Anda di halaman 1dari 52

PROSES PEMBENTUKAN

DENTIN, KONTROL, DAN


ISOLASI PULP CAPPING
Dentin merupakan mineralisasi jaringan keras yang
membentuk sebagian gigi. Dentin terdiri atas 65% bahan
anorganik, 35% sisanya adalah bahan organic dan air.
Dentin berfungsi sebagai proteksi pulpa. Sel yang
berperan dalam pembentukan dentin adalah odontoblast.
Odontoblast merupakan sel yang paling utama dari
jaringan pulpa.
Berdasarkan proses pembentukannya, dentin dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
(Suprastiwi, 2018) :
1. Dentin primer
Dentin primer dan dentin sekunder merupakan dentin fisiologis. Dentin
primer dibentuk selama proses pembentukan gigi,
2. Dentin sekunder
Dentin sekunder dibentuk perlahan sepanjang hidup selama pulpa masih
vital sehingga akan mengurangi ukuran kamar pulpa seiring dengan bertambahnya
usia.
3. Dentin tersier
Dentin tersier dibentuk karena adanya reaksi pertahanan terhadap stimuli
noksius seperti invasi bakteri dan produk-produknya. Dentin tersier terletak diantara
dentin sekunder dan pulpa. Dentin tersier ini dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu: dentin reaksioner dan dentin reparatif.

• Dentin reaksioner didefinisikan sebagai dentin tersier yang dihasilkan oleh sel
odontoblas yang bertahan sebagai respon terhadap stimulus yang ringan.
• Dentin reparatif merupakan dentin tertier yang dihasilkan oleh odontoblast like cells
sebagai respon terhadap stimuli yang kuat.
* Pembentukan dentin reparatif adalah mekanisme
pertahanan yang utama ketika pulpa mengalami
cedera atau infeksi. Hal ini merupakan cara alamiah
untuk menutup cedera di permukaan pulpa dengan
demikian menghilangkan efek dari trauma.
* Beberapa literature menunjukkan bahwa pulpa yang cedera
atau terinfeksi dapat menyebabkan kematian odontoblast dan
menghilangkan potensi dentinogenesis reaksioner.
Odontoblast merupakan sel yang tidak dapat repair setelah
terkena jejas yang besar, sehingga fungsi odontoblast primer
dalam merespon jejas besar yang mengakibatkan suatu
kerusakan atau kematian, odontoblast akan digantikan oleh
odontoblast like cells.
* Odontoblast like cells berasal dari progenitor sel pulpa yang
mengalami diferensiasi. Sel progenitor ini diinduksi oleh adanya
faktor pertumbuhan untuk melakukan proliferasi, migrasi, dan
diferensiasi menjadi odontoblast like cells. Beberapa faktor
pertumbuhan yaitu TGF- β secara langsung terlibat dalam
sittodeferensiasi odontoblast like cells. TGF- β dilepaskan oleh sel
inflamasi yaitu makrofag yang memiliki fungsi untuk mengaktifkan
pelepasan sitokin (ILN, TNF- α, TGF- β). Setelah berdiferensasi,
odontoblast like cells akan mensintesis matriks dentin yang akan
temineralisasi menjadi dentin reparative. Pembentukan dentin
reparatif terlihat lebih irregular dibandingkan dentin sekunder dan
dentin primer.
* Menurut yammamura (2008) pembentukan dentin reparatif
secara fisiologis terbagi atas 4 tahap yaitu: (1)tahap eksudasi
(1-5 hari); (2)tahap proliferasi (3-7 hari); (3)tahap
pembentukan odontoblast like cell (5-14 hari); (4)tahap
pembentukan reparative (>14 hari). Berdasarkan proses
fisiologisnya dentin reparatif dapat terlihat jelas secara
histologi dengan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) setelah
4 minggu (lihat Gambar 2.4). secara histologi dentin reparatif
terdiri dari lapisan irregular terdapat osteodentin dengan warna
gelap dan tubular dentin dengan warna yang lebih pucat pada
perwarnaan HE (Hematoksilin Eosin) (Long, 2017).
* Menurut Koike (2014) pada minggu kedua pembentukan
dentin reparatif dengan bahan pulpcapping dijelaskan bahwa
dentin yang terbentuk belum melindungi atau menutupi pulpa
dengan sempurna masih terlihat celah. Pada minggu keempat
pembentukan dentin reparatif dapat terlihat jelas sudah
terbentuk dan menutupi atau melindngi pulpa setelah
mengalami cedera (lihat Gambar 2.1 dan 2.4). Pembentukan
dentin reparative dapat terlihat melalui uji histologi dengan
perwarnaan HE (Hematoksilin Eosin) pada hari ke-3.
Pembentukan dentin reparatif yang termineralisasi rata-rata
terbentuk pada hari ke-21 hingga 30.
* Perawatan pulp capping sesuai definisi dari American Association of
Endodontists (AAE) adalah suatu prosedur perawatan pulpa gigi
menggunakan dental material seperti kalsium hidroksida (Ca(OH)2) atau
Mineral Trioxide Aggregate yang diletakkan diatas pulpa yang
mengalami cedera untuk merangsang terbentuknya dentin reparatif
(Budiartie, 2018).

* Indirect Pulpcapping
Indirect Pulpcapping merupakan perawatan karies gigi yang sudah
mendekati pulpa, dilakukan pembuangan jaringan karies dengan hati-
hati kemudian diaplikasikan bahan pulpcapping pada daerah dentin yang
transparan (Budiartie, 2018).
* Direct Pulpcapping
Direct Pulpcapping merupakan perawatan untuk pulpa yang telah terbuka.
Indikasinya adalah untuk pulpa yang masih vital, pulpa yang terbuka
karena faktor mekanis dan dalam keadaan steril (Budiartie, 2018).
a) Tujuan
- Untuk mengetahui apakah dentin reparatif sudah terbentuk atau tidak
- Untuk menegakkan diagnosis dan membantu menentukan langkah
perawatan selanjutnya

b) Indikator Perawatan berhasil :


- Tidak ada keluhan subyektif.
- Gejala klinis baik.
- Pada gambaran radiografik terbentuk dentin
barrier pada bagian pulpayang terbuka.
- Tidak ada kelainan pulpa dan periapikal.
c) Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Direct Pulp Capping

• Keberhasilan perawatan Pulp capping direct sampai


saat ini masih merupakan suatu metode perawatan yang
valid di bidang endodontic, karena bila perawatan ini berhasil
maka vitalitas dari gigi dengan pulpa terbuka dapat
dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada diagnosis
yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai
pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka.
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan
hilangnya rasa sakit, serta reaksi sensitive terhadap rangsang
panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif
setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai
dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya
jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran
radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan
apikal.
Sebagian besar peneliti memakai kriteria jembatan
dentin sebagai indicator keberhasilan perawatan karena
jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk
melindungi jaringan pulpa dari bakteri sehingga pulpa
tidak mengalami inflamasi, tetap vital, membantu
kelanjutan pertumbuhan akar dan penutupan apikal
pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna.
Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel
odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka. Reaksi
jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi
pada hari pertama hingga minggu kesembilan, sehingga
pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk
melakukan control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan
sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4tahun untuk menilai
vitalitas pulpa.
• Kegagalan perawatan
Perdarahan yang terjadi dapat berperan sebagai
penghalang sehingga tidak terjadi kontak antara
bahan kalsium hidroksida dengan jaringan pulpa.
Hal ini menyebabkan proses penyembuhan pulpa
terhambat. Kegagalan perawatan ditandai dengan
pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan,
misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas dandingin
atau gejala lain yang tidak diinginkan. Kemudian pada
pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat
adanya gambaran radiolusen yang menunjukkan
gumpalan darah atau terjadinya resorpsi internal.
* Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] material yang diperoleh dari
reaksi kalsium karbonat [CO3Ca = CaO + CO2CaO + H2O
= Ca(OH)2] dengan pH sekitar 12,4. Digunakan untuk
material kaping pulpa secara direk maupun indirek.
* Peran kalsium hidroksida dalam pembentukan dentin
reparatif tidak memberikan stimulasi tetapi hanya
menciptakan situasi yang ideal bagi regenerasi jaringan
pulpa. Melalui aksi antibakterinya, kalsium hidroksida
dapat menurunkan atau mengeliminasi efek inflamasi
bakteri dan produk-produknya terhadap pulpa. Selanjutnya
yang berperan terhadap penyembuhan adalah faktor
intrinsik pulpa itu sendiri. Namun Bogen et.al (2008)
berpendapat bahwa kalsium hidroksida bersifat bioaktif.
* Mekanisme kerja kalsium hidroksida di karenakan
sifat alkalinya yang dapat menyebabkan jaringan
pulpa mengalami kerusakan. Lapisan paling
superfisial mengalami zona obliterasi, kalsifikasi
distrofik, atau nekrosis likuidasi. Pada lapisan
berikutnya, jaringan pulpa terkena efek alkali yang
lebih lemah sehingga membentuk zona nekrosis
koagulasi. Lapisan kedua ini berfungsi sebagai
scaffold, yang memungkinkan sel-sel pulpa
bermigrasi dan melekat kemudian berdiferensiasi
menjadi odontoblast-like cell
1. pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk
melakukan control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan sekali
dalam jangka waktu 2 sampai 4tahun untuk menilai vitalitas pulpa.
Kontrol tidak dilakukan 7hari atau 14 hari karena 5-14 hari masih
tahap pembentukan odontoblast like cell
2. Pemeriksaan jaringan lunak sekitar gigi dengan cara palpasi jaringan
sekitar
3. Anamnesa ada tidaknya keluhan penderita
4. Tes perkusi dan bite test. Fungsi tes perkusi: untuk tahu ada
keradangan pulpa atau tidak, dengan cara diketuk dari lateral
(periodontal) dan oklusal (periapikal),sedangkan fungsi bite test:
untuk tahu ada keradangan atau tidak, ada tidaknya fraktur akar
atau mahkota
5. Tes EPT (periksa gigi kontrol dan gigi bereaksinya). Fungsi periksa gigi
kontrol : untuk pembanding ambang normal rasa nyeri
Isolation of Operating Field (Sherwood, 2010)

Keuntungan Isolasi:

• Ruang kerja yang kering dan bersih (Dry, clean operating field).

• Akses dan visibilitas (Access and visibility).

• Memperbaiki sifat bahan gigi (Improved properties of dental


materials).

• Perlindungan pasien dan operator (Protection of the patient and


operator).

• Efisiensi pengoperasian (Operating efficiency).


Kontrol Infeksi (Garg, Nisha dan Garg, Amit, 2010)
Tujuan dari kontrol infeksi adalah eliminasi atau
pengurangan penyebaran infeksi dari semua jenis
mikroorganisme.
Pada dasarnya dua faktor penting dalam
pengendalian infeksi:
• Pencegahan penyebaran mikroorganisme dari hostnya
• Pembunuhan atau pembuangan mikroorganisme dari
benda dan permukaan.
* UNIVERSAL PRECAUTIONS
Beberapa prosedur pengendalian infeksi dasar untuk
semua pasien, disebut sebagai "universal precautions“
1. Peralatan perlindungan diri
penggunaan perlindungan diri sangat penting, yang meliputi
gaun, masker wajah, kacamata pelindung dan sarung
tangan. Gaun pelindung: Gaun pelindung harus dipakai
untuk mencegah kontaminasi pakaian normal dan untuk
melindungi kulit dokter dari paparan darah dan zat tubuh.
2. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan memainkan peran
sentral yaitu peran dalam pengurangan
kontaminasi silang dan kontrol infeksi.
Kebersihan tangan secara signifikan mengurangi
potensi patogen di tangan dan dianggap sebagai
tindakan paling kritis untuk mengurangi risiko
penularan organisme ke pasien dan dokter gigi.
Indikasi untuk Kebersihan Tangan, Cuci tangan harus
dilakukan:
a. Pada awal bertemu pasien
b. Antara kontak pasien
c. Sebelum memakai sarung tangan
d. Setelah menyentuh benda mati
e. Sebelum menyentuh mata, hidung, wajah atau mulut
f. Setelah melakukan perawatan pada pasien
g. Sebelum makan dan minum
h. Antara satu pasien dengan pasien lain
i. Setelah sarung tangan dilepas
j. Setelah kontak dengan tangan kosong dengan permukaan
peralatan yang terkontaminasi dan sebelum meninggalkan area
perawatan
Teknik Cuci Tangan:
a. Melepaskan cincin, perhiasan dan jam tangan
b. Tutupi luka dan lecet dengan balutan perekat
yang tahan air
c. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku plastik
atau kayu
d. Gosok tangan, kuku, dan lengan bawah
menggunakan sabun berkualitas baik sebaiknya
mengandung desinfektan
e. Bilas tangan secara menyeluruh dengan air
mengalir
f. Keringkan tangan dengan handuk.
Tahapan pengolahan instrumen berupa:
a.Presoaking proses : mencegah terjadinya penumpukan
kotoran setelah pengeringan
b.Pembersihan : membantu dalam proses pembersihan
selanjutnya dengan menghilangkan serpihan yang kotor.
Pembersihan bisa dengan: manual, ultrasonik, mechanical.
c.Kontrol Korosi : mencegah kerusakan instrumen karena
pengeringan.
c.Packaging : menjaga instrumen tetap steril setelah sterilisasi
d.Sterilisasi : proses dimana suatu benda, permukaan atau
media terbebas dari semua mikroorganisme.
e.Pemantauan sterilisasi
f.Menangani instrumen yang sudah diproses.
* Kontrol Infeksi Selama Periode Pretreatment
• Manfaatkan barang sekali pakai jika memungkinkan.
• Pastikan sebelum perawatan bahwa semua peralatan telah
tersedia disterilkan dengan benar.
• Pindahkan barang-barang yang bisa dihindari dari area operasi
untuk memfasilitasi pembersihan menyeluruh setiap pasien.
• Identifikasi barang-barang yang akan terkontaminasi selama
perawatan, misalnya, gagang lampu, kepala unit sinar-X, baki
tabel, dll. Lakukan disinfeksi mereka setelah prosedur selesai.
• Tinjau rekam medik pasien sebelum memulai pengobatan.
• Tempatkan radiograf pada kotak tampilan sinar-X
sebelum memulai pasien.
• Rencanakan bahan yang dibutuhkan selama
perawatan untuk dihindari pembukaan lemari dan laci
setelah pekerjaan dimulai.
• Gunakan blok bur steril yang terpisah untuk setiap
prosedur menghilangkan kontaminasi bur lain yang tidak
dibutuhkan.
• Selalu siapkan rubber dam kit di baki.
• Ikuti petunjuk produsen untuk perawatan air unit
gigi garis (DUWL).
Kontrol Infeksi di Dental Unit
• Perlakukan semua pasien karena berpotensi menularkan
• Lakukan tindakan pencegahan khusus saat menangani alat
suntik dan jarum
• Gunakan bendungan karet jika memungkinkan
• Gunakan aspirasi volume tinggi
• Pastikan ventilasi yang baik di area operasi
• Berhati-hatilah saat menerima, memegang, atau mengoper
dengan tajam instrumen
• Jangan menyentuh sakelar, gagang, dan lainnya yang tidak
dilindungi peralatan setelah sarung tangan terkontaminasi
• Hindari menyentuh laci atau lemari, setelah sarung tangan
dipakai terkontaminasi. Jika perlu, tanyakan asisten untuk
melakukan ini atau menggunakan penghalang lain, seperti sarung
tangan untuk memegang pegangan atau melepaskan sarung tangan
yang terkontaminasi dan cuci tangan sebelum menyentuh laci lalu
sarung tangan untuk perawatan pasien.
Kontrol Infeksi Selama Periode Pasca Perawatan
• Lepaskan sarung tangan terkontaminasi yang digunakan
selama perawatan, cuci tangan dan kenakan sarung tangan
utilitas sebelumnya memulai pembersihan
• Terus mengenakan kacamata pelindung, masker dan gaun
selama membersihkan
• Buang darah dan cairan yang telah disedot dikumpulkan di
botol koleksi selama perawatan
• Setelah membuang darah dan menyedot cairan, gunakan
0,5%
• larutan klorin untuk mendisinfeksi botol koleksi unit gigi.
Simpan larutan di dalam botol selama minimal 10 menit
• Bersihkan area operasi dan desinfeksi semua item yang
tidak dilindungi oleh penghalang
• Pindahkan baki dengan semua instrumen ke area sterilisasi
terpisah dari area operasi
• Jangan pernah mengambil instrumen dalam jumlah besar
karena ini meningkat risiko luka atau tusukan. Bersihkan
instrumen secara manual atau dalam pembersih ultrasonik
• Sterilkan potongan tangan bila memungkinkan. Di tangan
umum potongan harus diautoklaf tetapi potongan tangan yang
tidak bisa disterilkan dengan panas, harus didesinfeksi dengan
menggunakan bahan kimia. Bersihkan alat genggam dengan
deterjen dan air untuk menghilangkan kotoran. Sterilkan itu
• Limbah yang terkontaminasi darah atau air liur sebaiknya
ditempatkan dalam tas anti bocor yang kokoh
• Tangani benda tajam dengan hati-hati
• Lepaskan peralatan pelindung pribadi setelah
pembersihan. Utilitas sarung tangan harus dicuci dengan sabun
sebelum dilepas
• Pada akhirnya, cuci tangan dengan bersih.
* Isolasi gigi membutuhkan penempatan rubber
dam / dental dam yang tepat. Ini membantu
mengisolasi ruang pulpa dari air liur dan
melindungi jaringan mulut dari larutan irigasi,
bahan kimia, dan instrumen lainnya.
Keuntungan menggunakan rubber dam
1. Ini membantu dalam meningkatkan aksesibilitas dan visibilitas
area kerja.
2. Ini memberi lapangan yang bersih dan kering saat bekerja.
3. Ini melindungi bibir, pipi dan lidah dengan menjaganya agar
tidak menghalangi.
4. Ini membantu untuk menghindari kontaminasi yang tidak perlu
melalui pengendalian infeksi.
5. Ini melindungi pasien dari penghirupan atau konsumsi instrumen
dan obat-obatan.
6. Ini membantu menjaga gigi bebas air liur saat melakukan
saluran akar sehingga gigi tidak terdekontaminasi oleh
bakteri yang ada dalam air liur.
7. Ini meningkatkan efisiensi perawatan.
8. Ini membatasi percikan bakteri dan percikan air liur dan
darah.
9. Ini berpotensi meningkatkan sifat bahan gigi.
10. Ini memberikan perlindungan pasien dan dokter gigi.
Kekurangan
1. Butuh waktu untuk memasang
2. Komunikasi dengan pasien sulit
3. Penggunaan yang salah dapat merusak mahkota
porselen / tepi mahkota / jaringan gingiva trauma
4. Klem yang tidak aman dapat ditelan atau disedot.
Kontraindikasi penggunaan rubber dam
1. Pasien asma
2. Alergi terhadap lateks
3. Nafas mulut
4. Gigi yang sangat malposisi
5. Molar ketiga (dalam beberapa kasus)
Peralatan rubber dam
• Lembaran rubber dam
• Klem rubber dam
• Tang rubber dam
• Bingkai rubber dam
• Punch rubber dam
Aksesoris rubber dam
• Pelumas / petroleum jelly
• Benang gigi
• Serbet bendungan karet
* Rubber dam tersedia dalam ukuran 6x6 kotak dan biasanya
berwarna hijau atau hitam. Tersedia dalan 3 ketebalan yaitu
ringan, sedang, dan berat. Sering digunakan dengan ketebalan
medium karena tidak mudah robek dan tidak terlalu kaku.
* Ketebalan rubber dam sheet:
* 1. Tipis : 0,15 mm
* 2. Medium : 0,2 mm
* 3. Berat : 0,25 mm
* 4. Sangat Berat : 0,30 mm
* 5. Berat Khusus : 0,35 mm
Rubber dam clamp, bertujuan untuk menahan rubber dam pada
gigi, tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Clams memiliki dua fungsi
• Menjangkar rubber dam pada gigi
• Membantu meretraksi gingiva.
Klasifikasi clamp berdasarkan desain rahang:
1. Bland
2. Retentive.
Klasifikasi clamps berdasarkan bahan yang digunakan:
• Logam
• Non Logam
* Rubber dam forceps digunakan untuk memindahkan clamps ke gigi.
Didesain untuk meregangkan dua ujung kerja dari forceps saat handle
dari forcep dirapatkan. Ujung kerja pada forcep memiliki bentuk
kecil yang cukup untuk disesuaikan pada dua hole yang terdapat di
rubber dam clapms.
* Diantara ujung kerja dan handle terdapat kuncian sliding, yang mana
dapat mengunci handle tetap pada posisi saat operator menggerakkan
forcep di sekitar gigi. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati
agar forcep tidak memiliki lekukan yang dalam pada ujungnya atau
akan menjadi sulit untuk dilepas saat clamps sudah terpasang.
* Rubber dam frame digunakan untuk menopang tepi dari
rubber dam. Bentuknya telah meningkat secara dramatis
sejak gaya lama dengan bentuk "kupu-kupu" besar. Frame
modern memiliki pins yang tajam sehingga dapat dengan
mudah mencengkeram dam. Hal ini telah didesain dengan
pin yang miring ke belakang.
* Rubber dam frame memiliki tujuan sebagai berikut:
• Menopang bagian tepi rubber dam
• Meretraksi jaringan lunak
• Meningkatkan aksesibilitas pada gigi yang terisolasi.
* Rubber dam frame tersedia dalam bahan logam atau plastik. Frame
plastik memiliki keunggulan karena bersifat radiolusen. Saat
diaplikasikan, rubber dam sheet terkadang memberikan tarikan yang
terlalu besar pada Rubber dam clamps, menyebabkannya menjadi
longgar, khususnya clamp yang menempel pada gigi molar. Untuk
mengatasi masalah ini, telah dikembangkan rubber dam sheet yang baru
dan mudah digunakan (Safe-T-Frame) yang memberikan kesesuaian yang
aman tanpa meregangkan rubber dam sheet. Sebaliknya, desain “snap-
shut” nya memberikan keuntungan dari efek clamping pada sheet, yang
mana disebabkan saat dua frame ditekan dengan kuat bersamaan.
Dengan cara ini, Sheet dapat terpasang dengan aman dan tanpa adanya
peregangan. Pada keadaan ini, dam sheet mengalami lebih sedikit
tegangan dan mengurangi tarikan pada clamp – terutama pada gigi molar.
* Rubber dam punch digunakan untuk membuat lubang pada
rubber sheet di mana gigi dapat diisolasi. Working end dari alat
ini didesain dengan plunger pada satu sisi dan roda pada sisi
lainnya. Roda ini memiliki ukuran lubang yang berbeda pada
permukaan datarnya yang menghadap plunger. Punch harus
menghasilkan potongan lubang yang bersih setiap saat. Ada dua
jenis lubang yang dibuat, single dan multihole. Lubang single
digunakan terutama dalam bidang endodontik. Jika rubber dam
punch tidak memotong dengan bersih dan meninggalkan tag
rubber, maka dam akan sering sobek saat direntangkan.
* Ini adalah stempel rubber bertinta sebagai petunjuk
untuk menandai titik-titik pada sheet sesuai dengan
posisi gigi. Lubang harus di punch sesuai dengan
lengkungan dan gigi yang hilang.
* Pelumas atau petroleum jelly biasanya
dioleskan pada bagian bawah permukaan dam.
Ini biasanya membantu saat rubber sheet
sedang diaplikasikan pada gigi.
DENTAL FLOSS
• Digunakan sebagai flossing agent untuk rubber dam
dalam daerah kontak yang erat.
• Dental floss juga diperlukan untuk menguji kontak
antar gigi.
• Bow retainer harus diikat dengan dental floss kira-
kira 12 inci sebelum menempatkan retainer di mulut.
Ini membantu dalam pengambilan retainer atau
bagian yang rusak jika secara tidak sengaja tersedot.

WEDGE
Terkadang wedjet diperlukan untuk menopang rubber
dam.
* Ini adalah lembaran bahan penyerap yang
biasanya ditempatkan antara rubber sheet dan
jaringan lunak. Biasanya tidak
direkomendasikan untuk isolasi satu gigi.
* Insti-dam
* Handi dam
* Dry dam
* Optra dam
* Opti dam
* Sebelum penempatan rubber dam, prosedur
berikut harus dilakukan:
• Profilaksis rongga mulut secara menyeluruh
• Periksa kontak dengan benang gigi
• Periksa area kontak yang kasar
• Anestesi gingiva jika diperlukan
• Bilas dan keringkan daerah operasi.
* Metode I/Double Motion —Clamp ditempatkan sebelum rubber dam
• Pilih clamp yang sesuai dengan ukuran gigi.
• Ikat benang untuk menjepit bow dan tempatkan clamp pada gigi.
• Lubang yang lebih besar diperlukan dalam teknik ini karena rubber
dam harus direntangkan di atas clamp. Biasanya dibuat dua atau tiga
lubang yang tumpang tindih.
• Peregangan rubber dam di atas clamp dapat dilakukan dengan urutan
sebagai berikut:
O Regangkan rubber dam sheet di atas clamp
O Kemudian regangkan sheet di atas jaw bukal dan biarkan menempel
di bawah jaw itu
O Terakhir, sheet dibawa ke sisi palatal / lingual dan dilepas.
Metode ini terutama digunakan pada gigi posterior pada orang dewasa
dan anak-anak kecuali gigi molar tiga.
* Metode II/Single Motion — Penempatan rubber dam dan clamp bersamaan
a. Pilih clamp yang sesuai menurut anatomi gigi
b. Ikat benang di sekitar clamp dan periksa stabilitasnya
c. Buat lubang pada rubber dam sheet
d.clamp dipegang dengan clamp forceps dan sayapnya dimasukkan ke
dalam lubang
e.clamp dan rubber dam dibawa ke rongga mulut dan clamp diregangkan
untuk meregangkan lubang
f.Clamp dan rubber dam dipasang di atas mahkota. Pertama, jaw dari
clamp dimiringkan ke sisi lingual hingga terletak pada margin gingiva sisi
lingual.
g.Setelah itu, jaw dari clamp diposisikan di sisi bukal
h.Setelah memasang clamp, periksa kembali stabilitas clamp
i.Lepaskan forcep dari clamp
j.Sekarang, lepaskan rubber sheet dari sayap hingga berada di sekitar tepi
serviks gigi.
* Metode III - Teknik Split Dam: Metode ini merupakan
teknik split dam dimana rubber dam dipasang untuk
mengisolasi gigi tanpa menggunakan clamp rubber
dam. Dalam teknik ini, dua lubang pada dam yang
tumpang tindih dilubangi. Dam direntangkan di atas
gigi yang akan dirawat dan di atas gigi yang
berdekatan di setiap sisi. Tepi rubber dam dengan
hati-hati digerakkan melalui kontak sisi distal gigi
yang berdekatan.
* Sebelum rubber dam dilepas, gunakan water syringe dan
evakuator volume tinggi untuk membuang semua kotoran yang
terkumpul selama prosedur. Potong benang yang diikat dari
leher gigi. Regangkan rubber dam secara fasial dan tarik septum
rubber menjauh dari jaringan gingiva dan gigi. Lindungi jaringan
lunak di bawahnya dengan meletakkan ujung jari di bawah
septum. Bebaskan dam dari daerah interproksimal, tetapi
biarkan rubber dam di atas gigi jangkar anterior dan posterior.
Gunakan clamp forceps untuk melepaskan clamp. Setelah
penahan dilepas, lepaskan dam dari gigi jangkar dan lepaskan
dam dan rangka secara bersamaan. Seka mulut pasien, bibir,
dan dagu dengan tisu atau kain kasa untuk mencegah air liur
masuk ke wajah pasien.
* Periksa apakah ada fragmen yang hilang setelah
prosedur. Jika ditemukan fragmen rubber dam yang
hilang, periksa area interproksimal karena potongan
rubber dam yang tertinggal di bawah gingiva bebas
dapat mengakibatkan iritasi gingiva.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai