A. Pengertian Eksostosis
Eksostosis adalah pertumbuhan tulang ke arah luar dari korteks luar
mandibula dan maksila yang tidak menimbulkan gejala. Tipe khusus
mencakup torus mandibularis, torus palatinus, dan eksostosis
subpontin reaktif. Semuanya mempunyai selubung tulang kortikal
dengan jumlah tulang spongiosa (cancellous) bagian dalam yang
bervariasi. Eksostosis terjadi pada tulang alveolar bukal atau lingual
sebagai nodula tulang yang bulat. Eksostosis tampak berupa radiopasitas
bundar dan padat, sehingga terlihat tipis pada radiograf (Langlais dkk., 2016).
Periosteum
Osteosit
Kanal Haversian
Lamellar Bone
F. Terapi
Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, menenangkan pasien
bahwa keadaanya merupakan bukan suatu keganasan. Bila mukosa yang
melapisinya tipis dan cenderung trauma, pasien mungkin membutuhkan
antiseptik pencuci mulut jika terdapat ulcus. Bila tidak ada keluhan, torus
palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun pada pasien yang
menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal basis gigi
tiruan sehingga harus dihilangkan dengan tindakan torus removal (Gorlin,
1970).
Indikasi torus removal adalah bagi orang yang memakai gigi tiruan dan
alat orho lepasan, terdapat ulserasi yang berulang (kambuhan), dan kesultan
dalam makan dan berbicara (Laskaris, 1985). Sedangkan menurut Fragiskos
(2007) torus removal perlu dilakuakan jika torus tersebut membesar dan
pasien merasa terganngu dengan danya torus tersebut, sehingga dapat
menghambat fungsi dari rongga mulut itu sendiri. Menurut Ardan (2007)
indikasi torus removal adalah sebagai apabila mengganggu stabilitas gigi
tiruan lepasan, apabila ukurannya terlalu besar, dan apabila tidak dilakukan
relief pada landasan gigi tiruan.
Karena torus removal merupakan tindakan bedah minor, sehingga kontra
inidikasinya sama dengan kontra indikasi bedah minor yaitu: kelainan darah,
purpura hemoragik, lekemia, penyakit ginjal, penyakit kelenjar endokrin,
diabetes Melitus, kehamilan, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, jaundice,
AIDS, sifilis, dan hipersensitivitas.
3. Flap yang terbentuk lalu ditarik dengan benang jahit atau jahitan traction.
I. Kasus
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke RSGMP Unsoed dengan
keluhan terdapat penonjolan pada langit-langit mulut. Penonjolan tersebut
tidak terasa sakit dan baru disadari sejak SMA. Keadaan umum kompos
mentis, berat badan 49 kg, tinggi badan 153 cm, tekanan darah 110/90, nadi
80/menit, pernafasan 18x/menit, suhu 37°C.
J. Pembahasan
1. Pemeriksaan subjektif
CC: pasien mengeluhkan terdapat benjolan pada langit-langit mulut
PI: pasien tidak menyadari dan baru sadar sejak SMA. Benjolan tersebut
tidak terasa sakit.
PDH: ke dokter gigi 2 minggu yang lalu untuk konsultasi gigi yang akan
dicabut.
PMH: mengkonsumsi obat rutin sabutamol, alergi parasetamol.
FH: ayah menderita asma bronkiale.
SH: pasien seorang mahasiswa.
2. Pemeriksaan objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral
Wajah: simetris, normal, tidak terdapat pembengkakan.
Mata: kesejajaran posisi serta warna dalam keadaan normal.
Leher: tidak terdapat pembengkakan.
Tangan dan jari: normal.
Limfonodi: tidak teraba
TMJ: normal.
b. Pemeriksaan intra oral
Deskripsi lesi:
Terdapat lesi nodular berukuran 2 mm, warna mukosa normal,
konsistensi keras dan kaku, pada midline palatum durum.
3. Diagnosis
Torus palatinus
4. Rencana perawatan
Edukasi mengenai diagnosis.
5. Perawatan
Tidak terdapat keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan,
maka hanya edukasi kepada pasien. Menerangkan kepada pasien bahwa
keadaannya merupakan bukan suatu keganasan. Bila tidak ada keluhan,
torus palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun apabila pasien ingin
menggunakan gigi tiruan, torus palatinus dapat mengganjal basis GT
sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah.
Daftar Pustaka
Garcia-Garcia AS, Jose Maria MG, Rafael GF, Angeles SR and Lucia OR, 2000,
Current Status of the Torus Palatinus and Torus Mandibularis, Med Oral
Patol Cir Bucal, consolario.
Langlais RP, Miller CS, Gehrig JSN, 2016, Atlas berwarna lesi mulut yang
sering ditemukan. Alih bahasa: Suta T. Editor edisi bahasa indonesia:
Rasyad M. Editor penyelaras: Juwono L. Edisi keempat, EGC, Jakarta.
Pedersen GW, 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta.