berbagai sumber bacaan seperti jurnal, koran, karya tulis ilmiah (studi
secara langsung dilapangan untuk mengetahui apa saja yang akan diteliti dan
mengajukan pertanyaan yang terdapat pada kuisioner yang sudah disiapkan oleh
literatur atau jurnal karya ilmiah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
cara topik penelitian, penelusuran dokumen serta laporan-laporan dari instansi
terkait.
penetapan kecamatan dan desa dilakukan secara purposive atau sengaja. Menurut
ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel
pemilihan kecamatan dan desa adalah dengan kriteria lokasi tersebut merupakan
sentra produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Tebo. Data kecamatan terpilih
tersebut memiliki luas areal kelapa sawit rakyat terbesar, Kecamatan Tebo Ilir
memiliki luas areal kelapa sawit terbesar pertama pada tahun 2017 yaitu sebesar
12.968 ha dan diikuti Kecamatan Tebo Tengah sebesar 10.246 ha. Setelah
desa, lokasi desa penelitian akan ditentukan pada saat penelitian dikarenakan
tidak tersedianya data yang mendukung dalam pemilihan desa penelitian. Kriteria
desa yang akan menjadi lokasi dalam pengambilan sampel petani swadaya dapat
yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
dikarenakan jumlah petani swadaya tidak diketahui secara pasti. Pada metode
sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Bila pada
pengambilan sampel dilakukan secara kelompok maka jumlah sampel dibagi rata
sampai jumlah (Kuota) sampel yang diinginkan. Jumlah kuota yang dibutuhkan
adalah 80 petani swadaya dengan sebaran masing-masing yaitu Desa A 20 orang
petani kelapa sawit swadaya, Desa B 20 orang petani kelapa sawit swadaya, Desa
C 20 orang petani kelapa sawit swadaya, Desa D 20 orang petani kelapa sawit
swadaya.
antar variabel yang diuji dengan menggunakan model regresi, untuk melihat
waktu, saluran pemasaran) terhadap harga TBS yang diterima petani kelapa sawit
adalah model yang menggunakan dua atau lebih variabel bebas bentuk linier
dependen adalah konstan. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk
mengukur intensitas hubungan antara dua variabel atau lebih dan memuat
prediksi/perkiraan nilai Y atas nilai X. Bentuk umum persamaan regresi linier
populasi secara acak dan tidak mengetahui regresi populasi untuk keperluan
analisis, variabel bebas akan dinyatakan dengan x1, x2, …, xk (k > 1) sedangkan
variabel tidak bebas dinyatakan dengan Y. variabel yang akan diukur dalam
Dimana :
D1 = Kualitas Bibit
e = Kesalahan pengganggu
dengan menggunakan metide OLS dapat memenuhi syarat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik yang terpenting untuk memenuhi syarat
a. Uji Normalitas
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu
Menentukan hipotesis:
2. Ho diterima jika Sign Kolmogorov Smirnov < 0,05, Ho ditolak jika Sign
b. Uji Multikoliniaritas
pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi
regresi tak tentu dan kesalahan yang ada tak terhingga, sedangkan jika
ditentukan, tetap akan memiliki kesalahan standar yang besar, yang juga dapat
berarti koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketetapan yang tinggi. Adapun
multikolinearitas adalah:
yang tidak jelas oleh variabel independen yang lainnya. Sehingga toleran
yang rendah sama dengan nilai vif yang tinggi (karena kamu vif =
kritis yang umum dipakai adalah tolerance 0,10 atau sama dengan nilai vif
diatas 10. Apabila nilai vif kurang dari sepuluh maka tidak terjadi
multikoleniaritas.
c. Uji autokorelasi
dalam model. Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi
antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1), hanya dilakukan pada
data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section
serempak pada saat yang bersamaan. Beberapa uji statistik yang sering
dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji dengan Run Test dan jika data
terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
berikut:
kesimpulan.
d. Uji heteroskedastisitas
residual dalam sebuah pengamatan dari model regresi), model regresi yang baik
tidak membentuk pola tersebut dan titik-titik menyebar di bagian atas dan bagian
bawah angka 0 pada titik sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
gangguan heteroskedastisitas.
kata lain untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Nilai koefisien
terbatas.
Nilai yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan hampir
secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini yang digunakan untuk mengevaluasi model regresi terbaik adalah Adjusted
R2.Tidak seperti R2, adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
kepercayaan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar dari pada
nilai F menurut tabel maka hipotesis alternative, yang menyatakan bahwa semua
menggunakan SPSS dapat dilihat dengan membandingka sig dan α apabila sig <
Selain itu pada SPPS nilai sig dapat dilihat pada tabel coeficients
1. Kualitas bibit adalah jenis bibit yang digunakan oleh petani swadaya yang
(HOK/tahun)
4. Umur tanaman kelapa sawit usia tanaman kelapa sawit yang diusahakan
5. Jumlah brondolan adalah salah satu cara untuk melihat apakah tanaman
sebagai berikut:
7. Harga adalah harga penjualan TBS yang diperoleh petani atas produksi
Agus Andoko dan Widodoro. 2013. Berkebun Kelapa Sawit Si Cair Emas. PT
Agromania Pustaka. Jakarta Selatan.
Ariyanto Anto, Nizar Rini, Mutryarny Emy. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Rakyat Pola Swadaya di
Kabupaten Kampar. Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru
Lubis Effendi Rustam dan Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit.
PT.Agromania Pustaka. Jakarta Selatan.
Lumbangaol. 2010. Pedoman Pembuatan Dosis Pupuk Kelapa Sawit. IPB (Institut
Pertanian Bogor). Bogor
Pardamean Maruli. 2017. Best Management Partice Kelapa Sawit. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Pinus Lingga dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Katalog dalam
Terbitan (KDT). Jakarta.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.
PPKS. 2006. Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Rahim, Abd. dan Hastuti, DRW. 2008. Ekkonomi Pertanian. Penebar Swadaya,
Jakarta
Sunarko. 2010. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. PT Agromania Pustaka. Jakarta Selatan.
Wahyono, dkk. 2014. Analisis Efesiensi Pemasaran Tandan Buah Segar Kelapa
Buah Sawit (Study Kasus di Kecamatan Tumron Tengah, Kabupaten Aceh
Selatan). Jurnal PPKS Vol 22 no.3 Desember 2014. PPKS. Medan
Fauzi Yan. 2008. Kelapa Sawit. Katalog dalam Terbitan (KDT). Makasar.