Anda di halaman 1dari 68

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI JAMUR TIRAM

TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI


PADA PETANI JAMUR TIRAM BINAAN BAZNAS KOTA
PADANG (Studi Kasus : Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera)
Proposal Skripsi

Nadif Syafwat

1810222003

Dosen Pembimbing

Pembimbing I : Ir. Muhammad Refdinal, M.Si.


Pembimbing II : Yusmarni, S.P. M.Sc.

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin nya
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Kontribusi
Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Terhadap Pendapatan Tumah Tangga Petani
Jamur Tiram Binaan Baznas Kota Padang (Studi Kasus : Kelompok Tani Limau
Manis sejahtera)”. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan, yang telah
menghidupkan cahaya ilmu pengetahuan di muka bumi.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Ir. Muhammad Refdinal, M.Si dan Ibu Yusmarni, S.P, M.Sc selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan berupa arahan, masukan
dan saran selama proses penulisan proposal penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu
memberikan motivasi, dukungan dan doanya selama pembuatan proposal
penelitian sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian. Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen pengajar dan karyawan
Fakultas Pertanian yang telah membantu penulis selama menjalankan perkuliahan.
Serta ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman Rangkiang
Sagonjong 18 dan semua pihak yang telah memberi semangat selama penulis
menjalankan perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari semua pihak demi perbaikan proposal penelitian. Semoga
proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Padang, Mei 2022

NS

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12


A. Jamur Tiram............................................................................................ 12
a. Klasifikasi Jamur Tiram...................................................................... 12
b. Budidaya Jamur Tiram ....................................................................... 13
B. Usahatani ................................................................................................ 27
a. Konsep Usahatani ............................................................................... 27
b. Biaya Usahatani .................................................................................. 30
c. Penerimaan Usahatani ......................................................................... 31
d. Pendapatan Usahatani ........................................................................ 31
e. Keuntungan Usahatani ......................................................................... 32
C. Kontribusi Pendapatan dalam Rumah Tangga ....................................... 33
D. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 35
E. Kerangka Pemikiran................................................................................ 37

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 38


A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 38
B. Metode Penelitian ................................................................................... 38

ii
C. Metode Pengambilan Sampel ................................................................. 39
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 39
E. Variabel yang Diamati ............................................................................ 40
F. Analisis Data ........................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45


Lampiran ........................................................................................................ 47

iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Kombinasi komposisi baglog jamur tiram ................................................... 20

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Persentase Kemiskinan Indonesia dari Tahun 2014-2021 ................... 47

2. Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Petani 2013 (Juta/Tahun) .................... 48

3. Daftar Kelompok Tani Binaan Baznas Kota Padang ................................... 49

4. Daftar Anggota Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera ............................ 50


5. Dokumentasi ................................................................................................ 52

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pra Survey ke Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera ............................... 52
2. Pra Survey Ke Badan Amil Zakat Kota Padang .......................................... 52

vi
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dihadapi oleh


negara Indonesia. Sejak zaman dahulu kemiskinan telah menjadi permasalahan
besar yang dihadapi pemerintah. Jika melihat potensi, Indonesia memiliki
kekayaan sumberdaya baik di darat, laut dan udara yang sangat melimpah,
semestinya kekayaan ini dapat mensejahterakan penduduk pribumi. Pemerintah
terus berupaya untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan dengan
dibentuknya berbagai lembaga negara yang fokus kepada permasalahan
kemiskinan. Pihak swasta juga ikut berperan dalam menanggulangi permasahan
kemiskinan sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial kepada
masyarakat yang dikemas melalui program corporate social responsibility (CSR).
Upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta
sudah memperlihatkan hasil yang cukup baik, dibuktikan dengan adanya
kecendrungan penurunan persentase jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun.
Menurut data BPS Nasional (2022) persentase masyarakat miskin pada tahun
2021 di semester II sebesar 9,71%, jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan
persentase kemiskinan pada tahun 2021 semester I yakni sebesar 10,14% (BPS,
2022).

Pengentasan kemiskinan pada dasarnya adalah untuk mengubah perilaku


yang dimulai dari mengubah mindset individu dan masyarakat. Pada era
globalisasi, pengentasan kemiskinan hanya dapat dilakukan melalui upaya
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat didorong untuk memiliki kemampuan
sesuai dengan potensi dan kemampuannya untuk berdiri tegak di atas kakinya
sendiri, memiliki daya saing, serta mandiri, melalui berbagai kegiatan
pemberdayaan. Bentuk pemberdayaan masyarakat perlu sesuai dengan potensi,
masalah dan kebutuhan masyarakat lokal atau masyarakat setempat. Sebagai
negara dengan sumber daya alam yang melimpah, pembangunan masyarakat
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya tersebut. Pemberdayaan
masyarakat dengan program sektor pertanian merupakan salah satu pilihan terbaik
dalam mengembangankan masyarakat (Suyono, 2013).
2

Indonesia disebut sebagai negara agraris, suatu penghargaan yang


diberikan bangsa lain pada negeri ini. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki
sumber daya alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam tersebut terutama
pada bidang pertanian. Pertanian merupakan sektor yang sangat vital pada negeri
ini. Berbagai sendi kehidupan masyarakat bergantung pada sektor ini. Sektor
pertanian merupakan sektor yang menjadi pendukung bagi sektor industri lainnya.
Kebutuhan pangan yang menjadi kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam
kehidupan, juga sangat bertumpu pada sektor pertanian. Sebagai sektor vital
tersebut, pada tahun 2018 tercatat sebanyak 27.682.117 kelurga petani
menggantungkan perekonomian keluarga mereka kepada sektor pertanian atau
sebanyak 98.311.908 orang penduduk negeri ini menggatungkan
perekonomiannya pada sektor pertanian (BPS 2018).

Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi sektor andalan karena


sebagian besar rumah tangga di Indonesia masih menggantungkan hidup dari
sektor tersebut. Namun, pendapatan keluarga petani yang diperoleh dari sektor
pertanian sangat minim. Berdasarkan Sensus Pendududuk Pertanian (2013),
pendapatan keluarga petani yang berasal dari sektor pertanian hanya mencakup
46,7 % dari total pendapatan keluarga petani. Sementara pendapatan yang
disumbang dari luar usaha pertanian mencapai 53,3 %. Untuk mencukupi
kebutuhannya, sebagian anggota keluarga petani bekerja di luar sektor pertanian
seperti tukang ojek, tukang cuci dan setrika, dan lain-lain (BPS, 2013).

Pertanian adalah usaha budidaya melalui proses yang bersifat biologis


yang melibatkan tempat dan lingkungan. Dalam arti luas, pertanian merupakan
suatu usaha pengelolaaan yang meliputi berbagai aspek, diantaranya pengelolaan
pertanian rakyat, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Sedangkan dalam arti
sempit pertanian merupakan suatu usaha untuk membudidayakan produk
pertanian yang dikelola oleh masyarakat di pedesaan dengan skala luas lahan yang
kecil. Sektor pertanian berperan secara aktif dalam menggerakkan roda
kehidupan, seperti penyediaan pangan dan gizi, penyedia lapangan kerja, sumber
pendapatan bagi masyarakat bahkan menjadi sumber devisa bagi negara tersebut.
3

Sektor pertanian dibagi dalam lima yaitu sub sektor tanaman pangan dan
holtikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan (Karmini, 2020)

Subsektor Hortikultura merupakan kompenen penting dalam


pembangunan pertanian. Hortikultura memiliki masa depan sangat cerah dari
keunggulan kompetitif dan komparatif yang dimilikinya dalam pemulihan
perekonomian Indonesia di waktu mendatang. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat, semakin penting peran hortikulturan bagi masyarakat. Perubahan
gaya hidup dan cara pandang masyarakat terhadap pangan, menuntut komoditas
hortikultura dapat memenuhi aspek keamanan, nilai gizi, mutu produk yang
tinggi, ketersediaan pada waktu yang tepat dengan harga kompetitif, cara produksi
yang ramah lingkungan, memerhatikan keselamatan dan kesejahteraan petani,
serta dapat ditelusuri (Poerwanto, 2014). Berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2010
tentang Hortikultura, tanaman yang termasuk kedalam subsektor hortikultura
diantaranya, buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di
dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan
obat nabati, dan/atau bahan estetika (UU Nomor 13 Tahun 2010).

Jamur merupakan spesies yang dalam bentuk fisik makroskopis


menyerupai tumbuhan, namun jamur tidak termasuk ke dalam kingdom dari
tumbuhan. Jamur memiliki kingdom tersendiri yakni kingdom fungi (jamur). Hal
ini dikarenakan sebagain besar ciri-ciri yang dimiliki jamur tidak dimiliki oleh
tumbuhan. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan
fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Dalam memenuhi
kebutuhannya, jamur mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin,
protein dan senyawa pati dari organisme lain (Nugraha, 2013).

Jamur tiram atau dalam bahasa latin diesbut Pleurotus sp, merupakan salah
satu jenis jamur yang dapat dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan oleh masyarakay yakni jenis
jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), jamur tiram putih (P. osteratus), jamur tiram
merah muda (P.flabellatus), dan jamur tiram abalone (P. cystidiousus). Habitat
asli jamur tiram yakni pada kayu-kayu lunak dan memperoleh makanan dari sisa-
sisa bahan organik. Nutrisi yang dibutuhkan bagi jamur tiram adalah sumber
4

karbon yang dapat disediakan melalui berbagai sumber, salah satunya terdapat
pada serbuk kayu gergajian dan berbagai limbah organik lain. (Dirjen
Hortikultura, 2010)

Di Indonesia, jamur mulai dikenal dan dibudidayakan pada tahun 1950-an.


Jamur konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan
makanan sumber protein yang cukup digemari masyarakat. Indonesia merupakan
negara yang memiliki potensi untuk mengembangkan produksi jamur. Hal
tersebut dikarenakan sumber daya alam yang dimiliki dapat dijadikan sebagai
bahan produksi jamur. Bahan tersebut tersedia dalam jumlah banyak dan tersedia
sepanjang tahun. Sebagai contoh adalah serbuk gergaji yang berasal dari sisa-sisa
penggergajiaan kayu yang menjadi limbah dan belum termanfaatkan. Serbuk
gergaji tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku bagi media pertumbuhan
jamut kayu seperti jamur tiram putih (Direktorat Jendral Bina Produksi
Hortikultura,2007).

Budidaya jamur tiram dapat menjadi usaha sampingan ataupun usaha


utama bagi masyarakat. Seiring dengan popularitas dan memasyarakatnya jamur
tiram sebagai makanan yang bergizi dan lezat, permintaan konsumen terhadap
jamur tiram semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk juga menjadi faktor
peningkatan permintaan jamur tiram, semakin tinggi pertumbuhan penduduk
maka permintaan jamur tiram maka akan semakin banyak (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).

Budidaya jamur tiram merupakan salah satu bentuk usahatani. Dalam


melakukan usahatani, pelaku usahatani sebaiknya mengerti konsep usahatani yang
baik. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya,
dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan
output yang melebihi input (Soekartawi,1995).
5

Pendapatan usahatani adalah hasil yang diperolah dari kegiatan usahatani


yang dipengaruhi oleh faktor produksi yakni, luas lahan, tenaga kerja, tingkat
produksi, serta efisiensi penggunaan tenaga kerja. Pendapatan rumah tangga
merupakan segala bentuk pemasukan baik itu berasal dari usahatani ataupun non
usahatani yang menadi sumber permasukan bagi keluarga. Pendapatan usahatani
jamur tiram akan berbanding lurus terhadap jumlah pendapatan keluarga, semakin
besar pendapatan usahatani jamur tiram maka akan semakin besar pula
pendapatan keluarga petani tersebut. Jamur tiram merupakan komoditi yang tidak
mengenal musim, petani jamur tiram dapat melakukan panen setiap hari. Oleh
karena itu petani jamur tiram dapat memperoleh pendapatan setiap harinya pula.

Kontribusi adalah segala sesuatu yang diterima oleh seseorang setelah


melakukan berbagai usaha yang memberi dampak masukan sumberdaya (benda)
maupun uang. Kontribusi tersebut berguna sebagai dasar untuk mengetahui
seberapa besar peranan usaha yang selama ini dikerjakan oleh seseorang terhadap
pendapatan dan akhirnya dapat diandalkan untuk sumber penghasilan.
(Hidayatullah, 2011).

Kontribusi pendapatan usahatani merupakan seberapa besar sumbangan


pendapatan yang berasal dari usahatani terhadap tingkat pendapatan rumah
tangga. Kontribusi pendapatan dari satu jenis kegiatan terhadap total pendapatan
rumah tangga tergantung pada produktivitas faktor produksi yang digunakan dari
jenis kegiatan yang bersangkutan. Stabilitas pendapatan rumah tangga cenderung
dipengaruhi dominasi sumber-sumber pendapatan (Nurmanaf, 2006)

B. Rumusan Masalah

Badan Amil Zakat Kota Padang merupakan salah satu lembaga


penghimpun Zakat masyarakat Kota Padang. Dalam menyalurkan zakat yang
telah diterima dari masyarakat, Baznas mengemas penyaluran zakat tersebut
kedalam program diantaranya, Padang Sejahtera, Padang Sehat, Padang Cerdas,
Padang Peduli, Padang Makmur serta Padang Relijius. Penyaluran Zakat yang
diberikan kepada fakir dan miskin dalam tiga bentuk yaitu bantuan Modal Usaha,
Konsumtif Permanen, dan Konsumtif Insendentil.
6

Program Padang Sejahtera merupakan salah satu program unggulan


pendistribusian zakat oleh Baznas Kota Padang. Program Padang Sejahtera
merupakah bentuk penyaluran zakat produktif. Dengan pemanfaatan zakat untuk
kegitan yang produktif akan memberikan pemasukan (income) bagi penerima
zakat dalam kelangsungan hidupnya, penerima zakat akan terbantu untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan yang akan meningkatkan kesejahteraan bagi
dirinya dan keluarganya dan selanjutnya berdampak bagi kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Pada program ini, pendistribusian zakat dilakukan
dengan memberikan bantuan modal finansial dan modal barang yang digunakan
untuk membuka usaha. Program ini menyasar perseorangan yakni dalam bentuk
bantuan etalase untuk berjualan dan kelompok dalam bentuk bentuk ternak puyuh,
jamur tiram dan lele bioflok.

Dari hasil survey pendahuluan, program pemberdayaan kelompok dengan


bentuk usahatani jamur tiram telah dimulai sejak tahun 2019. Pemilihan komoditi
jamur tiram karena setelah dilakukan analisis ekonomi, sosial dan iklim
didapatkan komoditi jamur tiram baik untuk dikembangkan masyarakat. Program
budidaya jamur tiram menyasar kepada keluarga yang berada di bawah garis
kemiskinan, ibu-ibu janda ataupun ibu-ibu yang menjadi tulang punggung
keluarga. Untuk mendapatkan program tersebut, masyarakat harus tergabung
dalam satu kelompok yang beranggotakan minimal 10 orang dan semua anggota
kelompok memiliki komitmen untuk melakukan budidaya jamur tiram.
Penyaluran program ini dilakukan dalam dua caya yakni, masyarakat yang
mengajukan permohonan program, ataupun pihak baznas yang turun kelapangan
yang mendapatkan kelompok tertentu berhak untuk mendapatkan program
tersebut. Sampai saat ini, baznas kota padang telah mampu membina lima
kelompok usahatani jamur tiram yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kota
Padang, diantaranya Kecamatan Pauh yakni kelompok tani Limau Manis
Sejahtera , Kecamatan Naggalo yakni kelompok tani Mawar, Kecamatan Bungus
Teluk Kabung yakni kelompok tani Rohana Kudus, Kecamatan Kuranji yakni
kelompok tani Jati Makmur dan Kecamatan Air Dingin yakni kelompok tani
Parupuik Tabing Sejahtera.
7

Sebelum mendapatkan program budidaya jamur tiram, sumber pendapatan


keluarga petani jamur tiram berasal dari usahatani lain ataupun pekerjaan lain.
Menurut Agropedia (2019) Budidaya jamur tiram dapat dikembangkan sebagai
usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan ataupun dijadikan sebagai pekerjaan
sampingan untuk menambah pendapatan keluarga. Selain menjual jamur tiram,
seorang pengusaha jamur juga dapat menambah penghasilan dengan menjual
sarana budi daya seperti bibit botolan dan media tanam atau baglog.

Pada pelaksanaan program budidaya jamur tiram, petani didamping oleh


pihak baznas yang merupakan petani jamur tiram yang telah sukses
mengembangkan jamur tiram. Pendampingan tersebut dilakukan selama enam
bulan. Bentuk pendampingan berupa penjelasan budidaya jamur tiram, proses
pembuatan baglog, pembuatan kumbung serta pemasaran jamur tiram. Penerima
program mendapatkan modal usaha . Modal tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan usahatani jamur tiram tersebut.

Menurut kepala bagian distribusi dan pendayagunaan baznas kota Padang,


secara garis besar program tersebut berjalan dengan lancar, hal ini dibuktikan
dengan program ini terdistribusi dengan baik dan penerima program tepat sasaran
yakni kepada masyarakat yang kurang mampu. Selama proses pendampingan,
petani melaksanakan budidaya jamur tiram sesuai dengan arahan dari
pendamping. Faktor-faktor produksi yang diberikan oleh Baznas juga sudah
mencukupi segala faktor-faktor produksi yang dibutuhkan dalam proses budidaya.
Output dari program tersebut yakni penerima program mendapatkan tambahan
pendapatan baru keluarga yang berasal dari usahatani jamur tiram. Namun, sejak
satu tahun terakhir, terdapat beberapa petani jamur tiram yang sudah tidak
melakukan usahatani jamur tiram. Dari hasil pra survey ke lapangan,
mendapatkan hasil dari lima kelompok tani binaan Baznas Kota Padang, yang
masih aktif memproduksi jamur tiram sampai saat ini hanya satu kelompok tani.
Kelompok tani yang masih aktif memproduksi jamur tiram adalah Kelompok Tani
Limau Manis Sejahtera. Sedangkan kelompok tani yang sudah tidak aktif
memproduksi jamur tiram adalah kelompok tani Jati Makmur, kelompok tani
Rohana Kudus, kelompok tani Mawar dan kelompok tani Parupuk Tabing
8

Sejahtera. Penyebab berhentinya petani dalam memproduksi jamur tiram yakni


produktivitasnya jamur tiram menurun hingga mengalami kerugian yang
disebabkan iklim yang tidak cocok untuk melakukan budidaya jamur tiram,
pembuatan baglog sebagai media tanam yang sering gagal, kesulitan dalam
mencari bibit jamur tiram. Faktor lain yang menyebabkan petani tidak
mengusahakan usahatani jamur tiram yakni para petani belum melakukan
pencatatan keuangan yang baik, sehingga petani tidak mengetahui seberapa besar
biaya yang dikeluarkan untuk usahatani jamur tiram dan dalam penetapan harga
petani berpatokan kepada pedagang pengumpul.

Kelompok tani Limau Manis Sejahtera merupakan satu-satunya kelompok


tani jamur tiram binaan Baznas Kota Padang yang masih aktif hingga sekarang.
Kelompok tani ini awalnya dibentuk pada tahun 2019 dengan beranggotakan 10
orang. Sejak awal melakukan budidaya, anggota kelompok tani telah mengalami
kegagalan. Kegagalan yang dirasakan yakni sebagian baglog jamur tiram yang
tidak mengeluarkan miselium hingga mengalami gagal panen. Namun, anggota
kelompok tani tidak mudah putus asa dan tidak berenti untuk belajar. Anggota
kelompok tani Limau Manis Sejahtera melakukan studi banding kepada petani
jamur tiram yang berada di luar kota. Kelompok tani Limau Manis Sejahtera telah
mengetahui penyebab kegagalan pada musim sebelumnya, yakni kurang menjaga
sterilisasi, sirkulasi udara pada kumbung tidak baik, serta terlalu lembabnya
baglog. Berkat kegigihan anggota, akhirnya kelompok tani Limau Manis Sejahtera
telah mampu melakukan budidaya jamur tiram dengan baik. Yang pada awalnya
sebagian baglog tidak mengeluarkan miselium, kini semua baglog telah
mengeluarkan miselium, sehingga produksi yang dihasilkan meningkat
dibandingkan musim sebelumnya. Keberhasilan anggota kelompok tani Limau
Manis Sejahtera, membuat masyarakat sekitarnya tertarik untuk membudidayakan
usahatani jamur tiram. Seiring berjalannya waktu, anggota kelompok tani Limau
Manis Sejahtera terus bertambah, hingga saat ini sejumlah 31 orang anggota
kelompok tani Limau Manis Sejahtera telah menjadi binaan Baznas Kota Padang.
Berkat kesuksesan kelompok tani Limau Manis Sejahtera, pada bulan Oktober
tahun 2021 kawasan kelompok tani Limau Manis Sejahtera ditetapkan oleh
Baznas Kota Padang menjadi kampung jamur. Baznas Kota Padang memberikan
9

bantuan tambahan modal kepada anggota kelompok tani Limau Manis Sejahtera
dengan menambah faktor-faktor produksi jamur tiram seperti kumbung permanen,
penambahan rak, alat pengukus baglog serta kantor kelompok tani Limau Manis
Sejahtera.

Dalam melakukan budidaya jamur tiram, kelompok tani Limau Manis


Sejahtera belum mampu untuk memproduksi bibit F1 maupun bibit F2. Oleh
karena itu, dalam mendapatkan bibit jamur tiram, kelompok tani Limau Manis
Sejahtera membeli bibit F2 kepada petani di luar kota. Bibit jamur tiram tersebut
sangat sulit untuk didapatkan, apabila terjadi kelangkaan bibit, maka harga bibit
jamur tiram F2 mengalami kenaikan. Kenaikan fator-faktor produksi tidak
diimbangi dengan peningkatan harga jual jamur tiram. Harga jamur tiram sejak
tahun 2019 hingga saat ini tidak mengalami kenaikan yakni sebesar Rp 25.000
/Kg. Bahkan di beberapa wilayah lainnya seperti Kota Payakumbuh harga jamur
tiram segar hanya sebesar Rp. 15.000 / Kg. Apabila anggota kelompok tani
mengalami masa panen optimal, maka akan terjadi panen raya. Pada saat panen
raya, petani kesulitan dalam mendapatkan pasar. Sedangkan jamur tiram tidak
dapat tahan lama, hal ini menyebabkan beberapa petani tergiur untuk menurunkan
harga jual agar jamur tiram habis terjual, namun perbuatan tersebut telah dilarang
oleh ketua kelompok tani. Ketua kelompok tani Limau Manis Sejahtera berusaha
keras untuk tetap mempertahankan harga walau musim panen raya. Pada anggota
kelompok tani lainnya ada yang mensiasati dengan membuat produk olahan jamur
tiram seperti kerupuk jamur, rendang jamur dan jamu crispy, namun produk
olahan ini belum optimal dihasilkan oleh anggota kelompok tani Limau Manis
Sejahtera. Jumlah baglog jamur tiam yang dibudidayakan anggota kelompok tani
Limau Manis Sejahtera bervariatif, yakni hanya sebanyak 800 – 1500 baglog.
Dalam melakukan budidaya jamur tiram, petani harus meluangkan waktu setiap
hari untuk melakukan perawatan dan pemanenen jamur tiram. Dalam satu hari
petani harus meluangkan waktu kurang lebih selama 2 jam untuk merawat dan
budidaya jamur tiram. Pemanenen dilakukan pagi hari untuk menjaga kesegaran
jamur tiram. Jumlah waktu tersebut tergolong relative lama, karena petani jamur
tiram tidak hanya bekerja sebagai petani saja, beberapa petani lainnya juga harus
melakukan perkerjaan lannya selain budidaya jamur tiram.
10

Petani jamur tiram di kelompok tani Limau Manis Sejahtera selain


bermata pencaharian sebagai petani jamur tiram, mereka juga memiliki usahatani
non jamur tiram dan non pertanian. Mereka tidak mengandalkan satu sumber
pendapatan melainkan dari beberapa macam aktivitas kerja. Oleh karena itu total
pendapatan rumah tangga petani selain dari usahatani jamur tiram, juga didukung
oleh besarnya kontribusi usahatani non jamur tiram dan non pertanian. Untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan usahatani jamur tiram terhadap
pendapatan keluarga petani perlu dilakukan penelitian mengenai “Kontribusi
Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Petani Jamur Tiram Binaan Baznas Kota Padang (Studi Kasus : Kelompok
Tani Limau Manis Sejahtera)”.

1. Bagaimana profil usahatani jamur tiram pada kelompok tani Limau Manis
Sejahtera?
2. Seberapa besar pendapatan dan keuntungan yang diperoleh petani jamur
tiram ?
3. Seberapa besar kontribusi pendapatan usahatani jamur tiram terhadap
pendapatan rumah tangga petani kelompok tani Limau Manis Sejahtera?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan profil usahatani jamur tiram pada petani jamur tiram


kelompok tani Limau Manis Sejahtera
2. Menganalisa pendapatan dan keuntungan usahatani jamur tiram.
3. Menganalisa kontribusi pendapatan usahatani jamur tiram terhadap
pendapatan rumah tangga petani jamur tiram kelompok tani Limau Manis
Sejahtera

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk


berbagai pihak,diantaranya :
11

1. Manfaat bagi petani sebagai acuan dalam proses budidaya jamur tiram
untuk mengembangkan usahatani sehingga meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani jamur tiram.
2. Menjadi tolak ukur keberhasilan program bagi Badan Amil Zakat Kota
Padang dan menjadi landasan untuk mengembangkan program
pemberdayaan mustahiq kedepannya.
3. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah
daerah setempat untuk perencanaan kebijakan dalam pembinaan
pengembangan masyarakat di bidang pertanian khususnya dalam usahatani
jamur tiram yang nantinya dapat mensejahterakan masyarakat dibawah
garis kemiskinan.
4. Hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti dapat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan mengenai kontribusi usahatani jamur tiram terhadap
pendapatan rumah tangga petani.
5. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak yang
berkepentingan dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamur Tiram

a. Klasifikasi Jamur Tiram

Jamur tiram (Pleurotus sp) merupakan jamur konumsi yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi. Jamur ini memiliki tudung mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah sedikit cekung. Tudung jamur tiram memiliki diameter
mencapai 3-20 cm dan batang berukuran 8-11 x 3-4µm. Tekstur permukaan
tudung jamur tiram licin, sedikit berminyak saat lembab, dan tepinya
bergelombang. Warna jamur tiram terdapat beberapa macam diantaranya putih,
abu-abu, merah dan coklat. (Wiadarni, 2010)

Habitat jamur tiram yakni pada hutan pegunungan daerah yang sejuk
dengan ketinggian antara 550-800 meter diatas permukaan laut, dengan kadar air
sekitar 60% serta derajar keasaman atau pH 6-7. Jamur tiram mampu tumbuh di
sepanjang tahun. Pada habitat aslinya, tubuh buah jamur tiram bertumpuk di
permukaan pohon yang telah lapuk atau pohon yang sudah ditebang di lokasi yang
sangat lembab dan terlindungi dari sinar cahaya matahari. Untuk membentuk
miselium, jamur tiram harus berada pada suhu 20⸰- 30⸰ C dengan kelembapan
80%. Sedangkan dalam proses pembentukan buah, jamur tiram harus verada pada
suhu ≤ 26⸰ C dengan kelembapan 90%-80%. Jamur tiram sangat membutuhkan
oksigen yang cukup sebagai senyawa pertumbuhan, apabila kekurangan oksigen
dapat mengganggu pertumbuhan tubuh buah, sedangkan apabila berlebih dapat
menyebabkan tubuh buah cepat layu. (Wiadarni, 2010)

Jamur tiram memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yakni


mencapai 19%-35%, jika dibandingkan dengan bahan pangan lainnya seperti
beras dengan kadar protein 7% serta gandum 13%, jamur tiram memiliki kadae
protein lebih tinggi. Terdapat 9 jenis asam amino yang terkandung pada jamur
tiram dari 20 jenis asam amino yang dikenal. Lemak tak jenuh pada jamur tiram
sebesar 72%. Jamur tiram kaya akan vitamin diantarnya, B1 (tiamin), B2
(riboflavin), niasin, dan biotin. Kandungan gizi pada jamur tiram, menjadikan
jamur tiram sebagai bahan pangan yang mampu meninkatkan energi,
13

mempermudah proses metabolisme, meningkatkan fungsi otak, mencegah kadar


kolesterol serta mencegah penuan dini. (Nugraha, 2013)

Super Kingdom : Eukaryota


Kingdom : Mycetea (fungi)
Divisio : Amastigomycota
Subdivisio : Basidiomycotae
Kelas : Bisidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaeae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus sp.
Sumber. (Wiadarni, 2010)

b. Budidaya Jamur Tiram

1. Pemilihan Lokasi
Pemilhan lokasi merupakan langkah awal dalam melakukan budidaya
jamur tiram. Lokasi ditentukan berdasarkan persyaratan kesesuaian tanah dan
agroklimat yang mengacu pada Peta Agro Ecosystem Zone (AEZ) dan aspek legal
kepemilikan lahan. Pemilihan lokasi ini penting dilakukan dengan tujuan lokasi
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal, tidak
bertentangan pada peraturan yang berlaku pada daerah tersebut, serta menjadi
basis produksi jamur dengan memanfaatkan keunggulan potensi wilayah dan
agroklimat yang kondusif (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Lokasi yang sesuai untuk berbudidaya jamur tiram berada pada ketinggian
550-800 meter diatas permukaan laut. Lokasi tersebut juga harus dekat dengan
sumber mata air yang menjadi komponen penting untuk budidaya jamur tiram.
Lokasi budidaya juga harus memenuhi aspek strategis, yakni lokasi tersebut dekat
dengan askses transportasi seperti jalan raya, dekat dengan pasar, serta dekat
dengan tempat untuk memperoleh bahan baku. Jamur tiram memiliki sifat dapat
menyerap logam walaupun konsentrasinya cukup kecil, oleh karena itu dalam
14

pemilihan lokasi budidaya jamur tiram sebaiknya jauh dari kawasan pabrik dan
pusat keramaian perkotaan, (Suharyanto, 2010)

2. Pembuatan Kumbung

Kumbung merupakan bangunan tempat budidaya jamur tiram. Pembuatan


kumbung dilakukan dengan tujuan, agar jamur tiram dapat terlindungi dari
kondisi lingkungan luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram.
Kumbung juga menjadi tempat untuk merekayasa iklim mikro agar budidaya
jamur tiram tidak tergantung pada musim tertentu. Penggunaan kumbung juga
dapat mengefisienkan faktor produksi, karena dalam kumbung tersebut akan
tersusun rak-rak yang menjadi tempat baglog. Kumbung dapat dibuat dengan
bahan permanen maupun semi permanen. Pada bahan permanen, dinding
kumbung berbahan batu bata dengan atap terbuat dari bahan seng, asbes, atau
genting. Sedangkan kumbung semi permanen, dinding kumbung dibuat dari bilik
bambu dengan atap genting atau jerami (Suharyanto, 2010)

Menurut Wiadarni (2010), pembuatan kumbung harus dapat memenuhi


syarat berikut :

a. Kebersihan Kumbung
Kebersihan kumbung merupakan salah satu faktor dalam
suksesnya berbudidaya jamur tiram. Kumbung harus berada jauh dari
lingkungan kotor seperti tempat pembungan sampah atau daerah
peternakan. Lantai kumbung yang bebahan dasar semen, dapat
mempermudah dalam proses pembersihan kumbung. Oleh karena itu,
Petani harus selalu memastikan kumbung dalam keadaan bersih setiap
saat.
b. Sirkulasi Udara yang Baik
Dalam pembentukan miselium menjadi jamur, sirkulasi udara yang
baik sangat dibutuhkan sekali. Sirkulasi udara yang kurang bauj daoat
mengganggu pertumbuhan jamur akan tumbuh kerdil dan mudah terserang
hama penyakit. Dalam pembuatan kumbung pastikan terdapat jendela yang
bisa dibuka dan ditutup sewaktu waktu. Jendela tersebut sebaiknya ditutup
15

kain kasa untuk mencegah masuknya serangga kedalam kumbung saat


jendela terbuka.
c. Suhu dan Kelembaban
Dalam budidaya jamur tiram, pengendalian suhu dan kelembapan
sangan penting dilakukan untuk meningkatkan produksi. Suhu yang tidak
sesuai dapat menyebabkan jamur tidak tumbuh optimal. Untuk membentuk
miselium, jamur tiram harus berada pada suhu 20⸰- 30⸰ C dengan
kelembapan 80%. Sedangkan dalam proses pembentukan buah, jamur
tiram harus verada pada suhu ≤ 26⸰ C dengan kelembapan 90%-80%.
d. Pencahayaan
Ruangan budidaya jamur tiram harus redup, tidak terkena cahaya
matahari lansung, dan kadar pencahayaan sebesar 30%. Dalam
pencahayaan yang terlalu tinggi mengakibatkan jamur kering dan terlihat
tidak segar. Penggunaan plastic mulsa pada dindig kumbung dapat
memantulkan cahaya matahari yang berguna untuk menjaga suhu ruangan
kumbung tidak terlalu panas pada saat musim kemarau.

3. Pembuatan Rak

Rak yang di buat dalam kumbung berfungsi sebagai tempat baglog, oleh
karena itu pengaturan posisi rak diperlukan untuk melancarkan proses produksi
jamur tiram. Rak yang digunakan pada ruangan ingkubasi berukuran panjang 2-5
meter (tergantung ukuran kumbung) dengan lebar 1 meter. Jarak antar rak atas dan
bawah 40-50 cm sedangkan jarak antar rak (sebagai jalan) sebesar 60-70 cm
(Nugraha, 2013).

Pembuatan rak juga harus menyesuaikan dengan penataan baglog. Dalam


budidaya jamur tiram, terdapat dua metode penataan baglog, yakni metode
penataan baglog secara berdiri dan penataan baglog secara rebah (tidur). Penataan
baglog tidur sebaiknya dilakukan pada saat cuaca panas dengan kelembaban
kurang, hal ini dapat mengurangi penguapan sehingga bisa mempertahankan
kadar air dalam baglog. Penataan baglog secara berdiri sebaiknya dilakukan pada
saat cuaca dingin (Wiadarni, 2010).
16

4. Pembibitan dan Pembuatan Media Tanam

Menurut Wiadarni (2010) Pembibitan dalam budidaya jamur tiram


mengenal bebebrapa istilah, yakni pembibitan tahan pertama (F1), pembibitan
tahap kedua (F2), pembibitan tahap ketiga (F3), dan pembuatan media tanam (F4).

a. Pembibitan tahap pertama (F1)


Pembibitan tahap satu merupakan tahap awal pembibitan yang
akan menentukan kualitas jamur yang akan dihasilkan. Terdapat empat
tahapan yang dilakukan dalam pembuatan bibit F1, yaitu pembuatan
media, pemilihan induk, proses kultur jaringan, dan inkubasi.
1. Pembuatan media
Media yang digunakan dalam pembibitan tahap pertama adalah
Potatoes Dextrose Agar (PDA). Alat dan bahan yang diperlukan PDA
yakni kentang (200 gram), dextrose (20 gram), agar-agar (20 gram), air
suling (1 liter), tabung reaksi, kapas secukupnya. Berikut langkah-langkah
dalam pembuatan PDA :
- Cuci tabung reaksi hingga bersih.
- Kupas kentang, kemudian potong kentang dengan ukuran ± 1cm³
dalam bentuk kubus. Cuci potongan kentang tersebut hingga bersih.
- Rebus potongan kentang tersebut dengan 1 liter air suling sampai lunak
dan air rebusan berubah warna (± 15 – 20 menit)
- Masukkan air rebusan kedalam panci lain dengan melakukan
penyaringan menggunakan kain tipis untuk memisahkan dari kotoran/
kentang. Tambahkan air suling sampai volumenya menadi 1 liter.
- Tambahkan dekstrosa dan agar-agar kedalam filtrat, lalu didihkan
semua sambil terus diaduk.
- Jika sudah mendidih, saring filtrat menggunakan kain kasa. Larutan ini
disebut dengan media Potatoes Dextrose Agar (PDA).
- Tuang PDA ke dalam tabung reaksi atau botol sampai 2 cm diatas
dasar botol. Tutup botol tersebut menggunakan kapas.
- Tahapan selanjutnya proses sterilisasi media PDA menggunakan
autoklaf. Masukkan botol reaksi kedalam autoklaf dengan suhu 121⸰ C
17

dengan tekanan 1,1 atmosfer selama 20-25 menit untuk meyakinkan


dicapainya sterilisasi sempurna. Lalu biarkan dingin hingga kisaran
suhu 37⸰ C.
- Untuk menambah area dari media, letakkan botol/ tabung reaksi pada
posisi miring.

2. Memilih Indukan Jamur

Pemilihan indukan jamur tirsm harus berasal dari jamur yang


berkualitas tinggi, karena akan menentukan kualitas hasil kedepannya. Jika
tidak menggunakan jamur yang berkualitas, maka hasil yang didapat tidak
maksimal. Oleh karena itu, dalam pemilihan indukan jamur tiram harus
memebuhi kriteria berikut :

- Berumur 4 – 5 hari sejak pembentukan pin head (calon jamur)


- Berbentuk normal , tidak mengalami kelainan fisik
- Jamur tidak terserang hama penyakit serta gangguan dari jamur liar
- Jamur bertukuran besar, namun belum terlalu tua, daging tebal dan
batang buahnya kaku dan kokoh
Induk jamur yang telah dipilih kemudian dicuci menggunakan air dan
disterilkan dengan cara mencelupkan ke dalam alkohol 70%.
3. Isolasi Kultur Jaringan
Isolasi kultur jaringan merupakan proses pemindahn jaringan
jamur (eksplan) untuk dipindahkan di media PDA. Proses ini harus
dilakukan dengan teliti dan penuh kehati-hatian karena menentukan
kemurnian biakan yang dihasilkan. Proses isolasi kultur jaringan ini
dilakukan pada ruang atau kotak khusus yang telah dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu.
4. Inkubasi
Proses inkubasi merupakan proses meneumbuhkan miselia dari
media PDA. Botol PDA yang telah ditumbuhi miselium diletakkan pad
arak-rak yang bersih. Proses inkubasi bibit F1 dilakukan selama 2-3 hari
dalam suhu 24⸰-28⸰ C. Proses pembibitan F1 dinyatakan berhasil apabila
pada media PDA ditumbuhi miselium berwarna putih merata di sekitar
18

expland. Namun apabila didapati miselium tidak berwarna putih


sepenuhnya, maka proses pembibitan tahap awal ini dinyatakan gagal dan
harus diulang kembali.

b. Pembibitan tahap kedua (F2)


Pembibitan taham kedua bertujuan untuk memperbanyak miselium
jamur yang berasal dari biakan murni. Pada pembibitan tahap kedua ini
dilakukan bebebrapa tahaman diantanya, pembuatan media, inokulasi, dan
inkubasi
1. Pembuatan Media
Bahan dan alat yang dibutuhkan pada pembuatan media
pembibitan tahap kedua yakni, jagung (100 gram), beras merah (250
gram), gula pasir (40 gram), NPK (10 gram), dam serbuk gergaji (1000
gram). Pembuatan media (substrat) F2 adalah sebagai berikut :
- Bersihkan biji jagung dan dilanjutkan proses perendaman selama 2-4
jam kemudian ditiriskan.
- Biji jagung yang telah bersih selanjutnya dimasak dalam air mendidih
selama 15-30 menit hingga masak, namun jangan sampai merekah.
- Biji ditiriskan, lalu dicampur dengan bahan lain, seperti beras merah
yang telah masak, gula pasir, NPK, dan serbuk gergaji.
- Setelah tercampur merata, media tersebut dimasukkan kedalam botol,
dan mulut botol ditutup kapas.
- Langkah selanjutnya sterilisasi botol-botol tersebut menggunakan
autoklaf pada suhu 121⸰ C selama satu jam
- Dinginkan media F2 selama 12 jam.

3. Inokulasi

Proses inokulasi F2 yakni menanamkan sebagaian miselium dari


biakan F1 ke dalam media biakan F2 dalam keadaan steril. Alat dan bahan
yang dibutuhkan pada proses inokulasi diantaranya, pinset/gagang
penyekat, lampu spiritus/Bunsen, alcohol 70% atau formalin 2%, pemantik
19

api, ruangan inokulasi khusus/kabinet. Langkah-langkah proses inokulasi


bibit F2 sebagai berikut :

- Sterilkan ruangan inokulasi dengan menyemprotkan alkohol 70% atau


formalin 2% ke dalam ruangan secara merata.
- Sterilkan pinset dengan menyemprotkan alkohol 70% atau
membakarnya di atas lampu spiritus hingga membara, lalu dinginkan.
- Ambil miselium jamur dengan pinset yang steril dan masukkan
miselium F1 ke dalam media F2. Proses ini dilakukan di dekat spiritus
untuk menjaga kesterilnya.
- Tutup botol bibit F2

4. Inkubasi

Setelah dilakukan proses inokulasi, botol-bolot F2 selanjutnya


diletakkan di delam ruangan inkubasi pada ssuhu 26⸰C - 28⸰C. Dalam
kurun waktu 2 – 4 minggu media akan dipenuhu miselium. Proses
pembibitan tahap kedua ini dapat berhasil ditandai dengan miselium yang
tumbuh berwarna putih. Apabila miselium tidak berwarna putih, maka
proses pembibitan tahap kedua gagal, dan harus diulagi dengan media
tanam yang baru.

c. Pembibitan Tahap Ketiga (F3)

Pembibitan tahap ketiga ini bertujuan untuk memperbanyak


msielium jamur yang berasal dari F2. Media yang digunakan pada
penbibitan F3 sama dengan yang digunakan pada pebibitan F2. Proses
pembuatan bibit F3 sama dengan proses pembuatan bibit F2. Setiap satu
botol bibit F2 dapat diinokulasikan kedalam kurang lebih 100 botol F3
Wiadarni (2010).

d. Pembuatan Media Tanam Baglog (F4)

Menurut Wiadarni (2010) dalam budidaya jamur tiram, proses


tahap akhir pada pembibitan adalah pembuatan media tanam baglog. Pada
prinsipnya pembuatan baglog dilakukan dengan menggunakan bahan-
20

bahan yang memiliki karakteristik menyerupai habitat asli jamur tiram.


Untuk menyesuaikan habitat aslinya, bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan media tanam yakni serbuk kayu yang dibungkus menggunakan
plastik dan dibentuk menyerupai kayu gelondongan. Dalam pembuatan
baglog, tahapan yang dilakukan yaitu pembuatan media tanam, sterilisasi
baglog, inokulasi, dan inkubasi baglog.

1. Pembuatan Media Tanam

Pada pembuatan media tanam bahan baku yang digunakan dalam


pembuatan media tanam yakni serbuk kayu yang dibungkus menggunakan
plastik dan dibentuk menyerupai kayu gelondongan. Komposisi bahan
baku yang digunakan petani antar daerah memiliki komposisi yang
berbeda-beda, berikut kombinasi komposisi yang kerap digunakan oleh
petani :

Tabel 1. Kombinasi komposisi baglog jamur tiram

Bahan (Kg)
Komp Serbuk Bekat Kapur Gips Tepung Tepung Sisa Pupuk
osisi Kayu ul Jagung Tapioka Kapas TSP

I 10 1 0,1 0,1 - - - 0,05


II 1 0,05 - 0.01 - - 0,1 -
III 1 0.05 0,01 - - - - -
IV 5 0,5 0,01 - 0,4 - - -
V 100. 15 5 1 - - - -
VI 100 5 2 0,5 - - - 0,5
VII 100 10 2 0,5 - - - 0,5
VIII 100 10 5 1 - 5 - 0,5
Sumber : Parjimo, 2001

Berikut langkah-langkah dalam pembuatan baglog :


21

- Ayak semua bahan untuk mendapatkan ukuran yang seragam


- Campur semua bahan tersebut hingga tidak ada bahan yang
menggumpal dan tambahkan air pada media
- Tumpuk media yang sudah tercampur rata setinggi 50 cm, kemudian
tutup dengan plastik selama dua hari hingga suhu mencapai 50 C
dengan kadar air 50%-60% dan pH 6-7. Untuk memastikan kadar air
telah memenuhi syarat dilakukan dengan cara menggenggam media,
apabila media tidak mengeluarkan air banyak dan mudah hancur
menandakan media telah memenuhi syarat.
- Masukkan media tanam kedalam plastik tebal berukuran 20 x 30 cm
dengan kapasitas 1000 gram, padatkan media hinggga ketinggian 20
cm.
- Buat lobang tanam tepat pada tengah permukaan media sedalam 10 cm
dan diameter 2,5 cm menggunakan besi atau kayu yang steril.
- Pasang cincin plastik/potongan paralon, lalu disumpal dengan kapas
atau kain perca.

2. Sterilisasi Baglog

Baglog yang telah dibuat banyak mengandung mikroba seperti


jamur-jamur liar, oleh karena itu perlu dilakukan sterilisasi untuk
memastikan tidak ada mikroba liar yang tumbuh pada baglog tersebut.
Sterilisasi yang kurang sempurna akan mengakibatkan kegagalan panen.
Jamur liar yang tumbuh akan menghambat pertumbuhan jamur tiram jika
sterilisasi tidak sempurna. Proses sterilasi dilakukan dengan menggunakan
drum atau steamer (ruang pengovenan). Langkah-langkah yang dilakukan
dalam proses sterilisasi yakni :

- Drum di letakkan diatas tungku pemanas.


- Pada bagian dalam bawah drum diberi saringan pengukus
menggunakan anyaman kawat agar menyerupai dandang.
- Lapisis bagian dalam drum menggunakan karung goni, agar baglog
tidak lansung dengan drum.
22

- Isi air kedalam drum sebanyak kurang lebih 20 liter (dibawah


saringan).
- Masukkan baglog kedalam drum , pastikan drum kembali tertutup
rapat, dan nyalakan tungku api.
- Didihkan air yang ada dalam drum, proses sterilisasi akan memakan
waktu 5 jam untuk memastikan baglog terbebaskan dari mikroba jamur
liar

3. Inokulasi / Menrunkan Bibit F3 menjadi F4 (Baglog/Media Tanam)

Baglog yang telah di sterilkan selanjutnya di dinginkan selama


kurang lebih 12 jam hingga mencapai suhi 35C – 40C. Proses inokulasi
dapat dilakukan setelah baglog dingin dan dilakukan pada ruangan yang
steril. Proses inokulasi dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi
resiko baglog terkontaminasi dengan mikroba. Alat dan bahan yang
diperlukan inokulasi diantaranya spiritus kecil, bibit F3 jamur tiram putih,
pinset, alcohol 70% atau formalin 2% untuk sterilisasi. Langkah – langkah
dalam proses inokulasi sebagai berikut :

- Sterilkan ruangan tempat proses inokulasi dengan menyemprotkan


disenfektan alkohol 70% atau formalin 2%.
- Sebelum menyemprotkan disinfektan pastikan tangan dan kaki sudah
steril.
- Sterilkan pinset dengan mencelupkan kedalam alkohol.
- Remukkan bibit F3 dalam botol menggunakan kayu atau besi yang
telah disterilkan.
- Buka tutup baglog, dan ambil bibit F3 menggunakan pinset kemudian
masukkan kedalam baglog secukupnya.
- Tutup kembali baglog dengan cepat

4. Inkubasi Baglog

Proses terakhir dalam pembuatan baglog yakni penumbuhan


miselium yang disebut proses inkubasi. Proses ini dilakukan pada ruang
inkubasi dengan suhu 22C – 28C. Suhu pada ruang inkubasi harus selalu
23

dikontrol dengan melakukan pengecekan alat pengukur dan pengatur


secera berkala. Pertumbuhan miselium tergganggu apabila suhu berada di
atas / di bawah suhu yang ditetapkan.

Baglog jamur tiram diletakkan lansung di atas lantai ruangan


inkubasi dengan posisi berdiri dan ditumpuk maksimal tiga tumpukan.
Proses inkubasi dilakukan selama 30 – 50 hari hingga media dipenuhi
miselium. Keberhasilan proses inkubasi ditandai dengan tumbuhnya
miselium berwarna putih yang merambat ke bawah. Apabila miselium
yang tumbuh tidak berwarna putih, maka proses inkubasi dinyatakan
gagal.

Miselium akan tumbuh mulai dari bagian atas kemudian bagian


bawah. Baglog dapat dipindahkan kedalam kumbuh setelah melalui masa
inkubasi selama dua puluh hari. Sebelum baglog dimasukkan kedalam
kumbung, sebaiknya dilakukan seleksi untuk mengelompokkan baglog
menurut tingkat kemerataan miseliumnya. Jamur yang mengalami
produksi maksimal ditandai dengan tumbuhnya miselium secara merata ke
seluruh bagian media tanamnya.

5. Pemeliharaan

a. Memasukkan Baglog ke dalam Kumbung

Sebelum memasukkan baglog kedalam kumbung, pastikan kumbung telah


steril dengan menyemprotkan disenfektan formalin 0,5% secara merata.
Penyempotan dilakukan satu hari sebelum baglog dimasukkan ke dalam
kumbung. Setelah kumbung steril, baglog dapat disusun pada bagian rak yang
terdapat pada kumbung. Terdapat dua jenis posisi penyusunan yakni posisi
berdiri dan posisi tidur (Wiadarni, 2010).

Baglog yang telah tersusun rapi selanjutnya dibuka penutup baglog. Panen
pertama dapat dilakukan setelah 30 hari penutup baglog dibuka. Pada baglog yang
telah dibuka penutupnya, jamur akan tumbuh secara sporadis. Dengan kondisi
tersebut, jamur akan tumbuh menjadi banyak, besar dan tinggi dengan batang
24

yang banyak. Selanjutnya dilakukan penyantatan menggunakan pisau steril


mmembentuk huruf V pada bagian lengkung baglog (Wiadarni, 2010)

b. Menjaga Kebersihan Kumbung

Menurut Wiadarni (2010) Kebersihan merupakan faktor utama dalam


keberhasilan budidaya jamur dari awal hingga akhir. Kumung tempat budidaya
harus dipastikan kebersihannya dengan melakukan kegiatan berikut :

- Senantiasa membersihkan lantai kumbung secara berkala dari segala


kotoran
- Tidak membawa makanan atau makan di dalam kumbung
- Apabila terdapat baglog yang telah terserang hama penyakit, segera
keluarkan. Jangan biarkan baglog tersebut terlalu lama di dalam kumbung
agar tidak menularkan penyakit kepada baglog lainnya.
- Meletakkan keset yang telah dibasahi dengan disinfektean di depan pintu.

c. Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit

1. Gulma

Gulma merupakan segala jenis jamur lain yang tidak diharapkan


pertumbuhannya pada baglog jamur tiram yang menyebabkan
terganggunya pertumbuhan jamur tiram. Penyebab tumbuhnya gulma pada
baglog karena proses sterilisasi tidak sempurna, sehingga spora jamur
gulma masih tersisa pada baglog. Gulma pada baglog jamur tiram akan
bersaing dalam mendapatkan nutrisi, jamur tiram akan sulit untuk
mendapatkan nutrisi yang maksimal. Pertumbuhan miselium gulma lebih
cepat pertumbuhannya dibandingkan pertumbuhan miselium jamur tiram
(Suharyanto, 2010).

Pertumbuhan gulma dapat dikendalikan dengan cara mencabut


gulma menggunakan pinset. Apabila pertumbuhan miselium sudah
banyak, maka baglog jamur tersebut harus segera disingkirkan. Dalam
mencegah pertumbuhan gulma dilakukan dengan cara memastikan seluruh
25

proses budidaya harus dilakukan pada kondisi lingkungan yang steril dan
perlu ketelitian yang tinggi (Suharyanto, 2010).

2. Hama

Jamur memiliki aroma kahas yang menjadi daya tarik hama yang
dapat mengundang hama penggangu masuk kedalam kumbung. Karena
ukurannya yang kecil, serangga dapat masuk kedalam kumbung melalui
jendela saat terbuka atau melalui lobang kecil yang tidak dapat terdeteksi.
Apabila jamur tiram telah terserang oleh hama dapat diketahui melalui
tanda yakni miselium jamur akan hilang secara perlahan atau bagian
permukaan jamur bolong (Wiadarni, 2010).

Usaha yang dapat dilakukan dalam mencegah kehadiran hama


dalam kumbung dapat dilakukan dengan cara selalu menutup rapat
kumbung dan memastikan tidak ada lubang kecil yang menjadi pintu
masuk hama ke dalam kumbung. Apabila mengetahui kain kasa yang
menjadi penutup jendela sudah bolong, dapat segera diganti atau
diperbaiki. Namun apabila serangga telah berada dalam kumbung,
pengendalian dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida dengan
dosis 90 ml/liter yang dapat disemprotkan ke 140 m³ (Wiadarni, 2010)..

Jenis hama yang dapat menyerang jamur tiram diantaranya mrutu


(sejenis lalat kecil), tungau, rayap, laba-;aba, ulat, dan laba-laba. Hama
yang menjadi musuh besar bagi petani amur tiram adalah ulat/cacing yang
tumbuh pada media. Perkembangan hama tersebut dapat mencapai 100
kali lipat dalam kurun waktu satu minggu. Dalam melakukan
pengendalainnya, dilakukan cengan cara menjaga sirkulasi udara untuk
menurunkan kelembaban kumbung. Apabila pengebaran hama tersebut
sudah sangat banyak, dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
khusus ulat/cacing (Wiadarni, 2010).

3. Penyakit
26

Penyakit yang menyerang jamur tiram disebabkan oleh sterilisasi


yang tidak sempurna, alat yang kurang bersih, bibit yang tidak murni, dan
kandungan air di dalam media terlalu tinggi. Penyakit pada jamur tiram
dapat berupa tumbuhnya jamur lain seperti corticium, mucor, rhizopus,
penecillum, coprinus, dan aspergilus di baglog. Jamur yang telah diserang
penyakit ditandai dengan adanya bintik-bintik cokelat kemerahan di bagian
tudung jamur (Suharyanto, 2010).

Pencegahan serangan penyakit pada jamur tiram dapat dilakukan


dengan cara memastikan setiap tahapan budidaya selalu steril, terutama
pada saat sterilisasi. Sebelum baglog dimasukkan kedalam kumbung,
pastikan kumbung telah steril dengan menyemprotkan disinfektan formalin
0,5% dan ditutup rapat selama dua hari (Suharyanto, 2010).

6. Panen dan Pasca Panen

Panen jamur tiram dilakukan saat pertumbuhan jamur mencapai titik


optimal yakni pada 40 hari setelah tanam atau 4-5 hari setelah pembentukan tubuh
buah. Waktu pemanenen sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari untuk menjaga
kesegaran dan mempermudah proses pemasaran. Bobot jamur pada saat panen
mencapai 50 – 75 gram. Satu baglog jamur tiram dapat dipanen hingga lima kali
selama tiga bulan dengan interval panen setiap sepuluh hari sekali
(Suharyanto,2010).

Menurut Wiadarni (2010) dalam proses panen, petani melakukan langkah-


langkah berikut :.

- Panen dilakukan pada sebelum pukul 10.00 atau setelah pukul 16.00.
- Pegang jamur pada pangkal batang.
- Goyang kiri kanan dan tarik perlahan.
- Bersihkan pangkal batang jamur yang ada sisa-sisa grajen kayu dengan
memotongnya.
- Bersihkan sisa akar yang masih tertinggal pada baglog.
27

Proses pasca panen sangat perlu dilakukan oleh petani agar hasil jamur
tiram dapat diterima oleh pasar. Dalam proses pasca panen, langkah awal yang
dilakukan dengan membersihakn jamur tiram dari segala kotoran yang menempel.
Setelah kita mampu memproduksi jamur tiram dengan baik, hal yang terpenting
dalam berbisnis adalah pemasaran. Pemasaran jamur tiram relative lebih mudah
karena masyarakat banyak yang menyukai jamur tiram dan harganya dapat
dijangkau semua kalangan masyarakat. Pemasaran apat dilakukan dalam bentuk
olahan atau dalam bentuk segar atau jamur yang telah dikeringkan (Wiadarni,
2010).

B. Usahatani

a. Konsep Usahatani

Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang


mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memproduksi produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas tinggi sehingga
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
apabila petani mampu mengalokasikan sumber daya yang ada sebaik baiknya
serta dikatakan efisien apabila petani dapat memanfaatkan sumber daya tersebut
untuk menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input)
(Soekartawi,2002).

Usahatani pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan


produksi pertanian yang memiliki kualitas serta dapat berdaya saing.
Pengembangan komoditas pertanian harus memperhatikan kebutuhan pasar,
terfokus pada produk yang memiliki daya saing tinggi maupun memenuhi fungsi
sebagai komoditas ekonomi dan sosial, memiliki keterkaitan pada sector lain serta
mampu memaksimalkan sumber daya alam tertutama pada lahan yang
berwawasan lingkungan (Soekartawi, 1984).

Pada pengembangan usahatani selalu melibatkan berbagai faktor yang


diperlukan untuk melakukan produksi yakni lahan, tenaga kerja, dan modal.
Faktor-faktor tersebuh harus dapat dikelola se optimal mungking sehingga dapat
memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Faktor produksi atau yang dikenal
28

sebagai faktor input adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut dapat tumbuh dan mengasilkan produk dengan baik. Faktor
produksi tersebut akan menentukan hasil yang akan diperoleh nantinya. Faktor
produksi yang diperlukan pada usahatani diantanya :

1. Lahan/Media Tanam

Tanah merupakan 28actor utama dalam usahatani dimana tanah


menjadi tempat produksi berjalan dan darimana hasil produksi ke luar.
Balas jasa yang diterima oleh tanah lebih besar dari 28actor-faktor
produksi lainnya. Pengolahan tanah secara sempurna sangat diperlukan
agar dapat memperbaiki struktur tanah, memberantas gulma, dan hama
dalam tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, medorong aktivitas
mikroorganisme tanah serta membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
Dalam usahatani jamur tiram yang berperan menjadi tanah yakni baglog.
Baglog merupakan media tanam dalam budidaya jamur tiram (Soekartawi,
2002).

2. Modal

Menurut Hanifah (1985), Modal merupakan barang-barang yang


bernilai ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan
atau untuk meningkatkan produksi. Modal digunakan untuk menghasilkan
barang-barang konsumsi atau barang-barang modal. Menurut Soekartawi
(2002) modal dalam usahatani dibedakan menjadi dua yakni modal tetap
dan modal tidak tetap. Modal tersebut dibedakan berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki oleh modal tersebut. Modal tetap merupakan biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dipakai dalam satu
kali proses produksi. Contoh modal tetap diantaranya yakni tanah,
bangunan, mesin-mesin, dan lain-lain. Modal tidak tetap merupakan biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali dalam
proses produksi tersebut, misalnya obat-obatan, pupuk, benih, biaya tenaga
kerja. Besar kecilnya kebutuhan dalam usaha pertanian tergantung dari :
29

i. Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar


kecilnya modal yang dipakai. Semakin besar skala usaha maka makin
besar pula modal yang diperlukan.
ii. Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi
pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai.
iii. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu
usahatani.

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu penentu dalam usahatani,


terutama bagi usahatani yang sanget tergantung pada musim. Kelangkaan
tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman, produkstivitas, kualitas produk. Pada usahatani
keluarga maupun perusahaan penggunaan tenaga kerja belum mampu
diatasi dengan penggunaan teknologi mekanisasi yang menghemat tenaga.
Hal tersebut dikarenakan teknologi mekanisasi tergolong mahal dan
terdapat hal lain dimana tenaga kerja manusia tidak dapat digantikan
(Suratinah 2008).

Menurut Hanifah (1985) Kebutuhan tenaga kerja dalam usahatani


sangat beragam. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah tenaga kerja
dintaranya :

i. Luas Usahatani ; semakin luas usahatani, maka semakin banyak


tenaga kerja yang dibutuhkan.

ii. Jenis tanaman ; tanaman satu musim (cabai, kentang, jagung dan
lain-lain) lebih banyak memerlukan tenaga kerja dibandingkan
usatani tanaman tahunan (kelapa sawit, kelapa, durian dan lain-
lain)

iii. Tingkat perkembangan usahatani ; usahatani subsistem lebih


sedikit memerlukan tenaga kerja dibandingkan usahatani
komersial.
30

iv. Keadaan alam dan topografi ; lahan miring lebih banyak


memerlukan tenaga kerja dibandingkan lahan datar. Usahatani pada
tanah pasir memerlukan tenaga kerja dibandingkan usahatani tanah
margalit.

4. Manajemen

Manajemen terdiri dari merencanakan, mengorganisasikan,


melaksanakan dan mengevaluasi suatu proses produksi. Karena proses
produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja) dari berbagai
tingkatan, maka manajemen berarti pula bagaimana mengelola orang-
orang tersebut dalam tingkatan atau dalam tahapan proses produksi.

b. Biaya Usahatani

Faktor biaya sangat menenetukan kerberlansungan proses produksi. Secara


umum, petani mengharapkan keuntungan atau penerimaannya akan selalu lebih
besar dari biaya tunai yang mereka keluarkan. Biaya yang dikeluarkan petani
dalam proses produksi membawanya menadi produk disebut biaya produksi.
Termasuk di dalamnya jasa atau barang yang dibayarkan di dalam maupun di luar
usahatani. Menurut Hernanto (1989) biaya merupakan korbanan yang dicurahkan
dalam proses produksi yang semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah. Menurut
Soekartawi (1986) biaya merupakan semua nilai masuk yang habis terpakai atau
dikeluarkan ke dalam produksi tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
Biaya yang dikeluarkan seorang petani dalam proses produksi serta membawanya
menjadi produk disebut biaya produksi. Menurut Hernanto (1989) biaya
dibedakan menadi empat kategori

1. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis
dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah
output yang di produksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada
produksi.
31

2. Biaya variable (variabel cost), yaitu biaya yang dikeluarkan apabila


hendak melakukan produksi dan besar kecilnya sangat tergantung pada
skala produksi.

3. Biaya tunai merupkan pengeluaran tunai yang dikeluarkan petani. Biaya


tunai dari biaya tetap diantaranya pajak tanah, sewa listrik, air, dan
pergudangan. Biaya tunai dari biaya variabel diantaranya biaya bibit,
pupuk, obat-obatan dan biaya tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK)

4. Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang tidak secara


tunai dikeluarkan secara petani. biaya yang diperhitungkan dari biaya
tetap adalah penyusutan, sedangkan biaya yang diperhitungkan dari
biaya variabel adalah meliputi biaya tenga kerja dalam keluarga.

c. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah jumlah perkalian antara produksi dikalikan


dengan harga jual produk. Penerimaan usahatani dapat diartikan sebagai balas jasa
material yang diperoleh petani atau usahatani akibat pemakaian barang modal
yang dimilikinya. Penerimaan usahatanu dapat dicari dengan menggunakan rumus
(Soekartawi, 1995)

TR = Py x Y

Dimana : TR : Total penerimaan (Rp/Ha/MT)

Py : Harga Jual (Rp/Kg)

Y : Jumlah Produksi (Kg/Ha/MT)

d. Pendapatan Usahatani

Tujuan utama petani mengusahakan kegiatan usahataninya yakni untuk


mendapatkan pendapatan yang dapat digunakan memebuhi kebutuhan hidup
keluarga petani. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani dapat menjadi tolak
ukur keberhasilan suatu usahatani. Dalam meningkankan pendapatan pendapatan
tersebut dilakukan dengan meningkatkan produksi usahatani. Produksi yang
32

optimum dapat diperoleh dari mengkombinasikan faktor-faktor produksi dengan


ketrampilan manajemen tertentu. Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani
dipengaruhi oleh tingkat kecakapan petani mengelola usahataninya dari sumber
produksi yang tersedia.

Pendapatan terbagi menjadi dua yakni pendapatan bersih dan pendapatan


kotor. Pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor dikurangi
pengeluaran usahatani. Sedangkan pendapatan kotor merupakan nilai produk total
usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.
Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua masukan yang dihabis dipakai
atau dikeluarkan dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan
yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi ,
pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan
ke dalam usahatani (Soekartawi, 1986). Pendapatan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

Pd = TR – Bt

Dimana : Pd = Pendapatan Usahatani (Rp/Ha/MT)

TR = Total Penerimaan (Rp/Ha/MT)

Bt = Biaya Yang dibayarkan (Rp/Ha/MT)

e. Keuntungan Usahatani

Keuntungan usahatani merupakan selesih dari pendapaan dengan biaya


total atau biaya yang dibayarkan ditambah dengan biaya yang diperhitungkan.
Keuntungan ini bisi dilihat melalui persamaan berikut (Soekartawi, 1995):

K = (Py.Y) – BT

Dimana : K = Keuntungan usahatani (RP)

Y = Jumlah produksi (Kg/Ha/MT)

Py = Harga jual (Rp/Kg)


33

BT = Biaya total (Rp/Ha/MT)

D. Kontribusi Pendapatan dalam Rumah Tangga

Rumah tangga merupakan sebuah keluarga yang merupakan satu unit


pengambil keputusan kerja menyusun strategi untuk dapat memaksimalkan
tingkat kepuasan keluarga secara keseluruhan kesempatan yang terbuka tercermin
dalam bentuk tersedianya lowongan kera, kesempatan pendidikan dan latihan.
Rumah tangga sebagai unit pengambil keputusan mempunyai peranan penting
dalam mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi. Alokasi
waktu rumah tangga terhadap suatu pekeraan berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Rumah tangga dapat berperan sebai produsen dan
konsumen. Sebagai produsen, sumberdaya yang dimiliki oleh rumah tangga
adalah waktu untuk bekerja. Sedangkan sebagai konsumen, rumah tangga
mengonsumsi memperoleh kepuasan bukan hanya dari barang dan jasa tetapi uga
dari komoditi yang dihasilkan keluarga. Setiap rumah tangga mengalokasikan
waktunya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Hal tersebut
menyebabkan tingkat curahan tenaga kera dan tingkat pendapatan setiap rumah
tangga berbeda-beda (Atika, 2011).

Pendapatan utama adalah sumber penghasilan rumah tangga yang paling


menunjang kehidupan rumah tangga atau yang memberikan penghasilan terbesar.
Pada umumnya mata pencaharian utama memiliki alokasi waktu kerja yang
terbesar dibandingkan dengan kegiatan yang lainnya. Sedangkan pendapatan
tambahan didefenisikan sebagai penghasilan yang diperoleh rumah tangga dengan
mengusahankan kegiatan lain diluar pekerjaan utama. Berdasarkan sumber
pendapatannya, dapat dikatakan bahwa pendapatan total rumah tangga bersumber
dari pendapatan mata pencaharian utama ditambah dengan pendapatan dari mata
pencaharian tambahan (Atika, 2011).
Ragam sumber pendapatan diduga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu
sendiri. Tingkat pendapatan yang rendah megharuskan anggota rumah tangga
untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhannya. Bagi
34

sebagian rumah tangga, upaya tersebut tidak hanya menambah curahan jam kerja
dari kegiatan yang ada, tetapi juga melakukan kegiatan lain (Rasahan, 1989).
Struktur pendapatan rumah tangga dipedesaan antara lain dipengaruhi oleh
potensi desa. Pada potensi desa yang relative sama, maka keragaman pendapatan
rumah tangganya juga relatif sama, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya
variasi pendapatan akibat keterampilan yang berbeda antar anggota rumah tangga.
Selain itu, besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan
rumah tangga, tergantung dari sumberdaya atau potensi desa tersebut (Mubyarto,
1994).
Bagi sebagian besar masyarakat perdesaan yang memiliki tingkat
kontribusi pendapatan yang rendah dari sektor pertanian akan berupaya untuk
meningkatkan pendapatannya dari luar sektor pertanian. Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan diluar sektor pertanian tidak lagi dianggap sebagai kegiatan
sampingan, karena memiliki peranan yang penting dalam pendapatan rumah
tangga. Pendapatan diluar sektor pertanian telah menjadi komponen penting untuk
diperhitungkan dalam menyumbang pendapatan rumah tangga (Inesya, 2018)
Kontribusi adalah sumbangan yang dapat diberikan oleh suatu hal terhadap
hal lain dengan tujuan biaya, dengan kerugian tertentu atau bersama. Kontribusi
tersebut dapat berupa materi ataupun tindakan. Rumah tangga adalah seseorang
atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik da
biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Orang yang tinggal di
rumah tersebut disebut anggota rumah tangga. Sedangkan orang yang
bertanggung jawab atau yang dianggap bertanggung jawab terhadap rumah tangga
adalah kepala rumah tangga (Kusmawardhani, 2004).
Kontribusi pendapatan usahatani terhadap pendapatan rumah tangga petani
dapat dihitung dengan :

K = Pd/Yi x 100%

Keterangan :
K = Kontribusi pendapatan (%)
Pd = Pendapatan usahatani (Rp/Tahun)
Yi = Total pendapatan rumah tangga petani (Rp/tahun)
35

F. Penelitian Terdahulu
Inesya Sy (2018) melakukan penelitian dengan judul Kontribusi usahatani
kelapa terhadap pendapatan rumah tangga petani di Nagari Limau Puruik
Kecamatan V Koto Timur Kabupaten Padang Pariaman. Tujuan Penelitian ini
adalah Mendeskripsikan profil usahatani kelapa dan menganalisis kontribusi
usahatani kelapa terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kanagarian Limau
Puruik Kecamatan V Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman. Pada penelitian
ini responden adalah petani kelapa di Kanagarian Limau Puruik Kecamatan V
Koto Timur, Kabupaten Padang Pariaman, penentuan lokasi penelitian ditentukan
dengan pertimbangan bahwa Kecamatan V Koto Timur merupakan salah satu
kecamatan yang memiliki jumlah produksi kelapa yang cukup tinggi di Kabupaten
Padang Pariaman, sedangkan pemilihan Nagari Limau Puruik dilakukan dengan
pertimbangan bahwa kelapa menjadi komoditi unggulan bidang perkebunan di
Nagari Limau Puruik, pengambilan sampel responden dilakukan dengan secara
kebetulan (accidental sampling) dan metode analisis yang digunakan adalah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata produksi kelapa 7493 butir. Harga
berkisar antara Rp 1.200 – Rp 3.000,-/Butir, penerimaan yang didapatkan sebesar
Rp 14.969.590,-, sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah Rp
4.656.744,- dan didapatkan pendapatan usahatani kelapa sebesar Rp 10.312.846.-
/Tahun. Kontribusi pendapatan kelapa adalah 39% . Pendapatan usahatani kelapa
di Nagari Limau Purut masuk kedalam kategori sedang (≥ 30% sampai dengan ≤
60%).
Faisal Majid (2022), melakukan penelitian dengan judul Kontribusi
Usahatani Kopi Robusta Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Nagari
Guguak Malalo Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar. Tujuan
Penelitian ini adalah mendeskripsikan usahatani kopi robusta dan menganalisa
kontribusi usahatani kopi robusta terhadap peeennndapatan rumah tangga petani
di Nagari Guguak Malalo Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar.
Pada penelitian ini responden adalah petani kopi robusta di Nagari Guguak Malalo
Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar , penentuan lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan
Batipuh Selatan produksi kopi tertinggi di Kabupaten Tanah Datar, pengambilan
36

sampel responden dilakukan dengan cara simple random sampling dan metode
analisis yang digunakan adalah metode deskriptif untuk mendeskripsikan secara
spesifik mengenai gambaran umum dan usahatani kopi robusta dengan
menggunaakan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada petani kopi robusta yang
dijadikan sampel penelitian dan analisis kuantitatif dengan menganalisa
pendapatan petani dari usahatani kopi robusta, total pendapatan rumah tangga
petani, dan analisis kontribusi pendapatan kopi robusta terhadap pendapatan
petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi rata-rata petani kopi
robusta sekitar 429,76 Kg dengan rata-rata penualan Rp. 21.176,47/Kg, didapati
rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.421.470,59/tahun, rata-rata
penerimaan Rp. 9.187.029,47/tahun dan rata-rata pendapatan usahatani kopi
robusta sebesar Rp. 7.636.441,17/tahun. Kontribusi usahatani kopi terhadap
pendapatan rumah tangga petani sebesar 28,53% hal ini dikategorikan kecil
karena kurang dari <30%.

Robby (2020) melakukan penelitian dengan judul Kontribusi Budidaya


Jamur Tiram Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Bleberan Kecamatan
Playen Kabupaten Gunung Kidul. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
pendapatan dari budidaya jamur tiram terhadap pendapatan rumah tangga di Desa
Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul.. Pada penelitian ini
responden adalah petani jamur tiram tangga di Desa Bleberan Kecamatan Playen
Kabupaten Gunung Kidul , penentuan lokasi penelitian ditentukan, pengambilan
sampel responden dilakukan dengan menggunakan teknik multi random stage
sampling sebanyak 42 petani dari jumlah populasi yang ada dan metode analisis
yang digunakan adalah deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari
total biaya implisit dan eksplisit yang harus dikeluarkan oleh petani jamur tiram di
Desa Bleberan adalah sebesar Rp 2.381.457. Dengan penerimaan yang didapat
sebesar Rp. 2.789.571. Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 2.534.023. Serta
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 408.114. Kontribusi budidaya jamur tiram
terhadap pendapatan rumah tangga di Desa Bleberan Kecamatan Playen tergolong
sedang, dengan kontribusi sebesar 32,48%. Namun, usahatani budidaya jamur
tiram ini dapat membantu pendapatan keluaraga dalam memenuhi kebutuhan
rumah tangga di Desa Bleberan
37

G. Kerangka Pemikiran

Pemberdayaan Masyarakat Di
Bawah Garis Kemiskinan

Program Usahatani Jamur


Tiram

Pendapatan dan Keuntungan


Usahatani Jamur Tiram

Pendapatan Keluarga Petani

Usahatani Jamur Usahatani Non Jamur Non Pertanian


Tiram Tiram

Kontribusi Pendapatan
Usahatani Jamur Tiram
Terhadap Pendapatan
Keluarga Petani
BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera


yang berlokasi di Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh, Kota Padang ,
Sumatera Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa 1) Kelompok Tani Limau Manis
Sejahtera merupakan salah satu kelompok tani binaan Baznas Kota Padang 2)
Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera merupakan satu-satunya kelompok tani
binaan Baznas Kota Padang yang masih aktif memproduksi jamur.
Penelitian ini akan dilaksanakan setelah dikeluarkannya surat rekomendasi
penelitian oleh Fakultas Pertanian Universitas Andalas dan direncanakan
dilakukan selama 40 hari.

B. Motode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, penyelidikan


yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau
unit, baik sensus atau dengan menggunakan sampel dimana penyelidikan sampel
tersebut diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gelaja-gejala yang ada dan
mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, atau
politik dari kelompok ataupun daerah (Nazir, 2005).
Menurut Wirartha (2006) penelitian survei adalah penelitian yang
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, data yang dipelajari dari populasi
tersebut sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan
hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis. Survei pada umumnya
merupakan cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka
waktu yang bersamaan dalam jumlah besar dan luas.
Dengan metode ini memungkinkan untuk mendapatkan informasi
mengenai seberapa besar pendapatan petani jamur tiram dan berapa besar
kontribusi pendapatan usahatani jamur tiram terhadap pendapatan keluarga petani.
39

C. Metode Pengambilan Sampel

Menurut Sugiono (2017) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi karakteristik sifat yang dimiliki. Sedangkan menurut Liliweri
(2019) Populasi merupakan seluruh item terpilih untuk di studikan yang
menunjukkan pada keseluruhan satuan pengamatan yang disebut juga unit dari
satu penelitian.
Pada penelitian ini yang menjadi populasi merupakan petani jamur tiram
yang menjadi anggota kelompok tani Limau Manis Sejahtera yakni sebanyak 31
orang. Menurut Arikunto (2012) jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang,
maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih
besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah
populasinya. Berdasarkan peneliti ini karena jumlah polulasi kurang dari 100
orang, maka peneliti akan mengambil seluruh pupulasi yang menjadi sampel
dalam penelitian. Dengan demikian penggunaan seluruh populasi tanpa harus
menarik sampel penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai teknik sensus.
D. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan dengan petani yang
mengusahakan jamur tiram. Data ini diperoleh melalui wawancara yang
dilakukan tatap muka dengan menggunakan kuisioner (liliweri, 2019)
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya atau data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti. Data sekunder diperoleh oleh literatur, buku, jurnal, artikel penelitian
terdahulu dan Dinas dan Instansi terkait yaitu segala hal yang bersangkutan
dengan penelitian ini, antara lain: Badan Amil Zakat Kota Padang, Dinas
40

Pertanian Kota Padang, Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi-isntansi lain
yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Variabel yang Diamati

Menurut Sugiyono (2012), variabel dalam penelitian merupakan segala


seuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Menurut Liliweri (2019) Variabel merupakan sifat atau jumlah
yang memiliki nilai kategorial atau nilai yang dapat diukur. Berdasarkan tujuan
penelitian maka variabel-variabel yang diamati adalah:

Untuk tujuan pertama yaitu : mendeskripsikan profil usahatani jamur tiram,


variabel yang diamati yaitu:
1. Mendeskripsikan usahatani jamur tiram, meliputi: aspek budidaya jamur tiram,
kondisi daerah, kondisi jamur tiram.
Untuk tujuan kedua yaitu: menganalisa pendaptan dan keuntungan usahatani
jamur tiram adalah:

1. Produksi, yaitu jumlah jamur tiram yang dihasilkan selama enam bulan
produksi yakni pada bulan November 2021 – April 2022 (Kg), dengan alasan
pada bulan Oktober kelompok tani Limau Manis Sejahtera dinobatkan sebagai
Kampung Jamur hal ini memberikan dampak positif dengan mendapatkan
faktor-faktor produksi tambahan dari Baznas dan sejak saat itu anggota
kelompok tani Limau Manis Sejahtera yang telah resmi terdaftar menjadi
binaan Baznas Kota Padang sebanyak 31 orang.
2. Harga, yaitu nilai yang diterima petani pada saat menjual jamur tiram (Rp/Kg)
3. Penerimaan, yaitu seluruh hasil yang diperoleh dari usahatani jamur tiram
selama enam bulan produksi yakni pada bulan November 2021 – April 2022
atau jumlah produksi dikali harga jual jamur tiram (Rp).
4. Biaya usahatani jamur tiram terdiri dari :
41

i. Biaya yang diayarkan , terdiri dari : pembelian bibit, peralatan pertanian,


obat-obatan, upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, pajak dan sewa
lahan (Rp).
ii. Biaya yang diperhitungkan : upah tenaga kerja dalam kelaurga, bunga modal
sendiri, biaya sewa lahan sendiri, dan biaya penyusutan alat (Rp).
Untuk tujuan ketiga yaitu: mengetahui kontribusi usahatani jamur tiram
terhadap rumah tangga petani adalah:
1. Pendapatan usahatani jamur tiram, yaitu total pendapatan keluarga petani yang
berasal dari usahatani jamur tiram (Rp).
2. Pendapatan pertanian non jamur tiram, yaitu total pendapatan keluarga petani
yang berasal dari sektor pertanian, namur selain usahatani jamur tiram (Rp).
3. Pendapatan non pertanian, yaitu total pendapatan keluarga petani yang berasal
dari usaha selain pertanian (Rp).
4. Pendapatan keluarga petani, yaitu total seluaruh pendapatan keluarga petani
atau penjumlahan anatara pendapatan usahatani jamur tiram, pendapatan
pertanian non jamur tiram dan pendapatan non pertanian (Rp).
5. Kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani, yaitu sumbangan
pendapatan jamur tiram terhadap pendapatan rumah tangga petani (%).

F. Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian, analisa data yang digunakan dalam


penelitian ini adalah :
1. Untuk tujuan pertama, yaitu untuk mendeskripsikan profil usahatani jamur
tiram digunakan analisa deskriptif yaitu penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang bisa
diambil. Mendeskripsikan secara spesifik mengenai gambaran umum budidaya
usahatani jamur tiram dengan menggunakan daftar pertanyaan yang tertuang
dalam kuisioner ditujukan kepada petani jamur tiram yang diadikan sampel.

2. Untuk tujuan kedua, yaitu untuk menganalisa pendapatan dan keuntungan


usahatani jamur tiram. Dimana formulasi yang digunakan adalah:
42

a. Produksi
Produksi merupakan jumlah produk (jamur tiram) yang dihasilkan selama
enam bulan produksi terakhir yakni pada bulan November 2021 – April 2022.
b. Harga
Yaitu harga penjualan jamur tiram yang berlaku ditingkat petani (Rp/Kg)
c. Penerimaan petani
Penerimaan petani merupakan hasil produksi dikalikan dengan harga jual.
Untuk menghitung penerimaan petani digunakan rumus menurut (Soekartawi,
1995), yaitu :

TR = Py x Y

Keterangan:
TR = Total Penerimaan Usahatani Jamur Tiram (Rp)
Y = Produksi Jamur Tiram (Kg)
Py = Harga Produksi (Rp/Kg)
d. Biaya
Biaya adalah pengorbanan yang dilakukan oleh usahatani jamur tiram
dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya yang
dimaksud biaya yang dikeluarkan selama satu tahun produksi. Biaya yang
dibayarkan selama satu tahun seperti biaya baglog, bibit jamur, obat-obatan,
tenaga kerja luar keluarga, pajak, serta biaya angkut.

Bt = Biaya usahatani yang dibayarkan


BT = Total biaya usahatani
e. Pendapatan Usahatani
Pendapatan yang dihitung dalam penelitian ini adalah pendapatan petani
jamur tiram dalam satu tahun. Pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan biaya yang dibayarkan. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan
sebagai berikut :
(Soekartawi, 1995)
Pd = TR – Bt
Keterangan :
43

Pd = Pendapatan usahatani jamur tiram (Rp)


TR = Penerimaan usahatani jamur tiram ( Rp)
Bt = Biaya usahatani jamur tiram yang dibayarkan (Rp)
f. Keuntungan Usahatani
Keuntungan usahatani merupakan selisih antara penerimaan denga total
biaya usahatani. Total biaya usahatani merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan
untuk usahatani jamur tiram, baik biaya yang diperhidungkan dan biaya yang
dibayarkan. Keuntungan usahatani jamur tiram dapat dirumuskan sebagai berikut :

K = (Py.Y) - BT

Keterangan :
K = Keuntungan usahatani (Rp)
Py = Harga jual jamur tiram (Rp/Kg)
Y = Jumlah produksi jamur tiram (Kg)
BT = Total biaya (Rp)

3. Untuk tujuan kedua, yaitu untuk menganalisa kontribusi pendapatan usahatani


jamur tiram terhadap pendapatan rumah tangga petani jamur tiram binaan Baznas
Kota Padang. Dimana formulasi yang digunakan adalah

a. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani


Pendapatan rumah tangga petani jamur tiram tidak hanya berasal dari
usahatani jamur tiram saja, melainkan terdapat sektor lain yang menjadi sumber
pendapatan rumah tangga petani. Sektor yang menjadi sumber pendapatan petani
dapat berasal dari sektor pertanian yang terdiri dari usahatani jamur tiram dan
usahatani non jamur tiram serta sektor non pertanian seperti ojek, buruh
bangunan, dan lain sebagainya. Total pendapatan rumah tangga petani jamur tiram
dapat dirumuskan sebagai berikut :

Yi = Pd + Pa + Pb

Keterangan :
Yi = Total pendapatan rumah tangga (Rp)
Pd = Pendapatan usahatani jamur tiram (Rp)
44

Pa = Pendapatan usahatani non jamur tiram (Rp)


Pb = Pendapatan non pertanian (Rp)
b. Kontribusi Pendapatan Jamur Tiram Terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Petani
Kontribusi merupakan sumbangan yang diberikan dari hasil usahatani
jamur tiram terhadap pendapatan rumah tangga petani. Kontribusi pendapatan
jamur tiram terhadap pendapatan rumah tangga petani dapat dihitung dengan :

K = Pd/Yi x 100%

Keterangan :
K = Kontribusi pendapatan jamur tiram (%)
Pd = Pendapatan usahatani jamur tiram (Rp)
Yi = Total pendapatan rumah tangga petani (Rp)
Daftar Pustaka

Agromedia, R. 2009. Buku Pintar Bertanam Jamur Konsumsi Tiram, Kuping,


Shiitake, Merang dan Champignon. PT. Agromedia Pustaka.

Arikunto. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha
Pertanian (SPP) Sensus Pertanian 2013 dan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas)

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2018. Indonesia Dalam Angka

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2022. Persentase Penduduk Miskin Nasional

Dirjen Hortikultura. 2010. Standar operasioanl prosedur (SOP) budidaya jamur


tiram.

Hanifah, Mulia. 1985. Ilmu Usahatani. Padang. Universitas Andalas

Hermanto, F. 1989. Ilmu Usahatani .Jakarta. Penebar Swadaya

Hidayatullah, A. 2011. Kontribusi Usahatani Jagung Terhadap Pendapatan


Petani di Desa Pulai Damar Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu
Sungau Utara. Media Sains.

Inesya, Sy. 2018. Kontribusi usahatani kelapa terhadap pendapatan rumah


tangga petani di Nagari Limau Puruik Kecamatan V Koto Timur
Kabupaten Padang Pariaman. Padang. Universitas Andalas.

Ismi, Hafizatul . 2011. Analisis Kontribusi Pendapatan Usaha Kerajinan


Tanaman Mensiang Terhadap Pendapatan Total Keluarga : Studi
Kasus Kelompok Anyaman Mensiang Taratak Indah Jorong Taratak
Nagari Kabang Kecamatan Guguk Kabupaten Limo Puluh Kota.
Padang. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas.

Karmini.2020.Dasar-Dasar Agribisnis. Samarinda. Universitas Mulawarman


Press.

Liliweri. 2019. Metodologi Penelitian Kuantitatif.

Majid, Faisal. 2022. Kontribusi Usahatani Kopi Robusta Terhadap Pendapatan


Rumah Tangga Petani di Nagari Guguak Malalo Kecamatan Batipuh
Selatan Kabupaten Tanah Datar. Padang. Universitas Andalas

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. Pustaka LP3ES

Nazir, M. 2005.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor


46

Nugraga, Tatang. 2013. Kiat Sukses Budi Daya Jamur Tiram . Bandung. Yrama
Widya.

Nurmanaf, A.Rozany. 2006. Peranan Sektor Luar Pertanian terhadap


Kesempatan dan Pendapatandi Pedesaan Berbasis Lahan Kering.
Jurnal SOCA vol 8. no3.

Parjimo, Agus. 2001. Budidaya Jamur. Agro Media

Poerwanto. Anas. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor. IPB Press.


Rahim dan Hastuti. 2007. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian.
Jakarta. Penebar Swadaya

Robby. 2020. Kontribusi Budidaya Jamur Tiram Terhadap Pendapatan Rumah


Tangga di Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunung
Kidul. Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani


Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta. UI-PRESS.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung


Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharyanto, Edi.2010. Bertanam Jamur Tiram di Lahan Sempit. Jakarta Selatan.


Agromedia Pustaka

Suratinah K. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya

Suyono, Haryono. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Globalisasi.


Bandung. Alfabeta.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Jamur. Bandung. Nuansa
Aulia
Vink. 1984. Dasar-Dasar Usahatani di Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia

Wiadarni, isnaen. 2010. Budi daya jamur konsumsi. Yogyakarta. Lily Publisher

Wirartha, I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta. CV Andi


Ofseb.
Lampiran 1. Data Persentase Kemiskinan Indonesia dari Tahun 2014-2021

No Tahun Semester Persentase Kemiskinan


1 2014 I 11,25
II 10,96
2 2015 I 11,22
II 11,13
3 2016 I 10,86
II 10,70
4 2017 I 10,64
II 10,12
5 2018 I 9,82
II 9,66
6 2019 I 9,41
II 9,22
7 2020 I 9,78
II 10,19
8 2021 I 10,14
II 9,71
Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional (2022)

Keterangan Semester I = Maret

Semester II = September
Lampiran 2. Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Petani 2013 (Juta/Tahun)

No Sektor Jumlah Persentase

Rata – Rata Jumlah Pendapatan Rp. 26.561.000


1 Sektor Pertanian Rp. 12.414.000 46,74%
2 Usaha Luar Sektor
Rp. 3.574.000 13,46%
Pertanian
3
Pendapatan / penerimaan
Rp. 3.270.000 12,31%
lainnya dan transfer

4 Buruh Pertanian Rp. 1.819.000 6,85%


5
Buruh di Luar Pertanian Rp. 5.484.000 20,65%
Sumber : Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP) Sensus
Pertanian 2013 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Lampiran 3. Daftar Kelompok Tani Binaan Baznas Kota Padang

No Nama Kelompok Alamat Status Jumlah


Tani Keaktifan Anggota

1 Limau Manis Kec. Pauh Aktif 31 Orang


Sejahtera

2 Parupuk Tabing Kec. Air Dingin Tidak Aktif 10 Orang

3 Mawar Kec. Naggalo Tidak Aktif 9 Orang

4 Rohana Kudus Kec. Bungus Teluk Tidak Aktif 10 Orang


Kabung

5 Jati Makmur Kec. Kuranji Tidak Aktif 10 Orang

Sumber : Data Primer Pra Survey Penelitian (2022)


Lampiran 4. Daftar Anggota Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera

No Nama Alamat Jabatan

1 Yulimarnita Limau Manis Kec. Pauh Bendahara

2 Elma Yenita Limau Manis Kec. Pauh Ketua

3 Elniwati Limau Manis Kec. Pauh Sekretaris

4 Nurlaili Limau Manis Kec. Pauh Anggota

5 Harmida Limau Manis Kec. Pauh Anggota

6 Yuliasniati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

7 Dahniar Limau Manis Kec. Pauh Anggota

8 Marni Limau Manis Kec. Pauh Anggota

9 Marnis Limau Manis Kec. Pauh Anggota

10 Rosnita Limau Manis Kec. Pauh Anggota

11 Syafridah Limau Manis Kec. Pauh Anggota

12 Nurbayenti Limau Manis Kec. Pauh Anggota

13 Yurni Hayati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

14 Yetnawati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

15 Lasnimar Limau Manis Kec. Pauh Anggota

16 Wildayenti Limau Manis Kec. Pauh Anggota

17 Edo Sumardi Limau Manis Kec. Pauh Anggota

18 Syahrial Limau Manis Kec. Pauh Anggota


19 Erawati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

20 Solmardiana Limau Manis Kec. Pauh Anggota

21 Delma Yesi Limau Manis Kec. Pauh Anggota

22 Yusni Limau Manis Kec. Pauh Anggota

23 Yunidah Limau Manis Kec. Pauh Anggota

24 Sulasmalaili Limau Manis Kec. Pauh Anggota

25 Asmiyati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

26 Non Juliyati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

27 Mardanis Limau Manis Kec. Pauh Anggota

28 Murniati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

29 Mulya Almaini Limau Manis Kec. Pauh Anggota

30 Siti Patimah Limau Manis Kec. Pauh Anggota

31 Desnawati Limau Manis Kec. Pauh Anggota

Sumber : Baznas Kota Padang (2022)


Lampiran 5. Dokumentasi

Gambar 1. Pra Survey ke Kelompok Tani Limau Manis Sejahtera

Gambar 2. Pra Survey Ke Badan Amil Zakat Kota Padang


KUESIONER PENELITIAN
KONTRIBUSI USAHATANI JAMUR TIRAM TERHADAP
PENDAPATAN KELUARGA PETANI PADA PETANI JAMUR TIRAM
BINAAN BAZNAS KOTA PADANG

A. Identitas petani
1. Nama :
2. Umur : tahun
3. Jenis kelamin : (P/L)
4. Pendidikan terakhir : SD /SMP /SMA /LAINNYA
5. Jumlah tanggungan :
6. Pengalaman bertani :
7. Pekerjaan utama :
8. Pekerjaan sampingan :
9. Luas lahan usahatani :
10. Status kepemilikan lahan : Milik Sendiri / Sewa Lahan / Lainnya
11. Lokasi lahan :
12. Kelompok tani * :
13. Alamat * :
14. Jenis usahatani * :

B. Budidaya

1. Pembuatan Kumbung

 Bahan Pembuatan Kumbung


- Dinding :
- Atap :
 Ukuran Kumbung :

2. Pembuatan Rak

 Bahan Pembuatan Rak :


 Ukuran Rak

No Panjang Lebar Tinggi Jarak antar rak Banyaknya


atas dan bawah
3. Pembibitan

 Pembibitan tahap I (F1)


- Bahan dan alat yang digunakan

- Proses Pembibitan

- Lama Proses Pembibitan :

 Pembibitan tahap II (F2)


- Bahan dan alat yang digunakan

- Proses Pembibitan
- Lama Proses Pembibitan :

 Pembibitan tahap III (F3)


- Bahan dan alat yang digunakan

- Proses Pembibitan

- Lama Proses Pembibitan :


 Pembuatan Media Tanam (Baglog)
- Alat dan yang digunakan :

- Komposisi Bahan :

No Jenis Bahan Jumlah (gram)


1 Serbuk Kayu
2 Bekatul
3 Kalsium Kerbonat (Kapur)
4 Kalsium Sulfat (Gips)
5 Tepung Jagung
6 Tepung Tapioka
7 Sisa Kapas
8 Pupuk TSP
9 Lainnya ……

 Siapa yang melakukan Pembibitan ?


a. TKDK (…… orang)
b. TKLK ( ……orang)

4. Pemeliharaan

 Pembersihan Kumbung
- Berapa kali dilakukan penyiangan dalam satu tahun ?

- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali membersihkan


kumbung ?

- Siapa yang melakukan pembersihan ?


a. TKDK (….. orang)
b. TKLK (…..orang)
- Alat dan bahan yang diperlukan untuk membersihkan kumbung
 Pemberantasan Hama dan Penyakit
- Jenis peptisida/ Insektisida yang digunakan :
- Berapa jumlah dosis yang diberikan :
- Berapa harga peptisida :
- Kapan pemberian peptisisda dilakukan :
- Berapa kali pemberian peptisida dalam satu tahun :
- Siapa yang melakukan pemanenan ?
c. TKDK (…… orang)
d. TKLK ( ……orang)
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan satu kali
pemberantasan hama :

5.Panen

 Kapan dilakukan pemanenan dan hasil produksi per panen

 Berapa hasil produksi jamur tiram


Panen
bulan ke Jumlah Baglog Hasil produksi

1
2
3
4
5
6
Total

 Siapa yang melakukan pemanenan ?


e. TKDK (…… orang)
f. TKLK ( ……orang)
 Berapa kali panen dalam satu bulan :
 Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam satu kali panen
 Cara pemanenan :
 Pasca panen : ( dibersihkan / dipotong / disimpan )
Penggunaan alat dalam kegiatan usahatani

No Nama Alat Jumlah Harga beli Lama Umur


Produksi pakai ekonomis

8
9
10
11

Penggunaan sarana produksi dalam usahatani jamur tiram

No Nama Sarana Jumlah Harga beli Total


Produksi

8
9
10
11

C. Modal
1. Pengadaan alat-alat produksi dalam berusahatani:

No Nama Alat Produksi Milik Sendiri Di sewa Bantuan


Baznas

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
2. Pengadaan sarana produksi yang habis terpakai seperti pupuk , bibit dan
obat-obatan tanaman

No Nama Saprodi Beli sendiri Tidak Bantuan


dibeli Baznas

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

3. Sumber keuangan usahatani


Darimana sumber modal untuk usahatani :
a. Modal sendiri :
b. Bantuan Baznas :
c. Pinjaman dari :
a) family
b) bank
c) lainnya……

Jika modal berasal dari pinjaman :

Asal Bentuk Jangka Bunga Alat Bentuk


No
Pinjaman Pinjaman Waktu (%) Pembayaran Jaminan
1
2

D. PENERIMAAN USAHATANI
Bulan Produksi (Kg) Harga Jual Penerimaan
Ke… (Rp/Kg) (Rp)
1
2
3
4
5
6
Total

E. Pendapatan Rumah Tangga Petani


Bulan Usahatani Usahatani non Non Pertanian Total
Ke… Jamur Tiram Jamur Tiram Pendapatan

1
2
3
4

5
6

Total

F. LAINNYA
1. Jumlah tenaga kerja dalam 6 bulan :
2. Upah tenaga kerja dalam 6 bulan :
3. Waktu tenaga kerja per hari :
4. Biaya sewa lahan :
5. Modal yang diinvestasikan :
6. Pajak lahan (PBB yg dibayarkan pertahun per HA) :

Anda mungkin juga menyukai