Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Tumor odontogenik merupakan suatu lesi yang berasal dari epitelial, ektomesenkimal
dan atau elemen mesenkimal yang masih ada atau mempunyai bagian-bagian
pembentuk gigi. Tumor-tumor tersebut berkisar dari hamartoma atau proliferasi
jaringan non-neoplasia sampai neoplasma ganas dengan kemampuan metastasis.
Suatu laporan menyatakan bahwa tumor odontogenik terhitung antara 1,0% dan 30 %
dari lesi rongga mulut (Rusdiono,2015).

Ameloblastoma adalah suatu neoplasma epitelial jinak dan berkisar 10% dari
keseluruhan tumor odontogenik. Neoplasma ini berasal dari sel pembentuk enamel
dari epitel odontogenik yang gagal mengalami regresi selama perkembangan
embrional. Ameloblastoma ditandai dengan pola pertumbuhan yang lambat dan dapat
tumbuh menjadi ukuran yang sangat besar dan menyebabkan deformitas fasial yang
berat. Kelainan ini biasanya asimtomatik dan tidak menyebabkan perubahan fungsi
nervus sensorik. (Rusdiono,2015)

Ameloblastoma paling sering terjadi di mandibula posterior, terutama pada regio gigi
molar ketiga, dan berhubungan dengan kista folikular atau gigi yang impacted.
2Sebagian besar ameloblastoma terjadi di ramus dan corpus posterior mandibula pada
80% kasus. Sekitar 15-20% kasus dilaporkan berasal dari maxilla dengan hanya
sekitar 2% yang berasal dari anterior dari premolar. Pada maxilla, area yang paling
sering terkena yaitu area molar, namun kadang dapat juga dijumpai pada regio
anterior, sinus maksilaris, cavum nasi, orbita dan kadangkala hingga ke basis cranii.
Ameloblastoma mandibula sering terjadi pada pasien dengan usia dekade ketiga
hingga keempat, dan tidak terdapat predileksi jenis kelamin. Penelitian Schafer terkait
ameloblastoma sinonasal memperlihatkan rata-rata usia penderita yaitu dekade 6 ke
atas dan hampir keseluruhan pasien adalah pria. Gambaran radiografi ameloblastoma
multikistik yang paling sering yaitu lesi multilokular, yang sering dideskripsikan
sebagai gambaran soap bubbles bila lesi besar dan gambaran honeycomb bila lesi
kecil. Sering didapati ekspansi oral dan cortical lingual dan resorpsi akar gigi yang
berdekatan dengan tumor. Sedangkan ameloblastoma unikistik tampak sebagai lesi
lusen unilokular berbatas tegas disekeliling corona gigi yang tidak erupsi. Lesi ini
juga dapat mengerosi korteks dengan perluasan ke mukosa oral disekitarnya. Erosi
akar gigi didekatnya merupakan kekhasan ameloblastoma dan mengindikasikan
agresifisitas tumor (Cahyawati,2018).

Sesuatu yang penting dalam konsep manajemen kelainan odontogenik adalah


mendapatkan riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap.
Gejala klinis yang dapat dihubungkan dengan kejadian tumor atau kista odontogenik
adalah terkait nyeri, tak munculnya gigi atau hilangnya gigi, permasalahan oklusi
gigi, erupsi gigi yang terlambat, pembengkakan, distesia atau perdarahan rongga
mulut. Sebagai informasi tambahan bahwa keluhan parestese, trismus dan maloklusi
yang bermakna dapat mengindikasikan suatu proses keganasan (Rusdiono,2015).

DAFTAR PUSTAKA

Cahyawati, Triana Dyah. 2018. Ameloblastoma. Mataram,NTB. Jurnal Kedokteran Unram.


Vol 7 (1): 19-25

Rusdiono, Rino & Faisal Arif. 2015. KARSINOMA ODONTOGENIK SEL JERNIH. Yogyakarta.
Jurnal Radiologi Indonesia. Volume 1 Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai