Anda di halaman 1dari 11

1.

Macam dentin tersier dan erbedaannya


2. Mekanisme pembentukan masing masing dentin tersier dan waktu pembentukannya
3. Pemeriksaan apa saja saat kontrol pulp capping
4. Kriteria pulp cappng gagal atau berhasil
PAPER KONSERVASI
Pulp Capping
DPJP: Fani Pangabdian, drg., Sp. KG

Disusun Oleh:
Ela Amelia (20190720050)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2020
DENTIN
Berdasarkan proses pembentukannya, dentin dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
dentin primer, dentin sekunder dan dentin tersier.
Dentin primer dan dentin sekunder merupakan dentin fisiologis. Dentin primer dibentuk
selama proses pembentukan gigi, sedangkan dentin sekunder dibentuk perlahan sepanjang hidup
selama pulpa masih vital sehingga akan mengurangi ukuran kamar pulpa seiring dengan
bertambahnya usia.
Dentin tersier dibentuk karena adanya reaksi pertahanan terhadap stimuli noksius seperti
invasi bakteri dan produk-produknya. Dentin tersier terletak diantara dentin sekunder dan pulpa.
Dentin tersier ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: dentin reaksioner dan dentin
reparatif.
 Dentin reaksioner didefinisikan sebagai dentin tersier yang dihasilkan oleh sel odontoblas
yang bertahan sebagai respon terhadap stimulus yang ringan.
 Dentin reparatif merupakan dentin tersier yang dihasilkan oleh odontoblast like cells sebagai
respon terhadap stimuli yang kuat.
POSEDUR PERLINDUNGAN PULPA
Pulpa Membutuhkan Perlindungan Terhadap Berbagai Iritan sebagai Berikut:
a) Perlindungan termal terhadap perubahan suhu
b) Perlindungan listrik terhadap arus galvanik
c) Perlindungan mekanis selama berbagai prosedur restoratif
d) Perlindungan kimiawi dari komponen toksik
e) Perlindungan dari kebocoran mikro antara gigi dan restorasi.
 Pelindung Pulpa pada Lesi Karies Dangkal dan Moderat
pada lesi karies moderat, karies berpenetrasi sampai ke email dan dapat melibatkan setengah
dentin, tetapi tidak sampai membahayakan dentin. Pada kasus seperti ini, perlindungan pulpa
dilakukan dengan mengaplikasikan pelapis (liner) pada dinding aksial dan/atau dinding
pulpa. Kemudian aplikasikan basis di atas pelapis tersebut. Setelah material basis mengeras,
lakukan restorasi akhir (Gambar 14.8).
 Pelindung Pulpa pada Lesi Karies Dalam
Pada lesi karies dalam, karies dapat berada sangat dekat dengan pulpa atau berada di atas
pulpa sehingga perawatan lesi karies seperti ini memerlukan kewaspadaan akan timbulnya
respons pulpa pascatindakan. Berdasarkan kondisi ini, metode berikut dapat dilakukan untuk
melindungi pulpa:
Indirect pulp capping
Indirect pulp capping adalah prosedur yang dilakukan pada gigi dengan lesi karies dalam
yang dekat dengan pulpa (Gbr. 14.9).

Dalam prosedur ini, semua karies dentin yang terinfeksi dibuang meninggalkan karies dentin
yang lunak di dekat pulpa. Karies di dekat pulpa dibiarkan pada tempatnya untuk mencegah
terbukanya pulpa dan preparasi ditutup dengan bahan yang biokompatibel.
Indikasi:
 Lesi karies dalam di dekat jaringan pulpa tetapi tidak melibatkan pulpa
 Tidak ada mobilitas (kegoyangan) gigi
 Tidak ada riwayat sakit gigi spontan
 Tidak ada nyeri pada saat perkusi
 Tidak ada gambaran pulpa yang patologis pada radiograf
 Tidak ada resorpsi akar atau penyakit radikuler yang ditemukan secara radiografik.
Kontraindikasi
 Adanya paparan pulpa (pulpa terbuka)
 Terlihat secara radiografi adanya patologis pulpa
 Riwayat sakit gigi spontan
 Gigi sensitif terhadap perkusi
 Terdapat mobilitas
 Terdapat resorpsi akar atau penyakit radikuler secara radiografik
Prosedur klinis:
1. Isolasi gigi dengan matriks jika kareis luas
2. Anestesi gigi
3. Gunakan rubber dam untuk mengisolasi gigi
4. buang karies lunak baik dengan spoon excavator atau round bur
5. Lapisan tipis dentin dan sejumlah karies tersisa dibiarkan untuk menghindari
terbukanya pulpa
6. Letakkan pasta kalsium hidroksida pada gigi yang terbuka
7. Lapisi kalsium hidroksida dengan basis zincoxide eugenol (Gbr. 14.10)
8. Jika diperlukan restorasi jangka Panjang, maka pilihan restorasinya adalah amalgam
9. Gigi harus dievaluasi setelah 6 sampai 8 minggu
10. Setelah 2 sampai 3 bulan, keluarkan semen dan evaluasi preparasi gigi.
Jika karena remineralisasi dan / atau pembentukan dentin sekunder, dentin lunak
menjadi keras, kemudian buang sisa-sisa debris lunak dan terakhir berikan semen
basis ptotektif dan aplikasikan bahan restorasi permanen.
Keberhasilan pulp capping indirect tergantung pada: usia pasien, ukuran eksposur,
prosedur restoratif dan vitalitas pulpa.
Pada pasien muda, potensi keberhasilan lebih karena volume jaringan pulpa yang
besar dan vaskularisasi yang melimpah.
Kriteria keberhasilan klinis setelah prosedur kaping pulpa indirek (Rizqilayli dan Sofiani,
2010)
 Pasien asimtomatik
 Tidak ada bukti radiografis yang menunjukkan perubahan pathosis
 Gigi pasien dapat berfungsi baik
 Jaringan lunak dalam batas normal
 Perkembangan normal radikuler struktur gigi
 tidak adanya nyeri spontan dan atau sensitivitas pada gigi, tidak ada fistula, edema,
dan atau pergerakan gigi yang abnormal
Kegagalan selama perawatan dapat terlihat secara klinis dan radiografi seperti adanya
rasa nyeri sesudah perawatan, bengkak, adanya abses, kegoyahan abnormal, dan resorpsi
akar internal/eksternal
Direct Pulp Capping
Prosedur Direct Pulp Capping melibatkan penempatan bahan yang biokompatibel di atas
pulpa yang terbuka untuk mempertahankan vitalitas dan mempercepat penyembuhan. Ketika
pulpa terbuka secara mekanis selama preparasi gigi atau setelah trauma, aplikasikan basis
protektif yang tepat hingga berkontak dengan jaringan pulpa yang terbuka untuk
mempertahankan vitalitas jaringan pulpa yang tersisa (Gbr. 14.11).

Indikasi:
 Terbukanya pulpa dengan ukuran kecil secara mekanis pada pulpa selama : preparasi
gigi,Cedera traumatis.
 Tidak ada atau sedikit perdarahan di daerah pulpa yang terbuka
Kontraindikasi
 Ukuran pulpa yang terbuka luas
 Adanya patologis pulpa pada radiografik
 Riwayat nyeri spontan
 Adanya perdarahan di daerah pulpa yang terbuka
Prosedur klinis:
1. Berikan anestesi local
2. Isolasi gigi dengan rubber dam
3. Jika pulpa vital dan sehat terbuka, periksa perdarahan segar di lokasi pulpa yang
terbuka
4. Bersihkan area dengan air terdistilasi atau cairan salin lalu keringkan dengan cotton
pellet
5. Oleskan kalsium hidroksida (sebaiknya Dycal) di atas area yang terbuka
6. Berikan restorasi sementara seperti zinc oxide eugenol selama 6 hingga 8 minggu
7. Setelah 2 hingga 3 bulan, angkat semen dengan sangat hati-hati untuk memeriksa lokasi
yang terbuka. Jika pembentukan dentin sekunder terjadi di atas lokasi yang terbuka,
lakukan restorasi permanen dengan basis semen pelindung dan bahan restoratif. Jika
tidak ada prognosis yang menguntungkan, lakukan pulpotomi atau pulpektomi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pulp capping direct:


1. Usia pasien: Karena vaskularisasi pulpa, pasien muda memiliki potensi sukses yang
lebih besar daripada yang lebih tua.
2. Jenis paparan: Paparan pulpa yang dilakukan secara mekanis memiliki prognosis yang
lebih baik daripada paparan yang disebabkan oleh karies, karena inflamasi pulpa yang
lebih sedikit dan efek merusak dari toksin bakteri pada pulpa.
3. Ukuran eksposur: Dalam eksposur besar, sulit untuk mengontrol perdarahan dan
rembesan jaringan. Eksposur kecil yang tepat mudah dikelola dan memiliki potensi
sukses yang lebih besar.
4. Riwayat nyeri: Jika sebelumnya nyeri tidak terjadi pada gigi, potensi suksesnya lebih
besar.
Kriteria keberhasilan kaping pulpa direct secara klinis:
Pulpa tetap vital, Tidak ada rasa sakit, Sensitifitas terhadap rangsang dingin atau panas
minimal.
Kriteria kegagalan setelah kaping pulpa direct:
a) Inflamasi pulpa kronik: tidak ada efek penyembuhan pulpa sehingga pada keadaan
tersebut
harus dilakukan pulpektomi penuh.
b) Gumpalan darah pada ekstra pulpa: harus ada pencegahan gumpalan darah berkontak
dengan pulpa yang sehat dan bahan restorasi agar proses penyembuhan luka tetap
berlangsung.
c) Kegagalan restorasi: jika restorasi tidak mampu menghalang kontaminasi bakteri maka
dapat meningkatkan kegagalan perawatan (Rizqilayli dan Sofiani, 2010)
MEKANISME PERTAHANAN PULPA
Tubular Sclerosis
Dentin peritubular menjadi lebih lebar, secara bertahap mengisi tubulus dengan bahan
kalsifikasi. Area ini menjadi lebih keras, lebih padat, kurang sensitif, dan lebih protektif terhadap
pulpa pada iritasi yang akan terjadi
Smear layer
Smear layer adalah lapisan yang dihasilkan secara iatrogenik yang menurunkan
sensitivitas dan permeabilitas tubulus dentin.
Pembentukan dentin reparative
 Healthy Reparative Reaction
Diikuti oleh dentin sekunder normal yang mengandung tubulus dentin. Tubulus dentin
sekunder sedikit berbeda dari tubulus dentin primer. Reaksi reparatif yang sehat terjadi tanpa
adanya gangguan pada jaringan pulpa.
 Unhealthy Reparative Reaction
Respon ini dimulai dengan degenerasi odontoblas. diikuti dengan pembentukan death tract di
dalam dentin dan penghentian pembentukan dentin sekunder. Respon reparatif yang tidak
sehat disertai dengan perubahan patologis dan klinis ringan dari jaringan pulpa reversible
yang menghasilkan pembentukan dentin tersier tipe ireguler. Pembentukan dentin tersier
dianggap sebagai fungsi dari jaringan pulpa. Namun, dentin tersier memiliki keterbatasan
tertentu. Dentin tersier tidak sepenuhnya seperti barrier kalsifikasi. Selain itu, pembentukan
dentin tersier yang cepat menyebabkan terisinya sebagian ruang pulpa dengan jaringan dan
bukan dengan substansi yang secara normal menyebabkan perbaikan, metabolisme, dan
persyarafan. Jadi dentin tersier disebut sebagai “membuat pulpa menjadi tua” (to age the
pulp), mengurangi kapasitasnya dalam pertahanan iritan yang masih akan terjadi, secara
klinis hal ini sangat penting karena jika reaksi ini terjadi sebagai akibat proses karies,
restorasi pada gigi ini tidak memuaskan, seperti yang dialami oleh organ periodontium.
 Reaksi destriuktif
adalah respons pulpa yang paling tidak baik terhadap iritasi. dimulai dengan hilangnya
odontoblas dan lapisan pelindung terluar pulpa yang pada akhirnya melibatkan jaringan
pulpa, melebihi kapasitas reparatifnya. Reaksi jaringan yang dihasilkan adalah inflamasi,
yang dapat berkembang menjadi pembentukan abses, inflamasi kronis dan akhirnya, nekrosis
pulpa. Pada kasus lain, jaringan pulpa tidak dapat pulih dari perubahan patologis sehingga
pilihannya adalah pengambilan jaringan pulpa atau mungkin seluruh gigi.

KONTROL
tes vitalitas, tes palpasi, tes perkusi dan radiografi harus dilakukan selama 3 minggu; 3, 6 dan 12
bulan; dan setiap dua belas bulan berikutnya. Perkembangan Lanjutan dari akar yang immature
dievaluasi selama pemeriksaan radiografi berkala.

PENCEGAHAN KERUSAKAN PULPA AKIBAT PROSEDUR OPERATIF


menjaga integritas pulpa, dokter gigi harus mengobservasi kewaspadaan tertentu selama
melakukan perawatan:
 Jangan menggunakan kekuatan yang berlebihan ketika insersi restorasi
 Pilihlah material restorasi secara hati-hati dengan mempertimbangkan sifat-sifat fisik dan
biologis dari material tersebut,
 Hindari terjadinya panas yang berlebihan ketika me lakukan pemolesan
 Hindari penggunaan bahan kimia yang iritatif pada gigi yang baru dibur
 Gunakan varnis atau basis sebelum memasukkan restorasi (Tabel 14.1)
 pasien harus diminta kontrol secara berkala untuk evaluasi status pulpa.
Daftar Pustaka
1. Fajriyani Rizqilayli dan Erma Sofiani. 2010. Clinical Evaluation Of Success Indirect Pulp
Capping With Calcium Hydroxide Material Type Of Hard Setting At The Dental Hospital
Muhammadiyah University Of Yogyakarta. Conservative Dentistry, 16 (1). Pp: 83
2. Garg Nisha and Amit Garg, 2010. Textbook of Endodontics. 2nd Edition. India: Jaypee
Brothers Medical Publisher, pp 415.
3. Garg Nisha and Amit Garg, 2015. Textbook of OPERATIVE DENTISTRY. 3 nd Edition.
India: Jaypee Brothers Medical Publisher, pp 213-222

Anda mungkin juga menyukai