Nadif Syafwat
1810222003
Dosen Pembimbing
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin nya
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Kontribusi
Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Terhadap Pendapatan Tumah Tangga Petani
Jamur Tiram Binaan Baznas Kota Padang (Studi Kasus : Kelompok Tani Limau
Manis sejahtera)”. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan, yang telah
menghidupkan cahaya ilmu pengetahuan di muka bumi.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. Muhammad Refdinal, M.Si dan Ibu Yusmarni, S.P, M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan berupa arahan, masukan
dan saran selama proses penulisan proposal penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu
memberikan motivasi, dukungan dan doanya selama pembuatan proposal
penelitian sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian. Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen pengajar dan karyawan
Fakultas Pertanian yang telah membantu penulis selama menjalankan perkuliahan.
Serta ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman Rangkiang
Sagonjong 18 dan semua pihak yang telah memberi semangat selama penulis
menjalankan perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan proposal penelitian. Semoga
proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
NS
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
C. Metode Pengambilan Sampel ................................................................. 39
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 39
E. Variabel yang Diamati ............................................................................ 40
F. Analisis Data ........................................................................................... 41
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pra Survey ke Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera ............................... 52
2. Pra Survey Ke Badan Amil Zakat Kota Padang .......................................... 52
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian dibagi dalam lima yaitu sub sektor tanaman pangan dan
holtikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan (Karmini, 2020)
Jamur tiram atau dalam bahasa latin diesbut Pleurotus sp, merupakan salah
satu jenis jamur yang dapat dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan oleh masyarakay yakni jenis
jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), jamur tiram putih (P. osteratus), jamur tiram
merah muda (P.flabellatus), dan jamur tiram abalone (P. cystidiousus). Habitat
asli jamur tiram yakni pada kayu-kayu lunak dan memperoleh makanan dari sisa-
sisa bahan organik. Nutrisi yang dibutuhkan bagi jamur tiram adalah sumber
4
karbon yang dapat disediakan melalui berbagai sumber, salah satunya terdapat
pada serbuk kayu gergajian dan berbagai limbah organik lain. (Dirjen
Hortikultura, 2010)
B. Rumusan Masalah
bantuan tambahan modal kepada anggota kelompok tani Limau Manis Sejahtera
dengan menambah faktor-faktor produksi jamur tiram seperti kumbung permanen,
penambahan rak, alat pengukus baglog serta kantor kelompok tani Limau Manis
Sejahtera.
1. Bagaimana profil usahatani jamur tiram pada kelompok tani Limau Manis
Sejahtera?
2. Seberapa besar pendapatan dan keuntungan yang diperoleh petani jamur
tiram ?
3. Seberapa besar kontribusi pendapatan usahatani jamur tiram terhadap
pendapatan rumah tangga petani kelompok tani Limau Manis Sejahtera?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi petani sebagai acuan dalam proses budidaya jamur tiram
untuk mengembangkan usahatani sehingga meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani jamur tiram.
2. Menjadi tolak ukur keberhasilan program bagi Badan Amil Zakat Kota
Padang dan menjadi landasan untuk mengembangkan program
pemberdayaan mustahiq kedepannya.
3. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah
daerah setempat untuk perencanaan kebijakan dalam pembinaan
pengembangan masyarakat di bidang pertanian khususnya dalam usahatani
jamur tiram yang nantinya dapat mensejahterakan masyarakat dibawah
garis kemiskinan.
4. Hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti dapat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan mengenai kontribusi usahatani jamur tiram terhadap
pendapatan rumah tangga petani.
5. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang
berkepentingan dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jamur Tiram
Jamur tiram (Pleurotus sp) merupakan jamur konumsi yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Jamur ini memiliki tudung mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah sedikit cekung. Tudung jamur tiram memiliki diameter
mencapai 3-20 cm dan batang berukuran 8-11 x 3-4µm. Tekstur permukaan
tudung jamur tiram licin, sedikit berminyak saat lembab, dan tepinya
bergelombang. Warna jamur tiram terdapat beberapa macam diantaranya putih,
abu-abu, merah dan coklat. (Wiadarni, 2010)
Habitat jamur tiram yakni pada hutan pegunungan daerah yang sejuk
dengan ketinggian antara 550-800 meter diatas permukaan laut, dengan kadar air
sekitar 60% serta derajar keasaman atau pH 6-7. Jamur tiram mampu tumbuh di
sepanjang tahun. Pada habitat aslinya, tubuh buah jamur tiram bertumpuk di
permukaan pohon yang telah lapuk atau pohon yang sudah ditebang di lokasi yang
sangat lembab dan terlindungi dari sinar cahaya matahari. Untuk membentuk
miselium, jamur tiram harus berada pada suhu 20⸰- 30⸰ C dengan kelembapan
80%. Sedangkan dalam proses pembentukan buah, jamur tiram harus verada pada
suhu ≤ 26⸰ C dengan kelembapan 90%-80%. Jamur tiram sangat membutuhkan
oksigen yang cukup sebagai senyawa pertumbuhan, apabila kekurangan oksigen
dapat mengganggu pertumbuhan tubuh buah, sedangkan apabila berlebih dapat
menyebabkan tubuh buah cepat layu. (Wiadarni, 2010)
1. Pemilihan Lokasi
Pemilhan lokasi merupakan langkah awal dalam melakukan budidaya
jamur tiram. Lokasi ditentukan berdasarkan persyaratan kesesuaian tanah dan
agroklimat yang mengacu pada Peta Agro Ecosystem Zone (AEZ) dan aspek legal
kepemilikan lahan. Pemilihan lokasi ini penting dilakukan dengan tujuan lokasi
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal, tidak
bertentangan pada peraturan yang berlaku pada daerah tersebut, serta menjadi
basis produksi jamur dengan memanfaatkan keunggulan potensi wilayah dan
agroklimat yang kondusif (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Lokasi yang sesuai untuk berbudidaya jamur tiram berada pada ketinggian
550-800 meter diatas permukaan laut. Lokasi tersebut juga harus dekat dengan
sumber mata air yang menjadi komponen penting untuk budidaya jamur tiram.
Lokasi budidaya juga harus memenuhi aspek strategis, yakni lokasi tersebut dekat
dengan askses transportasi seperti jalan raya, dekat dengan pasar, serta dekat
dengan tempat untuk memperoleh bahan baku. Jamur tiram memiliki sifat dapat
menyerap logam walaupun konsentrasinya cukup kecil, oleh karena itu dalam
14
pemilihan lokasi budidaya jamur tiram sebaiknya jauh dari kawasan pabrik dan
pusat keramaian perkotaan, (Suharyanto, 2010)
2. Pembuatan Kumbung
a. Kebersihan Kumbung
Kebersihan kumbung merupakan salah satu faktor dalam
suksesnya berbudidaya jamur tiram. Kumbung harus berada jauh dari
lingkungan kotor seperti tempat pembungan sampah atau daerah
peternakan. Lantai kumbung yang bebahan dasar semen, dapat
mempermudah dalam proses pembersihan kumbung. Oleh karena itu,
Petani harus selalu memastikan kumbung dalam keadaan bersih setiap
saat.
b. Sirkulasi Udara yang Baik
Dalam pembentukan miselium menjadi jamur, sirkulasi udara yang
baik sangat dibutuhkan sekali. Sirkulasi udara yang kurang bauj daoat
mengganggu pertumbuhan jamur akan tumbuh kerdil dan mudah terserang
hama penyakit. Dalam pembuatan kumbung pastikan terdapat jendela yang
bisa dibuka dan ditutup sewaktu waktu. Jendela tersebut sebaiknya ditutup
15
3. Pembuatan Rak
Rak yang di buat dalam kumbung berfungsi sebagai tempat baglog, oleh
karena itu pengaturan posisi rak diperlukan untuk melancarkan proses produksi
jamur tiram. Rak yang digunakan pada ruangan ingkubasi berukuran panjang 2-5
meter (tergantung ukuran kumbung) dengan lebar 1 meter. Jarak antar rak atas dan
bawah 40-50 cm sedangkan jarak antar rak (sebagai jalan) sebesar 60-70 cm
(Nugraha, 2013).
3. Inokulasi
4. Inkubasi
Bahan (Kg)
Komp Serbuk Bekat Kapur Gips Tepung Tepung Sisa Pupuk
osisi Kayu ul Jagung Tapioka Kapas TSP
2. Sterilisasi Baglog
4. Inkubasi Baglog
5. Pemeliharaan
Baglog yang telah tersusun rapi selanjutnya dibuka penutup baglog. Panen
pertama dapat dilakukan setelah 30 hari penutup baglog dibuka. Pada baglog yang
telah dibuka penutupnya, jamur akan tumbuh secara sporadis. Dengan kondisi
tersebut, jamur akan tumbuh menjadi banyak, besar dan tinggi dengan batang
24
1. Gulma
proses budidaya harus dilakukan pada kondisi lingkungan yang steril dan
perlu ketelitian yang tinggi (Suharyanto, 2010).
2. Hama
Jamur memiliki aroma kahas yang menjadi daya tarik hama yang
dapat mengundang hama penggangu masuk kedalam kumbung. Karena
ukurannya yang kecil, serangga dapat masuk kedalam kumbung melalui
jendela saat terbuka atau melalui lobang kecil yang tidak dapat terdeteksi.
Apabila jamur tiram telah terserang oleh hama dapat diketahui melalui
tanda yakni miselium jamur akan hilang secara perlahan atau bagian
permukaan jamur bolong (Wiadarni, 2010).
3. Penyakit
26
- Panen dilakukan pada sebelum pukul 10.00 atau setelah pukul 16.00.
- Pegang jamur pada pangkal batang.
- Goyang kiri kanan dan tarik perlahan.
- Bersihkan pangkal batang jamur yang ada sisa-sisa grajen kayu dengan
memotongnya.
- Bersihkan sisa akar yang masih tertinggal pada baglog.
27
Proses pasca panen sangat perlu dilakukan oleh petani agar hasil jamur
tiram dapat diterima oleh pasar. Dalam proses pasca panen, langkah awal yang
dilakukan dengan membersihakn jamur tiram dari segala kotoran yang menempel.
Setelah kita mampu memproduksi jamur tiram dengan baik, hal yang terpenting
dalam berbisnis adalah pemasaran. Pemasaran jamur tiram relative lebih mudah
karena masyarakat banyak yang menyukai jamur tiram dan harganya dapat
dijangkau semua kalangan masyarakat. Pemasaran apat dilakukan dalam bentuk
olahan atau dalam bentuk segar atau jamur yang telah dikeringkan (Wiadarni,
2010).
B. Usahatani
a. Konsep Usahatani
sebagai faktor input adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut dapat tumbuh dan mengasilkan produk dengan baik. Faktor
produksi tersebut akan menentukan hasil yang akan diperoleh nantinya. Faktor
produksi yang diperlukan pada usahatani diantanya :
1. Lahan/Media Tanam
2. Modal
3. Tenaga Kerja
ii. Jenis tanaman ; tanaman satu musim (cabai, kentang, jagung dan
lain-lain) lebih banyak memerlukan tenaga kerja dibandingkan
usatani tanaman tahunan (kelapa sawit, kelapa, durian dan lain-
lain)
4. Manajemen
b. Biaya Usahatani
1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis
dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah
output yang di produksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada
produksi.
31
c. Penerimaan Usahatani
TR = Py x Y
d. Pendapatan Usahatani
Pd = TR – Bt
e. Keuntungan Usahatani
K = (Py.Y) – BT
sebagian rumah tangga, upaya tersebut tidak hanya menambah curahan jam kerja
dari kegiatan yang ada, tetapi juga melakukan kegiatan lain (Rasahan, 1989).
Struktur pendapatan rumah tangga dipedesaan antara lain dipengaruhi oleh
potensi desa. Pada potensi desa yang relative sama, maka keragaman pendapatan
rumah tangganya juga relatif sama, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya
variasi pendapatan akibat keterampilan yang berbeda antar anggota rumah tangga.
Selain itu, besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan
rumah tangga, tergantung dari sumberdaya atau potensi desa tersebut (Mubyarto,
1994).
Bagi sebagian besar masyarakat perdesaan yang memiliki tingkat
kontribusi pendapatan yang rendah dari sektor pertanian akan berupaya untuk
meningkatkan pendapatannya dari luar sektor pertanian. Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan diluar sektor pertanian tidak lagi dianggap sebagai kegiatan
sampingan, karena memiliki peranan yang penting dalam pendapatan rumah
tangga. Pendapatan diluar sektor pertanian telah menjadi komponen penting untuk
diperhitungkan dalam menyumbang pendapatan rumah tangga (Inesya, 2018)
Kontribusi adalah sumbangan yang dapat diberikan oleh suatu hal terhadap
hal lain dengan tujuan biaya, dengan kerugian tertentu atau bersama. Kontribusi
tersebut dapat berupa materi ataupun tindakan. Rumah tangga adalah seseorang
atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik da
biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Orang yang tinggal di
rumah tersebut disebut anggota rumah tangga. Sedangkan orang yang
bertanggung jawab atau yang dianggap bertanggung jawab terhadap rumah tangga
adalah kepala rumah tangga (Kusmawardhani, 2004).
Kontribusi pendapatan usahatani terhadap pendapatan rumah tangga petani
dapat dihitung dengan :
K = Pd/Yi x 100%
Keterangan :
K = Kontribusi pendapatan (%)
Pd = Pendapatan usahatani (Rp/Tahun)
Yi = Total pendapatan rumah tangga petani (Rp/tahun)
35
F. Penelitian Terdahulu
Inesya Sy (2018) melakukan penelitian dengan judul Kontribusi usahatani
kelapa terhadap pendapatan rumah tangga petani di Nagari Limau Puruik
Kecamatan V Koto Timur Kabupaten Padang Pariaman. Tujuan Penelitian ini
adalah Mendeskripsikan profil usahatani kelapa dan menganalisis kontribusi
usahatani kelapa terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kanagarian Limau
Puruik Kecamatan V Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman. Pada penelitian
ini responden adalah petani kelapa di Kanagarian Limau Puruik Kecamatan V
Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman, penentuan lokasi penelitian ditentukan
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan V Koto Timur merupakan salah satu
kecamatan yang memiliki jumlah produksi kelapa yang cukup tinggi di Kabupaten
Padang Pariaman, sedangkan pemilihan Nagari Limau Puruik dilakukan dengan
pertimbangan bahwa kelapa menjadi komoditi unggulan bidang perkebunan di
Nagari Limau Puruik, pengambilan sampel responden dilakukan dengan secara
kebetulan (accidental sampling) dan metode analisis yang digunakan adalah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata produksi kelapa 7493 butir. Harga
berkisar antara Rp 1.200 – Rp 3.000,-/Butir, penerimaan yang didapatkan sebesar
Rp 14.969.590,-, sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah Rp
4.656.744,- dan didapatkan pendapatan usahatani kelapa sebesar Rp 10.312.846.-
/Tahun. Kontribusi pendapatan kelapa adalah 39% . Pendapatan usahatani kelapa
di Nagari Limau Purut masuk kedalam kategori sedang (≥ 30% sampai dengan ≤
60%).
Faisal Majid (2022), melakukan penelitian dengan judul Kontribusi
Usahatani Kopi Robusta Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Nagari
Guguak Malalo Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar. Tujuan
Penelitian ini adalah mendeskripsikan usahatani kopi robusta dan menganalisa
kontribusi usahatani kopi robusta terhadap peeennndapatan rumah tangga petani
di Nagari Guguak Malalo Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar.
Pada penelitian ini responden adalah petani kopi robusta di Nagari Guguak Malalo
Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar , penentuan lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan
Batipuh Selatan produksi kopi tertinggi di Kabupaten Tanah Datar, pengambilan
36
sampel responden dilakukan dengan cara simple random sampling dan metode
analisis yang digunakan adalah metode deskriptif untuk mendeskripsikan secara
spesifik mengenai gambaran umum dan usahatani kopi robusta dengan
menggunaakan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada petani kopi robusta yang
dijadikan sampel penelitian dan analisis kuantitatif dengan menganalisa
pendapatan petani dari usahatani kopi robusta, total pendapatan rumah tangga
petani, dan analisis kontribusi pendapatan kopi robusta terhadap pendapatan
petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi rata-rata petani kopi
robusta sekitar 429,76 Kg dengan rata-rata penualan Rp. 21.176,47/Kg, didapati
rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.421.470,59/tahun, rata-rata
penerimaan Rp. 9.187.029,47/tahun dan rata-rata pendapatan usahatani kopi
robusta sebesar Rp. 7.636.441,17/tahun. Kontribusi usahatani kopi terhadap
pendapatan rumah tangga petani sebesar 28,53% hal ini dikategorikan kecil
karena kurang dari <30%.
G. Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan Masyarakat Di
Bawah Garis Kemiskinan
Kontribusi Pendapatan
Usahatani Jamur Tiram
Terhadap Pendapatan
Keluarga Petani
BAB III METODE PENELITIAN
B. Motode Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan dengan petani yang
mengusahakan jamur tiram. Data ini diperoleh melalui wawancara yang
dilakukan tatap muka dengan menggunakan kuisioner (liliweri, 2019)
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya atau data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti. Data sekunder diperoleh oleh literatur, buku, jurnal, artikel penelitian
terdahulu dan Dinas dan Instansi terkait yaitu segala hal yang bersangkutan
dengan penelitian ini, antara lain: Badan Amil Zakat Kota Padang, Dinas
40
Pertanian Kota Padang, Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi-isntansi lain
yang berhubungan dengan penelitian ini.
1. Produksi, yaitu jumlah jamur tiram yang dihasilkan selama enam bulan
produksi yakni pada bulan November 2021 – April 2022 (Kg), dengan alasan
pada bulan Oktober kelompok tani Limau Manis Sejahtera dinobatkan sebagai
Kampung Jamur hal ini memberikan dampak positif dengan mendapatkan
faktor-faktor produksi tambahan dari Baznas dan sejak saat itu anggota
kelompok tani Limau Manis Sejahtera yang telah resmi terdaftar menjadi
binaan Baznas Kota Padang sebanyak 31 orang.
2. Harga, yaitu nilai yang diterima petani pada saat menjual jamur tiram (Rp/Kg)
3. Penerimaan, yaitu seluruh hasil yang diperoleh dari usahatani jamur tiram
selama enam bulan produksi yakni pada bulan November 2021 – April 2022
atau jumlah produksi dikali harga jual jamur tiram (Rp).
4. Biaya usahatani jamur tiram terdiri dari :
41
F. Analisis Data
a. Produksi
Produksi merupakan jumlah produk (jamur tiram) yang dihasilkan selama
enam bulan produksi terakhir yakni pada bulan November 2021 – April 2022.
b. Harga
Yaitu harga penjualan jamur tiram yang berlaku ditingkat petani (Rp/Kg)
c. Penerimaan petani
Penerimaan petani merupakan hasil produksi dikalikan dengan harga jual.
Untuk menghitung penerimaan petani digunakan rumus menurut (Soekartawi,
1995), yaitu :
TR = Py x Y
Keterangan:
TR = Total Penerimaan Usahatani Jamur Tiram (Rp)
Y = Produksi Jamur Tiram (Kg)
Py = Harga Produksi (Rp/Kg)
d. Biaya
Biaya adalah pengorbanan yang dilakukan oleh usahatani jamur tiram
dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya yang
dimaksud biaya yang dikeluarkan selama satu tahun produksi. Biaya yang
dibayarkan selama satu tahun seperti biaya baglog, bibit jamur, obat-obatan,
tenaga kerja luar keluarga, pajak, serta biaya angkut.
K = (Py.Y) - BT
Keterangan :
K = Keuntungan usahatani (Rp)
Py = Harga jual jamur tiram (Rp/Kg)
Y = Jumlah produksi jamur tiram (Kg)
BT = Total biaya (Rp)
Yi = Pd + Pa + Pb
Keterangan :
Yi = Total pendapatan rumah tangga (Rp)
Pd = Pendapatan usahatani jamur tiram (Rp)
44
K = Pd/Yi x 100%
Keterangan :
K = Kontribusi pendapatan jamur tiram (%)
Pd = Pendapatan usahatani jamur tiram (Rp)
Yi = Total pendapatan rumah tangga petani (Rp)
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha
Pertanian (SPP) Sensus Pertanian 2013 dan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas)
Nugraga, Tatang. 2013. Kiat Sukses Budi Daya Jamur Tiram . Bandung. Yrama
Widya.
Alfabeta.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Jamur. Bandung. Nuansa
Aulia
Vink. 1984. Dasar-Dasar Usahatani di Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
Wiadarni, isnaen. 2010. Budi daya jamur konsumsi. Yogyakarta. Lily Publisher
Semester II = September
Lampiran 2. Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Petani 2013 (Juta/Tahun)
A. Identitas petani
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Jenis kelamin : (P/L)
4. Pendidikan terakhir : SD /SMP /SMA /LAINNYA
5. Jumlah tanggungan :
6. Pengalaman bertani :
7. Pekerjaan utama :
8. Pekerjaan sampingan :
9. Luas lahan usahatani :
10. Status kepemilikan lahan : Milik Sendiri / Sewa Lahan / Lainnya
11. Lokasi lahan :
12. Kelompok tani * :
13. Alamat * :
14. Jenis usahatani * :
B. Budidaya
1. Pembuatan Kumbung
2. Pembuatan Rak
- Proses Pembibitan
- Proses Pembibitan
- Lama Proses Pembibitan :
- Proses Pembibitan
- Komposisi Bahan :
4. Pemeliharaan
Pembersihan Kumbung
- Berapa kali dilakukan penyiangan dalam satu tahun ?
5.Panen
1
2
3
4
5
6
Total
8
9
10
11
8
9
10
11
C. Modal
1. Pengadaan alat-alat produksi dalam berusahatani:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2. Pengadaan sarana produksi yang habis terpakai seperti pupuk , bibit dan
obat-obatan tanaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
D. PENERIMAAN USAHATANI
Bulan Produksi (Kg) Harga Jual Penerimaan
Ke… (Rp/Kg) (Rp)
1
2
3
4
5
6
Total
1
2
3
4
5
6
Total
F. LAINNYA
1. Jumlah tenaga kerja dalam 6 bulan :
2. Upah tenaga kerja dalam 6 bulan :
3. Waktu tenaga kerja per hari :
4. Biaya sewa lahan :
5. Modal yang diinvestasikan :
6. Pajak lahan (PBB yg dibayarkan pertahun per HA) :