Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN PUSTAKA

Divisi :

Penyaji :

Pembimbing :

Pemandu :

Waktu & Tempat :

TEKNIK FRENULOPLASTI PADA ANKYLOGLOSIA

Allin Marlina Rivai, Fitriani, Soenarto K

Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi

FK UNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

ABSTRAK

Ankyloglosia merupakan kelainan kongenital pada bagian cavum oris dimana frenulum lingualis berukuran
pendek, tebal, dan kaku sehingga mengurangi pergerakan dari ujung lidah. Ankyloglosia dapat menyebabkan
gangguan menyusu, menelan, dan artikulasi, serta menyebabkan kelainan anatomi gigi dan mulut, sehingga
diperlukan koreksi frenulum lingualis dengan cara pembedahan. Frenuloplasti merupakan tindakan yang
dilakukan untuk mengkoreksi frenulum lingualis pada ankyloglosia. Tindakan frenuloplasti dilakukan dengan
reseksi jaringan frenulum lingualis kemudian dilanjutkan dengan menjahit mukosa lidah yang bertujuan untuk
mengurangi risiko timbulnya kontraktur dan ankyloglosia rekuren. Berdasarkan jenis konfigurasi, tindakan
frenuloplasti dibagi menjadi metode sederhana dan Z-plasty. Sedangkan berdasarkan penggunaan hemostat,
tindakan frenuloplasti dibagi menjadi metode hemostat tunggal dan ganda. Frenuloplasti berisiko untuk
terjadinya perdarahan, infeksi, dan cidera struktur sekitar. Komplikasi yang dapat timbul setelah tindakan
frenuloplasti adalah kontraktur, glosoptosis, obstruksi saluran nafas bagian atas, dan ankyloglosia rekuren.

Kata kunci: Ankyloglosia, frenuloplasty

FRENULOPLASTY TECHNIQUES OF ANKYLOGLOSSIA


Allin Marlina Rivai, Fitriani, Soenarto K

Department of Dermatology and Venereology

Medical Faculty of Sriwijaya University/Dr. Moh. Hoesin General Hospital Palembang

1
ABSTRACT

Ankyloglossia is a congenital anomaly in the oral cavity where the lingual brake is short, thick and rigid, thus
reducing the movement of the tip of the tongue. Ankyloglossia can cause any problem of breastfeeding,
swallowing, articulation, and anatomical abnormalities of the teeth and mouth, so requiring surgical correction of
the lingual brake. Frenuloplasty is performed to correct the lingual brake in ankyloglossia. Frenuloplasty is
performed by resection of lingual frenulum, followed by suturing the mucosa of the tongue to reduce the risk of
contracture and recurrent ankyloglosia. Based on the type of configuration, frenuloplasty is divided into simple
methods and Z-plasty. Based on the use of haemostatics, frenuloplasty is divided into single and double
hemostatic method. Frenuloplasty is at risk for bleeding, infection and injury to surrounding structures.
Complications that may occur after frenuloplasti are contractures, glosoptosis, obstruction of the upper
respiratory tract and recurrent ankyloglosia.

Keywords: Ankyloglosia, frenuloplasty

PENDAHULUAN

Ankyloglosia, atau yang sering disebut sebagai tongue-tie, merupakan kelainan


kongenital pada bagian cavum oris dimana frenulum lingualis berukuran pendek, tebal, dan
kaku sehingga mengurangi pergerakan dari ujung lidah.1 Ankyloglosia disebabkan oleh
abnormalitas embrional yaitu adanya gangguan apoptosis yang menyebabkan dasar mulut dan
lidah gagal terbelah sehingga tersisa jaringan residual berupa frenulum lingualis yang lebih
pendek dan tebal dari kondisi normal.2 Ankyloglosia juga dapat menyertai
Beckwith-Wiedemann syndrome, Opitz syndrome, Simpson-Golabi-Behmel syndrome, dan
X-linked palatoskisis.3

Ankyloglosia pada bayi baru lahir biasanya tidak menimbulkan keluhan. Namun seiring
dengan pertambahan usia didapatkan keluhan berupa gangguan menyusu, sering tersedak saat
makan, dan berat badan yang sukar naik. Pada pemeriksaan cavum oris didapatkan frenulum
lingualis yang berupa membran baik bersifat tipis translusen maupun tebal fibrous dengan
panjang yang bervariasi.3 Pada bayi, pemeriksaan dapat dilakukan saat bayi menangis sebagai
membran yang menempel pada ujung lidah dan dasar mulut. Selain itu, didapatkan hambatan
2
pergerakan lidah seperti tidak bisa menjulurkan lidah sama sekali, lidah terlipat ke bawah, atau
adanya lateralisasi ketika menjulurkan lidah. Pada pemeriksaan palpasi, frenulum lingualis
dapat bersifat elastis maupun kaku tergantung pada tingkat ketebalan dari jaringan frenulum itu
sendiri.4

Ankyloglosia diklasifikasikan berdasarkan panjang frenulum dan resistensinya.


Berdasarkan panjang frenulum, ankyloglosia dibagi menjadi empat macam yaitu sepanjang
ujung lidah, sepanjang 2-4 mm posterior dari ujung lidah, sepanjang pertengahan ujung lidah,
dan di posterior lidah. Sedangkan berdasarkan resistensi, ankyloglosia dibagi menjadi 4 macam
yaitu tanpa resistensi, resistensi ringan, resistensi berat, dan resistensi absolut. Untuk
mengetahui resistensi, diperlukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan lingual patch yang
ditempatkan menyusuri bawah lidah sampai dengan adanya tahanan.5 Ankyloglosia dengan
frenulum sepanjang lidah, resistensi berat, dan resistensi absolut perlu dilakukan terapi karena
dapat mengganggu proses fisiologis lidah.5,6

Insidensi ankyloglosia cukup jarang yaitu 3-5%, namun dapat mengganggu proses
menyusu, menelan, dan artikulasi, serta menyebabkan kelainan anatomi gigi dan mulut. Sekitar
25-40% bayi yang menderita ankyloglosia mengalami kesulitan untuk menyusu yang dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada bayi serta gangguan payudara pada ibu seperti
mastitis dan cracked nipple.7 Hal ini disebabkan karena bayi menggunakan gusi untuk menekan
papila mammae sehingga air susu ibu tidak keluar secara adekuat dan melukai mammae ibu.
Gangguan pertumbuhan dapat diketahui dengan mengukur kenaikan berat badan yang kurang
dari 15 gram per hari. Gangguan menelan dapat menyebabkan anak sering tersedak dan
berkomplikasi sebagai pneumonia aspirasi. Sedangkan gangguan artikulasi terutama konsonan
d, n, l, r, dan t, akan menyebabkan gangguan percaya diri. Kelainan anatomi gigi dan mulut
yang dapat ditimbulkan oleh ankyloglosia adalah adanya deformitas gigi incisivus inferior,
penonjolan gusi, dan maloklusi rahang.7,8 Oleh karena dampak ankyloglosia yang cukup serius,
diperlukan koreksi frenulum lingualis dengan cara pembedahan.

Pembedahan koreksi frenulum lingualis dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu
frenulotomi, frenuloplasti, dan laserlisis. Frenulotomi merupakan teknik yang paling mudah,
yang dilakukan dengan cara memotong frenulum lingualis dengan menggunakan gunting tanpa
jahitan baik dalam anestesi maupun tanpa anestesi. Namun tindakan frenulotomi ini memiliki
tingkat rekurensi yang tinggi dan menimbulkan komplikasi berupa bekas luka yang

3
mengganggu secara estetika. Oleh karena itu, kemudian berkembang teknik frenuloplasti yang
bertujuan untuk meminimalisasi bekas luka dan rekurensi ankyloglosia. Tindakan frenuloplasti
dilakukan dengan menutup mukosa dengan jahitan. Tindakan ini dibagi menjadi dua metode
yaitu frenuloplasti sederhana dan Z-plasty. Sedangkan laserlisis dilakukan dengan
menggunakan elektrokauter. Penggunaan elektrokauter ini berfungsi untuk mengurangi
perdarahan selama operasi serta cidera struktur sekitar frenulum lingualis, namun teknik ini
masih jarang dilakukan.7,8,9

Tinjauan pustaka ini khusus membahas mengenai teknik frenuloplasti meliputi anatomi
frenulum lingualis, tujuan, indikasi, risiko, prosedur, terapi paska operasi, dan komplikasi.

ANATOMI

Frenulum lingualis merupakan membran mukosa yang terdiri dari jaringan ikat yang
menghubungkan antara permukaan ventral lidah dan dasar mulut. Dalam keadaan normal,
frenulum lingualis tidak memiliki banyak vaskularisasi dan persarafan. Namun di sekitar
frenulum lingualis terdapat struktur penting dari lidah yaitu arteri lingualis dekstra dan sinistra,
vena lingualis profunda dan superfisialis, nervus lingualis, dan muskulus intrinsik lidah di
bagian permukaan ventral lidah yang berjalan sejajar terhadap garis tengah frenulum lingualis
(Gambar 1A).10

Pada bagian dasar mulut, terdapat duktus submandibula dan duktus sublingual yang
berfungsi sebagai penghubung antara glandula submandibula dan glandula sublingual dengan
orifisium salivatorius. Selain itu, terdapat duktus Wharton dekstra dan sinistra yang berfungsi
sebagai drainase saliva yang berasal dari glandula submandibula di cavum oris (Gambar 1A).
Struktur lain yang terdapat di dasar mulut yaitu musculus genioglosus yang berjalan dari
simfisis os mandibula menuju ke lidah (Gambar 1B).10

4
A B

Gambar 1. Anatomi Cavum Oris (a) Bagian Ventral Lidah (b) Musculus Ekstrinsik Lidah

TUJUAN

Tujuan dilakukannya tindakan frenuloplasti pada ankyloglosia adalah mengkoreksi


frenulum lingualis sehingga meningkatkan mobilitas lidah dan diharapkan proses fisiologis
lidah seperti menyusu, menelan, artikulasi, serta pembersihan area gigi dan gusi dapat kembali
seperti normal. Tindakan frenuloplasti dilakukan dengan reseksi jaringan frenulum lingualis
kemudian dilanjutkan dengan menjahit mukosa lidah yang bertujuan untuk mengurangi risiko
timbulnya kontraktur dan ankyloglosia rekuren.7,8,9

INDIKASI

Ankyloglosia diklasifikasikan berdasarkan panjang frenulum dan resistensinya.


Berdasarkan panjang frenulum, ankyloglosia dibagi menjadi empat macam yaitu sebagai
berikut.5

1. Tipe 1 : sepanjang ujung lidah

2. Tipe 2 : sepanjang 2-4 mm posterior dari ujung lidah

3. Tipe 3 : sepanjang pertengahan ujung lidah

4. Tipe 4 : di posterior lidah

5
A B

C D

Gambar 2. Klasifikasi Ankyloglosia Berdasarkan Panjang Frenulum

(a) Tipe 1 (b) Tipe 2 (c) Tipe 3 (d) Tipe 4

Untuk mengetahui resistensi, diperlukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan


lingual patch yang ditempatkan menyusuri bawah lidah sampai dengan adanya tahanan.
Berdasarkan resistensi, ankyloglosia dibagi menjadi 4 macam yaitu sebgaai berikut.5

1. Tanpa resistensi

2. Resistensi ringan

3. Resistensi berat

4. Resistensi absolut.

Sedangkan menurut Kotlow, ankyloglosia diklasifikasikan berdasarkan panjang lidah


yang terbebas dari frenulum lingualis menjadi empat derajat yaitu sebagai berikut.11

1. Ringan : 12-16 mm
6
2. Sedang : 8-11 mm

3. Berat : 3-7 mm

4. Total : kurang dari 3 mm

Frenuloplasti dilakukan apabila adanya keluhan berupa masalah menyusu pada bayi dan
gangguan payudara pada ibu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan ankyloglosia tipe 1,
ankyloglosia dengan resistensi berat dan resistensi total, serta ankyloglosia total. Selain itu,
terdapat sistem skoring yang dapat membantu menentukan keputusan tindakan frenuloplasti
yaitu dengan sistem skoring Hazelbaker. Sistem skoring Hazelbaker menilai fungsi dan
tampilan frenulum lingualis (Tabel 1). Tindakan koreksi pada frenulum lingualis dilakukan
apabila skor fungsi kurang dari 11 dan skor tampilan kurang dari 8.12,13

Tabel 1. Sistem Skoring Hazelbaker


Skor
Fungsi
Adanya lateralisasi Total 2
Corpus lingual 1
Tidak ada 0
Menjulurkan lidah Ujung sampai pertengahan lidah 2
Pertengahan lidah 1
Tidak dapat sama sekali 0
Mengektensikan lidah Setinggi bibir bagian bawah 2
Setinggi gusi bagian bawah 1
Tidak dapat sama sekali 0
Menggerakan lidah depan Total 2
Sebagian 1
Tidak dapat sama sekali 0
Kemampuan menghisap Baik 2
Sedang 1
Tidak dapat sama sekali 0
Peristalis Total (dari ujung ke posterior) 2

7
Sebagian (dari posterior ke ujung) 1
Tidak dapat sama sekali 0
Kemampuan kembali Tidak ada 2
Jarang 1
Sering 0
Tampilan
Bentuk saat menjulurkan lidah Bulat atau persegi 2
Terbelah di ujung lidah 1
Heart-shaped 0
Elastisitas frenulum Sangat elastis 2
Elastis sadang 1
Tidak elastis 0
Panjang frenulum lingualis saat 2 cm atau lebih 2
menjulurkan lidah
1 cm 1
Kurang dari 1 cm 0
Perlekatan frenulum lingualis ke lidah Posterior saja 2
Ujung saja 1
Sepanjang lidah 0
Perlekatan frenulum lingualis ke dasar Ke dasar mulut 2
mulut
Ke bawah rahang 1
Di rahang 0

Ada perbedaan pendapat para ahli menengai waktu yang tepat untuk dilakukan
frenuloplasti pada ankyloglosia. Kotlow berpendapat bahwa frenuloplasti semakin cepat
dilakukan maka akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Sedangkan Ballard berpendapat
bahwa perlu dilakukan watchfull waiting dengan indikator proses menyusui. Apabila dalam 5
minggu didapatkan perbaikan dalam proses menyusui dan tidak ditemukan adanya gangguan
pertumbuhan pada bayi maka frenuloplasti dapat ditunda namun perlu dilakukan observasi
setiap bulan. Selain itu, Kalaman berpendapat bahwa frenuloplasti disarankan untuk tidak
dilakukan pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun.11 Ankyloglosia tipe posterior yang

8
hanya dapat diketahui melalui palpasi mukosa dasar mulut, jarang mengakibatkan masalah
sehingga tidak perlu dilakukan terapi koreksi frenulum.14

RISIKO

Tindakan frenuloplasti termasuk tindakan pembedahan yang relatif sederhana. Namun


tindakan ini tidak lepas dari risiko paska operatif pada umumnya yaitu infeksi, perdarahan, dan
cidera.15, 16,17

1. Infeksi

Risiko infeksi pada tindakan frenuloplasti akan meningkat pada kondisi sebagai
berikut.

a. Riwayat infeksi sebelum tindakan

b. Higienitas oral yang buruk

c. Usia anak dan bayi yang sudah mengkonsumsi makanan

Risiko infeksi dapat diminimalisasi dengan mengeksklusi adanya riwayat infeksi


sebelum tindakan operasi dengan melakukan pemeriksaan fisik pada hidung, telinga,
mulut, dan tenggorokan. Apabila ditemukan fokus infeksi maka harus diberikan terapi
antibiotik dan terapi suportif lain serta dilakukan penundaan terhadap tindakan
frenuloplasti.15, 16,17

2. Perdarahan

Risiko perdarahan pada tindakan frenuplasti akan meningkat pada kondisi sebagai
berikut.

a. Frenulum lingualis yang tebal dengan tingkat vaskularisasi yang tinggi

b. Riwayat koreksi frenulum lingualis sebelumnya

c. Usia anak yang lebih besar atau dewasa

d. Adanya riwayat kelainan pembekuan darah sebelumnya

9
Risiko perdarahan dapat diminimalisasi dengan mengeksklusi adanya riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga berupa kelainan pembekuan darah. Selain
itu, pada bayi baru lahir perlu ditanyakan riwayat pemberian vitamin K saat lahir. Riwayat
pemberian vitamin K ini dianggap penting karena perdarahan dapat terjadi disebabkan
oleh kekurangan vitamin K. Pemberian vitamin K tambahan secara intramuskular pada
pasien bayi dapat menjadi solusi untuk mencegah terjadinya perdarahan.15, 16,17

3. Cidera

Risiko cidera yang dimaksut dalam konteks ini adalah adanya kerusakan struktur
yang terdapat di sekitar frenulum lingualis pada saat dilakukannya reseksi frenulum
seperti pembuluh darah, nervus, glandula saliva, duktus salivatorius, dan muskulus
ekstrinsik lidah. Risiko cidera pada tindakan frenuplasti akan meningkat pada kondisi
sebagai berikut.

a. Kondisi frenulum yang sangat pendek

b. Pasien tidak kooperatif

c. Kesalahan tindakan operator

Risiko perdarahan dapat diminimalisasi dengan menggunakan teknik anestesi yang


tepat sesuai dengan usia dan tingkat kooperatif pasien. Pasien anak yang berusia lebih dari
1 tahun dan pasien yang tidak kooperatif disarankan untuk menggunakan teknik anestesi
umum.15, 16,17

PROSEDUR

Tindakan frenuloplasti memerlukan tim yang terdiri dari dokter spesialis anak, dokter
bedah Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT), dokter gigi anak, dokter anestesi, dan dokter
rehabilitasi medik. Tindakan frenuloplasti dapat dilakukan di ruang dokter area semisteril
dengan tindakan anestesi lokal maupun di ruang operasi dengan tindakan anestesi umum.18,19

1. Persiapan

Persiapan tindakan frenuloplasti dilakukan dengan persiapan alat, persiapan pasien


dan tindakan anestesi.

10
a. Persiapan alat

Alat-alat yang digunakan untuk tindakan frenuloplasti adalah sebagai


berikut.19,20

1) Grooved director, digunakan untuk mengisolasi frenulum lingualis

2) Gunting berujung tumpul

3) Cairan sukrosa

4) Kassa ukuran 2x2 inch

5) Skalpel

6) Hecting set

Gambar 3. Peralatan Tindakan Frenuloplasti (a) Grooved director (b) Gunting Berujung
Tumpul

b. Persiapan pasien

Persiapan pasien dilakukan dengan memposisikan kepala dan rahang dalam


keadaan stabil. Posisi pasien anak yang sudah kooperatif dapat duduk dipangku oleh
orangtuanya dengan tangan terfiksasi.19,21

c. Tindakan anestesi

11
Tindakan anestesi dilakukan berdasarkan usia dan tingkat kooperatif. Jika
pasien berusia lebih dari 1 tahun dan tidak kooperatif, dianjurkan untuk dilakukan
tindakan anestesi umum. Hal ini disebabkan karena pasien ditakutkan mengganggu
proses operasi. Tindakan anestesi umum yang dilakukan adalah anestesi inhalasi
dengan menggunakan nitrit oksida. Sedangkan pada pasien berusia dewasa maupun
anak yang besar serta mampu kooperatif, dilakukan tindakan anestesi lokal. Anestesi
lokal dilakukan pada frenulum lingualis dan permukaan ventral dari lidah dengan
menggunakan marcaine 0,25% dan epinefrin.19,21,22

2. Operasi

Berdasarkan jenis konfigurasi, tindakan frenuloplasti dibagi menjadi dua metode,


yaitu sederhana dan Z-plasty.

a. Sederhana

Frenuloplasti sederhana sering juga disebut sebagai frenuloplasti


horisontal-vertikal. Hal ini disebabkan karena metode ini membuat insisi mukosa
secara horisontal kemudian dilanjutkan secara vertikal.22,23,24

Tindakan frenuloplasti sederhana ini diawali dengan mengelevasikan ujung


lidah dengan menggunakan grooved director agar lidah dapat terdorong ke arah
superior dan frenulum lingualis dapat terbentang jelas (Gambar 4A). Selanjutnya
dilakukan insisi secara horisontal sepanjang dari ujung lidah sampai dengan posterior
lidah mengikuti alur yang ada pada grooved director. Insisi horisontal ini dilakukan
pada lapisan mukosa. Kemudian dilakukan insisi secara vertikal pada lapisan
submukosa (Gambar 4B). Selanjutnya dilakukan insisi pada frenulum lingualis.
Insisi dilakukan dengan menggunakan gunting yang berukuran kecil dan berujung
tumpul pada bagian yang paling tipis. Insisi dimulai dari bagian anterior frenulum
menuju ke bagian posterior frenulum dengan lokasi yang lebih mengarah ke lidah.
Hal ini dilakukan untuk menghindari cidera terhadap glandula submandibula yang
berlokasi di dasar mulut (Gambar 4C). Tindakan ini diakhiri dengan proses menjahit
lapisan mukosa dengan benang kromik 4-0 (Gambar 4D).22,23,24

12
A B

C D

Gambar 4. Prosedur Frenuloplasti Sederhana (a) Elevasi lidah (b) Insisi


horisontal-vertikal (c) Insisi frenulum (d) Menjahit lapisan mukosa

b. Z-plasty

Tindakan frenuloplasti dengan menggunakan metode Z-plasty diawali dengan


melakukan jahitan pada ujung lidah dengan menggunakan benang silk (Gambar
5A). Hal ini dilakukan untuk memfiksasi lidah agar frenulum lingualis mudah untuk
dijangkau. Kemudian dilakukan insisi secara vertikal terhadap frenulum lingualis.
Selanjutnya dilakukan dua buah insisi secara horisontal dengan sudut 90 derajat dari
insisi vertikal (Gambar 5B). Langkah selanjutnya adalah membuat dua buah lipatan
berbentuk persegi yang ditransposisikan dengan konfigurasi Z (Gambar 5C).
Tindakan ini diakhiri dengan menjahit lapisan mukosa dengan benang kromik 4-0
(Gambar 5D).22,23,24

13
A B

C D

Gambar 5. Tindakan frenuloplasti Z-plasty (a) Elevasi lidah (b) Insisi


vertikal-horisontal (c) Insisi konfigurasi Z (d) Menjahit lapisan mukosa

Berdasarkan penggunaan hemostat, tindakan frenuloplasti dibagi menjadi dua


metode yaitu hemostat tunggal dan ganda.

a. Hemostat tunggal

Pada penggunaan hemostat tunggal, tindakan diawali dengan menjahit ujung


lidah dengan menggunakan benang silk 3-0. Hal ini dilakukan untuk memfiksasi
lidah agar frenulum lingualis mudah untuk dijangkau. Selanjutnya meletakan
hemostat pada frenulum lingualis dengan sisi konveks di permukaan bagian ventral
lidah (Gambar 6A). Kemudian dilakukan insisi mengikuti kurvatura hemostat dan
memotong bagian atas frenulum lingualis (Gambar 6B). Insisi kedua dilakukan di
bagian bawah frenulum lingualis sedekat mungkin dengan dasar mulut (Gambar
6C). Setelah frenulum lingualis diinsisi pada dua sisi, timbul luka dengan konfigurasi
‘diamond’ shape yang kemudian digunting menggunakan gunting yang berujung
tumpul (Gambar 6D). Tindakan ini diakhiri dengan menjahit lapisan mukosa dengan
benang kromik 4-0 (Gambar 6E) dan dilakukan perawatan luka (Gambar 6F).22,23,24

14
A B

C D

E F

Gambar 6. Tindakan frenuloplasti hemostat tunggal (a) Elevasi lidah (b) Insisi
superior (c) Insisi inferior (d) ‘diamond’ shape (e) Menjahit lapisan mukosa

(f) Perawatan luka rutin

b. Hemostat ganda

Pada penggunaan hemostat ganda, tindakan diawali dengan menjahit ujung


lidah dengan menggunakan benang silk 3-0. Hal ini dilakukan untuk memfiksasi
lidah agar frenulum lingualis mudah untuk dijangkau. Selanjutnya meletakan dua
buah hemostat yaitu hemostat lengkung dan hemostat lurus pada bagian superior dan
inferior frenulum lingualis (Gambar 7A). Kemudian dilakukan insisi ganda
mengikuti kurvatura kedua hemostat dan memotong bagian sudut segitiga dari
frenulum lingualis (Gambar 7B). Selanjutnya dilakukan diseksi tumpul dan
menjahit luka dengan menggunakan benang silk 3-0 (Gambar 7C) dan dilakukan
perawatan luka (Gambar 7D).22,23,24
15
A B

C D

Gambar 7. Tindakan frenuloplasti hemostat ganda (a) Elevasi lidah (b) Insisi ganda
(c) Diseksi tumpul dan menjahit lapisan mukosa (d) Perawatan luka rutin

TERAPI PASKA OPERASI

Tindakan frenuloplasti akan menyebabkan ketidaknyamanan yang bersifat sementara


baik saat makan, minum, berbicara, dan menangis untuk bayi. Selain itu, dapat terjadi
komplikasi berupa perdarahan dan infeksi. Oleh karena itu, pasien perlu diedukasi untuk
menghubungi pelayanan kesehatan apabila terjadi perdarahan dan tanda infeksi. Pasien tidak
memerlukan diet khusus setelah tindakan frenuloplasti, sehingga dapat diberikan diet normal
sesuai usia. Selain itu, pasien juga dapat beraktivitas secara normal tanpa ada pembatasan
aktivitas khusus.25,26

Terapi paska operasi dilakukan dengan pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
Analgesik yang direkomendasikan untuk paska tindakan frenuloplasti adalah acetaminophen.
Sedangkan penggunaan obat analgesik berupa aspirin dan ibuprofen sebaiknya dihindari karena
dapat menginisiasi perdarahan. Selain itu, pasien perlu diedukasi untuk tidak mengkonsumsi
ramuan herbal yang mengandung gingseng, ginkgo, dan bawang putih. Penggunaan antiobtik
paska operatif pada tindakan frenoplasti tidak diperlukan.25,26

Pasien disarankan melakukan rehabilitasi medik untuk lidah dan belajar menyusu
kembali pada bayi. Rehabilitasi medik untuk lidah dilakukan dengan tujuan mencegah
16
frenulum lingual menyatu dengan dasar mulut. Rehabilitasi medik ini dilakukan dengan cara
menekan dasar mulut ke arah bawah secara lembut dengan menggunakan ibu jari. Tindakan ini
dilakukan beberapa kali dalam sehari sampai dengan luka sembuh. Selain itu, perlu dilakukan
latihan bicara terutama untuk konsonan d, n, l, r, dan t. Latihan menyusu dapat dilakukan secara
mandiri oleh orangtua maupun dibantu oleh konsultan menyusui.25,26

Evaluasi paska operasi dilakukan 3-6 minggu setelah tindakan frenuloplasti. Evaluasi
paska operasi meliputi kondisi jahitan, posisi lidah, dan adanya perdarahan, tanda infeksi,
maupun jaringan parut. Observasi selanjutnya dilakukan secara rutin setiap satu bulan
sekali.25,26

A B

C D

Gambar 8. Evaluasi Paska Tindakan Frenuloplasti

(a) Sebelum Tindakan Frenuloplasti (b) Evaluasi 1 bulan (c) Evaluasi 3 bulan
17
(d) Evaluasi 6 bulan (e) Evaluasi 1 tahun

KOMPLIKASI

Berikut merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan frenuloplasti pada
ankyloglosia.

1. Kontraktur

Kontraktur terjadi akibat adanya jaringan parut paska operasi yang berlebihan
sehingga mengakibatkan perubahan arah dan posisi dari lidah. Hal ini dapat mengganggu
proses fisiologis lidah yang berperan dalam proses menguyah, menelan, dan berbicara.
Gangguan berbicara paska operasi terjadi pada 2% pasien ankyloglosia yang mendapatkan
terapi pembedahan frenuloplasti. Kejadian kontraktur lidah paska tindakan frenuloplasti
lebih rendah daripada daripada frenulotomi yaitu sebesar 8,7%.25,26

2. Ankyloglosia rekuren

Ankyloglosia rekuren terjadi pada 10 % pasien post tindakan frenuloplasti. Hal ini
terjadi karena adanya jaringan parut paska operasi yang merangsang pertumbuhan
frenulum lingualis menempel pada bagian ventral lidah dan dasar mulut. Kejadian
ankyloglosia rekuren setelah tindakan frenuloplasti lebih rendah daripada setelah tindakan
frenulotomi yaitu sebesar 43%. Ankyloglosia rekuren juga dapat terjadi akibat rehabilitasi
medik paska tindakan frenuloplasti tidak dilakukan secara efektif.25,26

3. Glosoptosis

Glosoptosis, atau sering disebut sebagai tongue swallowing, merupakan kondisi


dimana lidah yang cenderung jatuh ke arah posterior sehingga menutupi esofagus. Hal ini
terjadi karena adanya cidera musculus intrinsik lidah maupun musculus genioglosus
akibat ketidaktepatan prosedur tindakan frenuloplasti.25,26

4. Obstruksi saluran nafas bagian atas

Secara normal, kontraksi musculus genioglosus menekan lidah dan os hyoid ke arah
anterior sehingga saluran nafas bagian atas dapat terbuka. Pada ankyloglosia, frenulum
lingualis yang kaku juga dapat menyebabkan penekanan terhadap lidah dan os hyoid ke

18
arah anterior. Setelah dilakukan koreksi terhadap frenulum lingualis dalam tindakan
frenuloplasti, terjadi ketidakseimbangan tekanan terhadap lidah dan os hyoid sehingga
lidah terdorong ke arah posterior dan menutup saluran nafas bagian atas.25,26

KESIMPULAN

Frenuloplasti merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengkoreksi frenulum lingualis


pada ankyloglosia. Tindakan frenuloplasti dilakukan dengan reseksi jaringan frenulum
lingualis kemudian dilanjutkan dengan menjahit mukosa lidah yang bertujuan untuk
mengurangi risiko timbulnya kontraktur dan ankyloglosia rekuren. Berdasarkan jenis
konfigurasi, tindakan frenuloplasti dibagi menjadi metode sederhana dan Z-plasty. Sedangkan
berdasarkan penggunaan hemostat, tindakan frenuloplasti dibagi menjadi metode hemostat
tunggal dan ganda. Frenuloplasti berisiko untuk terjadinya perdarahan, infeksi, dan cidera
struktur sekitar. Komplikasi yang dapat timbul setelah tindakan frenuloplasti adalah kontraktur,
glosoptosis, obstruksi saluran nafas bagian atas, dan ankyloglosia rekuren.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ballard, JL., Auer, CE., Khoury, JC. Ankyloglossia : Assesment, incidence, and effect
of frenuloplasty on breastfeeding dyad. Pediatrics 110 (5):e63, 2012.

2. Wright JE J. Tongue-tie. Journal of Paediatric Child Health 31:276-278, 2014.

3. Hazelbaker AK. Tongue-tie: Morphogenesis, Impact, Assessment and Treatment.


Columbus, OH: Aidan and Eva Press; 2010

4. Notestine GE. The importance of identification of ankyloglossia (short lingual frenum )


as a cause of breast-feeding problems. Journal of Human Lactose 6:113-115, 2012.

5. Callahan, OC., Macary, SC., Clemente, SS. The effects of frenuloplasty for anterior and
posterior ankyloglossia on breastfeeding. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology 77(5):827-832, 2013.

19
6. Wiessinger D, Miller M. Breastfeeding difficulties as a result of tight lingual and labial
frena: A case report. Journal Human Lactose;11:313-316, 2015.

7. Hazelbaker AK. The assessment tool for lingual frenulum function (ATLFF): Use in a
lactation consultant private practice. Thesis. Pasadena, Calif: Pacific Oaks College;
2013.

8. Klokars, TP. Pediatric tongue tie division : Indications, techniques, and patient
satisfaction. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 73(10):1399-1401,
2013.

9. Velanovich, V. The transverse-vertical frenuloplasty for ankyloglossia. International


Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 81(7):714-715, 2014.

10. Strader, RJ. Treatment of tongue ankyloglossia with Z-plasty. Journal of Oral Surgery
and Pathology 22(1):120-124, 2016.

11. Sethi, NS. Benefits of frenuloplasty in infants with ankyloglossia. International Journal
of Pediatric Otorhinolaryngology 77(5):762-765, 2013.

12. Klockars T, Pitkäranta A. Pediatric tongue-tie division: indications, techniques and


patient satisfaction. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 73(10):
1399–1401, 2014.

13. Baker, AR., Carr, MM. Surgical treatment of ankyloglossia. International Journal of
Operative Techniques in Otolaryngology 26:28-32, 2015.

14. Kupietsky, AD., Botzer, EM. Ankyloglossia in infant and young child: clinical
suggestions for diagnosis and management. International Journal of Pediatric Dentistry
27:40-46, 2015.

15. Masaitis NS, Kaempf JW. Developing a frenotomy policy at one medical center: A case
study approach. Journal of Human Lactose 12:229-232, 2016.

16. Walsh F, Kelly D. Partial airway obstruction after lingual frenotomy. Anesthesiology
Analog 80;1066-1067, 2015.

17. Messner AH, Lalakea ML. Ankyloglossia: Controversies in management. International


Journal Pediatric Otorhinolaryngol 54:123-131, 2015.

18. Messner AH, Lalakea ML. Ankyloglossia: Incidence and associated feeding
difficulties. Arch Otolaryngology Head Neck Surgery 126:36-39, 2015.

19. Williams WN, Waldron CM. Assessment of lingual function when ankyloglossia
(tongue-tie) is suspected. Journal Dentistry Association 110:353-326, 2015.

20. Buryk M, Bloom D, Shope T. Efficacy of neonatal release of ankyloglossia: a


randomized trial. Pediatrics. 128(2):280–288, 2016.

20
21. Hong P, Lago D, Seargeant J, Pellman L, Magit AE, Pransky SM. Defining
ankyloglossia: a case series of anterior and posterior tongue ties. International Journal
Pediatric Otorhinolaryngology. 74(9):1003–1006, 2015

22. Mettias B, O’Brien R, Abo Khatwa MM, Nasrallah L, Doddi M. Division of tongue tie
as an outpatient procedure. Technique, efficacy and safety. International Journal
Pediatric Otorhinolaryngology. 77(4): 550–552, 2013

23. Yeh ML. Outpatient division of tongue-tie without anesthesia in infants and children.
World Journal of Pediatric. 4(2): 106–108, 2015.

24. Srinivasan A, Dobrich C, Mitnick H, Feldman P. Ankyloglossia in breastfeeding


infants: the effect of frenotomy on maternal nipple pain and latch. Breastfeed Med.
1(4):216–224, 2016.

25. Dollberg S, Marom R, Botzer E. Lingual frenotomy for breastfeeding difficulties: a


prospective follow-up study. Breastfeed Med. 9(6):286–289, 2014.

26. Francis, DO. Treatment of ankyloglossia and breastfeeding outcomes : a systematic


review. Pediatric 135(6)1460-1466, 2017.

21

Anda mungkin juga menyukai