MINI PROJECT
Disusun Oleh:
dr. Desvia Ira Restiana
dr. Daniel Pramandana Lumunon
dr. Muftiana Nur Arifah
dr. Auladi Mizani
dr. Mulia Sari
dr. Suci Nuryanti
dr. Sri Rahmawati
0
HALAMAN PENGESAHAN
Topik:
Faktor-Faktor Penyebab BABS (Buang Air Besar Sembarangan)
Di Desa Kejawar Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 2,5 miliar orang masih belum mempunyai fasilitas sanitasi yang
layak di dunia. Tujuh puluh satu persen dari orang – orang ini tinggal di daerah
pinggiran kota, dimana lebih dari 90% diantaranya masih sering melakukan
buang air besar sembarangan, dimana hal ini paling sering terjadi di India, dua
per tiga dari penduduk mereka masih melakukan buang air besar sembarangan.
Sanitasi yang buruk berhubungan dengan terjadinya kejadian diare, infeksi
cacing, trakoma, dan schistomiasis. Diare adalah penyakit yang paling sering
berhubungan dengan angka buang air besar sembarangan, menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang paling berhubungan dengan sanitasi yang buruk,
menyumbangkan 1-4 juta kematian tiap tahunnya. Lebih lanjutnya lagi, banyak
hasil penelitian menunjukan adanya sanitasi yang buruk dengan terjadinya
stunting, enteropati lingkungan, dan gangguan perkembangan kognitif, dimana
seluruh gangguan tersebut berimbas terhadap terjadinya penurunan
perkembangan ekonomi, dan peningkatkan angka kemiskinan (Clasen et al.,
2014).
Pembangunan nasional yang berkelanjutan adalah terwujudnya
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, dan pembangunan nasional bidang
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia
yang fundamental dan merupakan salah satu unsur penting dari kesejahteraan.
Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia, dengan masyarakat yang
sehat maka produktifitas masyarakat akan meningkat dan akan meningkatkan
daya saing bangsa Indonesia (Winarti, 2016).
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang menentukan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, karena lingkungan dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat (Sapulete, 2010). Data Bappenas menunjukan bahwa
hampir 24 juta penduduk perkotaan Indonesia belum memiliki akses sanitasi
2
dasar yang layak, salah satu bagian dari sanitasi dasar adalah tersedianya
jamban sehat (Suwastika, 2012).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar
orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data
tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak
ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%),
Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria
(3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%). Di Propinsi
Jawa Tengah masih ditemukan penduduk yang buang air besar di area terbuka
sebesar 33,4%, data sanitasi dasar kepemilikan jamban sebesar 71% (2008),
72% (2009) dan 65% (2010) (Widowati, 2015).
Open Defecation Free (ODF) adalah suatu kondisi terminasi transmisi
fecal-oral yang didefinisikan sebagai: 1) Tidak ditemukannya feses yang terlihat
di lingkungan desa dan 2) Setiap rumah dapat menggunakan fasilitas yang aman
untuk membuang feses. Fasilitas yang aman adalah tidak adanya kontaminasi
tanah, air tanah, dan air di permukaan; tidak adanya lalat atau hewan lainnya;
tidak adanya kontak langsung dengan feses; dan tidak menimbulkan bau
ataupun pemandangan yang tidak layak untuk dilihat (Indian Ministry of Drink
of Water and Sanitation, 2015). Pada Tahun 2018 Desa Kejawar, Kecamatan
Banyumas, Kabupaten Banyumas, terdapat 1.215 Kepala Keluarga, dengan
angka kejadian BABS adalah sebanyak 253 (20.8%). Salah satu faktor utama
dari terjadinya BABS adalah tidak tersedianya jamban sehat, yang disebabkan
karena infrastruktur yang tidak memadai, toilet umum yang tidak memadai, atau
penggunaan toilet untuk hal yang tidak sesuai (seperti untuk menyimpan barang
rumah tangga, produk perkebunan, atau untuk tempat tinggal hewan) (WHO
dan UNICEF, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Desa Kejawar Kecamatan Banyumas.
3
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik masyarakat di Desa Kejawar yang masih
melakukan perilaku BABS
b. Mengetahui pengetahuan masyarakat di Desa Kejawar yang masih
melakukan perilaku BABS
c. Mengetahui ketersediaan jamban sehat di Desa Kejawar
d. Mengetahui peran serta petugas kesehatan dalam program ODF
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah pengembangan ilmu
dibidang kesehatan masyarakat khusunya sanitasi lingkungan tentang
perilaku buang air besar sembarangan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan bermanfaat
bagi masyarakat dalam memperbaiki perilaku buang air besar
sembarangan.
b. Bagi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan dalam
pengembangan ilmu di bidang kesehatan masyarakat khusunya sanitasi
lingkungan.
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman baru dalam merumuskan,
melakukan dan menyusun penelitian, serta dapat mengaplikasikan hasil
penelitian dalam kehidupan sehari-hari.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
4. Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut
kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan
dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap
perilaku.
Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang
optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan
pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada
upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah
kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan
promotif, preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat.
Menurut L.W.Green,di dalam Notoatmodjo (2007) faktor penyebab
masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor
perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Adalah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, kepercayaan, kayakinan,
niali-nilai, sikap dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur,
jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri
individu tersebut.
2. Faktor-faktor Pemungkin (Enambling Factors)
Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk
didalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana,
transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.
3. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)
Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas
kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo tahun 2007, praktek buang air besar adalah perilaku-
perilaku seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja meliputi,
tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat-syarat
6
kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak
menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan. Kurangnya perhatian
terhadap pengelolaan pembuangan tinja dengan disertai cepatnya pertambahan
penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang di
tularkan melalui tinja. Untuk mencegah sekurang-kurangya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia
harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
7
pengembangan diri dari individu dan kepribadian yang dilaksanakan secara
sadar dan penuh tanggung jawab (Budiono, 2000).
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
semakin baik pula tingkat pengetahuannya, karena pengetahuan buang air
besar yang sering kurang dipahami oleh keluarga yang tingkat
pendidikannya rendah, sehingga memberi dampak dalam mengakses
pengetahuan khususnya di bidang kesehatan untuk penerapan dalam
kehidupan keluarga terutama pada keluarga yang berperilaku buang air
besar di sembarang tempat. Ruang lingkup pendidikan terdiri dari
pendidikan informal, non formal, dan formal. Pendidikan informal adalah
pendidikan yang diperoleh seseorang dirumah dalam lingkungan keluarga
(Notoatmodjo, 2007).
3. Sarana
Sarana adalah adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan
fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja. Dalam hal ini sarana yang menjadi faktor yang
mempengaruhi perilaku BABS adalah jamban dan ketersediaan penyaluran
akhir tinja (septictank). Untuk menentukan letak pembuangan kotoran,
terlebih dahulu kita harus memperhatikan ada atau tidaknya sumber air. Kita
perlu mempertimbangkan jarak dari tempat pembuangan kotoran ke
sumber-sumber air terdekat. Pertimbangan jarak yang harus diambil antara
tempat pembuangan kotoran dan sumber air, kita harus memperhatikan
bagaimana keadaan tanah, kemiringannya, permukaan air tanah, pengaruh
banjir pada musim hujan, dan sebagainya (Mubarak, 2009).
Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya dikenal beberapa
jenis jamban yaitu: jamban cemplung, jamban plengsengan, jambang
empang atau komunal, dan jamban leher angsa (Mubarak, 2009). Suatu
jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan
persyaratan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007):
a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingi jamban tersebut
b. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
8
c. Tidak mengotori air tanah dan di sekitarnya
d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang
e. Tidak menimbulkan bau
f. Mudah digunakan dan dipelihara
g. Sederhana desaianya
h. Murah
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan
kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang
sifatnya anaerobic. Septic tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat
pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya
dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat
memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut (Mubarak, 2009).
4. Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Struktur
kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara
anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan
menyelesaikan masalah. Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif.
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh, dan memberikan cinta kasih, serta saling
menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi.
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat
anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan
sosial.
c. Fungsi reproduksi.
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambahsumber daya manusia.
9
d. Fungsi ekonomi.
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang, pangan, dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan.
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
10
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air minum
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna
f. Cukup penerangan
g. Lantai kedap air
h. Tersedia air dan alat pembersih
Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban
sehat yaitu:
a. Tidak mencemari air
1) Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.
Dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah
liat atau diplester.
2) Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
3) Letak lubang kotoran lebih rendah daripada permukaan sumur
agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari
sumur
b. Tidak mencemari tanah permukaan
Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian
11
menjadi sarang nyamuk
3) Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang
bias menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
4) Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
5) Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung
d. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
1) Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus
ditutup setiap selesai digunakan
2) Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air
3) Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
4) Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik
e. Aman digunakan oleh pemakainya
Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau
bahan penguat lain
f. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah
saluran lubang kotoran. Jangan membuang plastik, puntung rokok
atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran.
Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
1) Jamban harus berdinding dan berpintu
2) Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari hujanan dan panas.
Menurut Notoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat untuk daerah
pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
12
c. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya.
e. Tidak menimbulkan bau.
f. Mudah digunakan dan dipelihara (maintanance).
g. Sederhana desainnya.
h. Murah.
Menurut Entjang (2000), ciri-ciri bangunan jamban yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu harus memiliki:
a. Rumah jamban
Rumah jamban mempunyai fungsi untuk tempat berlindung
pemakainya dari pengaruh sekitarnya. Baik ditinjau dari segi
kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan
keadaan tingkat ekonomi rumah tangga
b. Lantai jamban
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya
harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air.
Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah jamban
c. Slab (tempat kaki berpijak waktu si pemakai jongkok)
d. Kloset (lubang tempat feces masuk)
e. Pit (sumur penampungan feces)
Rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai
tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk
sederhana berupa lubang tanah saja.
f. Bidang resapan
Sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap
untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur
kotoran/tinja.
3. Tujuan Penggunaan Jamban
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008
tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat,
menyebutkan bahwa tujuan penggunaan jamban sehat merupakan suatu
13
fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit.
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.
Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan memiliki manfaat
sebagai berikut (Azwar, 2000) :
a. Melindungi masyarakat dari penyakit
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman
c. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor
penyakit
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
Menurut Firmansyah (2009), tujuan penggunaan jamban adalah
sebagai berikut:
a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
b. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitanya
c. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, tifus, kecacingan, penyakit
saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.
14
BAB III
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
16
pekerjaan sebagai pedagang, 14 orang (32.5%) bekerja sebagai buruh, 4 orang
(9.3%) sebagai wiraswasta dan sisanya 18 orang (41.8%) lain-lain.
Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan persentase sebanyak 4
orang (9.3%) memiliki pendidikan tidak tamat SD, 24 orang (55.8%)
pendidikan terakhir SD, 9 orang (20,9%) berpendidikan SMP, 6 orang (13,9%)
pendidikan terakhir SMA dan tidak ditemukan responden yang berpendidikan
terkahir perguruan tinggi. Berdasarkan pendapatan per kapita di dapatkan 32
orang (74.4%) berpendapatan < Rp. 1.000.000, terdapat 9 orang (20,9%)
dengan pendapatan Rp. 1.000.000 – 2.000.000, dan hanya 2 orang (4,6%) yang
mempunyai pendapatan > Rp.2.000.000. Dari data tersebut dapat di katakan
responden penelitian termasuk dalam golongan ekonomi menengah kebawah.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 43 orang (6,9%) responden hanya
3 orang yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang jamban sehat,
sedangkan 40 orang (93,1%) sisanya memiliki pengetahuan kurang tentang
jamban sehat.
Tabel 5. Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
Baik 3 6.9 %
Kurang 40 93.1 %
Sumber : Data primer terolah
Kami mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya pentingnya buang
air besar di jamban untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang
jamban sehat. Dari 43 orang responden terdapat 40 orang menjawab penting
dan 3 orang menjawab tidak penting. Pertanyaan selanjutnya tentang syarat
jamban sehat, dari 43 orang responden hanya 13 orang yang menjawab benar
dan 30 orang lainya menjawab salah. Pertanyaan lainya tentang penyakit yang
dapat dicegah dengan kebiasaan buang air besar di jamban sehat, dari 43 orang
hanya 11 orang yang menjawab benar dan 32 orang lainya menjawab salah.
Pertanyaan terakhir mengenai jenis-jenis jamban sehat, dari 43 orang hanya 4
orang yang menjawab benar dan 39 orang lainya menjawab salah. Dari 4
pertanyaan itu kami dapat menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
responden mengenai jamban sehat masih kurang.
17
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang bersifat kognitif
merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan.
Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan responden tentang pentingnya
memiliki jamban keluarga dirumah. Pengetahuan yang dimaksud dalam
kuesioner ini adalah tentang pemanfaatan jamban keluarga di rumah.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan tindakan seseorang dalam hal ini
pengetahuan tentang pemanfaatan jamban keluarga di rumah akan sangat
mempengaruhi perilaku seseorang.
Penelitian Kamria, dkk (2013) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan lingkungan sangat penting, karena akan
mempengaruhi perilaku masyarakat selanjutnya dalam hal pengadaan jamban
keluarga atau sarana maupun dalam hal pemanfaatan hingga pemeliharaan
jamban.
Menurut hasil kuesioner didapatkan sikap yang kurang baik pada
responden sebanyak 37 orang (86,1%) dan 6 orang (13,9%) bersikap yang baik
dalam keseharian. Hasil dapat dilihat di tabel 6.
Tabel 6. Sikap Responden
Sikap Responden Jumlah Presentase (%)
Baik 6 13.9%
Kurang 37 86.1 %
Sumber : Data primer terolah
18
Berdasarkan data tersebut di dapatkan perilaku BAB penduduk desa
Kejawar semuanya tidak sehat atau masih BABS yaitu sebanyak 43 responden
(100%). Tidak ada satupun responden yang memiliki perilaku BAB yang sehat.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 43 orang responden yang
mempunyai perilaku BABS, hanya satu yang memiliki jamban sehat yang
disertai dengan septic tank. Data mengenai ketersediaan jamban dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Akses Jamban
Ketersediaan Jamban Jumlah Presentase (%)
Jenis Jamban
a. Komunal 0 0%
b. Leher angsa 14 32.6 %
c. Plengsengan 0 0%
d. Cemplung 0 0%
e. Langsung ke Kolam 29 67.4 %
Tempat pembuangan akhir tinja
a. Septic tank 1 2.30 %
b. Kolam 42 97.6%
Ketersediaan Jamban Sehat
a. Jamban Sehat 1 7,7%
b. Jamban Tidak Sehat 13 92,3%
Sumber : Data primer terolah
19
Tabel 9. Dukungan Petugas Kesehatan
Dukungan Petugas Jumlah Presentase (%)
Kesehatan
Ada 37 86 %
Tidak ada 6 14 %
Sumber : Data primer terolah
20
meningkatkan pencapaian target ODF di Puskesmas Banyumas, terutama di
Desa Kejawar.
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data, didapatkan bahwa
perilaku BABS pada responden memiliki karakteristik terbanyak berupa tingkat
pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, tingkat pengetahuan yang
rendah, tidak memiliki jamban, tidak memiliki septic tank dan pembuangan
akhir di kolam.
C. Analisis SWOT
Dalam penilaian situasi ini alat analisis yang digunakan adalah Analisis
SWOT dengan menggambarkan kondisi internal dan eksternal. Analisis SWOT
adalah akronim dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan) dari lingkungan
internal serta opportunity (kesempatan/peluang) dan threat (ancaman/rintangan)
dari lingkungan luar. Analisis SWOT (Stenght, Weakness, Opportunities,
Threats) merupakan alat bantu perencanaan strategis yang dapat membantu
perencanaan penetapan arah kebijakan strategis untuk meningkatkan pencapaian
program ODF di Puskesmas Banyumas, terutama di desa Kejawar. Analisa ini
dilakukan dengan cara membandingkan antara faktor internal dan eksternal untuk
memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman.
1. Kekuatan (Strengths)
a. Masyarakat masih memiliki keinginan untuk memiliki jamban sehat
b. Adanya pendanaan untuk pembangunan jamban sehat dari pemerintah
daerah dan dinas terkait
c. Adanya tenaga penyuluh dari puskesmas untuk melakukan pemicuan
secara rutin
d. Adanya pembinaan oleh petugas Puskesmas dan dukungan aparat desa
dalam program ODF
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. Belum adanya peraturan daerah ODF (kebijakan tentang ODF)
b. Belum adanya instansi khusus yang bertugas mengelola program ODF
21
c. Masih banyaknya pemakaian kolam sebagai tempat penampungan
tinja.
3. Peluang (Opportunities)
a. Adanya keinginan masyarakat untuk memiliki jamban sehat
b. Adanya dukungan sumber dana dari dinas terkait
c. Kepadatan penduduk saat ini masih rendah sehingga masih banyak
lahan untuk pembuatan jamban sehat
d. Adanya strategi dari petugas Puskesmas demi terlaksananya program
ODF yaitu program pemicuan
4. Ancaman (Threaths)
a. Kesadaran masyarakat akan ODF yang masih rendah
b. Pemahaman masyarakat yang rendah tentang ODF
c. Tingkat ekonomi masyarakat tidak merata
d. Jumlah tenaga kesehatan yang menangani pemicuan ODF kurang
23
BAB III
PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH
Perilaku BABS
24
selanjutnya adalah menyusun jalan keluar dari setiap penyebab masalah yang
ada. Alternatif jalan keluar tersebut tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 11. Alternatif pemecahan masalah
Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah
Perilaku Lingkungan 1. Penyuluhan tentang BABS
BABS 1. Pada masing-masing dengan jamban sehat
rumah warga tidak 2. Pembuatan jamban umum
tersedianya jamban atau
jamban tidak memenuhi
kriteria jamban sehat
25
Sosial Ekonomi 1. Pendekatan kepada pemerintah
1. Taraf ekonomi yang untuk mengadakan dana
tergolong rendah bantuan dalam pembuatan
2. Pendidikan masyarakat jamban sehat untuk masyarakat
yang rendah kurang mampu.
2. Melaksanakan kegiatan arisan
jamban untuk mempermudah
masyarakat kurang mampu
memiliki jamban sehat.
26
Pemilihan metode pemecahan masalah diuraikan dalam tabel berikut :
Tabel 13. Prioritas cara pemecahan masalah
Cara Pemecahan Efektivitas MxIxV/
No C Prioritas
Masalah C
M I V
Pembuatan Jamban
1 3 4 3 4 9 7
Umum
Penyuluhan tentang
BABS kepada
masyarakat secara
langsung dengan sistem
face to face berupa materi
2 pengertian, bahaya bagi 4 4 4 2 32 1
kesehatan masyarakat dan
motivasi untuk mengubah
gaya hidup menjadi lebih
sehat serta membuat
jamban sehat.
Penyuluhan tentang
BABS kepada kader
masyarakat dan
3 mengoptimalkan peran 4 3 4 2 24 3
kader masyarakat dalam
mensosialisasikan
jamban sehat
Meningkatkan jumlah
petugas kesehatan dengan
melakukan sinergi
4 3 2 4 2 12 5
dengan petugas kesehatan
lain yang bertugas dalam
pemicuan ODF
Pendekatan kepada
pemerintah untuk
mengadakan dana
5 bantuan dalam 3 5 3 2 22,5 4
pembuatan jamban sehat
untuk masyarakat kurang
mampu
Pembuatan leaflet dan
6 flipchart sebagai media 4 4 3 2 24 2
penyuluhan.
Melaksanakan kegiatan
arisan jamban untuk
7 4 3 2 3 8 6
mempermudah
masyarakat kurang
27
mampu memiliki jamban
sehat
Kriteria efektivitas :
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensivitas jalan keluar)
Kriteria efisiensi :
C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak efisien)
28
BAB IV
PLAN OF ACTION
29
kesadaran tentang pentingnya ketersediaan jamban sehat di rumahnya.
Untuk menilai keefektifan program ini, maka dilakukan pretes dan postes
kepada responden.
g. Pembiayaan
Cetak soal pretes, postest, kuesioner 50 x 7 x Rp. 200 Rp. 70.000
Total Rp. 70.000
2. Flipchart dan leaflet sebagai media penyuluhan
a. Tujuan
Memudahkan warga untuk memahami materi penyuluhan yang
disampaikan oleh dokter internsip
b. Sasaran
Warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar
c. Pelaksana
Dokter Internsip
d. Waktu
30 Juli – 11 Agustus 2018
e. Lokasi
Rumah warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar
f. Mekanisme
Dokter Internsip dari Puskesmas Banyumas memberikan penyuluhan
dengan media Flipchart mengenai pengertian BABS, dampak buruk bagi
kesehatan serta memotivasi warga agar mempunyai kesadaran tentang
pentingnya ketersediaan jamban sehat di rumahnya. Setelah itu dilakukan
pembagian leaflet kepada warga.
g. Pembiayaan
Cetak Flipchart dan leaflet 7 x Rp. 40.000 Rp. 280.000
Fotokopi leaflet 50 x Rp. 500 Rp. 25.000
Total Rp. 305.000
30
BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. NAMA KEGIATAN
Menuju Desa Kejawar Bebas BABS
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai BABS serta
membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ketersediaan
jamban sehat di Desa Kejawar
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tentang pengertian BABS
b. Menjelaskan dampak buruk BABS bagi kesehatan masyarakat
c. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk mengubah gaya hidup
menjadi lebih sehat dengan tidak BAB sembarangan
d. Memotivasi warga agar mempunyai kesadaran tentang pentingnya
ketersediaan jamban sehat
C. TEMPAT PELAKSANAAN
Rumah warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar
D. WAKTU PELAKSANAAN
30 Juli – 11 Agustus 2018
E. SASARAN KEGIATAN
Warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar
31
G. PELAKSANAAN KEGIATAN
Rangkaian kegiatan mini project berupa penyuluhan tentang BABS
yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan PISPK (Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga) dan Kegiatan pemicuan ODF di Desa
Kejawar pada Bulan Juli 2018. Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan di setiap
rumah warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar RT 04 RW 02 , RT
03 RW 01, RT 01/ RW 03, RT 02 / RW 02 dan RT 01 RW 04.
Dokter Internsip dari Puskesmas Banyumas mendatangi satu per satu
rumah warga yang belum memiliki jamban di Desa Kejawar dengan bantuan
kader kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai pengertian BABS,
dampak buruk bagi kesehatan serta memotivasi warga agar mempunyai
kesadaran tentang pentingnya ketersediaan jamban sehat di rumahnya.
Mekanisme kegiatan dibagi menjadi 4 tahap yaitu pretest, penyuluhan, postest
dan koreksi. Peserta diberikan waktu 5 menit untuk mengerjakan pretest yang
terdiri dari 10 soal.
Setelah mengerjakan soal pretest, peserta diberikan penyuluhan tentang
materi BABS yang disampaikan dengan flipchart oleh Dokter Internsip yang
bertugas. Materi yang diberikan meliputi definisi pengertian BABS, dampak
buruk bagi kesehatan serta memotivasi warga agar mempunyai kesadaran
tentang pentingnya ketersediaan jamban sehat di rumahnya. Penyuluhan
dilakukan dengan metode dua arah, Dokter Internsip tidak hanya memberikan
materi kepada para warga, namun juga berinteraksi dengan warga melalui sesi
tanya jawab di akhir penyuluhan.
Penyuluhan berlangsung kurang lebih 20 menit berupa pemberian
materi dan tanya jawab. Selanjutnya dilakukan postest dengan pertanyaan yang
sama dengan pretest tepat di akhir sesi. Metode prepostest ini kami pilih karena
efektif untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta sebelum dan setelah
diberikan penyuluhan.
Setelah dilakukan postest, dilakukan koreksi dan pembahasan bersama
oleh peserta dan dokter internsip agar peserta mengetahui apakah masih ada
jawaban yang salah sehingga dokter intersip dapat kembali menjelaskan
pengetahuan tentang BABS yang belum atau kurang dipahami oleh warga.
32
Warga yang didatangi rumahnya dan mendapat penyuluhan cukup antusias,
termasuk saat sesi tanya jawab. Kegiatan diakhiri dengan pembagian leaflet
kepada warga.
Selain kegiatan penyuluhan secara personal, Dokter Internship bekerja
sama dengan Petugas Kesehatan Lingkungan dari Puskesmas Banyumas juga
melakukan kegiatan pemicuan di Desa Kejawar. Kegiatan pemicuan ini
dilaksanakan di beberapa tempat yaitu di Balai Pertemuan Warga RT02/RW05,
RT04/RW04, dan RT04/RW02. Kegiatan pemicuan ini bersamaan dengan
kegiatan kumpulan RT warga desa yang dilaksanaakan tiap bulan. Mekanisme
pemicuan diawali dengan penyuluhan dari dokter internsip dan petugas
kesehatan lingkungan dari Puskesmas Banyumas, dilanjutkan sesi tanya jawab
dan diakhiri dengan penandatangan kesepakatan dari warga untuk segera
membuat jamban. Secara umum, respon warga cukup baik. warga juga antusias
mengikuti acara ini dilihat dari jumlah peserta yang hadir dan jumlah peserta
yang bersedia menandatangani kesepakatan untuk segera membuat jamban.
33
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
Tabel 14. Rata- rata nilai pretes dan postest tingkat pengetahuan warga Desa Kejawar
Rata- Rata p
Pretest 3,14
<0,001
Postest 6,84
Nilai p dengan uji Wilcoxon
35
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pengambilan data dari kader ada 253 kepala keluarga
yang masih melakukan BABS dari total 1318 kepala keluarga di Desa
Kejawar pada awal tahun 2018 dan berkurang setelah masyarakat
membangun jamban sehat secara mandiri dan bantuan dari Disperkim.
2. Perilaku BABS pada responden memiliki karakteristik terbanyak berupa
tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, tingkat
pengetahuan yang rendah, tidak memiliki jamban, tidak memiliki septic
tank dan pembuangan akhir di kolam
3. Berdasarkan pretest yang dilakukan, banyak warga yang belum paham
mengenai BABS.
4. Berdasarkan postest yang dilakukan, tingkat pengetahuan warga
meningkat setelah mendapatkan penyuluhan.
5. Semakin banyak kegiatan penyuluhan akan semakin meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, serta kesadaran masyarakat mengenai
BABS.
B. SARAN
1. Perlu ditingkatkannya penyuluhan mengenai BABS oleh petugas
kesehatan, dapat melalui program pemicuan yang rutin, konsisten dan
berkesinambungan serta melakukan sinergi dengan petugas kesehatan
yang lain.
2. Perlu ditingkatkannya anggaran untuk program pembuatan jamban
sehat, dapat menggunakan dana desa, atau pencarian bantuan dengan
mengajukan proposal ke pemerintah atau dinas terkait.
36
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Proverawati, Eni Rahmawati. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika.
Ministry of Drinking Water and Sanitation Swachh Bharat Mission Division. 2015.
Guidelines for ODF Verification. India: Government of India.
Mubarak, W. dan Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Teori Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
WHO dan UNICEF. 2017. Progress on Drinking Water, Sanitation and Hygiene.
2017 Update and SDG Baselines. Geneva: World Health Organization (WHO)
and the United Nations Children’s Fund (UNICEF) Hal 4.
38
Lampiran 1.
39
Lampiran 2.
Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2. Nama Responden /KK :
3. Umur :
4. Jumlah Anggota Keluarga :
5. Pendidikan Terakhir Responden :
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan Kepala Keluarga
a. Petani
b. Pedagang
c. Buruh
d. Wiraswasta
e. PNS
f. Lain lain......
7. Pendapatan per kapita (pendapatan total seluruh anggota keluarga)
a. < Rp. 1.000.000
b. Rp. 1.000.000- 2.000.000
c. > Rp. 2.000.000
Pengetahuan Responden :
Pernyataan Benar Salah Keterangan
1. Menurut anda, apakah penting
membuang air besar di jamban?
2. Apakah anda tahu syarat jamban Ada septic tank dan tertutup
sehat? anda tahu penyakit-penyakit
3. Apakah Penyakit muntah-berak,
yang dapat dicegah dengan kebiasaan thypoid, diare
jamban sehat?
4. Jenis jamban yang Saudara ketahui: Jamban cemplung, Jamban
plengseng, jamban empang,
jamban leher angsa, jamban
komunal
(minimal 2)
Pengetahuan baik < 2 jawaban benar; kurang < 2 jawaban benar
40
Sikap Responden
No Kriteria Ya Tidak Keterangan
1 Terdapat jamban didalam atau
diluar rumah
2 Jamban berupa leher angsa atau Jika leher angsa maka tutup
lubang jamban memiliki tutup tidak diperlukan
agar serangga tidak bisa
menyentuh tinja
3 Saudara dan keluarga BAB di
jamban
4 Tinja bayi dan lansia dibuang ke Jika menggunakan pembalut
jamban atau pampers maka
diperlakukan seperti limbah
5 Tidak terdapat tinja manusia Lakukan pengamatan
terlihat di sekitar rumah
Sikap Baik > 2 jawaban ya; Sikap kurang < 2 jawaban ya.
Perilaku Responden
1. Apakah saudara dan keluarga BAB di jamban?
a. Ya b. Tidak
2. Jika tidak di jamban, dimanakah saudara dan keluarga BAB ?
a. Kebun
b. Sawah
c. Sungai
d. Kolam
Ketersediaan Jamban
1. Adakah jamban yang tersedia di rumah anda?
a. Ya b. Tidak
2. Jenis jamban apakah yang tersedia di rumah anda?
a. Komunal c. Plengsengan
b. Cemplung d. Lain lain …..
c. Leher angsa
41
3. Jika Ya, Apakah jamban tersebut selalu digunakan?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah anda rutin membersihkan jamban, minimal 1 kali seminggu?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah terdapat atap agar jamban terhindar dari terik matahari dan hujan?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah jamban tertutup tembok atau dinding?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah jamban mengeluarkan bau tidak sedap?
a. Ya b. Tidak
42
4. Apakah petugas kesehatan pernah mengunjungi rumah Bapak/Ibu untuk
melihat sanitasi jamban?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah petugas kesehatan pernah menyarankan masyarakat untuk
membangun jamban keluarga?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah petugas kesehatan menjelaskan mengenai penyakit penyakit yang
ditimbulkan dari perilaku tidak memanfaatkan jamban?
a. Ya b. Tidak
43
Lampiran 2.
44
Lampiran 3.
LEAFLET
45
Lampiran 4.
HASIL KUESIONER
Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah Presentase (%)
Pekerjaan
g. Petani 3 6.9 %
h. Pedagang 2 4.6 %
i. Buruh 14 32.5 %
j. Wiraswasta 4 9.3 %
k. PNS 0 0%
l. Lain-lain 18 41.8 %
Tingkat Pendidikan
f. Tidak tamat SD 4 9.3 %
g. SD 24 55.8 %
h. SMP 9 20.9%
i. SMA 6 13.9 %
j. Perguruan Tinggi 0 0%
Pendapatan per kapita
d. < Rp. 1.000.000 32 74.4%
e. Rp. 1.000.000 – 2.000.000 9 20.9 %
f. > Rp. 2.000.000 2 4.6%
Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan Jumlah Presentase (%)
Baik 3 6.9 %
Kurang 40 93.1 %
Sikap Responden
Sikap responden Jumlah Presentase (%)
46
Baik 6 13.9%
Kurang 37 86.1 %
Akses Jamban
Ketersediaan Jamban Jumlah Presentase (%)
Jamban
a. Komunal 0 0%
b. Leher angsa 14 32.6 %
c. Plengsengan 0 0%
d. Cemplung 0 0%
e. Langsung ke Kolam 29 67.4 %
Tempat pembuangan akhir tinja
c. Septic tank 1 2.30 %
d. Kolam 42 97.6%
Ketersediaan Jamban Sehat
a. Jamban Sehat 1 7,7%
b. Jamban Tidak Sehat 13 92,3%
47
Lampiran 5.
49
Lampiran 6
DOKUMENTASI
50