Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan endodontik adalah bagian perawatan konservasi gigi yang
bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rahang supaya
tetap dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Fungsi utama gigi adalah
sebagai alat pengunyah, selain itu juga mempunyai fungsi estetik dan fonetik.
Hilangnya gigi karena pencabutan atau karena sebab yang lain akan
mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan, seperti contoh kemampuan
pengunyahannya menjadi lama dan makanan yang dimakan menjadi tidak halus.
Lalu, dapat juga mengganggu fungsi estetik dimana wajah dapat terlihat lebih tua
karena terjadi kehilangan gigi dan dapat mengganggu kemampuan fonetik
sehingga mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata tertentu. Sekalipun
gigi asli yang hilang dapat diganti dengan gigi geligi tiruan, tetapi fungsinya tidak
dapat menyamakan kemampuan gigi asli. Hal merugikan lainnya akibat kehilang
gigi adalah terjadinya resorbsi prosesus alveolaris yang dapat menyebabkan
masalah dalam rehabilitasi proses pengunyahan. WHO merekomendasikan bahwa
manusia seharusnya setidaknya memiliki sisa gigi asli sejumlah 20 buah (63%).1
Hasil pemantauan Depkes RI menunjukkan bahwa dari 13 jenis penyakit gigi
dan mulut, yang paling banyak diderita pasien yang datang berobat ke rumah sakit
pada tahun 1997 adalah penyakit pulpa dan jaringan periapikal (25,60%). 1
Demikian pula hasil analisis 5 jenis penyakit gigi dan mulut yang diderita
masyarakat yang datang berobat di Puskesmas pada tahun 1998 menunjukkan
bahwa penyakit gigi yang bersumber dari karies gigi yaitu penyakit pulpa dan
periapikal memiliki persentase tertinggi dibandingkan penyakit gigi dan mulut
lainnya (33%). Setelah itu diikuti dengan karies sebesar 16,9%. Sedangkan
penyakit kelainan jaringan mulut seperti gingivitis dan penyakit periodontal
sebesar 25,8% kasus. Kemudian, gangguan gigi dan jaringan lain 12,4% dan
penyakit rongga mulut, kelenjar ludah dan lainnya 11,8%. Data dari Rumah Sakit

dan Puskesmas ini memperlihatkan bahwa sebagian besar pasien yang datang
untuk berobat gigi ke Rumah Sakit dan Puskesmas di Indonesia memerlukan
perawatan jaringan pulpa dan periapikal gigi. Hal ini menunjukkan pentingnya
peran perawtan endodontik dalam program peningkatan kesehatan gigi.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies dan Penyakit Pulpa


Karies gigi merupakan satu diantara penyebab utama terjadinya penyakit
pulpa dan periapikal. Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi, ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi dan meluas ke pulpa.
Karies dapat terjadi karena adanya substrat, mikroorganisme, host dan waktu. Ke

empat elemen tersebut merupakan suatu mata rantai. Bila satu dari mata rantai
tersebut tidak ada, maka karies tidak akan terbentuk.3
B. Patogenesis Penyakit Pulpa
Pulpa gigi adalah jaringan yang mengisi ruang pulpa dan saluran akar. Pulpa
terdiri dari komponen sel seperti sel fibroblast, pluripotensial cell, histiosit,
dentinoblast, komponen interseluler seperti serat kolagen dan matriks substansi
dasar, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan syaraf. Pulpa gigi dan jaringan
periapikal terhubung melalui foramen apikal yaitu suatu lubang yang berada di
ujung akar. Adanya hubungan ini mengakibatkan penyakit pada jaringan pulpa
gigi jika tidak dirawat akan berlanjut menjadi penyakit jaringan periapikal.4,5
Patogenesis penyakit jaringan pulpa dan periapikal gigi merupakan kelanjutan
dari proses karies gigi. Jika gigi dengan karies superfisialis tidak dirawat, maka
kerusakan akan terus berlanjut dari email ke dentin. Biasanya seseorang baru
menyadari adanya kerusakan pada giginya apabila sudah timbul rasa nyeri. Nyeri
akan timbul apabila rangsangan mengenai ujung sel odontoblast di batas dentin
dengan email yang merupakan garis depan pertahanan jaringan pulpa. Apabila
rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin dapat berlanjut menjadi nyeri
pulpa.4,6
C. Klasifikasi Penyakit Pulpa
Jika dilihat dari perjalanan penyakitnya yang dimulai dari ringan sampai yang
paling parah, penyakit pulpa dapat dibagi menjadi: 4,5,7,8
1) Pulpitis reversibel: radang pulpa pada tingkat ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh suatu rangsangan, dimana sistem pertahanan
jaringan pulpa masih mampu untuk pulih kembali bila rangsangan
dihilangkan.
2) Pulpitis ireversibel: radang pulpa berat yang disebabkan oleh
rangsangan, dimana sistem pertahanan jaringan pulpa sudah tidak
dapat mengatasinya sehingga tidak dapat pulih kembali.

3) Nekrosis pulpa: kematian jaringan pulpa akibat pengaruh suatu


rangsangan dengan atau tanpa adanya invasi kuman.
Bila jaringan pulpa dapat menahan rangsangan yang masuk dan akan
menimbulkan kerusakan jaringan yang sedikit serta mampu untuk pulih kembali
maka keadaan perdangan pulpa ini diklasifikasikan sebagai pulpitis reversibel. 5
Pada proses berikutnya, jika kerusakan jaringan pulpa meluas sehingga
pemulihannya tidak dapat tercapai, maka ini disebut pulpitis ireversibel. 4 Jaringan
pulpa yang telah meradang tersebut mudah mengalami kerusakan secara
menyeluruh dan mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis atau mati. Pulpa yang
nekrosis untuk sementara mungkin tidak menimbulkan nyeri, namun menjadi
tempat kuman berkembang biak yang akhirnya menjadi sumber infeksi. Produk
infeksinya mudah menyebar ke jaringan sekitarnya. Bila menyebar ke jaringan
periapikal dapat terjadi periodontitis periapikal. Penyebaran kuman juga dapat
masuk ke organ tubuh lainnya seperti jantung, ginjal, otak dan lain sebagainya.
Keadaan ini disebut sebagai focal infection.6 Hal inilah yang kemudian menjadi
salah satu dasar alasan untuk dilakukannya perawatan endodontik.5

D. Pulpitis Ireversibel
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari
pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang
luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma
atau pergerakann gigi dalam perawatan ortodontik dapat pula meyebabkan pulpitis
ireversibel. Keadaan ini merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi
nekrosis.3
1. Gejala

Pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan


gejala ringan tetapi, pulpitis ireversibel juga dapat diasosiasikan dengan nyeri
spontan tanpa adanya rangsangan eksternal. Nyeri terjadi intermitten atau
terus-menerus, tajam, tumpul, setempat atau bahkan difus (menyebar) dan bisa
berlangsung hanya beberapa menit atau bahkan dalam hitungan jam.
Menetukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri periradikuler.3
Pada tes vitalitas thermal dengan panas, pulpitis ireversibel dapat
menghasilkan respon yang cepat, dan juga terkadang dengan tes vitalitas
dingin responnya tidak hilang dan akan berkepanjangan. Terkadang, pasien
dengan pulpitis ireversibel yang disertai nyeri bila dilakukan tes vitalitas
dingin akan meenyebabkan vasokonstriksi, menurunnya tekanan pulpa, yang
diikuti dengan meredanya nyeri. Walaupun telah banyak dijelaskan bahwa
pulpitis ireversibel mempunyai ambang rangsangan yang rendah terhadapa
stimulasi elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada
pulpa yang terinflamasi dan tidak terinflamsi adalah sama.3
2. Tes dan Perawatan

Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke
periapikal, respon gigi terhadap palpasi dan perkusi berada dalam batas
normal. Penjalaran inflamasi hingga mencapai ligamen periodonsium akan
megakibatkaan gigi sensitif terhadap tes perkusi dan nyeri akan lebih mudah
ditentukan lokasinya. Untuk gigi dengan tanda dan gejala pulpitis ireversibel,
indikasi perawatannya adalah perawatan saluran akar atau pencabutan.3
E. Perawatan Endodontik
Perawatan endodontik terdiri dari perawatan endodontik konvensional dan
endodontik bedah. Di dalam praktek, perawatan endodontik konvensional lebih
sering dilakukan (95%) daripada endodontik bedah. Perawatan endodontik bedah
pada umumnya dilakukan jika perawatan endodontik konvensional tidak berhasil.
Perawatan endodontik konvensional meliputi:7,8

1. Pulpcapping: perawatan gigi vital dengan ruang pulpa yang sudah


perforasi atau masih tertutup dentin tipis dan belum mengalami infeksi.
2. Pulpotomi: pengambilan jaringan pulpa dalam kamar pulpa dan
mempertahankan pulpa pada saluran akar dalam keadaan tetap vital.
3. Pulpektomi: pengambilan seluruh jaringan pulpa vital atau non vital di
kamar pulpa maupun di saluran akar.
Pemilihan jenis perawatan endodontik yang akan dilakukan harus berdasarkan
diagnosis peradangan pulpa dan periapikal yang cermat dan hati-hati melalui
pemeriksaan klinik, radiografi dan pemeriksaan mikroskopik jika diperlukan. 22
Pada kasus radang pulpa derajat ringan (pulpitis reversibel) dapat dilakukan
pulpcapping. Jika terjadi radang pulpa dengan derajat yang lebih berat (pulpitis
irreversibel) sampai matinya jaringan pulpa (nekrosis pulpa) tanpa/dengan disertai
radang periapikal (abses periapikal, granuloma periapikal, kista radikuler), pilihan
perawatannya adalah pulpotomi/pulpektomi, endodontik intrakanal, reseksi apeks
(endodontik bedah).7,9
Tidak semua gigi dapat dirawat endodontik. Apabila gigi rusak sedemikian
parah sehingga tidak mungkin untuk direstorasi atau terjadi kerusakan pada
jaringan penyangga gigi maka pilihannya adalah pencabutan, kemudian dibuatkan
gigi/geligi tiruan pengganti.27 Namun jika kondisi gigi dan jaringan penyangga
memungkinkan gigi untuk dipertahankan, vitalitas pulpa gigi dan seberapa jauh
vitalitas itu dapat dipertahankan menjadi faktor penentu pilihan jenis perawatan
endodontiknya.9

BAB III
PENATALAKSANAAN KASUS

Pasien pria 28 tahun datang ingin menambal gigi depan atas kirinnya karena
merasa tambalannya retak dan berubah warna sehingga mengganggu penampilan.
Gigi tersebut pernah sakit berdenyut secara tiba-tiba sekitar 1 bulan yang lalu, tapi
sekarang sudah tidak sakit lagi dan belum pernah dirawat sebelumnya.
Pada pemeriksaan intra oral ditemukan plak dan kalkulus di seluruh regio,
Plak di regio 1, 2, 3, 4. Kalkulus di regio 4. Gangren radiks pada gigi 17, 16, 26,
27, 35. Karies profunda pada gigi 12. Karies media pada gigi 47, 22, 25.
Tambalan komposit pada gigi 11, 21. Tambalan GIC pada gigi 37, 45. Tambalan

Amalgam di gigi 36 dan missing pada gigi 46. Tambalan pada gigi 21 terlihat
retak dan berubah warna.

Gambar 1: Odontogram

Gambar 2: Foto intra oral Rahang atas dan rahang


bawah

Gambar 3: Foto klinis gigi 21 dan Radiograf

Pada pemeriksaan subjektif gigi 21, ada rasa nyeri spontan, rasa sakit
berdenyut pada saat berbaring. Durasi sakit terjadi sampai satu hari. Pasien tida
merasa giginya panjang. Pada pemeriksaan objektif gigi 21, tampak karies sudah
mencapai pulpa. Pada tes vitalitas berupa sondasi, perkusi, palpasi, druksasi,

kegoyangan negatif. Sedangkan tes vitalitas berupa tes dingin dengan chlor ethyl
adalah positif. Dari pemeriksaan radiografi juga terlihat karies sudah mencapai
pulpa, keadaan akar baik dan tidak terlihat adanya fraktur dan tidak terlihat
adanya lesi periapikal.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosis dari gigi
tersebut adalah pulpitis ireversibel dengan rencana perawatan pulpketomi dengan
restorasi post core crown.
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan perawatan endodontik pulpektomi
vital pada gigi gigi 21 dengan diagnosis pulpitis ireversibel:
1. Kunjungan Pertama
a. Anamnesis dan Pemeriksaan objektif serta radiografi
b. Penentuan diagnosis dan prognosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan ekstra oral dan intraoral,
pemeriksaan radiografi, tes vitalitas, pemeriksaan subjektif maupun
objektif, maka didapat diagnosis berupa pulpitis ireversibel dengan
prognosis baik bila dilakukan perawatan pulpektomi dengan baik dan
benar.
c. Penanda tanganan informed consent
d. Persiapan alat dan bahan
e. Isolasi daerah kerja
f. Pembersihan kalkulus dan stain pada sub dan supragingiva
g. Anestesi lokal
h. Hilangkan jaringan karies dan email yang tidak didukung dentin
i. Preparasi ekstra koronal, pembukaan kamar pulpa dengan round bur
sampai tembus kamar pulpa.
j. Preparasi intra korona dengan endo-access bur untuk melebarkan
kamar pulpa sehingga tampak orifis dengan jelas, file dapat masuk
dengan mudah tanpa merusak dasar kamar pulpa
k. Ekstirpasi, yaitu pengambilan jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi

Gambar 4: Foto Ekstirpasi Pulpa

l. Irigasi dengan larutan NaOCL 2,5%

m. Pengukuran panjang kerja secara radiografis


Cara Grossman
PGS = PIS/PIR x PGR
PK = PGS-1
PGS = 19/19 x 21 = 21
PK = 21-1 = 20
Cara Ingle
PGS = PIS + (PGR PIR )
PK = PGS 1

Gambar 5: Foto Rontgen


pengukuran panjang kerja

PGS = 19 + ( 21 19 ) = 21
PK = 21-1 = 20

2. Kunjungan Kedua

10

a. Preparasi

saluran

akar,

cleaning

&

shaping

dengan

K-file

menggunakan teknik step back sampai mencapai master apical file


(MAF)

Preparasi 1/3 apikal saluran akar

Preparasi 2/3 korona

Menetukan IAF dan MAF


IAF

:8

MAF : 50
b.
b.
b.
b.
b.

Gambar 6: Foto perhitungan pengukuran panjang kerja

Irigasi dengan larutan irigan setiap pergantian alat

c. Penentuan guttapercha Master Point, dikonfirmasi dengan radiografi

Gambar 7: Foto Master point

d. Pengeringan Saluran akar dengan paper point

11

e. Sterilisasi saluran akar dengan Ca(OH)2, dan kontrol 1 minggu


kemudian
3. Kunjungan Ketiga
a. Pengecekan hasil disinfeksi
b. Obturasi

saluran

akar.

Pengisian

saluran

akar

menggunakan

guttapercha master point yang diulasi pasta sealer dengan metode


kondensasi lateral hingga padat

Gambar 8: Foto Obturasi Saluran Akar

c. Dilakukan kompaksi vertikal dengan bantuan finger plugger dan


semen stopper, sampai pengisian benar-benar padat
d. Pemotongan guttap dengan eskavator yang panas sampai batas orifis
(+/- 1-2 mm kearah apikal)

Gambar 9: pemotongan guttap dengan


ekskavator

12

e. pemberian base GIC, cotton pellet dan ditutup dengan tumpatan


sementara
4. Kunjungan Keempat
a. Kontrol setelah 1 minggu

Gambar 10: Kontrol setelah 1 minggu

BAB V
PEMBAHASAN
Penyakit jaringan pulpa dan periapikal gigi merupakan kelanjutan dari proses
karies gigi. Jika gigi dengan karies superfisialis tidak dirawat, maka kerusakan akan
terus berlanjut dari email ke dentin. Nyeri akan timbul apabila rangsangan mengenai
ujung sel odontoblast di batas dentin dengan email yang merupakan garis depan
pertahanan jaringan pulpa. Apabila rangsangan sudah mencapai pulpa, nyeri dentin
dapat berlanjut menjadi nyeri pulpa.4,6 Kerusakan jaringan pulpa meluas sehingga
pemulihannya tidak dapat tercapai, maka ini disebut pulpitis ireversibel. 4 Penyebaran
kuman juga dapat masuk ke organ tubuh lainnya seperti jantung, ginjal, otak dan lain
sebagainya. Keadaan ini disebut sebagai focal infection.6 Hal inilah yang kemudian
menjadi salah satu dasar alasan untuk dilakukannya perawatan endodontik. Selain itu,
perawatan yang dilakukan juga untuk mempertahankan gigi agar tetap berfungsi

13

dalam lengkung rahang sehingga secara biologik dapa diterima oleh jaringan
sekitarnya.4
Perawatan endodontik merupakan perawatan yang dilakukan pada gigi dengan
infeksi karies yang mencapai jaringan pulpa dan periapikal, baik pada gigi vital
maupun non-vital. Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahapan atau Triad
Endodontic Treatment, yaitu : preparasi saluran akar, sterilisasi saluran akar, dan
pengisian saluran akar.3
Keberhasilan dari sebuah perawatan endodontik pada gigi vital tergantung pada
proses perawatan endodontik itu sendiri. 9 Pada perawatan endodontik harus
diperhatikan preparasi saluran akar yang tepat agar pengisian saluran akar yang baik
dapat tercapai. Kemudian setiap tahapan preparasi juga harus memperhatikan
kebersihan dari instrument yang digunakan serta adanya irigasi dalam tahap preparasi
saluran akar untuk mendapatkan saluran akar yang benar-benar bersih dari debris.

BAB VI
KESIMPULAN

Pasien datang dengan keluhan bahwa gigi depan atas sebelah kirinya terasa
sakit sekali. Secara klinis terlihat bahwa gigi tersebut sudah ditumpat dengan
komposit, namun tumpatan tersebut sudah berubah warna dan terlihat adanya
karies sekunder. Berdasarkan dari hasil foto radiografi, terlihat bahwa ada karies
sekunder yang sudah mencapai pulpa. Karena itu pasien merasakan sakit pada
giginya karena karies yang sudah sangat dalam dan sudah mengenai pulpa.
Karies profunda yang terjadi pada gigi 21 ini disimpulkan bahwa dignosisnya
adalah pulpitis ireversibel, berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan rontgen dan tes vitalitas yang telah dilakukan. Perawatan yang
dilakukan pada kasus ini yaitu pulpektomi vital dengan mengambil seluruh
jaringan pulpa yang ada di kamar pulpa maupun yang berada di saluran akar.
Perawatan ini akan membantu mengatasi keluhan pasien, mencegah terjadinya
14

perluasan lesi kavitas, mempertahankan struktur gigi asli, mengembalikan fungsi


mastikasi dan estetik pasien. Hasil perawatan tidak ditemukannya keluhan, baik
dari pasien maupun pada gambaran rontgen.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan gigi dan mulut di


Indonesia pada pelita VI. Jakarta. Departemen Kesehatan. 1999; hlm. 658.
2. Soerono. Perkembangan endodontologi dan gambaran system pelayanan
endodontik di Indonesia. Jakarta: FKG UI. 1991. Hlm. 1-5
3. Walton, Richard E. Priensip dan Praktik Ilmu Endodonsia.Ed. ke-3. Jakarta:
EGC. 2008; Hlm. 39, 77.
4. Ingle JI, Bakland LK. Endodontics. 4th ed. Philadelphia: Lea and Febriger.
1994; Hlm. 677 - 9.
5. Grossman LI, Oliet S, Del Rio CE. Endodontic practice. 11th ed. Philadelphia:
Lea and Febriger. 1988; Hlm. 122 - 58.
6. 8. Weine FS. Endodontic therapy. 5th edition. St. Louis USA: Mosby, 1996;
Hlm. 693-712.
7. Rukmo M. Kesembuhan imunopatologik kista radikuler setelah perawatan
endodontik konvensional. Maj. Ked. Gigi, 2002; 34(1): 35-42.
8. Vire DE. Failure of endodontically treated teeth Classification and
Evaluation. J. Endodontic. 1991; 17:338-42.
9. Putra ST. Perkembangan Metode Penilaian Kesembuhan Penyakit Periapikal
Setelah Perawatan Endodontik. Dalam. Proceeding Kongres IKORGI ke
IX dan Seminar Ilmiah Nasional Recent advances in Conservative
Dentistry. Surabaya. 2011; hlm. 1-10.

15

Anda mungkin juga menyukai