Anda di halaman 1dari 55

Perkembangan oklusi

Oklusi dalam pengertian yang sederhana :


penutupan rahang beserta gigi atas dan bawah.

Pada kenyataannya oklusi merupakan suatu


proses yang kompleks karena melibatkan gigi
(termasuk morfologi dan angulasinya), otot,
rahang, sendi temporomandibula dan gerakan
fungsional rahang. Oklusi juga melibatkan relasi
gigi pada oklusi sentrik, relasi sentrik dan
selama berfungsi.
Perkembangan oklusi geligi merupakan proses
berkesinambungan meskipun pentahapannya
dapat dibagi dalam tahap belum bergigi, geligi
sulung, geligi pergantian dan geligi permanen
Dari lahir sampai fase geligi sulung

Pada saat lahir pada bantalan gusi (gum pad)


atas dan bawah terdapat 20 segmen tempat
benih gigi sulung (calon gigi yang sedang
berkembang sampai siap erupsi). Sebuah
lekukan di sebelah distal segmen kaninus
sulung melanjut ke sulkus bukal dan disebut
sulkus lateral. Tonjolan tempat benih gigi molar
kedua tidak terlalu menonjol sampai usia 5
bulan. Gum pad atas berbentuk tapal kuda
disertai palatum yang dangkal sedangkan gum
pad bawah berbentuk huruf U.
Pada saat mandibula dalam keadaan istirahat
gum pad atas dan bawah tidak kontak, ruangan
di antara gum pad atas dan bawah terisi lidah,
ujung lidah berkontak dengan bibir bawah.

Pada saat lahir gum pad tidak cukup besar


untuk menampung benih gigi insisivi yang
sedang berkembang sehingga benih gigi dalam
gum pad posisinya berdesakan dan rotasi. Pada
tahun pertama pascalahir gum pad tumbuh
secara cepat terutama ke arah lateral. Keadaan
ini memungkinkan insisivi tumbuh dalam letak
yang baik.
Pada saat lahir kadang-kadang bayi sudah memiliki gigi
yang erupsi yang dinamakan natal tooth sedangkan
yang disebut neonatal tooth adalah gigi sulung yang
bererupsi pada saat bayi berumur kurang lebih satu
bulan. Gigi natal ini bentuknya normal seperti gigi sulung
tetapi kebanyakan akarnya pendek.

Gigi ini kadang-kadang sangat goyang tetapi bukan


merupakan indikasi untuk pencabutan kecuali jika gigi ini
menyebabkan rasa kurang nyaman pada ibu yang
menyusui bayi tersebut, atau bila gigi itu sangat goyang
sehingga dikawatirkan lepas.
Fase geligi sulung
Gigi insisivi sentral bawah erupsi pada bayi usia
sekitar 6 bulan. Perlu diingat bahwa saat erupsi
gigi sangat bervariasi dengan rentang sampai 6
bulan lebih awal atau lebih lambat.

Urutan erupsi (pergerakan gigi ke arah bidang


oklusal) gigi sulung pada umumnya adalah
sebagai berikut : insisivi sentral bawah, insisivi
sentral atas, insisivi lateral bawah, insisivi lateral
atas, molar pertama atas dan bawah, kaninus
atas dan bawah, molar kedua bawah dan molar
kedua atas.
Tabel 3.1 Masa erupsi gigi
sulung

Kaukasoid Surabaya

Gigi sulung
R.A. R.B. R.A. R.B.

Insisivi sentral 10 8 7 6

Insisivi lateral 11 13 9 7

Kaninus 19 20 18 16

Molar pertama 16 16 14 12

Molar kedua 29 27 24 20

Masa erupsi dalam bulan


Bentuk lengkung geligi sulung biasanya ovoid dan tidak
begitu bervariasi seperti bentuk lengkung geligi
permanen.

Pada usia kurang lebih dua setengah tahun gigi sulung


telah erupsi semua dan dapat berfungsi secara normal.

Posisi insisivi sulung lebih tegak dibandingkan dengan


insisivi permanen dan biasanya terdapat diastema di
antara gigi-gigi tersebut yang merupakan diastema
fisiologi karena perkembangan rahang.
Adanya diastema ini tidak menjamin bahwa di kemudian
hari gigi-gigi permanennya tidak terletak berdesakan.
Sebaliknya bila tidak didapatkan diastema hampir bisa
dipastikan gigi-gigi permanen akan terletak berdesakan.

Sisi distal molar kedua sulung atas dan bawah dapat


terletak dalam satu relasi yang disebut distal step, flush
terminal plane dan mesial step.
Pada fase geligi sulung didapatkan tumpang
gigit (overbite) yang merupakan overlapping
jurusan vertikal insisivi atas dan bawah.

Bila tepi insisal insisivi atas dan bawah berada


pada ketinggian yang sama disebut edge to
edge atau tumpang gigitnya nol. Bila tidak ada
overlapping disebut gigitan terbuka.
Biasanya juga didapatkan jarak gigit ( overjet)
yang dinyatakan dalam milimeter. Rentang jarak
gigit normal pada fase ini 0-4 mm.

Bila insisivi atas terletak lebih lingual daripada


insisivi bawah disebut gigitan terbalik dan
didapatkan underjet atau jarak gigit yang negatif.
Pada tahap akhir fase geligi sulung mandibula
dan maksila memuat paling banyak gigi, yaitu 20
gigi sulung dan 28 benih gigi permanen (bila
molar ketiga tidak terbentuk).
Fase geligi pergantian
Masa geligi pergantian merupakan peralihan (transitional
dentition) atau pergantian dari masa geligi sulung ke
masa geligi permanen.

Kadang-kadang disebut masa geligi campuran (mixed


dentition) oleh karena di dalam rongga mulut terdapat
campuran gigi sulung dan gigi permanen.

Gigi permanen yang menggantikan gigi sulung disebut


gigi pengganti (successional teeth, succedaneus teeth)
yaitu insisivi sentral permanen, insisivi lateral permanen
dan kaninus permanen masing-masing menggantikan
insisivi sentral sulung, insisivi lateral sulung dan kaninus
sulung, sedangkan premolar pertama dan premolar
kedua masing-masing menggantikan molar pertama
sulung dan molar kedua sulung.
Gigi permanen yang tumbuh di sebelah distal
lengkung geligi sulung disebut gigi tambahan
(accessional teeth, additional teeth) yaitu molar
pertama permanen, molar kedua permanen dan
molar ketiga.
Molar pertama permanen biasanya merupakan gigi
permanen pertama yang erupsi pada umur sekitar lima
sampai enam tahun. Diduga aktivitas metabolisme pada
ligamen periodontal mempengaruhi mekanisme erupsi
gigi.

Diperlukan dua proses untuk erupsi gigi yaitu resorpsi


tulang alveolar dan akar gigi sulung sebagai jalan erupsi
gigi serta mekanisme erupsi gigi itu sendiri menuju arah
yang telah tersedia.

Bila akar gigi telah terbentuk setengah sampai dua


pertiga gigi tersebut siap untuk erupsi.
Kadang-kadang insisivi sentral bawah merupakan gigi
permanen pertama yang erupsi. Sebagaimana pada
geligi sulung saat dan urutan erupsi gigi permanen juga
bervariasi sampai dengan 6 bulan lebih awal atau lebih
lambat.
Masa erupsi gigi permanen

Kaukasoid Surabaya
Gigi permanen
R.A. R.B. R.A. R.B.

Insisivi sentral 7 6 7-8 6-7

Insisivi lateral 8 7 8-9 7-8

Kaninus 11 10 11-12 9-11

Premolar pertama 10 10 10-11 10-12

Premolar kedua 11 11 10-12 11-12

Molar pertama 6 6 6-7 6

Molar kedua 12 12 12-13 11-13

Masa erupsi dalam tahun


Bila sebuah gigi telah menembus gingiva, gigi tersebut
bererupsi dengan cepat sampai hampir mencapai bidang
oklusal. Kemudian gigi tersebut akan terkena pengaruh
kekuatan kunyah dan kecepatan erupsi sangat
berkurang sampai seakan-akan berhenti sama sekali.

Karena kecepatan erupsi gigi kurang lebih sesuai


dengan pertumbuhan ramus dalam jurusan vertikal
maka pada saat rahang terjadi growth spurt maka erupsi
gigi juga terjadi dengan cepat. Sesudah gigi mencapai
bidang oklusal kecepatan erupsi dipengaruhi oleh
tekanan yang berlawanan dengan arah erupsi, misalnya
kekuatan kunyah ditambah tekanan dari bibir, pipi dan
lidah.
Pada masa dewasa masih terdapat potensi erupsi gigi
meskipun sangat lambat. Erupsi gigi yang cepat dapat
terjadi lagi bilamana suatu gigi tanggal maka gigi
antagonisnya kehilangan kontak dan akan erupsi dengan
cepat meskipun pada usia lanjut.
Benih gigi insisivi permanen atas dan bawah terletak
lingual dan apikal terhadap insisivi sulung sehingga ada
kecenderungan insisivi permanen bawah erupsi agak
lingual dan agak tidak teratur pada anak yang
mempunyai lengkung geligi yang normal tanpa
diastema.

Insisivi lateral atas juga terletak palatal pada saat erupsi


dan bila kekurangan tempat akan tetap terletak di
palatal. Benih kaninus permanen terletak kurang lebih
segaris dengan kaninus sulung. Bila terdapat hambatan
pada saat erupsi kaninus permanen akan bergeser ke
palatal maupun ke labial, tetapi lebih sering ke labial bila
kekurangan tempat.
Karena ukuran insisivi dan kaninus permanen lebih besar
daripada sulungnya maka adanya diastema
(developmental space) pada fase geligi sulung bukan
hanya normal tetapi juga sangat penting untuk
mendapatkan susunan gigi permanen yang normal.
Diastema ini biasanya terdapat di seluruh lengkung geligi.

Diastema yang terdapat di antara insisivi lateral dan


kaninus sulung atas dan di antara kaninus sulung dan
molar pertama sulung bawah disebut primate space.
Pada saat insisivi sentral atas erupsi biasanya juga
mengambil tempat dari diastema yang terdapat pada
lengkung geligi atas. Pada saat insisivi lateral erupsi gigi
ini kontak dengan insisivi sentral.
Di rahang atas biasanya terdapat cukup tempat untuk
menampung insisivi permanen tetapi di rahang bawah
biasanya terdapat kekurangan tempat sebanyak 1,6 mm
sehingga letak insisivi permanen pada saat ini sedikit
berdesakan yang sifatnya sementara. Perbedaan tempat
yang tersedia dan tempat yang dibutuhkan untuk insisivi
disebut incisor liability. Bila didapatkan tempat yang
cukup gigi yang berdesakan akan menempatkan diri
dalam letak yang baik.
Kaninus permanen mendapat tempat dari :
- sedikit pertambahan lebar lengkung geligi pada regio
kaninus karena adanya pertumbuhan ke lateral sebanyak
kurang lebih 2 mm
- insisivi permanen relatif lebih labial daripada insisivi
sulung sehingga menghasilkan lengkung geligi yang lebih
besar
- perubahan letak kaninus dalam lengkung geligi bawah.
Pada saat insisivi erupsi kaninus tidak hanya tergeser
sedikit ke bukal akan tetapi juga ke distal menempati
primate space.

Bila tidak terdapat ketiga hal di atas kemungkinan terjadi


berdesakan lebih besar dan hal ini dapat menjelaskan
kenapa maloklusi kelas I Angle disertai berdesakan
merupakan maloklusi yang paling banyak dijumpai.
Di regio anterior, insisivi sentral permanen bawah tumbuh lebih dulu
disusul insisivi sentral permanen atas. Insisivi sentral permanen
bawah tumbuh di sebelah lingual insisivi sentral sulung tetapi
kemudian bergeser ke labial oleh karena dorongan lidah.

Benih insisivi sentral atas bergeser ke labial (vestibuler) di atas


insisivi sentral sulung atas. Insisivi lateral permanen bawah tumbuh
di sebelah lingual dan bergeser ke labial oleh karena arah
pertumbuhan dan juga oleh dorongan kekuatan fungsional.

Insisivi lateral permanen atas tumbuh di sebelah palatal dan distal


insisivi sentral atas kemudian bergeser ke distal dan ke labial untuk
menempati tempat yang normal. Bila terjadi kekurangan tempat, gigi
ini akan tumbuh sesuai letak benihnya di palatal atau kemungkinan
dalam keadaan rotasi.
Insisivi sentral permanen bawah biasanya dalam
keadaan kontak satu dengan lainnya sedangkan
insisivi sentral atas sering erupsi dalam keadaan
condong ke distal sehingga terdapat diastema
di antara kedua insisivi sentral.

Keadaan ini merupakan sebagian dari masa


yang disebut ugly duckling stage yang secara
estetik tidak baik.
Pada saat insisivi lateral atas erupsi, sebagian
diastema sentral akan tertutup.

Benih kaninus permanen dalam erupsinya ke


arah labial mempengaruhi akar insisivi lateral
permanen atas dan mendorong insisivi lateral ke
mesial.

Bila kaninus permanen telah erupsi insisivi


lateral dapat menegakkan diri dan diastema
akan tertutup. Semakin lebar diastema (lebih
dari 2 mm) semakin kecil kemungkinan
diastema tersebut menutup secara spontan.
Ugly duckling stage
Pola umum urutan erupsi gigi permanen adalah sebagai
berikut:
Rahang atas: molar pertama, insisivi sentral, insisivi
lateral, premolar pertama, premolar kedua, kaninus dan
molar kedua atau molar pertama, insisivi sentral, insisivi
lateral, premolar pertama, kaninus, premolar kedua,
molar kedua dan molar ketiga bila ada.

Rahang bawah: molar pertama, insisivi sentral, insisivi


lateral, kaninus, premolar pertama, premolar kedua dan
molar kedua atau molar pertama, insisivi sentral, insisivi
lateral, premolar pertama, kaninus, premolar kedua,
molar kedua dan molar ketiga bila ada.
Variasi urutan erupsi gigi permanen yang masih dalam
batas normal tetapi perlu mendapatkan perhatian
adalah:

- molar kedua permanen bawah erupsi lebih dulu


daripada premolar kedua dan akan mengambil kelebihan
tempat dari pergantian molar kedua sulung ke premolar

- kaninus atas erupsi lebih dulu daripada premolar satu.


Bila kaninus atas erupsi bersamaan dengan premolar
pertama kadang-kadang kaninus terdorong ke labial
terutama bila kekurangan tempat
Ukuran gigi premolar lebih kecil daripada molar sulung
yang digantikan. Perbedaan jumlah lebar kaninus, molar
pertama dan molar kedua sulung dengan kaninus
permanen, premolar pertama dan premolar kedua
disebut leeway space yang besarnya di rahang atas 0,9
mm dan 1,8 di rahang bawah (Bishara, 2001) atau 1,5
mm di rahang atas dan 2,5 mm di rahang bawah (Proffit
dkk.,2007).

Pada saat molar kedua sulung tanggal molar pertama


permanen bergerak ke mesial menempati leeway space.
Leeway space tidak digunakan untuk menghilangkan
berdesakan di anterior secara spontan kecuali bila
dikehendaki demikian dengan perawatan ortodontik.
Relasi molar pertama permanen mengikuti relasi
sisi distal molar kedua sulung dalam arah sagital
yang dapat berupa distal step, flush / straight
terminal plane dan mesial step.

Pada saat molar kedua sulung tanggal molar


pertama permanen bergeser ke mesial
menempati leeway space tetapi molar pertama
permanen bawah bergeser ke mesial lebih
banyak daripada molar pertama permanen atas.
Keadaan ini merupakan sebagian dari proses
perubahan relasi molar pertama permanen.
Bila terdapat distal step pada relasi molar kedua sulung
dan hanya didapatkan pertumbuhan deferensial minimal
pada mandibula, demikian juga bila hanya terjadi
pergeseran gigi ke mesial akan terdapat relasi molar
kelas II. Bila terdapat pertumbuhan mandibula ke depan
akan didapat relasi molar pertama permanen berupa
gigitan tonjol.

Bila terdapat flush terminal plane pada relasi molar kedua


sulung dan hanya didapatkan pertumbuhan deferensial
minimal pada mandibula, demikian juga bila hanya terjadi
pergeseran gigi ke mesial akan terdapat relasi molar
gigitan tonjol. Bila terdapat pertumbuhan mandibula ke
depan akan didapat relasi molar pertama permanen
berupa relasi kelas I.
Bila terdapat mesial step pada relasi molar kedua sulung
dan hanya didapatkan pertumbuhan deferensial minimal
pada mandibula, demikian juga bila hanya terjadi
pergeseran gigi ke mesial akan terdapat relasi molar
kelas I. Bila terdapat pertumbuhan mandibula ke depan
akan didapat relasi molar pertama permanen berupa
relasi kelas III.

Anak yang mempunyai relasi molar kedua sulung flush


terminal plane membutuhkan gerakan molar pertama
permanen bawah ke mesial sebanyak 3,5 mm untuk
mencapai relasi molar pertama permanen kelas I.
Kurang lebih setengahnya didapatkan dari leeway space
dan setengahnya lagi dari pertumbuhan rahang bawah.
Menurut Dale dan Dale (Graber, 2005) Relasi
mesial step merupakan relasi yang ideal dan
akan mengarahkan relasi molar pertama
permanen menjadi relasi kelas I.

Relasi straight terminal plane dapat menjadi


relasi kelas I atau kelas II tergantung pada
beberapa faktor.

Relasi distal step mengarahkan relasi molar


pertama permanen menjadi relasi kelas II.
Pasien pada fase geligi sulung yang
berdiastema dan relasi molar kedua sulung
straight terminal plane pada saat molar pertama
permanen erupsi akan mendorong molar sulung
ke mesial sehingga primate space di rahang
bawah tertutup dan relasi molar pertama
permanen menjadi mesial step. Kejadian ini
disebut sebagai early mesial shift.
Early mesial shift
Pada pasien dalam fase geligi sulung yang tidak
berdiastema dan relasi molar kedua sulung
straight terminal plane pada saat molar pertama
permanen erupsi terletak pada relasi gigitan
tonjol (cusp to cusp) karena tidak adanya
diastema sehingga molar pertama permanen
tidak dapat bergeser ke mesial.

Molar pertama permanen akan bergeser ke


mesial pada saat molar kedua sulung tanggal
dan leeway space dipakai molar pertama
permanen bergeser ke mesial. Kejadian ini
disebut late mesial shift.
Late mesial shift
Letak gigi mulai dari sebelum erupsi sampai mencapai
bidang oklusi ditentukan oleh berbagai faktor:
pada dasarnya letak gigi ditentukan oleh faktor genetik
pada tahap intra alveolar posisi gigi dipengaruhi oleh :
- ada tidaknya gigi sebelah menyebelah
- kehilangan prematur gigi sulung
- keadaan patologi lokal
- faktor yang dapat merubah pertumbuhan prosesus
alveolaris (meskipun masih dalam tulang alveol, gigi
mempunyai kecenderungan bergerak ke mesial)
pada tahap intra oral (gigi telah menembus gusi
dan berada dalam rongga mulut) gigi dapat
bergerak oleh karena kekuatan bibir, lidah dan
juga benda asing yang dimasukkan ke dalam
mulut misalnya pensil, kuku dan sebagainya

bila gigi sudah mencapai bidang oklusi terdapat


kekuatan yang kompleks yang bekerja pada
gigi, antara lain kekuatan otot pengunyah.
Fase geligi permanen
Fase geligi permanen dimulai dengan tanggalnya gigi sulung
terakhir sampai dengan semua gigi permanen tumbuh (tidak
termasuk molar ketiga).

Beberapa keadaan yang terlihat pada geligi permanen adalah:


- pada saat oklusi gigi atas terletak lebih ke labial dan bukal
daripada gigi bawah
- insisivi lebih proklinasi dan gigi-gigi posterior bukoklinasi
- semua gigi permanen mempunyai kontak dengan dua gigi
antagonisnya kecuali insisivi sentral bawah dan molar kedua atas
- kurva anteroposterior di rahang bawah (kurva Spee) normal
- tumpang gigit berkisar antara 10-50% dan jarak gigit berkisar
antara 1-3 mm.
Apabila segalanya berjalan normal maka akan
didapatkan oklusi yang baik atau normal yang
memenuhi syarat seperti yang ditetapkan oleh
Andrews. Andrews menetapkan adanya 6 kunci
oklusi normal yang menyatakan keadaan yang
dijumpai pada oklusi yang baik tanpa perawatan
ortodontik. Enam kunci oklusi dari Andrews ini
dipakai untuk menilai penyimpangan dari oklusi
normal dan untuk menetapkan tujuan perawatan
ortodontik.
Andrews six keys of normal
occlusion
Keenam kunci tersebut adalah:
1. relasi molar
2. angulasi mahkota
3. inklinasi mahkota
4. rotasi
5. kontak gigi
6. kurva Spee
1. relasi molar: a. permukaan distal dari distal marginal
ridge molar pertama permanen atas kontak dan
beroklusi dengan permukaan mesial dari mesial marginal
ridge molar kedua bawah. b. Tonjol mesiobukal molar
pertama permanen atas terletak pada lekukan (groove)
di antara tonjol mesial dan distobukal molar pertama
bawah. c. tonjol mesiopalatal molar pertama atas
terletak pada fosa sentral molar pertama permanen
bawah.

Keadaan ini sebenarnya intinya sama dengan relasi


molar kelasi I seperti yang disebutkan oleh Angle tetapi
diungkapkan secara berbeda dan lebih rinci
2. angulasi mahkota (mesiodistal tip): semua mahkota
gigi condong ke mesial atau mesioklinasi. Bagian
gingival gigi pada sumbu panjang tiap mahkota gigi
terletak distal daripada bagian oklusal dari sumbu
panjang tersebut, jadi setiap mahkota gigi mempunyai
mesiodistal tip yang besarnya bervariasi untuk setiap
gigi
3. inklinasi mahkota: bagian gingival gigi insisivi
atas terletak lebih lingual daripada bagian
insisisal. Untuk gigi-gigi selain insisivi atas
bagian gingival terletak lebih labial atau bukal
daripada bagian insisisal atau oklusal. Keadaan
ini disebut labiolingual torque.
4. rotasi: tidak ada gigi yang terletak
rotasi.
5. kontak gigi: semua gigi dalam kontak
yang rapat kecuali bila ada diskrepansi
ukuran gigi.
6. kurva Spee: datar atau cekung,
kedalaman maksimal 1,5 mm.
Sebetulnya ada juga persyaratan lain agar didapat relasi gigi yang harmonis
ialah apabila rasio ukuran gigi rahang atas dan bawah sesuai seperti yang
dipersyaratkan Bolton (Bolton, 1958).

Rasio Bolton dapat digunakan untuk menghitung apakah relasi geligi atas
dan bawah dapat selaras ataukah ada ketidak-seimbangan sehingga kalau
perlu dilakukan enamel stripping agar relasi geligi atas dan bawah dapat
selaras.

Untuk ras Kaukasoid menurut Bolton rasionya adalah sebagai berikut:


rasio keseluruhan (overall ratio) =
jumlah lebar gigi dari molar pertama kanan sampai kiri bawah 100%
------------------------------------------------------------------------------------- = 91,3%
jumlah lebar gigi dari molar pertama kanan sampai kiri atas

rasio anterior (anterior ratio) =


jumlah lebar gigi dari kaninus kanan sampai kiri bawah 100%
----------------------------------------------------------------------------- = 77,2%
jumlah lebar gigi dari kaninus kanan sampai kiri atas
Perubahan pada gigi permanen
Gigi-gigi permanen yang mencapai oklusi yang maksimum pada usia 12-14 tahun
tidak berarti tidak terjadi perubahan lagi. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
terjadinya berdesakan anterior terutama rahang bawah yang diperkirakan
berhubungan dengan rotasi mandibula dan adanya adaptasi dentoalveolar. Ada juga
pendapat karena gerakan gigi posterior ke mesial hingga menyebabkan berdesakan
anterior bawah. Penjelasan tentang gerakan gigi posterior ke mesial masih belum
meyakinkan tetapi diduga karena adanya:
- kecenderungan pertumbuhan secara alami pada manusia
- dorongan molar ketiga ke mesial terutama bila tempatnya tidak cukup. Tetapi insisivi
yang berdesakan juga terjadi pada orang yang tidak mempunyai molar ketiga.
- komponen kekuatan ke mesial karena gigi-gigi posterior atas dan bawah letaknya
sedikit mesioklinasi. Kekuatan kunyah vertikal menghasilkan kekuatan intrusif dan
sedikit kekuatan ke anterior yang mungkin menyebabkan adanya mesial drift.
Kenyataan menunjukkan bahwa perubahan susunan gigi yang serupa juga terjadi
sesudah perawatan ortodonti. Nampaknya tidak ada indikator prognosis yang baik
yang dapat meramalkan susunan gigi akan stabil pada akhir masa remaja (late
teenage) dan selanjutnya tidak akan terjadi susunan gigi yang tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai