Anda di halaman 1dari 12

Kualiah 3 dan 4 Pulp Capping dan : Pulpotomy

Soal ppt

1. Bagaimana mekanisme pulpa menangani radang


(mengacu pada fungsi pulpa)? (Gabriela),bunga
Jawaban :

Inflamasi jaringan pulpa gigi merupakan sebuah proses kompleks yang


melibatkan reaksi neuro dan vaskuler yang merupakan komponen kunci dari
fenomena neurogenik dan bisa menyebabkan nekrosis pulpa. Penyebab paling
umum inflamasi dalam pulpa yaitu bakteri. Bakteri dapat masuk ke dalam
pulpa melalui tubuli dentin yang terbuka, baik dari karies maupun terbukanya
pulpa karena trauma, adanya kebocoran pada restorasi, dari perluasan infeksi
pada gingiva atau melalui peredaran darah. Apabila ada kerusakan enamel dan
dentin karena proses karies atau fraktur mahkota sampai ke bagian dentin
maka bakteri beserta toksinnya akan masuk ke dalam ruang pulpa baik melalui
tubulus dentin atau melalui perforasi atap pulpa sehingga akan terjadi suatu
proses inflamasi atau infeksi pada jaringan pulpa, dan mekanisme respons
imun ini sama seperti pada jaringan tubuh lain yang mengalami inflamasi.
Selain iritasi oleh bakteri, jaringan pulpa atau periradikuler dapat pula
mengalami iritasi mekanik. Preparasi kavitas yang dalam, pembuangan
struktur gigi tanpa pendingin merupakan iritan mekanik dan suhu yang
berperan terhadap jaringan pulpa. Jika tindakan kewaspadaan diabaikan,
preparasi kavitas atau mahkota akan merusak odontoblas. Makin dekat ke
pulpa, jumlah tubulus per unit permukaan serta diameternya akan makin
meningkat. Akibatnya, permeabilitas dentin akan lebih besar di daerah yang
lebih dekat ke pulpa. Oleh karena itu, jika lebih banyak dentin terbuang,
potensi iritasi pulpa makin besar pula. Inflamasi pulpa secara klinis dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu pulpitis reversibel dan pulpitis ireversibel.
Pulpitis merupakan respon positif yang sangat diperlukan untuk kembali pada
keadaan sebelum dan sesudah trauma untuk memperbaiki diri. Respon
inflamasi pulpa sangat tergantung pada pembuluh darah dan cairan yang
beredar dalam pembuluh darah. Apabila tubuh berhasil mempertahankan
kondisi homeostasis dan pengaruh yang merugikan, akan terjadi perbaikan
jaringan yang rusak. Keadaan ini dikenal sebagai pulpitis reversibel. Jika iritan
atau bakteri berjalan terus dan intensitasnya meningkat, maka akan terjadi
inflamasi pulpa yang parah atau dikenal sebagai pulpitis ireversibel yang
kemudian dapat menyebabkan kematian jaringan pulpa dan dapat berlanjut
pada inflamasi di daerah periapikal. Pulpitis reversibel adalah suatu radang
pulpa pada tingkat ringan sampai sedang, yang disebabkan oleh suatu
rangsangan dan sistem pertahanan jaringan pulpa masih mampu
mengatasinya, dan dapat sembuh kembali bila rangsangan dihilangkan. Gejala
pada pulpitis reversibel ditandai oleh rasa sakit yang tajam namun sebentar
saat adanya rangsangan misalnya pada saat makan atau minum, namun rasa
sakit akan hilang apabila rangsangan dihilangkan. Pada pulpitis reversibel rasa
sakit tidak terjadi secara spontan. Pulpitis ireversibel dapat terjadi bila
rangsangan terhadap pulpa berlangsung lama dan merupakan perkembangan
lebih lanjut dari pulpitis reversibel. Rasa nyeri tidak mereda walaupun
penyebabnya dihilangkan. Keadaan ini disebabkan oleh bakteri atau toksin
pada proses karies yang mengakibatkan reaksi inflamasi.

Fungsi protektif, yaitu pulpa bertangung jawab terhadap stimulus


seperti rangsang panas, dingin, tekanan, maupun prosedur preparasi
dengan membentuk dentin sklerotik
Adanya rangsangan dari iritan menyebabkan pembuluh darah mengalami
vasodilatasi yang menyebabkan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah
meningkat. Respon vascular tersebut kemudian menginisiasi respon seluler
sehingga menyebabkan infiltrasi sel inflamasi. Infiltrasi del inflamasi terdiri dari
neutrophil, makrofag, limfosit, dan sel plasma. Pada fase awal yaitu dalam 24 jam
pertama, sel yang paling banyak bereaksi adalah sel neutrofil atau leukosit
polimorfonukleus (PMN). PMN berfungsi menelan (fagositosis) dan merusak
bakteri, kompleks imun dan debris yang berasal dari jaringan nekrotik. PMN yang
mati akan melepaskan enzim lisosom yang menyebabkan terjadinya lisis jaringan
pulpa. Hasil lisis pulpa ditambah debris PMN yang mati dan drainase yang tidak
lancar menyebabkan terjadinya mikroabses sehingga paisen akan merasakan nyeri
yang hebat sampai tidak bisa tidur.

Di daerah dekat nekrotik, jaringan pulpa dipenuhi oleh granulosit neutrofilik


yang memfagositosit bakteri. Kondisi ini menyebabkan disintegrasi jaringan pulpa
yang luas, proses ini meluas ke arah apikal. Sistem komplemen menjadi salah satu
mekanisme yang penting untuk dapat mengenali patogen dan meningkatkan
pertahanna yang efektif terhadap bakteri dan produk metabolitnya

(bunga)

2. Jelaskan dan gambarkan perbedaan pulpcapping direct,


indirect dan pulpotomy!
Endodontic Treatment, Retreatment, and Surgery, 2016, Patel

Pulp capping (direct dan indirect) dan pulpotomy merupakan prosedur


konservatif untuk menjaga pulpa yang diindikasikan untuk memastikan
pembentukan akar secara lengkap saat gigi masih vital.

Pulp capping direct: dibutuhkan saat telah terjadi pemaparan pulpa yang tidak
disengaja, keputusan untuk tidak melakukan pulpektomi didasari oleh asumpsi
pulpa radicular tetap vital dan hanya terjadi inflamasi yang superfisial yang
terbatas beberapa millimeter di lokasi pemaparan. Kesuksesan dari prosedur ini
tergantung pada berbagai isu seperti ukuran pemaparan pada pulpa, keberadaan
dentin chip yang terinfeksi, kontrol pendarahan, tipe material dan kualitas pulp
capping yang digunakan.

Pulp capping indirect: menyisakan lapisan dentin yang melapisi pulpa dan
menambahkan lapisan material lining dan coronal seal

Pulpotomy: dilakukan saat gigi masih vital. Pulpa pada corona diamputasi dan
pulpa radicular dibiarkan dan diberi lapisan pembatas menggunakan formocresol,
dan dipreservasi menggunakan agen hemostatic seperti ferric sulphate atau
larutan sodium hypochlorite. Kesuksesan dari prosedur ini ditentukan oleh hasil
dari coronal seal (akan memotong saluran nutrisi bagi mikroba dentin dan
mencegah terjadinya mikroleakege bacterial).

Direkomendasikan untuk emnggunakan restorasi yang adhesive atau crown


untuk dilakukan setelah setiap prosedur pulpa pada gigi primer.
(Muhammad Saiful Adhim/1802551022)
3. Gigi goyang merupakan salah satu kontra indikasi pulpotomy,
kenapa?

TEKNIK RESTORASI TUMPATAN AMALGAM, KOMPOSIT, DAN


GLASS IONOMER CEMENT
Learning Task
1. Sebutkan prinsip dasar preparasi kavitas! (James)
a. Outline form (bentuk perluasan)
Merupakan bentuk dan batas kavitas pada permukaan gigi.
b. Resistance form (bentuk resistensi)
Membentuk kavitas agar restorasi maupun ginguva sendiri tidak pecah atau tahan
terhadap tekanan pengunyahan. Untuk mencapai tersebut dinding pulpa dibuat rata
dantegak lurus pada bidang as gigi, dinding lateral harus tegak lurus pada dinding
pulpa. Dinding gingival juga harus rata dan tegak lurus pada dinding as gigi.
c. Retension form (bentuk retensi)
Membentuk kavitas agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah lepas.
d. Convenience Form
Bentuk kavitas yang memudahkan pemasukan atau insersi atau pemasangan bahan
restorasi.
e. Removing the Remaining of the Carious Dentin
Membuang jaringan karies yang masih tersisa
f. Finishing email wall and margin (penyelesaian dinding dan tepi email)
g. Toilet of Cavity
Membuang semua jaringan yang masih tertinggal, memeriksa, dan menghaluskan
dinding kavitas dengan kapas.
2. Apa yang membedakan tehnik preparasi amalgam, komposit, dan glass ionomer
cement?
3. Apa yang saudara ketahui tentang undercut? (Raras)
Jawaban:
Pada restorasi amalgam membutuhkan bentuk khusus yang disebut “undercut”.
undercut pada dinding dentin untuk menyediakan retensi pada restorasi. Namun, hal ini
dapat melibatkan pengangkatan struktur gigi yang sehat. Terlalu banyak undercutting
dapat merusak dan melemahkan gigi sehingga mengurangi resistensi di bawah kekuatan
gigitan yang mungkin menyebabkan fraktur dan gigi yang retak.
4. Dalam suatu restorasi terutama amalgam dan komposit, pentingkah pembuatan bevel?
Jelaskan!
5. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi ketepatan dan keberhasilan suatu restorasi?
(bunga)
- Teknik isolasi yang baik.
Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya keberhasilan restorasi
yang dilakukan. Isolasi yang baik akan memberikan wilayah kerja yang tepat, tanpa
mengganggu daerah gigi tetangga, dan memberikan batas yang baik agar daerah
yang dipreparasi tidak terkontaminasi dengan saliva.
- Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan yang melibatkan
posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa digunakan untuk restorasi kavitas
di bagian anterior dipakai untuk restorasi kavitas posterior, maka, tentunya bahan
tersebut tidak akan mampu menahan beban mastikasi di bagian posterior dan
sebaliknya.
- Design kavitas yang sesuai
Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi retensi, resistensi,
convenience, dan ekstension for prevention. Apabila keempat hal tersebut
terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali timbul, dan daya tahan restorasi akan
menjadi semakin lama.
- Teknik manipulasi bahan restorasi plasti
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan, dengan
berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti dengan baik, maka akan
berpengaruh terhadap kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya, dan dikhawatirkan
akan menyebabkan mikroporositas yang menjadi penyebab karies sekunder.
Pengetahuan akan teknik manipulasi beserta cara pengaplikasian bahan menjadi
syarat utama dalam keberhasilan restorasi yang dilakukan.
- Proses polishing
Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan sempurna tiap-tiap
bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5 menit, namun polishing pada
amalgam tidak boleh dilakukan sebelum tumpatan mencapai ± 24 jam karena reaksi
pengerasan amalgam terjadi secara sempurna setelah 24 jam atau lebih, apabila
polishing dilakukan kurang dari 24 jam maka akan mempengaruhi kekuatan
amalgam. Kekuatan amalgam akan turun dan ketika dilakukan polishing
kemungkinan bisa pecah.
- Teknik finishing
Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam sedangkan stone
putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau komposit. Apabila tidak
dilakukan finishing maka permukaan amalgam menjadi kasar sehingga adanya
penumpukan makanan dan menyebabkan suasana asam yang dapat menyebabkan
karies sekunder pada gigi sekitar tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada
permukaan dan tidak merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang
dapat berpenetrasi ke dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).
- Kontrol terhadap kelembapan
Penggunaan rubber dam yang ditempatkan dengan benar selama penempatan
material komposit sangat ideal. Penggunaan rubber dam selama penempatan
material mendukung keberhasilan restorasi. Selain itu juga mengurangi fraktur pada
material. Bonding yang lembab cocok untuk hampir semua sistem adhesif,
meskipun kondisi kelembapan yang optimal bergantung dari penggunaan sistem
adhesifnya (etch & rinse or self-etch) dan primernya (acetone or ethanol). Darah
dan saliva tidak mempengaruhi teknik bonding,
- Polimerization shrinkage
Komposit resin yang digunakan dalam kedokteran gigi restoratif menunjukkan nilai
penyusutan volumetrik dari kurang dari 1% hingga 6%, tergantung pada formulasi
dan kondisi curing. Hasil penyusutan ini dapat menjadikan bahan restoratif menjadi
menjauh dari tempat seharusnya, meninggalkan celah yang akhirnya mengarah ke
sensitivitas pasca operasi, perubahan warna di marginal, karies berulang, dan
akhirnya menyebabkan hilangnya restorasi. Metode yang berbeda telah disarankan
untuk mengatasi masalah ini, termasuk pelapisan bertahap, penempatan komposit
yang dapat mengalir sebagai pemutus stres, dan penggunan cahaya yang berbeda (
pulse atau ramp curing). Pendekatan terbaru adalah dengan pengembangan low-
shrinkage stress composites yang dapat diisi secara massal karena dapat
mengurangi shrinkage stress.

ATRAUMATIC RESTORATION TREATMENT

Learning Task
1. Pasien anak perempuan usia 4 tahun datang dengan orang tuanya ke dokter gigi dengan
keluhan makanan sering tersangkut di sela gigi dan terasa nyeri bisa anak mengkonsumsi
makanan atau minuman manis. Pada pemeriksaan klinis didapatkan gambaran :

Dari kondisi tersebut di atas, jelaskan :


a. Gigi mana yang bermasalah
b. Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan
c. Diagnosa masalah gigi tersebut
d. Terapi yang dipilih untuk menangani kasus tersebut
e. Prosedur pelaksanaan terapi yang dipilih
2. Seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun datang dengan keluhan gigi terasa nyeri sesaat
setiap pasien tersebut mengkonsumsi minuman dingin. Pada pemeriksaan klinis,
didapatkan gambaran :

Dari kondisi tersebut di atas, jelaskan :


a. Gigi mana yang bermasalah
b. Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan
c. Diagnosa masalah gigi tersebut (Raras)
Jawab:
Pulpitis Reversible, berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat karies pada pit dan fissure
d. Terapi yang dipilih untuk menangani kasus tersebut (bunga)
Preventive adhesive restoration atau pulp capping
e. Prosedur pelaksanaan terapi yang dipilih

FISSURE SEALANTS DAN PREVENTIVE RESIN RESTORATION


Learning Task
1. Sepasang suami istri membawa anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun ke dokter gigi
dengan keluhan rasa nyeri pada gigi belakang atas setiap habis minum es. Pada
pemeriksaan klinis, didapatkan gambaran seperti di bawah ini:
Dari kondisi tersebut di atas, jelaskan :
a. Gigi mana yang bermasalah
b. Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan
c. Diagnosa masalah gigi tersebut
d. Terapi yang dipilih untuk menangani kasus tersebut
e. Prosedur pelaksanaan terapi yang dipilih
2. Seorang anak perempuan berusia 11 tahun datang dengan orang tuanya dengan keluhan
makanan sering tersangkut di gigi geraham namun tidak ada rasa nyeri. Pada pemeriksaan
klinis tampak gambaran sebagai berikut :

Dari kondisi tersebut di atas, jelaskan :


a. Gigi mana yang bermasalah (bunga)
Gigi 46
b. Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan (bunga)
Melakukan anamnesis dengan:s
1. Pemeriksaan subjektif dengan menanyakan :
- Chief of complaint
- Present dental illnes yang meliputi skala sakit, durasi, intensitas, apakah rasa
sakit hilang jika stimulus dihilangkan
- Medical history, apakah pasien pernah melakukan perawatan gigi
sebelumnya. Apakah ada riwayat penyakit dan alergi obat
2. Pemeriksaan objektif
- Ekstraoral, bentuk wajah asimetris atau simetris, ada pembengkakan, atau
perubahan warna
- Intraoral dengan:
 Mencari daerah yang dikeluhkan
 Tes vitalitas dengan Tes termal, bisa dgn chlorethyl / guttap yg
dipanaskan; Cavity test, Alat yang digunakan bur tajam dengan cara
melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa
sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan
tidak vital jika tidak ada sakit
 Tes perkusi dan palpasi
- Pemeriksaan penunjang dengan radiografi untuk mengetahui daerah
periapical, perluasan karies, dan daerah dalam gigi yang tidak bisa dilihat
langsung dengan mata.
c. Diagnosa masalah gigi tersebut
d. Terapi yang dipilih untuk menangani kasus tersebut (Raras)
Jawab:
Fissure sealent berbasis resin
e. Prosedur pelaksanaan terapi yang dipilih (Raras)
Jawab:
Teknik Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin
1. Cleaning

2. Isolasi gigi menggunakan rubber dam atau cotton roll


3. Etching

 Aplikasi bahan etsa yaitu gel asam fosfat 37 % dengan disposable brush
4. Aplikasi bahan sealants
• Aplikasi light curing flowable resin composite menggunakan disposable mini
brush atau aplikator yang terdapat di dalam kemasan
5. Evaluasi permukaan oklusal

• Cek oklusi dengan articulating paper

3. Sepasang suami istri membawa anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun datang ke dokter
gigi dengan keluhan nyeri pada gigi bagian belakang bawah. Pada pemeriksaan klinis,
tampak gambaran sebagai berikut :

Selain itu tampak bahwa anak tersebut menderita rampant caries.

Dari kondisi tersebut di atas, jelaskan :


a. Gigi mana yang bermasalah
b. Pemeriksaan apa saja yang dibutuhkan
c. Diagnosa masalah gigi tersebut
d. Terapi yang dipilih untuk menangani kasus tersebut
e. Prosedur pelaksanaan terapi yang dipilih

Anda mungkin juga menyukai