PROPOSAL SKRIPSI
MELISA HIDAYATI
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT dan juga berkah, rahmat serta
hidayah-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keputusan Buruh Sadap Karet Beralih Profesi Ke Sektor Non Pertanian Di Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, membimbing dan memberi motivasi agar dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini, terkhususnya kepada Bpk Sujadmiko dan Ibu
Watini selaku wali saya, Bapak Dr. Fuad Muchlis, S.P., M.Si. selaku dosen
pembimbing skripsi I, kepada ibu Siti Kurniasih, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada pacar dan teman yang telah memberi motivasi dan
dukungan dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih terdapat kekurangan oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangan diharapkan
demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat
untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, atas perhatiannya penulis
mengucapkan terima kasih.
Melisa hidayati
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 11
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Berdasarkan Rw ........................................................................................... 6
7. Harga Karet Di Kelurahan Jembatan Mas Tingkat Petani Tahun 2022 ....... 7
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki tanah yang subur, kesuburan tanah ini dimiliki Indonesia
bahkan sebelum kemerdekaannya. Dengan tanah yang subur dan memiliki luas daratan
mencapai 1.905 juta km2 maka tidak heran apabila banyak lahan pertanian dengan
perkembangannya.
Masalah utama yang selalu dihadapi oleh sektor pertanian adalah banyaknya
petani yang beralih profesi ke sektor non pertanian, kualitas hasil petanian yang
memiliki persaingan dengan produk luar negeri, alih fungsi lahan pertanian menjadi
sebagai petani, ada berbagai macam sub sektor pertanian yang dikembangkan di
dan perkebunan. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang
2
perkebunan juga memiliki beberapa komoditi seperti kelapa sawit, kelapa, karet,
kakao, teh, tebu dan lain sebagainya. Terdapat beberapa komoditi perkebunan yang
menyumbang hasil pertanian terbesar di Indonesia dan berikut tabel komoditi pertanian
berdasarkan produktivitasnya.
Pada tabel diatas telihat bahwa sepanjang tahun 2017 hingga 2021 komoditi
sawit memiliki produktivitas terbesar di Indonesia dengan produksi diatas 34 juta ton
pertahun dan pada urutan kedua terdapat komoditi karet dengan produksi mencapai 3
juta ton setiap tahun. Namun pada tahun 2020 produktivitas karet turun pada angka
2,88 juta ton. Untungnya pada tahun 2021 produktivitas karet meningkat Kembali
menjadi 3,12 juta ton. Tidak dipungkiri karet merupakan salah satu komoditi hasil
Indonesia. Karet juga salah satu komoditi ekspor Indonesia yang memiliki peran cukup
besar sebagai penghasil devisa negara selain kelapa sawit, minyak dan gas (BPS
Indonesia, 2020).
3
Indonesia memiliki 34 provinsi yang terbagi atas beberapa pulau seperti pulau
jawa, pulau kalimantan, pulau Sulawesi, pulau sumatra dan lain-lain. Pulau Sumatra
adalah salah satu pulau penghasil karet terbesar di Indonesia, alasan mengapa
pertanian lain seperti hortikultura dikarenakan jumlah penduduk di pulau Sumatra yang
tidak terlalu padat sehingga banyak lahan yang dapat dijadikan perkebunan, terutama
perkebunan karet, hal ini dikarenakan budidaya perkebunan karet tidak banyak
memakan biaya terutama ketika tanaman telah siap berproduksi atau di sadap getah
karetnya. Tidak seperti sektor hortikultura ataupun tanaman kelapa sawit yang
merupakan provinsi dengan luas areal perkebunan karet terbesar di pulau Sumatra
dengan luas areal mecapai 888.078 hektar dan disusul oleh provinsi jambi. Meskipun
4
jambi bukan merupakan provinsi dengan luas areal perkebunan karet terbesar di pulau
sumatra namun dengan luas mencapai 402.792 hektar provinsi jambi tetap termasuk
salah satu povinsi dengan luas areal perkebunan karet terbesar di Indonesia.
Jambi, dari data statistik diperoleh informasi bahwa 63,22% ekonomi masyarakat
2021), jadi dapat dikatakan bahwa karet merupakan salah satu primadona sektor
perkebunan di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi memiliki 9 kabupaten dan 2 kota yaitu
Jabung Timur, Bungo, Kerinci, Muaro Jambi, Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh.
berarti seluruh kabupaten yang ada di provinsi jambi memiliki perkebunan karet.
kabupaten dengan luas areal terbesar keempat setelah Merangin, Sarolangun dan Tebo,
ini membuktikan bahwa luas perkebunan karet di Kabupaten Batanghari juga cukup
besar.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa luas areal perkebunan karet setiap
tahunnya cenderung terus turun, hal ini membuktikan bahwa minat masyarakat untuk
meneruskan pertanian karet juga menurun. Apabila luas areal perkebunan karet
menurun itu berarti petani karet ataupun buruh sadap karet tentu juga menurun, begitu
juga yang terjadi di salah satu kelurahan yang ada di Kabupaten Batanghari yaitu
memiliki luas areal perkebunan karet sebesar 9.366 ha. (BPS. 2021). Kelurahan
Jembatan Mas merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kabupaten Batanghari,
banyak peluang usaha dan penghasilan di Kelurahan Jembatan Mas. ditambah lagi
dengan inflasi yang terjadi menyebabkan buruh sadap karet mengeluh dan memilih
6
beralih profesi ke sektor non pertanian dengan harapan mendapat penghasilan yang
lebih baik, akibatnya saat ini di Kelurahan jembatan Mas sulit mencari tenaga buruh
sadap karet.
Tabel 5. Jumlah Buruh Sadap Yang Beralih Profesi di Kelurahan Jembatan Mas
Tahun Jumlah Buruh Jumlah Buruh Yang
Beralih Profesi
2020 97 14
2021 88 22
2022 71 23
2023 56
Jumlah 59
Sumber: Observasi Lapangan, 2022
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2020 terdapat 14,4%
buruh sadap yang beralih profesi, pada tahun 2021 terdapat 25% dan pada tahun 2022
terdapat 32,3% jadi terdapat 60,8% buruh sadap karet di Kelurahan Jembatan Mas yang
memilih untuk beralih profesi sejak tahun 2020. Hal ini tentu menjadi sebuah masalah
yang cukup serius bagi sektor perkebunan karet karena tenaga kerja penyadap karet
adalah salah satu faktor penting dalam aktivitas produksi tanaman karet yakni yang
dapat menentukan umur pohon produksi serta kualitas hasil produksi karet. Sektor
membutuhkan tenaga kerja untuk menyadap hasil produksi yang juga cukup banyak.
Agribisnis sektor perkebunan karet menjalankan komponen mulai dari persiapan lahan
penanaman karet yang disebut hulu hingga pasar penjualan produk hasil dari getah
karet atau hilir. Pengembangan kedua sektor ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan
bertemunya persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja. Persaingan tenaga kerja tidak
hanya dari sektor perkebunan karet ataupun sektor pertanian lainnya namun juga dari
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial masyarakat untuk hidup yang
layak dan dapat mengebangkan diri. Namun, dengan harga karet yang relatif rendah
dan fluktuasi yang terus terjadi menyebabkan sulitnya tenaga kerja di perkebunan karet
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Fluktuasi atau naik turunnya harga
komoditi karet memang benar adanya, yang lebih miris lagi adalah lingkaran harga
yang terus naik turun tersebut juga sangat rendah dan di tahun 2022 harga karet justru
mengalami penurunan yang cukup miris. Berikut harga karet di tingkat petani terbaru
Tabel 7. Harga Karet di Kelurahan Jembatan Mas Tingkat Petani Tahun 2022
(Agustus-November)
No Bulan Harga (Rp/Kg)
1 Agustus 8.000
2 September 7.500
3 Oktober 7.000
4 November 6.500
Sumber: Observasi Lapangan, 2022
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa harga karet pada bulan Agustus
masih berada di angka Rp8.000 namun pada bulan September turun Rp500 menjadi
Rp7.500 dan ternyata setiap bulannya turun Rp500 hingga bulan November harga karet
8
hanya tersisa Rp6.500/kg. tentu ini bukanlah harga yang tinggi dan tidak seimbang
sadap karet, baik dari kebun sendiri maupun bekerja sebagai buruh sadap kebun orang
rakyat, oleh karena itu proses rekrutmen tenaga kerja sadap karet tidak sebaik yang
dilakukan oleh perusahaan, bahkan dapat dikatakan tidak ada proses rekrutmen.
Pemilik kebun karet hanya menawarkan kebunnya yang menganggur dan jika ada
tenaga kerja yang berminat untuk menjadi buruh sadap karetnya maka langsung
diterima bekerja. Pendapatan yang ditawarkan untuk buruh sadap karet yaitu dari
sistem bagi hasil, pehitungan bagi hasil berbeda-beda tergantung pemilik kebun. Ada
pemilik kebun yang dengan sukarela membagi hasil 2/3 dari hasil produksi untuk
buruhnya dan ada juga yang membaginya sama rata. Hasil produksi karet dikumpulkan
atau dijual satu hingga dua minggu sekali tergantung pemilik kebun. Sayangnya, buruh
sadap karet banyak yang masih berfikir bahwa kualitas getah yang dihasilkan tidak
penting karena mereka hanya memperdulikan timbangan berat getah karetnya, masih
banyak buruh sadap karet yang memasukkan kulit batang kayu kedalam getah sehingga
Persaingan tenaga kerja terjadi tidak hanya dari sektor perkebunan karet
ataupun sektor pertanian lainnya namun juga dari sektor non pertanian. Di Kecamatan
Pemayung terdapat satu pabrik pengolahan getah karet dan Kelurahan Jembatan Mas
yang merupakan Ibukota kecamatan dan memiliki dua perusahaan peternakan ayam
9
potong menjadi salah satu jalan pertemuan terhadap perebutan tenaga kerja. Banyak
masyarakat di Kelurahan Jembatan Mas yang mulanya bekerja menjadi buruh sadap
getah karet dan peternakan ayam potong. Namun persaingan tenaga kerja di Kelurahan
Jembatan Mas tidak hanya dari sektor industri tersebut, melainkan juga dari sektor lain
seperti perdagangan, perikanan dan menjual batang kayu, atau menjadi supir truk
batubara.
Apabila buruh sadap karet yang beralih profesi ke sektor non pertanian terus
bertambah tentu itu merupakan kabar buruk bagi sektor pertanian Indonesia karena
seperti yang telah dijelaskan diatas, sektor perkebunan karet memiliki peran yang
cukup kuat dalam ekonomi Indonesia dengan produksi diatas 3 juta ton pertahun. Oleh
buruh sadap karet dalam melakukan alih profesi ke sektor non pertanian.
Tenaga kerja penyadap karet adalah salah satu faktor penting dalam aktivitas
produksi tanaman karet, namun rendahnya harga karet yang juga terus mengalami
fluktuasi dan perkembangan sektor peternakan, sektor industry dan sektor lainnya di
terhadap perebutan tenaga kerja. Sebagian besar buruh sadap karet di Kelurahan
Jembatan Mas yang mengambil keputusan beralih profesi ke sektor non pertanian,
dimana sektor non pertanian meliputi perdagangan, peternakan, sektor industri dan lain
sebagainya. Menentukan suatu keputusan untuk beralih profesi tentu terdapat faktor
10
formal dan nonformal, jumlah anggota keluarga serta perubahan teknologi dan kelas
sosial.
Mata pencaharian buruh sadap karet setelah beralih profesi berbeda-beda, Mata
sumberdaya sebagai kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi untuk mencapai taraf
hidup yang layak melalui matapencaharian utama maupun sampingan. Tujuan dari
buruh sadap karet yang beralih profesi tentu dengan harapan agar dapat hidup lebih
sejahtera.
bagaimana faktor internal yang meliputi usia, penerimaan, pendidikan formal dan
nonformal, serta jumlah anggota keluarga dan faktor eksternal yaitu perkembangan
teknologi dan kelas sosial mempengaruhi keputusan buruh sadap karet beralih profesi
1. Mendeskripsikan peralihan profesi buruh sadap karet ke profesi lain di sektor non
pertanian.
nonformal serta jumlah anggota keluarga) dan faktor eksternal yaitu perubahan
11
teknologi dan kelas sosial yang mempengaruhi keputusan buruh sadap karet
1. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.
tanaman dengan skala besar dengan tujuan ekonomi (syechalad, 2009). Perkebunan
memiliki karakteristik berbeda dari usaha pertanian lainnya seperti perikanan maupun
1. Perkebunan rakyat yang berarti perkebunan yang dibudidaya oleh rakyat dengan
2. Perkebunan besar yaitu usaha perkebunan yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik
perkebunan yang diusahakan atau dilakukan oleh rakyat namun dalam bimbingan
pemerintah.
Karet (hevea brasiliensis) adalah jenis tanaman perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Tanaman karet memiliki pohon yang lurus dan pertama kali
budidaya, penduduk asli Amerika Selatan, Afrika, dan Asia telah memanfaatkan
beberapa jenis tanaman penghasil getah. Jika berbicara Indonesia, tanaman karet
dikenalkan ke Indonesia pada tahun 1864 dan pertama kali ditanam di Kebun Raya
Bogor yang termasuk tanaman koleksi. Tanaman karet termasuk tanaman getah-
(Cahyono, 2010). Pengambilan hasil produksi tanaman karet dilakukan dengan cara
disadap getah karetnya. Tanaman karet umumnya mulai berproduksi atau dapat di
Di Indonesia terdapat dua jenis karet yaitu karet alam dan karet sintetis.
Karakteristik dari kedua jenis karet ini sangat berbeda, karet alam memiliki elastisitas
yang tinggi sedangkan karet sintetis tidak seelastis karet alam namun memiliki daya
Tenaga kerja merupakan masyarakat atau penduduk yang telah memasuki usia
kerja dan memiliki pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan ataupun yang sedang
melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah atau mengurus rumah tangga. Tenaga
14
kerja merupakan orang yang mampu bekerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk
diri sendiri maupun orang lain. Seseorang dikatakan sebagai pekerja apabila telah
memasuki usia kerja dan usia kerja ideal Indonesia yaitu 15-64 tahun. Tenaga kerja
1. Angkatan Kerja
Angkatan kerja (force) memiliki arti masyarakat atau seseorang yang secara
fisik dan mentalnya mampu bekerja dan tidak merasa bahwa kebebasannya telah
hilang dan bersedia untuk mencari dan melakukan sebuah pekerjaan. Angkatan
a. Bekerja penuh yakni orang yang bekerja sesuai jam kerja Indonesia yaitu 8
jam perhari
b. Penganguran yakni orang yang termasik angkatan kerja namun tidak aktif
kerja.
Bukan angkatan kerja merupakan tenaga kerja yang tidak produktif atau tidak
mampu mencari pekerjaan seperti siswa atau mahasiswa, ibu rumah tangga,
Buruh adalah orang yang bekerja dengan orang lain atau suatu lembaga
(perusahaan) untuk mengasilkan barang atau jasa dan mendapatkan upah. Menurut
1. Buruh halus
Buruh halus memiliki arti pekerja dengan lokasi pekerjaan yang berpindah-
pindah namun dengan pekerjaan yang sama dan pekerjaannya cenderung ringan.
2. Buruh Kasar
Buruh kasar yakni pekerja yang hanya bekerja apabila ada yang membutuhkan
3. Buruh Atasan
Buruh atasan yakni pekerja yang mengawaasi atau mengepalai buruh halus dan
4. Buruh Bawahan
Buruh bawahan merupakan pekerja yang bekerja dengan standar upah yang
telah ditentukan oleh majikan. Upah diberikan sesuai dengan jenis buruh dan
borongan yaitu borongan tetap dan borongan lepas. Buruh borongan tetap
16
adalah mereka yang bekerja dengan status tetap. Sedangkan buruh borongan
lepas adalah buruh borongan yang tidak memiliki keterikatan kerja sehingga
b. Buruh harian merupakan buruh yang berasal dari buruh borongan tetap yang
5. Karyawan Bulanan
Karyawan bulanan merupakan buruh tetap yang memiliki sayarat seperti tingkat
pendidikan, pengalaman kerja dan loyalitas. Upah berupa gaji dan diberikan setiap
bulan dengan jumlah yang sama dan tidak tergantug apa yang dilakukan.
Keputusan merupakan suatu pemilihan satu jalur alternatif dari banyaknya jalur
alternatif lainnya untuk memecahkan masalah (Hasan, 2002). Azhar Kasim dalam
1. Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi di
Faktor situasi dan kondisi sangat berpengaruh dalam kualitas keputusan karena
jika faktor ini disepelekan atau dilupakan maka kemungkinan besar hasil keputusan
3. Tujuan
Pengambilan keputusan jika tidak didasari oleh tujuan maka akan kehilangan
arah dan sasaran, tujuan biasanya menjadi faktor utama dalam pengambilan keputusan
keputusan itu dilakukan dengan sengaja dan tidak sembarangan. Apabila terdapat
masalah harus dirumuskan dengan jelas dan diselesaikan dengan pemilihan alternatif
yang terbaik. Dalam hal ini keputusan yang diambil oleh buruh sadap karet yaitu
pemecahan masalah yang dapat menjadi alasan perubahan. Mulai dari tahap
ataupun pendapatan. Artanto, (2008) juga mengatakan bahwa perubahan teknologi dan
Faktor-faktor tersebut dibagi atas faktor internal meliputi faktor usia, penerimaan,
pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan faktor eksternal yaitu perubahan teknologi
1. Usia Buruh
beralih profesi, karena erat kaitannya dengan respon dan keinginan perubahan. Buruh
dengan usia muda akan lebih terbuka dengan perubahan atau lebih responsif dan ingin
pengambilan keputusan kurang matang. Sedangkan buruh yang usianya lebih tua
menurun dan ingin menikmati masa tua mengakibatkan kecenderungan lebih berhati-
dalam menentukan jenis pekerjaannya yaitu jenis pekerjaan di kegiatan pertanian atau
di kegiatan non pertanian. Pada seseorang dengan usia yang tergolong tua
19
2. Penerimaan
perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Beberapa istilah yang
a. Penerimaan tunai (farm receipt), yakni nilai uang yang diterima dari penjualan
b. Penerimaan tunai luar usahatani, yakni penerimaan yang diperoleh dari luar
aktivitas usahatani seperti upah yang didapatkan dari pekerjaan non pertanian.
dalam jangka waktu seperti satu tahun ataupun satu musim, dan penerimaan kotor
tidak hanya berbentuk uang yakni keseluruhan yang di dapat termasuk yang di
Penerimaan buruh sadap karet yakni didapat dari jumlah produksi getah karet
yang dihasilkan dibagi dengan pemilik kebun. Penerimaan buruh sadap karet bukan
hanya dipengaruhi oleh jumlah produksi namun juga dipengaruhi oleh harga karet,
semakin tinggi harga karet maka semakin besar pula peneriaman buruh sadap dan
begitu juga sebaliknya, semakin rendah harga karet maka semakin kecil pula
sebuah keputusan, semakin kecil penerimaan yang diterima buruh, maka akan semakin
Pendidikan tidak hanya didapat dari jenjang formal namun juga dapat dari
terhadap kemampuan petani dalam melaksanakan adopsi dan inovasi, seseorang yang
berpendidikan tinggi relative lebih cepat dalam melaksanakan adopsi dan inovasi dan
sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan lebih sulit melaksanakan adopsi
dan inovasi dengan cepat. Buruh yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dapat
lebih mudah dan lebih cepat mengerti dan menerima suatu informasi. Begitupun
sebaliknya, buruh dengan tingkat pendidikan rendah tentu akan lebih sulit menerima
infomasi dan cenderung gegabah dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu
Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 13 menyebutkan bahwa pendidikan formal dan
nonformal saling melengkapi dan pada pasal 27 menyebutkan bahwa hasil pendidikan
nonformal itu diakui sama dengan pendidikan formal apabila peserta didiknya luas
sesuai dengan standar nasional pendidikan. Buruh sadap yang mengenyam pendidikan
nonformal dapat menjadikan ilmu tersebut sebuah skill baru sehingga dapat
oleh besarnya sumbangan ekonomi yang dapat diberikan dalam keluarganya. Status
merupakan kepala keluarga tentu harus membiayai sekolah anak dan membiayai
utama setiap orang, oleh karena itu semakin besar jumlah anggota keluarga maka
harapan penerimaannya akan lebih baik sehingga hidup keluarganya lebih sejahtera.
5. Perubahan Teknologi
karena manusia yang terus mengalami perkembangan dan akan selalu ada inovasi
terbaru yang diciptakan oleh manusia. Perubahan yang dialami oleh setiap orang tentu
berbeda-beda, ada yang lambat, ada yang cepat, ada yang menarik dan ada juga yang
tidak menarik. Perubahan akan terus terjadi seperti masyarakat yang dulunya masih
hidup dengan budaya yang sederhana hingga kini masyarakat yang hidup modern dan
kompleks. Sebagian besar teknologi telah merubah gaya hidup dalam berbagai aspek
seperti berikut:
a. Internet
Saat ini internet telah menjadi salah satu kebutuhan penting bagi setiap masyarakat
internet tidaklah gratis, bentuk dari internet berbayar bermacam-macam seperti kuota
b. Komunikasi
Komunikasi jarak jauh pada zaman dahulu dilakukan dengan surat yang dikirimkan
berhari-hari, namun perubahan teknologi saat ini mempermudah komunikasi baik jarak
jauh maupun dekat. Komunikasi saat ini dilakukan dengan smarthphone yang hampir
c. Transportasi
cara digendong, didorong atau dipikul dengan perubahan teknologi kini transportasi
Lebih lanjut Artanto (2008) mengatakan bahwa hampir tidak mungkin manusia
dan kelompoknya mengisolasi diri dari pengaruh luar karena perkembangan ilmu
6. Kelas Sosial
Arief Heriyanto (2015) mengatakan bahwa kelas sosial memiliki makna yang
relatif dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria
ekonomi. Sedangkan pengertian dari kelas sosial sendiri yaitu masyarakat yang
menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonominya. Kelas sosial dibagi atas
seperti itu seseorang dapat diidentifikasi dengan status warga negara yang lebih tinggi.
Identifikasi adalah tindakan membuat seseorang merasa setara dengan orang atau
kelompok lain yang dianggap lebih tinggi, dan diharapkan dianggap setara dengan
kelompok itu, Identifikasi ini sering terjadi karena mereka tidak puas dengan posisi
sosial mereka. Situasi yang disebut status insecurity dalam sosiologi akan membuat
profesi buruh sadap karet yaitu pekerjaan yang berada di kelas menengah kebawah dan
juga pekerjaan yang kotor. Kelas sosial atau pandangan orang lain terhadap pekerjaan
yang dijalani seseorang sebagai jalan untuk mencari nafkah atau mengabdi pada
kepentingan orang lain yang harus diiringi dengan keahlian, keterampilan, dan
24
masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi atau untuk memenuhi kebutuhan
yang berkelanjutan. Apabila tidak ada pelayanan dari profesi maka masyarakat akan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat bahwa profesi dan pekerjaan itu
berbeda, tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi dan hakikatnya profesi
pendapatan seseorah. Pada hakikatnya profesi itu adalah simbol dari sebuah pekerjaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Beralih memiliki satu konsep
tempat atau posisi ke tempat yang baru, namun beralih memiliki konteks yang berbeda.
beralih bukan hanya perihal tempat atau posisi, seseorang dapat dapat dikatakan beralih
kemauan sendiri (voluntary) dan bukan kemauan sendiri (involuntary). Faktor yang
mengakibatkan seseorang beralih profesi atau pekerjaan yaitu faktor eksternal dan
internal, faktor eksternal yakni yang berasal dari luar individu seperti keluarga, atau
peluang dari perusahaan lain. Sedangkan faktor internal yakni alasan yang datang dari
25
diri sendiri seperti kepuasan atas penghasilan atau rasa tidak nyaman terhadap
atau pekerjaan dengan harapan mendapat hasil yang lebih baik. Keinginan
memperbaiki keadaan seperti kondisi pasar kerja, kesempatan kerja, dan panjangnya
mempengaruhi keputusan petani beralih profesi antara lain : Penelitian oleh Beni
Petani Dalam Alih Profesi Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian yang
Jawa Timur menunjukkan bahwa faktor penentu keputusan petani dalam alih fungsi
lahan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor usia
31-50 tahun memiliki presentase beralih profesi sebesar 65%, faktor pendidikan tingkat
SMA dengan presentase 70%, lama pengalaman berusahatani yang lebih dari 20 tahun
memiliki presentase 50%. Faktor eksternal seperti faktor sumber modal usaha dengan
presentase 85% berasal dari modal sendiri sehingga petani bebas mengkonversi lahan
miliknya.
Lalu penelitian Mardiyah Hayati dan Siti Maisaroh (2019), dengan judul
yang dianalisis menggunakan regresi binary logistic dan uji-t independent dengan
26
analisis pendapatan R/C ratio dengan aplikasi software SPSS menghasilkan faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam pemilihan komoditas yaitu variable
presentase 58,65% yang berarti petani memiliki keinginan kuat dalam mengambil
Kabupaten Dompu yang dianalisis menggunakan skala likert dan regresi logit. Hasil
sebesar 82,5%, indeks keputusan sebesar 90,42% dan indeks tahapan konfirmasinya
sebesar 76,67%. Hasil analisis regresi logistik yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam melakukan usahatani jagung di kecamatan kempo adalah luas
lahan, biaya produksi, dan pendapatan petani. Sedangkan faktor-faktor yang lain
usahatani jagung.
Purwadi, Aruzi Minha, & Lifianthi (2022) yang berjudul Analysis Of Factors
Program In Buay Madang Timur District, Ogan Komering Regency Ulu Timur
27
Province Of South Sumatra dengan hasil 50.2% keputusan petani mengikuti AUTP
dapat dijelaskan oleh faktor umur, pengalaman berusahatani, luas lahan, pendapatan,
pendidikan dan persepsi petani terhadap AUTP. Faktor umur, pengalaman berusahatani
dan persepsi mempengaruhi secara signifikan namun faktor luas lahan, pendapatan dan
masyarakat yang bekerja di sektor pertanian memiliki kesejahteraan yang baik, begitu
pula dengan petani karet yang merupakan salah satu komoditi penyumbang devisa
terbesar. Namun pada kenyataannya naik turunnya harga karet yang relative rendah
dan terus terjadi menjadi masalah utama petani karet, penerimaan petani karet yang
rendah tentu berakibat lebih rendahnya penerimaan buruh sadap karet sehingga buruh
Keputusan buruh sadap karet beralih profesi ke sektor non pertanian dalam
penelitian ini yakni mengenai beralihnya mata pencaharian seseorang yang dulunya
bekerja sebagai buruh sadap karet kemudian kini beralih ke sektor non pertanian seperti
industry, perdagangan dan sektor non pertanian lainnya. Keputusan beralih profesi
didasari oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu meliputi penerimaan, usia, pendidikan formal dan nonformal dan jumlah anggota
keluarga. Sedangkan faktor eksternal yaitu perubahan teknologi dan kelas sosial.
28
keputusan untuk beralih profesi ke sektor non pertanian karena harga karet yang
fluktuatif dan cenderung rendah memicu buruh sadap karet untuk beralih profesi dan
berharap akan mendapat penerimaan yang lebih besar diluar menjadi buruh sadap
karet.
beralih profesi ke sektor non pertanian karena pemuda saat ini memiliki minat yang
rendah terhadap sektor petanian, mereka lebih memilih bekerja di kota atau di
perkantoran yang telihat lebih keren. Pada kenyataannya buruh sadap saat ini
didominasi oleh buruh yang berusia tua karena beralihnya buruh sadap berusia muda
ke sektor non pertanian. Semakin rendah pendidikan yang dimiliki buruh sadap maka
pengambilan keputusan untuk beralih profesi akan semakin tergesa-gesa dan gegabah
tanpa memperhitungkan efek jangka panjang, begitu pula dengan generasi muda yang
hanya usia dan tingkat pendidikan, jumlah keluarga juga mempengaruhi pengambilan
keputusan untuk beralih profesi karena semakin banyak anggota keluarga buruh sadap
maka semakin besar pula kebutuhan sehari-hari seperti makan, pendidikan anak dan
diambil dengan sengaja, sebelum mengambil keputusan ini buruh sadap karet tentu
29
merumuskan permasalahan dengan jelas dan memilih alternatif terbaik. Keputusan ini
berupa keputusan buruh sadap karet beralih profesi ke sektor non pertanian.
Tinggi/Rendah
Keputusan Buruh
Sadap Karet Beralih
Profesi Ke Sektor
Non Pertanian
Analisis Deskriptif
30
2.10 Hipotesis
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini
adalah diduga faktor internal seperti usia, penerimaan, pendidikan formal dan
nonformal, jumlah anggota keluarga, dan faktor eksternal yakni perubahan teknologi
dan kelas sosial memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan buruh sadap karet
banyak peluang lain di sektor non pertanian seperti perdagangan maupun sektor
industri, sehingga sebagian besar buruh sadap di Kelurahan Jembatan Mas melakukan
peralihan profesi ke sektor non pertanian. Objek penelitian ini adalah buruh sadap karet
yang melakukan peralihan profesi ke sektor non pertanian di Kelurahan Jembatan Mas
Pemayung Kabupaten Batanghari. Penelitian dilakukan mulai ..... sampai ..... 2022.
1. Identitas buruh sadap responden yang meliputi nama, usia, pendidikan formal dan
nonformal, berapa lama menjadi buruh sadap, dan luas lahan karet yang di sadap.
2. Faktor internal (usia, peneriman, pendidikan formal dan nonformal, dan jumlah
anggota keluarga) dan faktor eksternal (perubahan teknologi dan kelas sosial) yang
3. Keputusan buruh sadap karet beralih profesi ke sektor non pertanian di Kelurahan
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan
responden yang ditemui dengan daftar pertanyaan (quesioner) yang telah disiapkan dan
disusun berdasarkan literatur yang berkaitan dengan objek penelitian ini. Sedangkan
data sekunder merupakan data yang bersumber dari lembaga pemerintah serta literatur
seperti jurnal dan publikasi hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang
di sektor non pertanian lebih besar sehingga terdapat buruh sadap yang beralih profesi
ke sektor non pertanian. Metode Penentuan responden yang digunakan adalah metode
sensus. Responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buruh sadap karet di
Kelurahan Jembatan Mas yang beralih profesi ke sektor non pertanian. Populasi dalam
penelitian ini yaitu buruh sadap karet yang beralih profesi ke sektor non pertanian di
Analisis data dalam metode ilmiah sangatlah penting dikarenakan data mentah
yang dikumpulkan oleh peneliti dapat diberi arti dan makna yang beguna dalam
memecahkan masalah penelitian, sehingga akan dapat suatu kesimpulan yang benar.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Dari
dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata
sebagai berikut:
Ya = 5 Ragu-ragu = 3 Tidak = 1
semua skor dari masing-masing aspek akan dijumlahkan dan dibandingkan dengan
skor idealnya sehingga akan diperoleh presentase skor. Hasil deskriptif presentase
inilah yang selanjutnya dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dan diketahui
tingkatnya.
Kriteria ini digunakan pada setiap aspek dan indikator dalam penelitian, oleh karena
itu untuk menentukan interval persentase dibutuhkan jumlah total skor atribut dengan
Pn : Pilihan skor
Perhitungan jumlah total skor tersebut dapat menentukan jumlah skor ideal
Jumlah skor ideal (Tertinggi) = Jumlah total skor × Jumlah atribut kuisioner
35
frekuensi.
1. Buruh sadap karet yang menjadi responden adalah buruh sadap yang beralih
profesi meliputi usia, penerimaan, pendidikan formal dan nonformal, dan jumlah
anggota keluarga.
a. Usia yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan usia produktif dan tidak
produktif, di Indonesia usia produktif yaitu 15-64 tahun yang berarti usia diatas
sadap yang didapat dari hasil produksi getah karet dikali harga jual dan dibagi
dengan pemilik kebun, untuk kategori penerimaan dibagi menjadi dua kategori:
c. Pendidikan formal dan nonformal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
jumlah anggota yang ditanggung oleh buruh sadap yang diukur dengan dua
kategori:
terhadap profesi buruh sadap karet yang diukur dengan dua kategori:
DAFTAR PUSTAKA
Artanto, A.R. (2008). Proses dan Dampak Alih Fungsi Pertanian Ke Non Pertanian
Terhadap Perubahan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. Skripsi. Mahasiswa
Universitas Brawijaya. Malang
Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Karet 2021. BPS Indonesia. Jakarta.
Indrawati. (2001). Dinamika Hara Dan Pemupukan Kacang Tanah Dan Kacang Hijau
Pada Pola Tanam Padi-Kacang Tanah/Kacang Hijau. Laporan Hasil Penelitian
Balitkabi 2001. Balitkabi Malang
39
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, CV.
Bandung.
40
NIM : D1B018096
Fakultas : Pertanian
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan Formal :
6. Pendidikan nonformal :