Divisi :
Penyaji :
Pembimbing :
Pemandu :
ABSTRAK
Ankyloglosia merupakan kelainan kongenital pada bagian cavum oris dimana frenulum lingualis berukuran
pendek, tebal, dan kaku sehingga mengurangi pergerakan dari ujung lidah. Ankyloglosia dapat menyebabkan
gangguan menyusu, menelan, dan artikulasi, serta menyebabkan kelainan anatomi gigi dan mulut, sehingga
diperlukan koreksi frenulum lingualis dengan cara pembedahan. Frenuloplasti merupakan tindakan yang
dilakukan untuk mengkoreksi frenulum lingualis pada ankyloglosia. Tindakan frenuloplasti dilakukan dengan
reseksi jaringan frenulum lingualis kemudian dilanjutkan dengan menjahit mukosa lidah yang bertujuan untuk
mengurangi risiko timbulnya kontraktur dan ankyloglosia rekuren. Berdasarkan jenis konfigurasi, tindakan
frenuloplasti dibagi menjadi metode sederhana dan Z-plasty. Sedangkan berdasarkan penggunaan hemostat,
tindakan frenuloplasti dibagi menjadi metode hemostat tunggal dan ganda. Frenuloplasti berisiko untuk
terjadinya perdarahan, infeksi, dan cidera struktur sekitar. Komplikasi yang dapat timbul setelah tindakan
frenuloplasti adalah kontraktur, glosoptosis, obstruksi saluran nafas bagian atas, dan ankyloglosia rekuren.
1
ABSTRACT
Ankyloglossia is a congenital anomaly in the oral cavity where the lingual brake is short, thick and rigid, thus
reducing the movement of the tip of the tongue. Ankyloglossia can cause any problem of breastfeeding,
swallowing, articulation, and anatomical abnormalities of the teeth and mouth, so requiring surgical correction of
the lingual brake. Frenuloplasty is performed to correct the lingual brake in ankyloglossia. Frenuloplasty is
performed by resection of lingual frenulum, followed by suturing the mucosa of the tongue to reduce the risk of
contracture and recurrent ankyloglosia. Based on the type of configuration, frenuloplasty is divided into simple
methods and Z-plasty. Based on the use of haemostatics, frenuloplasty is divided into single and double
hemostatic method. Frenuloplasty is at risk for bleeding, infection and injury to surrounding structures.
Complications that may occur after frenuloplasti are contractures, glosoptosis, obstruction of the upper
respiratory tract and recurrent ankyloglosia.
PENDAHULUAN
Ankyloglosia pada bayi baru lahir biasanya tidak menimbulkan keluhan. Namun seiring
dengan pertambahan usia didapatkan keluhan berupa gangguan menyusu, sering tersedak saat
makan, dan berat badan yang sukar naik. Pada pemeriksaan cavum oris didapatkan frenulum
lingualis yang berupa membran baik bersifat tipis translusen maupun tebal fibrous dengan
panjang yang bervariasi.3 Pada bayi, pemeriksaan dapat dilakukan saat bayi menangis sebagai
membran yang menempel pada ujung lidah dan dasar mulut. Selain itu, didapatkan hambatan
2
pergerakan lidah seperti tidak bisa menjulurkan lidah sama sekali, lidah terlipat ke bawah, atau
adanya lateralisasi ketika menjulurkan lidah. Pada pemeriksaan palpasi, frenulum lingualis
dapat bersifat elastis maupun kaku tergantung pada tingkat ketebalan dari jaringan frenulum itu
sendiri.4
Insidensi ankyloglosia cukup jarang yaitu 3-5%, namun dapat mengganggu proses
menyusu, menelan, dan artikulasi, serta menyebabkan kelainan anatomi gigi dan mulut. Sekitar
25-40% bayi yang menderita ankyloglosia mengalami kesulitan untuk menyusu yang dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada bayi serta gangguan payudara pada ibu seperti
mastitis dan cracked nipple.7 Hal ini disebabkan karena bayi menggunakan gusi untuk menekan
papila mammae sehingga air susu ibu tidak keluar secara adekuat dan melukai mammae ibu.
Gangguan pertumbuhan dapat diketahui dengan mengukur kenaikan berat badan yang kurang
dari 15 gram per hari. Gangguan menelan dapat menyebabkan anak sering tersedak dan
berkomplikasi sebagai pneumonia aspirasi. Sedangkan gangguan artikulasi terutama konsonan
d, n, l, r, dan t, akan menyebabkan gangguan percaya diri. Kelainan anatomi gigi dan mulut
yang dapat ditimbulkan oleh ankyloglosia adalah adanya deformitas gigi incisivus inferior,
penonjolan gusi, dan maloklusi rahang.7,8 Oleh karena dampak ankyloglosia yang cukup serius,
diperlukan koreksi frenulum lingualis dengan cara pembedahan.
Pembedahan koreksi frenulum lingualis dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu
frenulotomi, frenuloplasti, dan laserlisis. Frenulotomi merupakan teknik yang paling mudah,
yang dilakukan dengan cara memotong frenulum lingualis dengan menggunakan gunting tanpa
jahitan baik dalam anestesi maupun tanpa anestesi. Namun tindakan frenulotomi ini memiliki
tingkat rekurensi yang tinggi dan menimbulkan komplikasi berupa bekas luka yang
3
mengganggu secara estetika. Oleh karena itu, kemudian berkembang teknik frenuloplasti yang
bertujuan untuk meminimalisasi bekas luka dan rekurensi ankyloglosia. Tindakan frenuloplasti
dilakukan dengan menutup mukosa dengan jahitan. Tindakan ini dibagi menjadi dua metode
yaitu frenuloplasti sederhana dan Z-plasty. Sedangkan laserlisis dilakukan dengan
menggunakan elektrokauter. Penggunaan elektrokauter ini berfungsi untuk mengurangi
perdarahan selama operasi serta cidera struktur sekitar frenulum lingualis, namun teknik ini
masih jarang dilakukan.7,8,9
Tinjauan pustaka ini khusus membahas mengenai teknik frenuloplasti meliputi anatomi
frenulum lingualis, tujuan, indikasi, risiko, prosedur, terapi paska operasi, dan komplikasi.
ANATOMI
Frenulum lingualis merupakan membran mukosa yang terdiri dari jaringan ikat yang
menghubungkan antara permukaan ventral lidah dan dasar mulut. Dalam keadaan normal,
frenulum lingualis tidak memiliki banyak vaskularisasi dan persarafan. Namun di sekitar
frenulum lingualis terdapat struktur penting dari lidah yaitu arteri lingualis dekstra dan sinistra,
vena lingualis profunda dan superfisialis, nervus lingualis, dan muskulus intrinsik lidah di
bagian permukaan ventral lidah yang berjalan sejajar terhadap garis tengah frenulum lingualis
(Gambar 1A).10
Pada bagian dasar mulut, terdapat duktus submandibula dan duktus sublingual yang
berfungsi sebagai penghubung antara glandula submandibula dan glandula sublingual dengan
orifisium salivatorius. Selain itu, terdapat duktus Wharton dekstra dan sinistra yang berfungsi
sebagai drainase saliva yang berasal dari glandula submandibula di cavum oris (Gambar 1A).
Struktur lain yang terdapat di dasar mulut yaitu musculus genioglosus yang berjalan dari
simfisis os mandibula menuju ke lidah (Gambar 1B).10
4
A B
Gambar 1. Anatomi Cavum Oris (a) Bagian Ventral Lidah (b) Musculus Ekstrinsik Lidah
TUJUAN
INDIKASI
5
A B
C D
1. Tanpa resistensi
2. Resistensi ringan
3. Resistensi berat
4. Resistensi absolut.
1. Ringan : 12-16 mm
6
2. Sedang : 8-11 mm
3. Berat : 3-7 mm
Frenuloplasti dilakukan apabila adanya keluhan berupa masalah menyusu pada bayi dan
gangguan payudara pada ibu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan ankyloglosia tipe 1,
ankyloglosia dengan resistensi berat dan resistensi total, serta ankyloglosia total. Selain itu,
terdapat sistem skoring yang dapat membantu menentukan keputusan tindakan frenuloplasti
yaitu dengan sistem skoring Hazelbaker. Sistem skoring Hazelbaker menilai fungsi dan
tampilan frenulum lingualis (Tabel 1). Tindakan koreksi pada frenulum lingualis dilakukan
apabila skor fungsi kurang dari 11 dan skor tampilan kurang dari 8.12,13
7
Sebagian (dari posterior ke ujung) 1
Tidak dapat sama sekali 0
Kemampuan kembali Tidak ada 2
Jarang 1
Sering 0
Tampilan
Bentuk saat menjulurkan lidah Bulat atau persegi 2
Terbelah di ujung lidah 1
Heart-shaped 0
Elastisitas frenulum Sangat elastis 2
Elastis sadang 1
Tidak elastis 0
Panjang frenulum lingualis saat 2 cm atau lebih 2
menjulurkan lidah
1 cm 1
Kurang dari 1 cm 0
Perlekatan frenulum lingualis ke lidah Posterior saja 2
Ujung saja 1
Sepanjang lidah 0
Perlekatan frenulum lingualis ke dasar Ke dasar mulut 2
mulut
Ke bawah rahang 1
Di rahang 0
Ada perbedaan pendapat para ahli menengai waktu yang tepat untuk dilakukan
frenuloplasti pada ankyloglosia. Kotlow berpendapat bahwa frenuloplasti semakin cepat
dilakukan maka akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Sedangkan Ballard berpendapat
bahwa perlu dilakukan watchfull waiting dengan indikator proses menyusui. Apabila dalam 5
minggu didapatkan perbaikan dalam proses menyusui dan tidak ditemukan adanya gangguan
pertumbuhan pada bayi maka frenuloplasti dapat ditunda namun perlu dilakukan observasi
setiap bulan. Selain itu, Kalaman berpendapat bahwa frenuloplasti disarankan untuk tidak
dilakukan pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun.11 Ankyloglosia tipe posterior yang
8
hanya dapat diketahui melalui palpasi mukosa dasar mulut, jarang mengakibatkan masalah
sehingga tidak perlu dilakukan terapi koreksi frenulum.14
RISIKO
1. Infeksi
Risiko infeksi pada tindakan frenuloplasti akan meningkat pada kondisi sebagai
berikut.
2. Perdarahan
Risiko perdarahan pada tindakan frenuplasti akan meningkat pada kondisi sebagai
berikut.
9
Risiko perdarahan dapat diminimalisasi dengan mengeksklusi adanya riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga berupa kelainan pembekuan darah. Selain
itu, pada bayi baru lahir perlu ditanyakan riwayat pemberian vitamin K saat lahir. Riwayat
pemberian vitamin K ini dianggap penting karena perdarahan dapat terjadi disebabkan
oleh kekurangan vitamin K. Pemberian vitamin K tambahan secara intramuskular pada
pasien bayi dapat menjadi solusi untuk mencegah terjadinya perdarahan.15, 16,17
3. Cidera
Risiko cidera yang dimaksut dalam konteks ini adalah adanya kerusakan struktur
yang terdapat di sekitar frenulum lingualis pada saat dilakukannya reseksi frenulum
seperti pembuluh darah, nervus, glandula saliva, duktus salivatorius, dan muskulus
ekstrinsik lidah. Risiko cidera pada tindakan frenuplasti akan meningkat pada kondisi
sebagai berikut.
PROSEDUR
Tindakan frenuloplasti memerlukan tim yang terdiri dari dokter spesialis anak, dokter
bedah Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT), dokter gigi anak, dokter anestesi, dan dokter
rehabilitasi medik. Tindakan frenuloplasti dapat dilakukan di ruang dokter area semisteril
dengan tindakan anestesi lokal maupun di ruang operasi dengan tindakan anestesi umum.18,19
1. Persiapan
10
a. Persiapan alat
3) Cairan sukrosa
5) Skalpel
6) Hecting set
Gambar 3. Peralatan Tindakan Frenuloplasti (a) Grooved director (b) Gunting Berujung
Tumpul
b. Persiapan pasien
c. Tindakan anestesi
11
Tindakan anestesi dilakukan berdasarkan usia dan tingkat kooperatif. Jika
pasien berusia lebih dari 1 tahun dan tidak kooperatif, dianjurkan untuk dilakukan
tindakan anestesi umum. Hal ini disebabkan karena pasien ditakutkan mengganggu
proses operasi. Tindakan anestesi umum yang dilakukan adalah anestesi inhalasi
dengan menggunakan nitrit oksida. Sedangkan pada pasien berusia dewasa maupun
anak yang besar serta mampu kooperatif, dilakukan tindakan anestesi lokal. Anestesi
lokal dilakukan pada frenulum lingualis dan permukaan ventral dari lidah dengan
menggunakan marcaine 0,25% dan epinefrin.19,21,22
2. Operasi
a. Sederhana
12
A B
C D
b. Z-plasty
13
A B
C D
a. Hemostat tunggal
14
A B
C D
E F
Gambar 6. Tindakan frenuloplasti hemostat tunggal (a) Elevasi lidah (b) Insisi
superior (c) Insisi inferior (d) ‘diamond’ shape (e) Menjahit lapisan mukosa
b. Hemostat ganda
C D
Gambar 7. Tindakan frenuloplasti hemostat ganda (a) Elevasi lidah (b) Insisi ganda
(c) Diseksi tumpul dan menjahit lapisan mukosa (d) Perawatan luka rutin
Terapi paska operasi dilakukan dengan pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
Analgesik yang direkomendasikan untuk paska tindakan frenuloplasti adalah acetaminophen.
Sedangkan penggunaan obat analgesik berupa aspirin dan ibuprofen sebaiknya dihindari karena
dapat menginisiasi perdarahan. Selain itu, pasien perlu diedukasi untuk tidak mengkonsumsi
ramuan herbal yang mengandung gingseng, ginkgo, dan bawang putih. Penggunaan antiobtik
paska operatif pada tindakan frenoplasti tidak diperlukan.25,26
Pasien disarankan melakukan rehabilitasi medik untuk lidah dan belajar menyusu
kembali pada bayi. Rehabilitasi medik untuk lidah dilakukan dengan tujuan mencegah
16
frenulum lingual menyatu dengan dasar mulut. Rehabilitasi medik ini dilakukan dengan cara
menekan dasar mulut ke arah bawah secara lembut dengan menggunakan ibu jari. Tindakan ini
dilakukan beberapa kali dalam sehari sampai dengan luka sembuh. Selain itu, perlu dilakukan
latihan bicara terutama untuk konsonan d, n, l, r, dan t. Latihan menyusu dapat dilakukan secara
mandiri oleh orangtua maupun dibantu oleh konsultan menyusui.25,26
Evaluasi paska operasi dilakukan 3-6 minggu setelah tindakan frenuloplasti. Evaluasi
paska operasi meliputi kondisi jahitan, posisi lidah, dan adanya perdarahan, tanda infeksi,
maupun jaringan parut. Observasi selanjutnya dilakukan secara rutin setiap satu bulan
sekali.25,26
A B
C D
(a) Sebelum Tindakan Frenuloplasti (b) Evaluasi 1 bulan (c) Evaluasi 3 bulan
17
(d) Evaluasi 6 bulan (e) Evaluasi 1 tahun
KOMPLIKASI
Berikut merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan frenuloplasti pada
ankyloglosia.
1. Kontraktur
Kontraktur terjadi akibat adanya jaringan parut paska operasi yang berlebihan
sehingga mengakibatkan perubahan arah dan posisi dari lidah. Hal ini dapat mengganggu
proses fisiologis lidah yang berperan dalam proses menguyah, menelan, dan berbicara.
Gangguan berbicara paska operasi terjadi pada 2% pasien ankyloglosia yang mendapatkan
terapi pembedahan frenuloplasti. Kejadian kontraktur lidah paska tindakan frenuloplasti
lebih rendah daripada daripada frenulotomi yaitu sebesar 8,7%.25,26
2. Ankyloglosia rekuren
Ankyloglosia rekuren terjadi pada 10 % pasien post tindakan frenuloplasti. Hal ini
terjadi karena adanya jaringan parut paska operasi yang merangsang pertumbuhan
frenulum lingualis menempel pada bagian ventral lidah dan dasar mulut. Kejadian
ankyloglosia rekuren setelah tindakan frenuloplasti lebih rendah daripada setelah tindakan
frenulotomi yaitu sebesar 43%. Ankyloglosia rekuren juga dapat terjadi akibat rehabilitasi
medik paska tindakan frenuloplasti tidak dilakukan secara efektif.25,26
3. Glosoptosis
Secara normal, kontraksi musculus genioglosus menekan lidah dan os hyoid ke arah
anterior sehingga saluran nafas bagian atas dapat terbuka. Pada ankyloglosia, frenulum
lingualis yang kaku juga dapat menyebabkan penekanan terhadap lidah dan os hyoid ke
18
arah anterior. Setelah dilakukan koreksi terhadap frenulum lingualis dalam tindakan
frenuloplasti, terjadi ketidakseimbangan tekanan terhadap lidah dan os hyoid sehingga
lidah terdorong ke arah posterior dan menutup saluran nafas bagian atas.25,26
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballard, JL., Auer, CE., Khoury, JC. Ankyloglossia : Assesment, incidence, and effect
of frenuloplasty on breastfeeding dyad. Pediatrics 110 (5):e63, 2012.
5. Callahan, OC., Macary, SC., Clemente, SS. The effects of frenuloplasty for anterior and
posterior ankyloglossia on breastfeeding. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology 77(5):827-832, 2013.
19
6. Wiessinger D, Miller M. Breastfeeding difficulties as a result of tight lingual and labial
frena: A case report. Journal Human Lactose;11:313-316, 2015.
7. Hazelbaker AK. The assessment tool for lingual frenulum function (ATLFF): Use in a
lactation consultant private practice. Thesis. Pasadena, Calif: Pacific Oaks College;
2013.
8. Klokars, TP. Pediatric tongue tie division : Indications, techniques, and patient
satisfaction. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 73(10):1399-1401,
2013.
10. Strader, RJ. Treatment of tongue ankyloglossia with Z-plasty. Journal of Oral Surgery
and Pathology 22(1):120-124, 2016.
11. Sethi, NS. Benefits of frenuloplasty in infants with ankyloglossia. International Journal
of Pediatric Otorhinolaryngology 77(5):762-765, 2013.
13. Baker, AR., Carr, MM. Surgical treatment of ankyloglossia. International Journal of
Operative Techniques in Otolaryngology 26:28-32, 2015.
14. Kupietsky, AD., Botzer, EM. Ankyloglossia in infant and young child: clinical
suggestions for diagnosis and management. International Journal of Pediatric Dentistry
27:40-46, 2015.
15. Masaitis NS, Kaempf JW. Developing a frenotomy policy at one medical center: A case
study approach. Journal of Human Lactose 12:229-232, 2016.
16. Walsh F, Kelly D. Partial airway obstruction after lingual frenotomy. Anesthesiology
Analog 80;1066-1067, 2015.
18. Messner AH, Lalakea ML. Ankyloglossia: Incidence and associated feeding
difficulties. Arch Otolaryngology Head Neck Surgery 126:36-39, 2015.
19. Williams WN, Waldron CM. Assessment of lingual function when ankyloglossia
(tongue-tie) is suspected. Journal Dentistry Association 110:353-326, 2015.
20
21. Hong P, Lago D, Seargeant J, Pellman L, Magit AE, Pransky SM. Defining
ankyloglossia: a case series of anterior and posterior tongue ties. International Journal
Pediatric Otorhinolaryngology. 74(9):1003–1006, 2015
22. Mettias B, O’Brien R, Abo Khatwa MM, Nasrallah L, Doddi M. Division of tongue tie
as an outpatient procedure. Technique, efficacy and safety. International Journal
Pediatric Otorhinolaryngology. 77(4): 550–552, 2013
23. Yeh ML. Outpatient division of tongue-tie without anesthesia in infants and children.
World Journal of Pediatric. 4(2): 106–108, 2015.
21