Disusun Oleh:
Ela Amelia (20190720050)
Dalam prosedur ini, semua karies dentin yang terinfeksi dibuang meninggalkan karies dentin
yang lunak di dekat pulpa. Karies di dekat pulpa dibiarkan pada tempatnya untuk mencegah
terbukanya pulpa dan preparasi ditutup dengan bahan yang biokompatibel.
Indikasi:
Lesi karies dalam di dekat jaringan pulpa tetapi tidak melibatkan pulpa
Tidak ada mobilitas (kegoyangan) gigi
Tidak ada riwayat sakit gigi spontan
Tidak ada nyeri pada saat perkusi
Tidak ada gambaran pulpa yang patologis pada radiograf
Tidak ada resorpsi akar atau penyakit radikuler yang ditemukan secara radiografik.
Kontraindikasi
Adanya paparan pulpa (pulpa terbuka)
Terlihat secara radiografi adanya patologis pulpa
Riwayat sakit gigi spontan
Gigi sensitif terhadap perkusi
Terdapat mobilitas
Terdapat resorpsi akar atau penyakit radikuler secara radiografik
Prosedur klinis:
1. Isolasi gigi dengan matriks jika kareis luas
2. Anestesi gigi
3. Gunakan rubber dam untuk mengisolasi gigi
4. buang karies lunak baik dengan spoon excavator atau round bur
5. Lapisan tipis dentin dan sejumlah karies tersisa dibiarkan untuk menghindari
terbukanya pulpa
6. Letakkan pasta kalsium hidroksida pada gigi yang terbuka
7. Lapisi kalsium hidroksida dengan basis zincoxide eugenol (Gbr. 14.10)
8. Jika diperlukan restorasi jangka Panjang, maka pilihan restorasinya adalah amalgam
9. Gigi harus dievaluasi setelah 6 sampai 8 minggu
10. Setelah 2 sampai 3 bulan, keluarkan semen dan evaluasi preparasi gigi.
Jika karena remineralisasi dan / atau pembentukan dentin sekunder, dentin lunak
menjadi keras, kemudian buang sisa-sisa debris lunak dan terakhir berikan semen
basis ptotektif dan aplikasikan bahan restorasi permanen.
Keberhasilan pulp capping indirect tergantung pada: usia pasien, ukuran eksposur,
prosedur restoratif dan vitalitas pulpa.
Pada pasien muda, potensi keberhasilan lebih karena volume jaringan pulpa yang
besar dan vaskularisasi yang melimpah.
Kriteria keberhasilan klinis setelah prosedur kaping pulpa indirek (Rizqilayli dan Sofiani,
2010)
Pasien asimtomatik
Tidak ada bukti radiografis yang menunjukkan perubahan pathosis
Gigi pasien dapat berfungsi baik
Jaringan lunak dalam batas normal
Perkembangan normal radikuler struktur gigi
tidak adanya nyeri spontan dan atau sensitivitas pada gigi, tidak ada fistula, edema,
dan atau pergerakan gigi yang abnormal
Kegagalan selama perawatan dapat terlihat secara klinis dan radiografi seperti adanya
rasa nyeri sesudah perawatan, bengkak, adanya abses, kegoyahan abnormal, dan resorpsi
akar internal/eksternal
Direct Pulp Capping
Prosedur Direct Pulp Capping melibatkan penempatan bahan yang biokompatibel di atas
pulpa yang terbuka untuk mempertahankan vitalitas dan mempercepat penyembuhan. Ketika
pulpa terbuka secara mekanis selama preparasi gigi atau setelah trauma, aplikasikan basis
protektif yang tepat hingga berkontak dengan jaringan pulpa yang terbuka untuk
mempertahankan vitalitas jaringan pulpa yang tersisa (Gbr. 14.11).
Indikasi:
Terbukanya pulpa dengan ukuran kecil secara mekanis pada pulpa selama : preparasi
gigi,Cedera traumatis.
Tidak ada atau sedikit perdarahan di daerah pulpa yang terbuka
Kontraindikasi
Ukuran pulpa yang terbuka luas
Adanya patologis pulpa pada radiografik
Riwayat nyeri spontan
Adanya perdarahan di daerah pulpa yang terbuka
Prosedur klinis:
1. Berikan anestesi local
2. Isolasi gigi dengan rubber dam
3. Jika pulpa vital dan sehat terbuka, periksa perdarahan segar di lokasi pulpa yang
terbuka
4. Bersihkan area dengan air terdistilasi atau cairan salin lalu keringkan dengan cotton
pellet
5. Oleskan kalsium hidroksida (sebaiknya Dycal) di atas area yang terbuka
6. Berikan restorasi sementara seperti zinc oxide eugenol selama 6 hingga 8 minggu
7. Setelah 2 hingga 3 bulan, angkat semen dengan sangat hati-hati untuk memeriksa lokasi
yang terbuka. Jika pembentukan dentin sekunder terjadi di atas lokasi yang terbuka,
lakukan restorasi permanen dengan basis semen pelindung dan bahan restoratif. Jika
tidak ada prognosis yang menguntungkan, lakukan pulpotomi atau pulpektomi.
KONTROL
tes vitalitas, tes palpasi, tes perkusi dan radiografi harus dilakukan selama 3 minggu; 3, 6 dan 12
bulan; dan setiap dua belas bulan berikutnya. Perkembangan Lanjutan dari akar yang immature
dievaluasi selama pemeriksaan radiografi berkala.