Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN INDIVIDU

PERBANDINGAN KUNJUNGAN KASUS PERSISTENSI DI POLI GIGI

PADA PASIEN PENGGUNA JKN DENGAN UMUM

PADA BULAN NOVEMBER 2021 - APRIL 2022

DI UPTD PUSKESMAS KEDIRI I TABANAN

UNMAS DENPASAR

DISUSUN OLEH :

NI PUTU FRISCHA PUTRI ARI


2106129010024

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2022
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas
Kediri I dengan sebaik-baiknya serta dapat menyelesaikan laporan kelompok
dengan tepat waktu.

1. Dr. drg. Dewa Made Wedagama, Sp. KG., FICD selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
2. dr. Ni Putu Widiyanti, selaku Kepala Puskesmas Kediri I.
3. drg. I Dewa Nyoman Kelana Putra Sosiawan, selaku kepala bagian
poli gigi di UPTD Puskesmas Kediri I.
4. drg. Ni Putu Idaryati, selaku pembimbing PKL I beserta semua staf
dan pegawai di Puskesmas Kediri I yang telah membimbing kami
selama kegiatan PKL berlangsung.
5. Orang tua serta keluarga yang telah memberikan doa,

semangat serta dukungannya.

6. Teman – teman sekelompok Praktek Kerja Lapangan

Amanda, Noni, Galuh dan Artha

7. Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasannya, untuk


itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan laporan ini.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi.

Tabanan, 30 Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii
Kata Pengantar ..................................................................................... iii
Daftar Isi ......................................................................................................... iv
Daftar Tabel ..................................................................................................... v
Daftar Grafik .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Perilaku Anak terhadapt Perawatan Gigi dan Mulut ................ 4
2.1.1 Klasifikasi Perilaku Anak ............................................. 4
2.2 Gigi Sulung............................................................................... 5
2.2.1 Fungsi Gigi Sulung ....................................................... 5
2.2.2 Periode Pertumbuhan Gigi Sulung ............................... 6
2.3 Persistensi Gigi Sulung............................................................. 7
2.3.1 Definsi Gigi Sulung......................................................... 7
2.3.2 Etiologi Gigi Sulung........................................................ 7
2.3.3 Akibat Persistensi Gigi Sulung........................................ 8
2.4 Ekstraksi Gigi Sulung................................................................ 9
BAB III STUDI KASUS ............................................................................... 10
3.1 Epidemiologi ............................................................................ 10
3.1.1 Definisi Epidemiologi................................................... 10
3.1.2 Tujuan Epidemiologi .................................................... 10
3.2 Jumlah Kasus Persistensi pada Pasien Pengguna JKN di
Poliklinik Gigi Puskesmas Kediri I pada Bulan November
2021- April 2022 ...................................................................... 11
3.3 Jumlah Kasus Persistensi pada Pasien Umum di Poliklinik
Gigi Puskesmas Kediri I pada Bulan November 2021- April
2022 ...................................................................................... 12
3.4 Jumlah Perbandingan Kasus Persistensi pada Pasien Umum
dan Pasien Pengguna JKN di Poliklinik Gigi Puskesmas
Kediri
I pada Bulan November 2021- April 2022 ............................... 12

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 18

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 20


5.1 Simpulan................................................................................... 20
5.2 Saran 20
.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Waktu Erupsi Gigi Sulung.......................................................................6

Tabel 2.2 Waktu Erupsi Gigi Permanen..................................................................7

Tabel 3.1 Penatalaksanaan Anastesi Topikal.........................................................14

Tabel 3.2 Penatalaksanaan Perawatan Pencabutan Gigi Sulung............................16

v
DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Kasus Persistensi pada Pasien Pengguna JKN.....................................11

Grafik 3.2 Kasus Persistensi pada Pasien Umum..................................................12

Grafik 3.3 Perbandingan Kasus Persistensi pada Pasien Umum dan Pengguna
JKN......................................................................................................12

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah yang
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari baik pada orang dewasa maupun
anak- anak. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak dapat
mengrangi aktivitas bermain, frekuensi kehadiran di sekolah, mengganggu
konsentrasi belajar, serta juga dapat mempengaruhi nafsu makan anak yang
berakibat pada status gizi anak tersebut. Untuk mengatasi masalah kesehatan
gigi dan mulut anak, orang tua mengajak anak berobat ke dokter gii, namun
kebanyakan anak- anak kurang kooperatif selama proses perawatan
berlangsung sehingga dokter gigi kesulitan dalam melakukan perawatan gigi
dan mulut pada anak.

Anak-anak memiliki sifat yang susah untuk ditebak dan sifat tersebut
biasanya berbeda dari setiap anak-anak terutama anak pada usia dini. Kurang
kooperatifnya anak didasarkan pada tingkat kognitif mereka yang masih
berkembang sehingga hal tersebut tergantung pada lingkungan sekitarnya.
Menurut Khadijah (2016), tingkat kognitif anak pada umur sekitar 2-7 tahun
sudah mulai dapat mengenali lingkungan sosialnya dan dapat menggunakan
logikanya meski masih kurang memadai. Namun, anak masih tergolong egois
karena hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang diri
sendiri dan kesulitan melihat dari sudut pandang orang lain. Oleh karena itu
penanganan diperlukan agar anak dapat lebih kooperatif saat dilakukan
perawatan kesehatan gigi dan mulut baik dipusat layanan kesehatan maupun
di sekolah.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 89 Tahun 2015 tentang upaya


kesehatan gigi dan mulut bahwa 1) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
dilaksanakan melalui Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut perseorangan dan
masyarakat, 2) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk kegiatan peningkatan kesehatan gigi dan mulut,

1
pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan penyakit gigi dan mulut,
dan pemulihan kesehatan gigi dan

mulut, 3) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut sebagaimana dimaksud pada


ayat 1 dilakukan sesuai standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional, 4) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan.

Perilaku pemeliharaan kesehatan berkaitan dengan perilaku yang


dilakukan oleh seseorang. Siregar (2019) mengungkapkan bahwa
pemanfaatan fasilitas kesehatan dipengaruh oleh banyak hal dimana salah
satunya yaitu akses pelayanan, fasilitas kesehatan dan perilaku yang
dilakukan oleh orang tersebut. Buaton (2019) menyatakan bahwa
pengetahuan dan sumber informasi akan membuat seseorang memutuskan
perilaku kesehatan yang akan diambilnya.

Program UKGS dilaksanakan oleh dokter gigi dan perawat gigi, dalam
pelaksanaannya program UKGS sering dibantu oleh guru, orang tua murid
serta orang-orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah termasuk
didalamnya pengelola kantin sekolah. Kegiatan UKGS Program UKGS
dilaksanakan oleh dokter gigi dan perawat gigi, dalam pelaksanaannya
program UKGS sering dibantu oleh guru, orang tua murid serta orang-orang
yang terlibat dalam lingkungan sekolah termasuk didalamnya pengelola
kantin sekolah. Kegiatan UKGS.

Kasus pencabutan gigi pada anak yang mengalami persistensi di


Puskesmas Kediri I Tabanan merupakan salah satu kasus yang banyak
dijumpai pada poliklinik gigi. Pada bulan November 2021 – April 2022 kasus
pencabutan gigi persistensi menduduki urutan ketiga dari tiga kasus yang
sering terjaadi di Puskesmas Kediri I Tabanan. Dalam makalah ini dilaporkan
masalah atau kasus pencabutan gigi persistensi yang terjadi pada anak-anak di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kediri I Tabanan yang datang berkunjung ke
Poliklinik Gigi Puskesmas Kediri I Tabanan bersama orang tuanya.
3

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai


berikut:

1. Berapa jumlah kunjungan pasien pengguna Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN) dengan diagnosa kasus persistensi di Puskesmas Kediri I pada bulan
November 2021 – April 2022?
2. Berapa jumlah kunjungan pasien Umum dengan diagnosa kasus persistensi di
Puskesmas Kediri I pada bulan November 2021 – April 2022?
3. Berapa jumlah perbandingan kunjungan pasien pengguna Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan Umum dengan diagnosa kasus persistensi di Puskesmas
Kediri I pada bulan November 2021 – April 2022?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui jumlah kunjungan pasien pengguna Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dengan diagnos
2. a kasus persistensi di Puskesmas Kediri I pada bulan November 2021 – April
2022
3. Untuk mengetahui jumlah kunjungan pasien Umum dengan diagnosa kasus
persistensi di Puskesmas Kediri I pada bulan November 2021 – April 2022
4. Untuk mengetahui jumlah perbandingan kunjungan pasien pengguna Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Umum dengan diagnosa kasus persistensi di
Puskesmas Kediri I pada bulan November 2021 – April 2022

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini yakni:
1. Diharapkan Puskesmas dapat memaksimalkan upaya promotif terhadap
masyarakat terutama ibu- ibu untuk meningkatkan pengetahuan menganai
kesehatan gigi dan mulut di Wilayah Puskesmas kediri I
2. Diharapkan puskesmas dapat lebih memaksimalkan fasilitas yang ada untuk
menyediakan pelayanan perawatan di Puskesmas Kediri I
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Anak terhadap Perawatan Gigi dan Mulut


Perilaku adalah perpaduan hasil dari semua pengalaman dan interaksi
kepada lingkungan sosialnya sehingga dari pengetahuan tersebut manusia
dapat menyesuaikan dengan kondisiyang dialami. Faktor perilaku salah
satunya yaitu unsur kejiwaan seperti rasa takut, cemas, keinginan, reaksi
dan sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sosialnya dan faktor-faktor lainnya yang terbentuk dari
kejiwaaan masing-masing orang (Khadijah, 2016).
2.2.1 Klasifikasi Perilaku Anak
Menurut Wright, perilaku anak diklasifikasikan menjadi:
1. Kooperatif Anak-anak yang kooperatif terlihat santai dan
rileks. Mereka sangat antusias menerima perawatan dari
dokter gigi. Mereka dapat dirawat dengan sederhana dan
mudah tanpa mengalami kesulitan, pendekatan tingkah
laku (perilaku).
2. Kurang kooperatif Pasien ini termasuk anak-anak yang
sangat muda di mana komunikasinya belum baik dan tidak
dapat memahami komunikasi dengan baik. Karena umur
mereka, mereka tergolong ke dalam pasien yang kurang
kooperatif. Kelompok lain yang termasuk ke dalam pasien
yang kurang kooperatif adalah pasien yang memiliki
keterbatasan yang spesifik. Untuk anak-anak golongan ini,
suatu waktu tekhnik manajemen perilaku secara khusus
diperlukan. Ketika perawatan dilakukan, perubahan
perilaku secara imediat yang positif tidak dapat
diperkirakan.
3. Potensial kooperatif Secara karakteristik, yang termasuk ke
dalam kooperatif potensial adalah permasalahan perilaku.
Tipe ini berbeda dengan anak-anak yang kooperatif karena

4
5

anak-anak ini mempunyai kemampuan untuk menjadi


kooperatif. Ini merupakan perbedaan yang penting. Ketika
memiliki cirri khas sebagai pasien yang kooperatif
potensial, perilaku anak tersebut bisa diubah menjadi
kooperatif.
Menurut Frankl, perilaku anak dibagi menjadi:
a. Sangat negative: menolak perawatan, menangis dengan
keras, ketakutan atau adanya bukti penolakan secara
terang-terangan.
b. Negative: enggan menerima perawatan, tidak
kooperatif, perilaku negative tetapi tidak diucapkan
(hanya muram dan tidak ramah).
c. Positif: menerima perawatan, kadang-kadang sangat
hati-hati, ikhlas mematuhi perintah dokter gigi,
kadang- kadang timbul keraguan, tetapi pasien
mengikuti perintah dokter gigi dengan kooperatif.
d. Sangat positif: sangat bagus sikap terhadap dokter gigi,
tertarik dengan prosedur dokter gigi, tertawa dan
2.2 Gigi Sulung menikmati perawatan yang dilakukan dokter gigi.

Gigi sulung adalah gigi yang tumbuh pada masa kanak-kanak.


Keberadaan gigi sulung dalam rongga mulut merupakan faktor penting
dalam menjaga integritas lengkung rahang selama perkembangan benih
gigi tetap. (Endang, 2006)

2.2.1 Fungsi Gigi Sulung (Mother and baby Indonesia, 2014)


a. Membantu fungsi bicara, hal ini gigi berperan serta dalam
pembentukan kata, walaupun efek ini bersifat sementara.
b. Membentuk wajah, sehingga dapat berpenampilan baik.
c. Alat untuk mengunyah, makanan dapat dihaluskan sehingga mudah
ditelan dan dicerna.
d. Menyediakan tempat bagi gigi – gigi tetap penggantinya. Benih gigi
tetap berada tepat dibawah gigi sulung.
6

e. Penunjuk jalan bagi erupsi atau tumbuhnya gigi tetap penggantinya.


Benih gigi tetap yang berada tepat dibawah gigi sulung akan
meresorpsi akar gigi sulung kemudian benih gigi tetap akan
menggantikan tempat dari gigi sulung tersebut.
f. Memacu pertumbuhan tulang rahang. Munculnya seluruh gigi sulung
pada anak maka pertumbuhan rahang akan terus bertambah lebar.
Pada saat terjadi proses pengunyahan gigi atas dan gigi bawah
bertemu untuk menghaluskan makanan , pada saat mengunyah gigi
pada rahang bawah menekan makanan, ketegangan otot rahang
meningkat dan gerakan gigi pada waktu mengunyah membuat tekanan
secara kontinyu dan dilanjutkan kearah akar dan kemudian ketulang
rahang, tekanan ini yang dapat meransang rahang untuk berkembang.
g. Gigi sulung sebagai pembimbing pertumbuhan gigi tetap. Benih gigi
berada tepat dibawah Bifurkasi dari gigi sulung, benih gigi tetap akan
mendorong tanggalnya gigi sulung yang diawali dengan terkikisnya
akar gigi sulung atau resorpsi akar, sehingga gigi sulung akan goyang
dan tanggal kemudian digantikan oleh gigi tetap.

2.2.2 Periode Pertumbuhan Gigi Sulung


Kalsifikasi gigi sulung dimulai sejak umur 4 bulan dan dimulai
berkembang pada umur 6 bulan dalam kandungan. Waktu erupsi gigi
sulung (Adhra, 2014) yaitu:
GIGI WAKTU ERUPSI

Rahang atas Rahang bawah

Gigi seri pertama 7,5 bln 6 bln

Gigi seri kedua 9 bln 7 bln

Gigi taring 18 bln 16 bln

Geraham pertama 14 bln 12 bln


7

Geraham kedua 24 bln 20 bln

Tabel 2.1 waktu erupsi gigi sulung Waktu erupsi

gigi permanen :
GIGI WAKTU ERUPSI

Rahang atas Rahang bawah

Gigi seri pertama 7-8 thn 6-7 thn

Gigi seri kedua 8-9 thn 7-8 thn

Gigi taring 11-12 thn 9-10 thn

Gigi geraham kecil pertama 10-11 thn 10-12 thn

Gigi geraham kecil kedua 10-12 thn 11-12 thn

Gigi geraham besar pertama 6-7 thn 6-7 thn

Gigi geraham besar kedua 12–13 thn 11-13 thn

Gigi geraham besar ketiga 17-21 thn 17-21 thn

Tabel 2.2 waktu erupsi gigi permanen

2.3 Persistensi Gigi Sulung


2.3.1 Definisi Persistensi Gigi Sulung
Persistensi gigi sulung adalah suatu keadaan dimana gigi sulung
belum tanggal walaupun waktu tanggalnya sudah tiba. Keadaan
ini sering dijumpai pada anak usia 6-12 tahun. (Wahana Riset
kesehatan, 2016)
2.3.2 Etiologi Persistensi
Persistensi gigi sulung tidak mempunyai penyebab tunggal
tetapi merupakan gangguan yang disebabkan oleh multifaktorial.
Akar gigi sulung secara normal akan diresorbsi sempurna
sehingga
8

gigi sulung menjadi goyang dan akhirnya tanggal beberapa saat


sebelum gigi permanen pengganti erupsi, akan tetapi sering
dijumpai adanya kasus gigi persistensi disebabkan oleh berbagai
faktor. Wahana Riset kesehatan, 2016)
2.3.3 Akibat Persistensi Gigi Sulung
Gigi persistensi yang tidak dicabut dapat menyebabkan
maloklusi, erupsi ektopik bahkan impakksi gigi permanen
penggantinya (Azifah, 2010).
a. Maloklusi
Maloklusi adalah setiap keadaan yang menyimpang dari
oklusi normal. Masalah oklusi tidak hanya menyangkut posisi
gigi yang tidak normal tetapi menyangkut jugua hubungan
lengkung gigi, posisi dan pertumbuhan rahang yang tidak
normal, sehingga wajah terlihat kurang harmonis (Maulana,
2005).
Penyebab terjadinya maloklusi diantaranya yaitu
keturunan, trauma, penyakit, malnutrisi dan kebiasaan buruk.
Sehungga dapat menyebabkan gangguan keadaan rongga
mulut, diantaranya gangguan pada funsi pengunyahan, fungsi
bicara, mengganggu estetis wajah, bahkan dapat memicu
penyakit. Salah satu mondisi maloklusi yang dapat memicu
terjadinya pennyakit gigi dan periodontal (Foster dalam
Erliera, 2015).
b. Erupsi Ektopik
Erupsi ektopik merupakan gangguan erupsi lokal pada
masa gigi campuran yaitu, erupsi gigi permanen yang terjadi
dalam keadaan sedemikian rupa sehingga mengakibatkan
resorpsi sebagian atau seluruhnya dari akar gigi sulung
tetangganya (Hermina, 2014).
9

c. Impaksi Gigi
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung
rahang pada kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi
mengalami impaksi akibat gigi tetangga, lapisan tulang yang
padat, atau jaringan lunak yang tebal dan menghambat erupsi.
(Miloro, 2004).

2.4 Ekstraksi Gigi Sulung


1. Pengertian Ektraksi Gigi
Ekstraksi gigi adalah pencabutan gigi dari dalam soket dan tulang
alveolar. Tindakan ini biasanya dilakukan pada gigi sulung anak agar
gigi permanen dapat tumbuh. Ektraksi gigi juga dapat dilakukan pada
gigi permanen yang biasanya mengalami kaaries yang sudah tidak
dapat dirawat, gigi fraktur, maupun supernumerary tooth (Sitanaya,
2016).
2. Ekstraksi Gigi Sulung
Pencabutan gigi sulung sebelum gigi tetap tumbuh dapat
mempengaruhi tumbuh kembang gigi anak dan dapat terjadi
maloklusi. Sebelum pencabutan gigi sulung, ada indikasi yang harus
diperhatikan dokter seperti:
a. Gigi erupsi sebelum lahir
b. Gigi yang sudah tanggal pada waktunya
c. Gigi dengan karies parah
d. Gigi sulung persistensi
e. Gigi sulung yang impaksi
f. Supernumerary tooth.
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Epidemiologi
3.1.1 Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari kejadian penyakit yang
menimpa sekelompok penduduk. Istilah epidemiologi berasal dari
bahasa Yunani. Epi artinya atas, demos artinya penduduk, dan logos
artinya ilmu. Ilmu epidemiologi mulai berkembang dari pengalaman
mempelajari beberapa wabah penyakit yang besar seperti penyakit
pes, penyakit kolera, dan cacar yang datangnya bergelombang
dengan ciri yang khas yaitu disertai dengan tingginya angka
kematian. Dengan makin berkembangnya ilmu ini, maka
epidemiologi kemudian diterapkan tidak hanya pada penyakit
menular atau wabah saja namun lebih luas lagi diterapkan pada
berbagai macam penyakit baik menular maupun tidak menular.
Sebagai konsekuensinya kita dapat mengenal epidemiologi penyakit
jantung, epidemiologi campak, atau epidemiologi kecelakaan lalu
lintas, sebab semua penyakit mempunyai unsur-unsur yang sama
yaitu: determinan penyakit, sekelompok penduduk dimana penyakit
tersebut terjadi, dan distribusi penyakit pada kelompok penduduk
tersebut. (Dr. Pius, 2015)
3.1.2 Tujuan Epidemiologi

Menurut Budiarto (2003), ada tiga tujuan umum studi epidemiologi


yang sudah diperbaharui yaitu:
1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu
penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek,
ketidakmampuan, sindrom atau kematian melalui analisis terhadap
data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen
informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau
disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/perilaku.

10
11

2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang


konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu
pengetahuan, ilmu perilaku dan ilmu biomedis yang terbaru.
3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah pengendalian
dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko
dan untuk pengembangan langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat
yang diperlukan yang kesemuanya itu akan digunakan untuk
mengevaluasi keberhasilan langkah kegiatan dan Program intervensi.

3.2 Jumlah Kasus Persistensi paada Pasien Pengguna JKN di Poliklinik


Gigi Puskesmas Kediri I pada Bulan Novermber 2021 – April 2022

Poli Gigi

Apr-22 Maret 2022


Februari 2022

Januari 2022

Desember 2021

Nov-21

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Desember
Nov-21 2021 Januari 2022 Februari 2022 Maret 2022 Apr-22
Kasus 24 34 30 22 24 24

Grafik 3.1 Kasus Persistensi pada Pasien Pengguna JKN


12

3.3 Jumlah Kasus Persistensi paada Pasien Umum di Poliklinik Gigi


Puskesmas Kediri I pada Bulan Novermber 2021 – April 2022

Poli Gigi

Apr-22

Maret 2022

Februari 2022

Januari 2022

Desember 2021

Nov-21
0 5 10 15 20 25
Desember
Nov-21 2021 Januari 2022 Februari 2022 Maret 2022 Apr-22
Kasus 20 17 15 13 14 14

Grafik 3.2 Kasus Persistensi pada Pasien Umum

3.4 Jumlah Perbandingan Kasus Persistensi paada Pasien Umum dan


Pasien Pengguna JKN di Poliklinik Gigi Puskesmas Kediri I pada
Bulan November 2021 – April 2022

POLI GIGI
Apr-22 Maret 2022
Februari 2022
Januari 2022
Desember 2021
Nov-21

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Desember
Nov-21 2021 Januari 2022 Februari 2022 Maret 2022 Apr-22
JKN 24 34 30 22 24 24
Umum 20 17 15 13 14 14

Grafik 3.3 Perbandingan Kasus Persistensi pada Pasien Umum dan Pengguna JKN
13

3.5 Penatalaksanaan Kasus


14

Tabel 3.1 Penatalaksanaan Anastesi Topikal


15
16

Tabel 3.2 Penatalaksanaan Perawatan Pencabutan Gigi Sulung

Pada kasus persistensi gigi pada anak yang disertai dengan


kegoyangan mencapai derajat 3 akan dilakukan pencabutan. Apabila kegoyangan
gigi masih belum signifikan maka pasien diminta untuk menggoyangkan giginya
terlebih dahulu dirumah sendiri dan saat kegoyangan gigi terasa semakin keras
17

maka akan dilakukan pencabutan di puskesmas. Hal ini dilakukan dengan tujuan
mempertimbangkan resiko pendarahan bila dilakukan pencabutan saat gigi susu
persistensi yang belum goyang dan mencegah pasien anak merasa trauma pada
perawatan gigi selanjutnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus persistensi merupakan salah satu kasus yang paling banyak


dijumpai pada bulan November 2021 – April 2022. Kasus persistensi di Poliklinik
Gigi Puskesmas Kediri I menduduki peringkat ketiga dari 3 kasus yang sering
terjadi di Puskesmas Kediri I.

Berdasarkan grafik 3.3 Perbandingkan kasus persistensi pada pasien umum


dan pengguna JKN di wilayah kerja Puskesmas Kediri I dimana terlihat jumlah
kasus persistensi tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 51 kasus.
Angka kejadian kasus ini terbilang tinggi jika dilihat dari program kerja
puskesmas yang sudah sangat baik melakukan penyuluhan dan pemeriksaan rutin
serta berkala di setiap sekolah, namun angka dari kasus persistensi masih tinggi.
Pada grafik 3.3 terlihat lebih banyak kasus persistensi terdaftar dari pasien
pengguna JKN, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan dengan
bijak program yang telah dirancang pemerintah.

Persistensi gigi sulung adalah suatu keadaan dimana gigi sulung belum
tanggal walaupun waktu tanggalnya sudah tiba. Keadaan ini sering dijumpai pada
anak usia 6-12 tahun. Persistensi pada gigi susu/kecil tidak mempunyai penyebab
tunggal tetapi merupakan gangguan yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu:

1. Gangguan Nutrisi
2. Arah tumbuhnya gigi dewasa tidak searah dengan arah tumbuhnya gigi
yang akan digantikannya
3. Ketidakcukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk
menggantikan gigi susu dengan demikian gigi susu mengarah kepada
tempat yang kosong

Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi proporsi kasus persistensi di


Poli Gigi Puskesmas Kediri I adalah kondisi dan fasilitas di Poli Gigi. Dimana
masih kurangnya sarana yang dapat digunakan untuk mengedukasi pasien

18
19

mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kurangnya alat dan bahan untuk tindakan
pencabutan gigi sulung persistensi. Maka tidak kurang pasien masih merasakan
sedikit rasa sakit pada saat dilakukan pencabutan, karena tindakan pencabutan
menggunakan anastesi topikal.

Selain itu faktor yang mempengaruhi tingginya kasus persistensi yang


terjadi sangat dipengaruhi dari pemahaman anak-anak itu sendiri. Banyak anak-
anak yang beranggapan bahwa tindakan pencabutan sangat menakutkan dan
menyebabkan rasa sakit yang berkepanjanagan. Maka dari itu peran
puskesmas dalam memberikan informasi berupa penyuluhan sangatlah berperan
[enting untuk merubah pemahaman anak-anak tersebut. Lebih baiknya melakukan
promosi kesehatan gigi dan mulut kepada orangtua terutama seorang ibu, karena
seorang ibu akan selaluo memperhatikan kesehatan keluarganya. Kerjasama
antara puskesmas, guru, orang tua dan anak sendiri sangatlah dibutuhkan untuk
menekan terjadinya peningkatan kasus persistensi. Anak sedini mungking harus
diberikan pemahaman mengenai pergantian gigi, apa yang akan terjadi pada gigi
anak tersebut apabila tidak dilakukan pengobatan dan perawatan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat kita tarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Kunjungan tertinggi pasien dengan diagnosa persistensi di
Puskesmas Kediri I sebanyak 51 kasus terjadi pada bulan
Desember 2021
2. Angka kunjungan pasien dengan kasus persistensi pengguna
JKN lebih banyak daripada pasien umum dengan kasus yang
sama.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat penulis sampaikan melalui
laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan lebih meningkatkan dan memelihara kebersihan
gigi dan mulutnya diiringi dengan pemeriksaan secara berkala
ke dokter gigi seperti check up untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan gigi terutama pada usia tumbuh kembang
(6-12 tahun).
2. Bagi Puskesmas
Puskesmas dapat meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana
di poli gigi sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman saat
dilakukannya perawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Endang, Yuniasih dan Suwelo IS. Crowding Akibat Persistensi Gigi


Anterior Rahang Bawah (Laporan Kasus). Jurnal Ilmiah dan Teknologi
Kedokteran Gigi 2006; Vol. 3 No.2: 23-26.

Hermina, 2014, Perawatan Gigi Molar Pertama Permanen Yang Erupsi


Ektopik Jurnal, Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.

https://elearning.undana.ac.id/course/info.php?id=76773 Diakses pada 30


Mei 2022

itanaya, Rini Irmayanti. 2016. Dasar-Dasar ilmu pencabutan gigi.


Yogyakarta.

Khadijah. 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan. IKAPI

Mother and Baby Indonesia. 2014. Fungsi Gigi Susu si Kecil.


http://www.motherandbaby.co.id/ar ticle/2013/5/11/302/Fungsi-GigiSusu-Si-Kecil

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 89 Tahun 2015 tentang upaya


kesehatan gigi dan mulut.

21
22

Anda mungkin juga menyukai