1 Latar Belakang
Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangun dentin primer selama
perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative
sebagai respon terhadap stimulasi selama odontoblas masih utuh. Berbagai
bacteria, injuri baik fisis maupun kimia dapat menyebabkan terjadinya penyakit
pulpa.
Salah satu penyakit pulpa adalah pulpitis reversible, suatu kondisi inflamasi
pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa
masih mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli
ditiadakan.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk pulpitis reversible selain menghilangkan
penyebab adalah dengan pulp capping. Pulp capping dibagi menjadi dua, indirect
pulp capping dan direct pulp capping. Di dalam laporan tutorial kali ini akan
dibahas tentang indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, prosedur perawatan,
factor kegagalan dan keberhasilan dari masing-masing pulp capping.
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahhui diagnose dan rencana perawatan dari kasus pada
scenario.
2. Untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, factor kegagalan
dan keberhasilan serta prognosis dari perawatan indirect pulp capping.
3. Untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, factor kegagalan
dan keberhasilan serta prognosis dari perawatan direct pulp capping.
4. Untuk mengetahui prosedur perawatan pulp capping Direct dan indirect.
5. Untuk mengetahui perbedaan antara indirect Pulp Capping dan Direct Pulp
Capping.
6. untuk mengetahui mekanisme pembentukan dentin sekunder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal.
Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi
oklusal, sebagian besar proses operatif, kuretase periodontium yang dalam dan
fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah factor-faktor
yang dapat mengakibatkan pulpitis reversible. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 36)
Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya
sebentar. Lebih sering diakibatka oleh makanan dan minuman dingin daripada
panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut
bila penyebabnya telah ditiadakan. (Grossman, 1995 : 73)
Tetap mempertahankan pulpa yang sehat dan utuh adalah pilihan yang lebih
baik dibandingkan perawatan saluran akar atau prosedur endodonsia lainnya.,
mengingat bahwa perawatan-perawatan tersebut sangat memakan waktu, rumit
dan mahal. Jika yang dihadapi adalah suatu lesi karies yang dalam, ada
beberapa ahli yang menganjurkan tindaakan kaping pulpa (pulp capping), suatu
prosedur untuk mencegah terbukanya pulpa selama pembuangan dentin yang
karies. 1993)
Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan
untuk perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang
akan merangsang pembentukan dentin reparative (Harty dan Oston, 1993)
Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya.
Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan
(www.unpad.ac.id)
Kaping pulpa (pulp capping) dibagi menjadi dua, yaitu kaping pulpa indirek
(indirect pulp capping) dan kaping pulpa direk (direct pulp capping). (Walton &
Torabinejad, 2008 ; 429)
1. Kaping pulpa indirek
Prosedur kaping pulpa indirek digunakan dalam manajemen lesi karies yang
dalam yang jika semua dentin yang karies dibuang mungkin akan menyebabkan
terbukanya pulpa. Kaping pulpa indirek hanya dipertimbangkan jika tidak ada
riwayat pulpagia atau tidak ada tanda-tanda pulpitis irreversible. (Walton &
Torabinejad, 2008 ; 429)
2. Kaping pulpa direk
Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan yakni jika pulpa
terbukas ecara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies.
Terbukanya pulpa secara mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas atau
preparasi mahkota yang berlebihan, penempatan pin atau alat bantu retensi.
Kedua tipe terbukanya pulpa ini berbeda ; jaringan pulpanya masih normal pada
kasus pemajanan mekanis yang tidak sengaja, sementara pada pulpa yang
terbuka karena karies yang dalam kemungkinan besar pulpanya telah
terinfalamsi. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 429)
BAB III
PEMBAHASAN
Sterilisasi instrument
Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi bakteri
berarti menghilangkan organisme vegetative yang menyebabkan penyakit.
Instrument yang digunakan dalam perawatan endodontik memerlukan disinfeksi,
tetapi hal ini tidak begitu memuaskan Karena tiga alas an yaitu:
1. Metode disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi
organisme yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Organsme yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan
penyakit jika memperoleh tambahan jaringan yang nekrosisatau rusak yang
terdapat dalam ruang pulpa atau region periapeks.
3. Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan
hepatitis Bdari satu pasien kepada yang lainnya, kecuali dilakukan sterilisasi.
Oleh kerena itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis,
semua instrument yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih
dahulu. Selain itu, harus diingat bahwa semua instrument yang hendak di
sterilisasi harus digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan air
karena jika terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat
menghambat jalannya sterilisasi.
Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan endodontik
ini, seperti:
1. Autoklaf
2. Oven udara panas
3. Pemanas kering
4. Sterilisasi garam panas
Semen
Bermacam-macam bahan untuk basis dan pembalut (dressing), diantaranya :
semen oksida seng eugenol (ose), semen seng fosfat, semen polikarboksilat,
semen ionomer kaca.
a. Semen Oksida Seng Eugenol
Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk
bubuk dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini
sering dipakai karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH
mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan dapat
meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungna terhadap pulpa.
Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena
itu produk OSE diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.
Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad
dibanding glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa
tetes eugenol dan diaduk sampai mencapai suatu tekstur yang seperti kental
yang bila dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen
dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam
kavitas. Hindari mengenai tepi-tepi kavitas.
Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat untuk
menekan bahan tersebut dan membentuknya di dalam kavitas. Semen yang
baru diaduk cenderung lengket ke instrument logam atau plastik, karena itu
kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan berulangkali dengan cara
yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.
b. Semen Seng Fosfat (ZP)
Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa.
Terdiri atas bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan
cairannya adalah asam ortho phosporik, garam-garam logam dan air. Pemakaian
utama dan tradisional dari bahan ini adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi
pengecoran gigi dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi
yang besar. Semen posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan
tanpa perlindungan varnish atau jenis bahan basis lainnya dapat menyebabkan
kerusakan pulpa yang irreversible.
Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu
basis, dapat menahan dari trauma mekanis dan memberi perlindungan yang
baik dari rangsangan panas tetapi semen ini mudah pecah dan tidak baik untuk
tambalan sementara.
c. Semen Polikarboksilat
Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada
komponen kalsium dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki
potensi untuk adhesi klinis ke ion kalsium pada email dan dentin. Karena bahan
ini cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk semen hingga
menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk semen ini sama
dengan semen seng phospat bubuk mengandung oksida seng dan sejumlah kecil
oksida magnesium. Pada saat ini oksida magnesium sering digantikan dengan
oksida stanic dan stanius flourida untuk memodifikasi waktu pengerasan dan
meningkatkan kekuatan dan karakteristik manipulasinya. Cairannya adalah asam
poliakrilik dan air. pH semen polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH
semen seng fosfat tetapi respon pulpanya mirip dengan semen ESO. Suatu
penjelasan yang mungkin untuk tingkat iritasi yang rendah adalah ukuran
molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi melalui dentin dan
penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi difusinya melalui tubulus
dentin.
d. semen silikophospat
semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen silikat,
sering disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen
silikat dan 10 % semen seng fosfat. Dengan adanya kandungan florida dalam
bagian silikat dari bubuk tersebut, semen ini memberikan pencegahan karies
sekunder. Dari titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko fosfat sering
merupakan bahan semen pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk
perlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.
e. semen ionomer kaca (GI)
karena sifat biologis dari GI yang baik dan memiliki potensi perlekatan kekalsium
yang ada didialam gigi, ionomer kaca terutama digunakan sebagai bahan
restoratif untuk perawatan daerah erosi dan sebagai bahan penyemenan. Selain
itu GI digunakan sebagai basis walaupun bahan tersebut sangat sensitif terhadap
air dan membutuhkan daerah yang kering.
Komposisi
GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya yaitu likuid (cairan) dan bubuk.
Bubuk
Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :
Silica 41.9%
Alumina 28.6%
Aluminium Fluoride 1.6%
Calcium Fluoride 15.7%
Sodium Fluoride 9.3%
Aluminium Phosphate 3.8%
Likuid
Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi
antara 40-50%. Pelapik ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama adalah sistem
bubuk-cairan konvensional serupa dengan semen tipe 2. tipe 2 adalah ionomer
kaca yang dikeraskan dengan sinar, bagian bubuknya berisi unsur partikel kaca
konvensional yang larut asam ditambah aselerator foto- aktivasi. Cairannya
dalah larutan cair asam poliakrilat atau kopolimer, gugusan grup metakrilat.
Kedua unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke kavitas, dan kemudian disinari
dengan sinar pengeras resin. Sinar mengaktifkan akselerator, menghasilkan
radikal bebas dan gugusan grup metakrilat akan mengeras dengan cara saling
menempel. Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah, untuk perekat
perantara antara gigi dengan tambalan komposit. Pada dasarnya semen ini
sebagai bonding terhadap dentin.
Contoh : pemberian base Zn PO4
6. Penumpatan sementaraa
Tujuan Restorasi Sementara
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal hermetik
yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa
mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai.
Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit atau
ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-iritasi
sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode waktu yang singkat.
Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan
cara merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.
Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak mempersulit
pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika kavitas dibiarkan terbuka
akan timbul masalah gingiva akibat sulit menjaga kebersihan mulut.
Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan
lama, yakni :
1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan
biasanya sudah tidak lebih baik lagi sehingga pengambilan dentin lebih lanjut
sebaiknya diminimalkan. Sebaliknya, kuspa mungkin perlu dikurangi dan diberi
pelindung (capping).
2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensi dari inti dan sisa dentin yang
masih ada. Jika intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah
sistem saluran akarnya dengan memakai pasak. Namun pasak ini akan
melemahkan dan mungkin menyebabkan operforasi sehingga hendaknya dipakai
jika diperlukan untuk retensi inti.
3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk
memproteksi kuspa yang tidak terdukung supaya bisa menghindari terjadinya
fleksur dan fraktur. Restorasi didesain demikian rupa sehingga beban fungsional
dapat ditransmisikan melalui gigi ke jaringan penyangga.
Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama, tekanan
oklusal dan keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya jaringan gigi
yang hilang.Restorasi sementara harus bertahan satu sampai beberapa minggu.
Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antaralain:
Bahan pertama yaitu cavit G( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang
mengandung calcium sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv
waktu mengeras, karena penggunaanya mudah dan mempunyai kerapatan yang
baik dengan dinding kavitas, digunakan untuk waktu antar kunjungan yang
singkat, kekuatan komprehensifnya yang rendah dan mudah hilang oleh
pemakaian. Cara meletakkan kekavitas adalah sebagaian demi sebagian pada
dinding kavitas dengan instrument plastis (system incremental), kelebihan bahan
dibuang dan permukaan tumpatan dihaluskan dengan kapas basah. Setelah
penumpatan sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah paling tidak selama
1 jam. Menurut Wilrdman (1971). Kualitas penutupan cavit G kelihatannya
berdasarkan kemampuan bahan untuk mengembang saat mengeras. Cavit G
adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat mengeras dalam susasana lembab.
Karena itulah, hendaknya jangan digunakan pada gigi vital karena dapat
mengeringkan dentin dan dengan demikian dapat menyebabkan sensitivitas
pada gigi (cit. Grossman,dkk,1995)
Bahan kedua adalah IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan
sementara yang mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin.
Bahan ini cukup untuk baik digunakan walaupun kerapatannya kurang bila
dibandingkan dengan cavit G. teknik peletakkannya sama dengan bahan
pertama. Semen ini diindikasikan diregio yang sukar diisolasi seperti karies
interproksimal subgingiva tetapi yang tidak memerlukan pemanjangan mahkota
atau gingivektomi. Semen ini harus tetap mempertahankan kontak proksimal
atau jika struktur gigi hanya tersisa sedikit, semen harus dikontur sedemikian
rupa sehingga tidak menyebabkan impaksi makanan.
Bahan yang ketiga adalah dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman)
merupakan bahan tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas.
Pada saat bentuknya cair, sewaktu mengaplikasikannya harus dihindarkan dari
tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila terkena saliva. Bahan ini
mempunyai stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan juga sangat rapat
dalam menutup kavitas terutama bagian tepinya. Bahan ini terdiri dari tiga
bentuk variasi warna yaitu warna gading untuk pemakaian normal, warna merah
jambu untuk pemakaian yang keras dan warna biru untuk kasus yang
membutuhkan campuran arsenik
7. Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
a. Tes termal panas
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau
tidak. Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh
dari guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal
gigi, karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga
rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes
termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.
b. Tes termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat
menyebabkan kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot
etil klorida atau es berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor
etil akan diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut
di atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan
untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita (Bila gigi lawan tidak
cukup ditekan dengan pangkal kaca mulut).
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan
dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya.
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang
dan diganti yang baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.
III. 5 Perbedaan Antara Indirect Pulp Capping Dan Direct Pulp Capping
Perbedaan pulp capping direct dan pulp capping indirect
Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect
1. Seluruh dentin karies dihilangkan
2. Pulpa terbuka
3. Perawatannya hanya satu kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 1. Hanya dentin tepi yang karies
disingkirkan
2. Pulpa tidak terbuka
3. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)
Dentin Reparatif
Dentin reparatif, juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier, disusun
oleh pulpa sebagai suatu respon protektif terhadap rangsangan yang
membahayakan. Rangsangan ini dapat diakibatkan karies, prosedur operatif,
bahan restoratif, abrasi, erosi, atau trauma. Dentin reparatif ditumpuk pada
daerah yang dipengaruhi dengan rata-rata kecepatan yang meningkat dengan
rata-rata 1,5 m tiap hari. Kecepatan, kualitas, dan kuantitas dentin reparatif
yang ditumpuk tergantung dari keparahan dan lamanya injuri pada odontoblas
dan biasanya dihasilkan oleh odontoblas pengganti.
Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada odontoblas untuk periode waktu
yang panajang, seperti abrasi, dentin reparatif mungkin ditumpuk pada suatu
kecepatan lambat. Jaringan ini ditandai oleh tubuli yang agak tidak teratur.
Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan mendadak lain
akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan
lebih tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu
rangsangan mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan
tubuli yang lebih sedikit dan lebih tidak teratur. Bila odontoblas terkena injuri
yang tidak dapat diperbaharui, odontoblas yang hancur akan meninggalkan
tubuli kosong, yang disebut dead tract kecuali kalau pulpa terlalu atrofik. Karena
dentin reparatif mempunyai lebih sedikit tubuli, meskipun kurang bermineral,
dentin reparatif mampu berfungsi sebagai lapisan yang akan merintangi
masuknya produk atau zat yang membahayakan ke dalam pulpa. Bila karies
berkembang dan bila lebih banyak odontoblast terkena injuri yang tidak dapat di
perbaiki, lapisan dentin reparatif akan menjadi lebih lebih atubular dan dapat
mempunyai inklusi ( inclusion) sel, yaitu odontoblast yang terjebak. Inklusi
selular tidak umum pada gigi manusia. Pada penghilangan karies, sel mesenkim
daerah kaya sel akan berkembang menjadi odontoblast untuk mengganti yang
mengalami nekrosis. Odontoblast yang baru terbentuk ini dapat menghasilkan
dentin yang teratur atau suatu dentin amorfus, pengapurannya jelek dan
permebel. Daerah demarkasi antara dentin sekunder dan dentin reparatif disebut
garis kalsiotraumatik.
Sepanjang hidup dentin akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, termasuk
keausan normal, karies, prosedur operatif, dan restorasi. Perubahan ini seringkali
menyebabkan timbulnya respons protektif melalui terdepositnya dentin reparatif,
tetapi pembentukan dentin ini akan terbatas pada tubulus yang berkaitan
dengan daerah iritasi. Komposisi dentin reparatif dan dentin sekunder adalah
sama, dan keduanya hanya berbeda pada lokasi deposisinya.
Bila gangguan lingkungan cukup kuat, odontoblas dan prosesus tubularnya akan
mati, sehingga tubulus akan menjadi kosong. Bila terjadi pengumpulan tubulus-
tubulus yang kosong, tubulus akan kelihatan gelap pada gambaran mikroskopis
dan disebut sebagai saluran yang mati. Ujung pulpa dari tubulus biasanya
tertutup oleh dentin reparatif, dan setelah waktu tertentu tubulus akan
terkalsifikasi dan pola tubular pada dentin yang terpotong akan tersumbat.
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut tubulus yang mengalami kalsifikasi
adalah dentin sklerotik.
Pertahanan terhadap karies yeng dalam berlanjut terjadi dalam bentuk dentin
reparatif yang terdeposit dalam kamar pulpa dan tubulus dentin. Jika proses
karies melebihi kecepatan dari respons pulpa, dasar dentin keras tidak akan
terbentuk. Atau jika kondisi ini parah, dentin lunak berhubungan langsung
dengan pulpa itu sendiri.
Gigi dengan kavitas yang dalam pada ekskavasi dari dentin yang nekrosis, akan
menunjukkan daerah dentin yang mengalami dekalsifikasi (tebal 0,5 mm) dan
lunak, tetapi tetap utuh. Jika lapisan dentin semi-solid ini disingkirkan dan bila
pulpa berhasil menahan serangan proses karies yang hebat, biasanya akan
dijumpai selapis dentin yang keras dengan permukaan licin dan mengkilap.
Meskipun demikian, semua karies dentin yang berbatasan dengan pulpa tidak
harus disingkirkan.
Penuaan Gigi
Gigi menjadi tua, sesuai dengan meningkatnya umur seseorang. Tanda yang
paling nyarta dari adanya proses penuaan adalah menurunnya aktivitas sistem
penghantaran cairan karena terbentuknya dentin reparatif. Keadaan ini
kelihatannya berlangsung dengan adanya iritasi dan termanifestasi berupa
deposisi dentin reparatif, pada kamar pulpa dan di dalam tubulus dentin yang
bersangkutan.
Tanda-tanda klinis dari dentin reparatif bisa dilihat dengan mengekskavasi dentin
yang karies menggunakan bur bulat yang berkecepatan rendah. Tanpa anastesi,
akan menarik bahwa respons pasien terhadap rasa sakit di bagian tengah
kavitas lebih sedikit daripada di daerah perifer lesi, khususnya pada daerah yang
akan dibuat alur (groove) retentif. Berdasarkan penjelasan di atas, kelihatannya
bagian tengah dari kavitas adalah tempat yang sering teriritasi sehingga pada
daerah ini telah terbentuk dentin reparatif yang lebih besar dibandingkan
dengan bagian pinggirnya. Pada rangsangan panas dan dingin tidak dirasakan
pasien, diperkirakan disebabkan oleh adanya dentin reparatif pada tubulus dan
kamar pulpa.
BAB IV
KESIMPULAN
Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan
untuk perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang
akan merangsang pembentukan dentin reparative
Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp Capping
Indikasi
Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa
tetapi tidak mengenai pulpa.
Pulpa masih vital.
Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.
Kontra Indikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.
Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp Capping
Indikasi
Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak
lebih dari 1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.
Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies
dan lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.
Pulpa masih vital.
Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong
oleh bur pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun
kontaminasi saliva.
Kontraindikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.
Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki
jaringan pulpa.
Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.
Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.
Prosedur perawatan pulp capping adalah sebagai berikut :
Kunjungan I
1. Asepsis
2. Pembersihan jaringan karies
3. Membersihkan permukaan preparasi
4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas
5. Melapisi subbase dengan base
6. Penumpatan sementaraa
7. Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan
dengan tumpatan tetap sesuai dengan lesi kariesnya
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa
sakit, serta reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan
pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan
objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya
jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya
pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya
keluhan, misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala
lain yang tidak diinginkan. Kemudian pada pemeriksaan objektif dengan
radiografi dilihat adanya gambaran radiolusen yang menunjukkan gumpalan
darah atau terjadinya resorpsi internal. Kegagalan pada pulp Capping indirect
adalah terjadinya perforasi akar sehingga nantinya perawatan yang semula pulp
capping indirect beralih menjadi direct pulp capping.
Alat alat yang digunakan dalam Pulp Caping: bur bulat, ekscavator, hachet
email atau pahat, pinset berkerat, plastis filling instrument, alat pengaduk
semen, stopper cement.
Bahan - bahan yang digunakan dalam Pulp Caping
Semen zinc oxide eugenol terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan
cairan eugenol, kemudian diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan
konsistensi pasta
Beberapa sifat semen zinc oxide eugenol adalah sifat fisis, sifat biologis, sifat
mekanis, dan sifat kimia
Kalsium Hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun
kalsium hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan
champorated para chlorophenol, metakresil asetat, metal selulosa, garam
normal, atau hanya dengan air murni
Beberapa sifat kalsium hidroksida adlaah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis,
dan sifat kimia
Perbedaan Prosedur Pulp Caping Direct dan Indirect
Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect
5. Seluruh dentin karies dihilangkan
6. Pulpa terbuka
7. Perawatannya hanya satu kali kunjungan
8. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 5. Hanya dentin tepi yang karies
disingkirkan
6. Pulpa tidak terbuka
7. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan
8. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)