Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ameloblastoma merupakan tumor jinak odontogenik yang berasal dari sisa-sisa epitel

pada masa pembentukan gigi. Ameloblastoma dapat tumbuh dari berbagai macam epitel

odontogenik yang tersisa di antara jaringan lunak alveolar dan tulang. Tumor ini

tumbuhnya lambat, agresif secara lokal dan dapat menyebabkan deformitas wajah yang

besar. Ameloblastoma memiliki angka kejadian rekurensi yang tinggi bila tumor ini tidak

dieksisi secara luas dan teliti ( Kawulusan 2015).

Dari semua pembengkakan yang terjadi pada rongga mulut, 9% merupakan tumor

odontogenik dan kira-kira 1% dari lesi tersebut merupakan ameloblastoma.

Ameloblastoma terjadi pada maksila sekitar 20% kasus, paling sering terjadi pada regio

kaninus. Ameloblastoma terjadi pada mandibula sekitar 80% kasus, yakni 70% terjadi di

regio molar atau pada ramus asendens, 20% pada regio premolar dan 10% di regio

anterior ( Kawulusan 2015).

Secara etimologi, ameloblastoma berasal dari perkataan Perancis lama amel yang

bermaksud enamel dan perkataan Greek blastos yang bermaksud kuman. Dari masa ke

masa tumor ini telah disebut dengan banyak nama yang berbeda termasuk cystosarcoma,

adamantine epithelioma, adamantinoma dan akhirnya ameloblastoma ( Kawulusan 2015).

Menurut Cawson pada tahun 1991, ameloblastoma memiliki berbagai jenis

histopatologi, diantaranya yaitu ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform, tipe

akantomatosa, tipe granular, dan tipe basaloid. Jenis histopatologi ameloblastoma yang
paling banyak terjadi adalah tipe folikular, tipe pleksiform, dan tipe akantomatosa

(McClary 2005).

Ameloblastoma biasanya didiagnosa pada pasien yang umurnya antara dekade empat

dan lima, kecuali pada kasus tipe unikistik yang biasanya terjadi pada pasien yang berusia

20 sampai 30 tahun dengan tidak ada prediksi jenis kelamin. Sekitar 10% hingga 15%

tumor ini terjadi berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi ( Lagares 2005).

Gigi impaksi adalah gigi yang tidak keluar ke dalam lengkung gigi dalam jangkauan

waktu yang diharapkan. Gigi impaksi terjadi disebabkan oleh adanya gigi lain yang

berdekatan, tulang padat diatasnya, jaringan lunak yang berlebihan, atau kelainan genetik

yang mencegah erupsi gigi. Gigi impaksi selalu terjadi akibat panjang lengkung gigi tidak

adekuat untuk erupsi gigi. Gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga

mandibula dan maksila, diikuti oleh kaninus maksila dan premolar mandibula. Gigi molar

ketiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi

yang terakhir erupsi ( Lagares 2005).

Umumnya gigi molar ketiga ditemukan erupsi antara usia 17 dan 21 tahun, tetapi

dapat juga erupsi hingga usia 25 tahun. Ada juga penelitian- penelitian yang melaporkan

variasi berdasarkan ras. Erupsi gigi molar ketiga dan perubahan posisinya yang terus

menerus setelah erupsi tidak hanya berhubungan dengan ras tetapi juga dengan sifat dari

pola makanan, kebiasaan mengunyah dan juga keturunan genetic (Tajrin 2010).

Menurut literatur sebelumnya melaporkan bahwa kista dan tumor yang tumbuh

sekitarmolar ketiga pada kenyataannya dengan insiden rendah. Pada kebanyakan

penelitian prevalensi kasus kista dan tumor pada gigi molar tiga berkisar dari 2% hingga

6,2%. Terdapat beberapa penelitian menyatakan bahwa prevalensi pembentukan kista dan

tumor paling tinggi pada kelompok usia 46,5 tahun (13,3%) manakala prevalensi

pembentukan kista dan tumor paling rendah pada kelompok usia 20 tahun (1,5%). Belum
ada penelitian yang memastikan bahwa prevalensi pembentukan kista dan tumor berubah

sesuai kelompok usia dan jenis kelamin (Tajrin 2010).

Antara kista dan tumor, ameloblastoma merupakan temuan patologis yang sering

berhubungan dengan gigi impaksi. Menurut beberapa peneliti, insidensi ameloblastoma

berkisar dari 0,14% hingga 2%. Secara umumnya, diyakini bahwa prevalensi

ameloblastoma disebabkan gigi impaksi menurun pada pasien melebihi usia 30 tahun. Ini

disebabkan oleh perubahan pada enamel organ epithelium menjadi squamous epithelium

(Tajrin 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan amelpblastoma?

2. Apa etiologic dari Ameloblastoma ?

3. Bagaimana penegakkan diagnosa dari Ameloblastoma ?

4. Bagaimana perawatan dari ameloblastoma ?

5. Apa diagnosa banding dari ameloblastoma ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan definisi dari amelpblastoma?

2. Menjelaskan etiologic dari Ameloblastoma ?

3. Menjelaskan bagaimana penegakkan diagnosa dari Ameloblastoma ?

4. Menjelaskan bagaimana perawatan dari ameloblastoma ?

5. Menjelaskan diagnosa banding dari ameloblastoma ?

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan menjadi tambahan pengetahuan bagi sejawat mengenai pengetahuan

tentang ameloblastoma,definisi, etiologi, penegakkan diagnose,bagaimana perawatan dan

apa diagnose banding dari ameloblastoma.


Kawulusan Alamgir W, Mumtaz M, Kazmi F, Baig MA. Cause and relationship between
mandibular third molar impactions and associated pathologies. International Journal of Advanced
Research 2015; 3(1) : 762-767
Tajrin A, Chasanah NR. Penatalaksanaan ameloblastoma dengan metode dredging. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin 2010; 2: 36-20 19.
Rahaju AS., Fauziah D., Kusumastuti EH. Diagnostic accuracy of preoperative fine needle
aspiration biopsy in ameloblastoma.Folia Medica Indonesiana 2010; 46(1): 41-44 20.
Lagares DT, Cossio PI, Guisado JMH, Perez JLG. Mandibular ameloblastoma a review of

the literatur and presentation of six cases. J Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2005; 10: 231-

238.

McClary CA. West RB. McClary CA. Ameloblastoma : A clinical review and trends in

management. Eur Arch Otorhinolaryngol 2015; 1-13.

Anda mungkin juga menyukai