Oleh
Ni Ketut Ratih Nuryadi
PPDS I Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL
Fakultas Kedokteran UNUD/RSUP Sanglah Denpasar
I. PENDAHULUAN
1
plexiform. Acanthomatous, sel granular, desmoplastik dan sel basal adalah pola
histologis yang jarang.7
Sekitar 1% dari semua tumor oral merupakan ameloblastoma.7 Insiden
ameloblastoma diperkirakan sekitar 0,5 per juta penduduk per tahun, meskipun dalam
beberapa bagian di dunia, misalnya Afrika Selatan dilaporkan memiliki insiden yang
lebih tinggi.9 Ameloblastoma dapat terjadi pada semua usia namum jarang dalam
dekade pertama, sering terjadi pada mandibula dibandingkan maksila.4,10 Data dari
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada periode Januari 2002Juli 2008 sebanyak
66 kasus didapatkan sejumlah 53% dari kelompok usia 31-50 tahun dominan pada
wanita yaitu 37 kasus.11 Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat memberikan
pandangan dan tambahan pengetahuan kita mengenai diagnosis dan penatalaksanaan
ameloblastoma.
2
(1) korpus, mempunyai dua permukaan, yaitu : (a) Permukaan internus agak cekung,
pada permukaan ini terletak sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari bawah
gigi molar ke tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea
milohyodea ini menjadi origo dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea
membagi fossa sublingualis dari fossa submandibularis.13
Korpus mempunyai dua buah pinggiran, yaitu Pinggir atas atau alveolaris
merupakan lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing masing
belahan mandibula yaitu dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi
premolar dan tiga untuk gigi molar. Pada orang tua setelah gigi gigi tanggal, lekuk
lekuk ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya
lebar corpus mandibula.Pinggir bawah atau basis, pinggir ini tebal dan melengkung
yang berlanjut ke posterior dengan pinggir bawah ramus. Sambungan kedua pinggir
bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga, di tempat ini basis disilang oleh
arteri fasialis. Fossa digastrikus yang merupakan lekukan oval terletak pada masing
masing sisi dari garis tengah merupakan origo dari venter anterior muskulus
digastrikus.Seluruh basis dilekatkan pada lapisan dari fasia kolli dan tepat di atasnya
dilekatkan platisma.(b) Permukaan luar kasar dan cembung, pada bagian ini terdapat
suatu linea oblikum yang meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke
bawah dan ke muka serta berakhir pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah.
Selain itu terdapat juga foramen mentale yang terletak di atas linea oblikum dan
simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang tidak nyata di bagian atas
pada tengah yaitu tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari korpus
mandibula.13
3
Gambar 1. Tulang Mandibula13
Bagian yang lain adalah (2) Ramus, terdiri dari dua permukaan, yaitu
permukaan eksternus atau lateralis yang kasar dan datar. Bagian posterior licin yang
berhubungan dengan glandula parotis.Sisa dari permukaan merupakan insersio dari
muskulus masseter.Permukaan internus atau medialis terletak foramen mandibulare
yang merupakan awal dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan
pembuluh pembuluh darahnya.13
Pinggir pinggir pada ramus, yaitu pinggir superior merupakan insisura
insisura tajam dan cekung mandibularis di antara prosesus prosesus koronoideus
dan prosesus kondiloideus, pinggir anterior berlanjut ke bawah dengan garis oblik,
pinggir posterior yang tebal dan terdapat alur alur merupakan permukaan medialis
dari glandula parotis, pinggir inferior melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus
dan bersama sama membentuk basis mandibula.13
4
II.2 Epidemiologi
5
II.4 Etiopatogenesis
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan
gigi, pengangkatan kista dan iritasi lokal dalam rongga mulut. Patogenesis dari
tumor ini berhubungan dengan jaringan pembentuk gigi atau sel-sel yang mampu
membentuk gigi, tetapi terdapat suatu rangsangan yang memulai terjadinya
proliferasi sel-sel tumor. Shafer dkk pada tahun 1983 mengemukakan kemungkinan
ameloblastoma berasal dari sisa sel organ enamel yaitu hertwig's sheat, epitel
mallassez.
Ameloblastoma sering dikaitkan dengan keberadaan unerupted gigi. Saat ini
sebagian penulis mempertimbangkan bahwa tumor ini tumbuh dari berbagai asal,
walaupun rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini belum diketahui,
tumor ini dapat berasal dari (1) sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental
lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial
sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan
ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai
retikulum stelata. (2) Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang
biasanya terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada
tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi
terbentuknya kista odontogenik (3) Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista
dentigerous dan odontoma. Pada kasus yang dilaporkan oleh Cahn pada tahun 1933,
Ivy tahun 1958, Hodson tahun 1957 mengenai ameloblastoma yang berkembang
dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi. Setelah
penatalaksanaan dari kista odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi
menjadi ameloblastoma. (4) Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang.
Siegmund dan Weber tahun 1926 pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan
6
adanya hubungan dengan epitelium oral. (5) Epitel heterotropik dari bagian tubuh
lain terutama kelenjar hipofise. (6) Perkembangan organ enamel. 17-19
7
lambat membentuk massa yang masif. Rasa sakit dan parastesia jarang terjadi bahkan
pada tumor yang besar. Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran
histologis antara lain variasi dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular.
Walaupun terdapat bermacam tipehistologis tapi hal ini tidak mempengaruhi
penatalaksanaan maupun prognosis.21
Tipe solid atau multikistik tumbuh invasif secara lokal memiliki angka kejadian
rekurensi yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat, tetapi dari sisi lain tumor ini
memiliki kecenderungan yang rendah untuk bermetastasis.21
Ameloblastoma tipe solid atau multikistik ini ditandai dengan angka terjadi
rekurensi sampai 50% selama 5 tahun pasca penatalaksanaan. Oleh karena itu,
ameloblastoma tipesolid atau multikistik harus dirawat secara radikal yaitu reseksi
dengan margin jaringan normal disekeliling tumor. Pemeriksaan rutin jangka panjang
bahkan seumur hidup diindikasikan untuk tipe ini.22
8
dengan gigi yang tidak erupsi. Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan
ameloblastoma memiliki komponen kista. Tipe ini umumnya menyerang bagian
posterior mandibula diikuti dengan regio parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah
variasi yang disebut sebagai ameloblastoma unikistik pertama sekali disebut pada
tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka melaporkan bahwa tipe unikistik ini
kurang agresif dan menyarankan enukleasi simpel sebagai penatalaksanaannya. Studi
lain menunjukan secara klinis enukleasi simpel pada ameloblastoma tipe unikistik
sebenarnya menunjukan angka rekurensi yang tinggi yaitu sekitar 60%. Dengan
demikian enukleasi simpel merupakan penatalaksanaan yang tidaksesuai untuk lesi
ini dan penatalaksanaan yang lebih radikal dengan osteotomi perifer atau terapi krio
dengan cairan nitrogen atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini. 17
9
rentang umur dari 9 sampai 92 tahun. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa tumor
ini terjadi kebanyakan pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1,9% dengan
1.70 % dari ameloblastoma tipe perifer. Ameloblatoma tipe perifer ini paling sering
terjadi pada mandibula, dari bagian ramus yaitu anterior mandibula sampai foramen
mandibula. Beberapa penulis lebih suka mengklasifikasikan mereka ke dalam
hamartoma daripada neoplasma dan tumor ini biasnya bersifat jinak, tidak mengalami
rekurensi setelah eksisi simpel komplit.17
10
Imaging atau MRI, sangat membantu dalam mendiagnosa awal. Hal ini dapat
membantu menemukan ekspansi tulang cortikal dengan scalloped margins, multi
lokasi atau Soap Bubble dan resorbsi akar. CTs biasanya digunakan untuk
mengetahui keterlibatan jaringan lunak, kerusakan tulang kortikal dan ekspansi tumor
pada struktur sekitarnya. Sedangkan MRIs digunakan untuk mengetahui usia dan
konsistensi tumor. Secara radiologis, gambaran ameloblastoma muncul sebagai
gambaran radiolusensi yang multiokular atau uniokular. 14
Gambaran multiokular ditandai dengan lesi yang besar dan memberikan
gambaran seperti soap bubble. Ukuran lesi yang sebenarnya tidak dapat ditentukan
karena lesi tidak menunjukkan garis batasan yang jelas dengan tulang yang normal.
Resopsi akar jarang terjadi tapi kadang-kadang dapat dilihat pada beberapa lesi yang
tumbuh dengan cepat.14
Pada tipe lesi uniokular biasanya tidak tampak adanya karakteristik atau
gambaran yang patologis. Bagian periferal dari lesi biasanya licin walaupun
keteraturan ini tidak dijumpai pada waktu operasi. Pada lesi lanjut akan
mengakibatkan pembesaran rahang dan penebalan tulang kortikal dapat dilihat
dari gambaran rontgen.14
11
Gambar 8 Ameloblastoma radiolusen yang unilokular17
Semua tumor jinak atau ganas memiliki dua komponen dasar, yaitu parenkim
yang terdiri dari sel yang telah mengalami transformasi atau neoplastik, dan stroma
penunjang non neoplastik yang terdiri atas jaringan ikat dan pembuluh darah,
parenkim neoplasma menentukan perilaku biologisnya dan komponen ini yang
menentukan nama tumor bersangkutan. Stroma mengandung pembuluh darah,
memberikan dukungan bagi pertumbuhan sel parenkim dan sangat penting untuk
pertumbuhan neoplasma.23
Secara mikroskopis, ameloblastoma menunjukkan suatu stroma fibrous
dengan pulau-pulau atau massa dari epitelium yang berproliferasi. Varian histologis
follicular, plexiform dan acanthomatous merupakan gambaran dari lesi sel-sel basal,
stelate retikulum dengan berbagai derajat degenerasi kistik, dan metaplasia skuamosa.
Ameloblastoma follicular cenderung menyerupai organ email dengan sel-sel sebelah
luar yang memiliki gambaran serupa dengan epitelium gigi didalamnya. Bagian
tengah dari pulau epitel mengandung suatu jalinan sel-sel yang rumit dan longgar
mirip dengan stelate retikulum. Metaplasia skuamosa dari sel epitel di dalam daerah
sentral seperti stalate retikulum memberikan istilah ameloblastoma acanthomatous.
Degenerasi kistik dapat terjadi di daerah tersebut dan juga stroma. Ameloblastoma
plexiform menunjukkan massa tidak beraturan dan untaian dari sel-sel epitelium yang
12
menyerupai sel-sel ameloblas atau sel-sel basal, sering terjadi degenerasi kistik pada
bagian tengah. Ameloblastoma kadang mengandung sel-sel granular besar yang
diistilahkan sebagai ranular sel ameloblastoma.10
A B
13
II.7 Diagnosis Banding
Ameloblastoma dapat di diangnosis banding dengan Kista dentigerus, kista
primordial, odontogenik keratosis, odontogenik miksoma atau ossifying fibroma.
Ameloblastoma unilokular kecil yang terletak di sekitar mahkota gigi yang tidak
erupsi seringkali tidak dapat dibedakan dengan kista dentigerous. Karena gambaran
septum tulang di dalam tumor penting untuk identifikasi ameloblastoma, tipe lesi
lainnya yang juga memiliki septum tulang interna seperti odontogenik keratosis, giant
cell granuloma, odontogenik miksoma, dan ossifying fibroma dapat memiliki
gambaran yang mirip. Odontogenik keratosis dapat memiliki septum yang berkurva
tetapi biasanya keratosis cenderung tumbuh di sepanjang tulang tanpa ekspansi yang
jelas, yang merupakan karakeristik ameloblastoma.15
II.8 Penatalaksanaan
Terapi tumor ini beragam mulai dari kuretase sampai reseksi tulang yang luas,
dengan atau tanpa rekonstruksi. Radiasi tampaknya merupakan kontraindikasi karena
dapat merangsang osteoradionekrosis atau kondisi keganasan. Hanya dalam kasus
tertentu di mana operasi mungkin tidak dapat dilakukan karena destruktif,
penggunaan radioterapi dapat digunakan. Pada beberapa literatur juga ditemukan
indikasi untuk dielektrokauterisasi, bedah krio dan penggunaan agen sklorosan
sebagai pilihan terapi. Pemeriksaan kembali pasca operasi penting karena hampir
50% kasus rekurensi terjadi pada lima tahun pertama pasca operasi. 19
Terapi untuk tumor ini harus dieksisi dan harus meliputi neoplasma sampai
jaringan sehat yang berada di bawah tumor. Hasilnya kemudian dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan biopsi, hal ini akan menentukan terapi yang
selanjutnya dilakukan. Setelah eksisi, harus dilanjutkan dengan elektrodesikasi atau
dirawat lukanya dengan larutan Karnoy.19 Terapi bedah ameloblastoma dapat dibagi
menjadi tiga tahap yaitu eksisi tumor, rekonstruksi, rehabilitasi.25
Pendapat mengenai terapi yang paling memadai untuk ameloblastoma
bervariasi dan mencakup faktor-faktor seperti kemungkinan terapi akhir,
14
kemungkinan mengendalikan penyakit dengan operasi nanti jika didiagnosis kambuh,
usia pasien, derajat gangguan fungsi dan pertumbuhan dan kemungkinan pemeriksaan
follow-up.26
Kemungkinan untuk terjadi rekurensi ada dan pasien harus diinstruksikan
untuk mengikuti pemeriksaan secara berkala sampai bertahun-tahun setelah operasi.
Sebuah ameloblastoma yang dilakukan eksisi, memiliki tingkat rekurensi sebesar
50%-90%. Hal ini sangat sulit diprediksi tergantung dari jenis ameloblastoma yang
menyerang. Ameloblastoma mempunyai kecendrungan untuk mengalami
kekambuhan kembali setelah dibersihkan. Hal ini disebabkan sifat lesi tersebut
menginvasi secara lokal pada pembersihan yang tidak adekuat.14
III. PEMBAHASAN
Ameloblastoma adalah tumor odontogenik jinak yang umumnya berlokasi
pada daerah mandibula. Dilaporkan bahwa 1% tumor oral merupakan ameloblastoma,
dimana 80% ameloblastoma terjadi pada mandibula dan sisanya 20% terjadi pada
maksila. Ameloblastoma dapat terjadi pada semua usia dengan rata-rata usia 20-30
tahun dan angka kejadian antara wanita dan pria adalah sama dan insidennya
meningkat pada dekade 3 dan 4 kehidupan.14,15 Angka kejadian ameloblastoma sama
pada wanita dan pria.14 Terdapat penelitian lain yang melaporkan persentase
ameloblastoma lebih tinggi terjadi pada laki-laki yaitu 52% daripada wanita yaitu
48% dari 1258 kasus ameloblastoma yang dilaporkan. 11 Data dari Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo pada periode Januari 2002Juli 2008 sebanyak 66 kasus didapatkan
53% dari kelompok usia 31-50 tahun dan dominan pada wanita yaitu 56%. 11
Secara klinis ameloblastoma tampak sebagai tumor odontogenik agresif, pada
awalnya tidak menimbulkan gejala dan pertumbuhannya lambat dengan tidak
ditemukannya pembengkakan. Ameloblastoma juga kadang-kadang memiliki gejala
bengkak, maloklusi dental , nyeri dan parastesia pada area yang terkena.14
Berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2005 ameloblastoma dibagi menjadi (1)
solid atau multikistik, (2) extra-osseus atau perifer, (3) desmoplastik, (4) unikistik.9
15
Tetapi hingga saat ini ameloblastoma dibagi menjadi tiga varian yaitu multikistik,
unikistik, dan perifer.14 Analisis dari literatur internasional 3.677 kasus
ameloblastoma didapatkan 92% bentukan solid atau multikistik, 6% unikistik, dan
2% perifer.6
Ameloblastoma juga memiliki beberapa varian histopatologi, tetapi yang
paling umum adalah folikular dan plexiform. Pemeriksaan radiologi yang dapat
dilakukan pada ameloblastoma adalah pemeriksaan panoramik, CT scan, dan MRI.
Pada ameloblastoma didapatkan gambaran radiolusensi yang multiokular atau
uniokular.14
Etiologi dari ameloblastoma sampai saat ini belum jelas diketahui. Tumor ini
dapat berasal dari sisa epitel dari infeksi gigi, epitel dari kista odontogenik, epitel
skuamus bertingkat, dan epitel organ enamel.14
Ameloblastoma dapat diterapi dengan kuretase, enukleasi yang
dikombinasikan dengan kuretase dan dapat juga dilakukan bedah radikal. Pada
beberapa penelitian internasional melaporkan bahwa 7,1% terjadi kekambuhan
setelah dilakukan pembedahan radikal dan 33,3% setelah terapi konservatif. Reseksi
luas direkomendasikan sebagai terapi yang baik pada ameloblastoma. Kemudian pada
laporan kasus yang dilaporkan oleh Gumgum dkk, menyatakan bahwa 3 pasien
dilakukan enukleasi dan kuretase dan 1 pasien dengan reseksi hemimandibular
dalam 3 tahun follow up tidak didapatkan kekambuhan.14
IV. KESIMPULAN
Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik jinak yang memiliki sifat
biologis agresif, dan sering terjadi kekambuhan postoperasi akibat kegagalan terapi
pembedahan yang kurang bersih. Sekitar 1% dari semua tumor oral merupakan
ameloblastoma. Insiden ameloblastoma diperkirakan 0,5 per juta penduduk per tahun
dan dapat terjadi pada semua usia dan gender, namun jarang pada dekade pertama.
Ameloblastoma lebih sering terjadi pada pada mandibula dibandingkan di maksila.
16
Terdapat beberapa varian dari ameloblastoma yaitu tipe padat atau multikistik, tipe
unikistik, dan tipe perifer. Secara histologi ameloblastoma memiliki beberapa subtipe
yaitu yang paling umum adalah folikular dan plexiform sedangkan acanthomatous,
sel granular, desmoplastik dan sel basal adalah pola histologis yang jarang.
Penatalaksanaan dari ameloblastoma ini beragam mulai dari kuretase sampai
reseksi tulang yang luas dengan atau tanpa rekonstruksi. Hasil dari reseksi tersebut
kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan terapi selanjutnya
yang akan dilakukan. Pemberian radiasi pada kasus ameloblastoma masih menjadi
kontraindikasi karena dapat merangsang terjadinya osteoradionekrosis atau kondisi
malignan. Modalitas terapi lain seperti elektrokauterisasi, bedah krio, dan
penggunaan agen sklorosan dapat menjadi pilihan. Pemeriksaan kembali sangat
penting dilakukan karena dapat terjadi kekambuhan pasca operasi pada lima tahun
pertama.
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Rubin, Emanuel, Reisner, Howard M.The Head and Neck In: Essentials of
Rubin's Pathology, 5th Edition; 2009 Lippincott Williams & Wilkins: page.881.
3. Dunlap C. Odontogenic tumor:the short version. UMKC School of Dentistry
2001.Availablefrom:https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CEQQFjAD&url=http%3A%2F%2Fdentist
ry.umkc.edu%2FPracticing_Communities%2Fasset%2FOdontTumors.pdf&ei=o8
QvU42RAsazrgeU74HQBQ&usg=AFQjCNEBaN__2JbmYDOk6OsJ6Ac6mMm
EVQ&sig2=6x8BW_E1aP6w7cAXDlepJQ.
4. Cardesa A. and Slootweg J.P. Ameloblastoma. In: Pathology of the Head and
Neck.Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006:110-112.
18
9. Hertog D. et al. Histopathology of ameloblastoma of the jaws; some critical
observations based on a 40 years single institution experience. Med Oral Patol
Oral Cir Bucal.2012 ;17(1):e76-82.
10. Brightman J.V. Ameloblastoma In: Lynch A.M., Brightman J.V., Greenberg
S.M. Oral medicine: Diagnosis and Treatment 8th ed. 1992: Lippincott;pp.405-
410.
12. Pearce C.E. Tulang Wajah In: Anatomi & Fisiologi Untuk Paramedis.Penerbit
PT Gramedia, Jakarta 1990;pp.50-52.
13. ArtawijayaAgung.2002.AnatomiTulangMandibula.[online].[http://catatanradiogra
f.blogspot.com/2011/07/anatomi-tulang-mandibula.html diakses tanggal 4 April
2014].
14. Gmgm, S., & Hosgren, B. 2005. Clinical and Radiologic Behaviour of
Ameloblastoma in 4 Cases. J Can Dent Assoc 2005; 71(7):4814.
15. Kahairi, A., Ahmad, R. L., Islah, W., & Norra, H. 2008. Management of Large
Mandibular Ameloblastoma - A Case Report and Literature Reviews. Archives of
Orofacial Sciences (2008), 3(2): 52-55.
16. Birnbaum W. And Dunne M.S. Ameloblastoma In: Oral Diagnosis The
Clinicians Guide. Elsevier Science. 2002;pp.334-335.
17. Sapp JP, Eversole LR,Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial
Pathology.2nd ed. Missouri :Mosby, 1997: 136-143.
18. Avon, S. L., McComb, J., & Clokie, C. 2003. Ameloblastic Carcinoma: Case Report
and Literature Review. Journal of the Canadian Dental Association 2003; 69(9):573-
6.
19
19. Belal, M. S., Safar, S. Rajacic, N., Yassin, I. M. Schtz, P. Yassin, S. M., &
Zohaire, N. 1998. Ameloblastoma of the Mandible Treated by
Hemimandibulectomy with Immediate Autogenous Bone Graft Reconstruction.
Dental News, Volume V, Number I, 1998.
20. Medeiros, M., Porto, G. G., Filbo, J. R., Portela, L., & Vasconcellos, R. H. 2008.
Ameloblastoma in the Mandible. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology74 (3)
May/June 2008.)
21. Oliveira, L. R., Matos, B. H., Dominguete, P. R., & Zorgetto, V. A., & Silva, A. R.
2011. Ameloblastoma: Report of Two Cases and a Brief Literature Review. In, J.
Odontostomat. 5(3):293-299, 2011
22. Mohammadinezhad, C. Aarabi, A. M., & Zamiri, B. 2009. Recurrent Ameloblastoma
of the Mandible: Two Cases Report. Iranian Red Crescent Medical Journal 2009;
11(3):340-343.
23. Robbins L.S.et al. Neoplasm In: Robbin Basic Pathology 7th ed. 2003: Elsevier
Inc., New York:pp185-237
24. Varkhede, A., Tupkari, J. V., Mandale, M. S., & Sardar, M. 2010. Plexiform
Ameloblastoma of Mandible - Case Report. J Clin Exp Dent. 2010;2(3):e146-8
20