“PULPEKTOMI”
Oleh
BIMA PRABU SANJAYA
19100707360804137
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
kepanitraan klinik modul 1 (Dental Karies dan Penyakit Pulpa) dapat diselesaikan.
Dalam penulisan case base discusion ini penulis menyadari, bahwa semua
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Darmawangsa,M.Kes
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
Penulis juga menyadari bahwa case base discusion ini belum sempurna
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga case base discusion ini dapat bermanfaat serta
dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
2
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing :
drg. Darmawangsa,M.Kes
drg. Darmawangsa,M.Kes
3
BAB I
PENDAHULUAN
pada jaringan pulpa dan juga periradikuler. Tujuan dari perawatan endodontik
adalah untuk mengeliminasi rasa sakit, infeksi, dan untuk mempertahankan gigi
dalam rongga mulut selama mungkin. Salah satu jenis perawatan endodontik
adalah pulpektomi.
Prosedur ini efektif mengeliminasi rasa nyeri dan mencegah infeksi sekunder,
pada pulpa yang telah cedera secara irreversible. Tahapan dari perawatan
preparasi, sterilisasi dan obturasi. Pulpektomi dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan maupun dua atau lebih kunjungan dan prognosisnya tergantung dari
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit pulpa adalah Penyakit pada jaringan pulpa dan periapikal bersifat
dinamis dan progresif karena tanda dan gejalanya yang bervariasi tergantung pada
stadium penyakit dan status pasien. Pemberian perawatan yang tepat untuk
penyakit pulpa yaitu dengan diagnosis lengkap endodontik berdasarkan tanda dan
terperinci.
Pulpitis reversibel adalah radang pulpa yang ringan, jika penyebab radang
pulpitis reversibel adalah erosi servikal, stimulus ringan atau sebentar contohnya
perodontium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin
diantaranya rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir,
5
radiografik periradikuler terlihat normal, dan gigi masih normal saat diperkusi,
inflamasi jaringan keras, sehingga sistem pertahanan jaringan pulpa tidak dapat
memperbaiki dan pulpa tidak dapat pulih kembal. Gejala dari pulpitis ireversibel
diantaranya adalah nyeri spontan yang terus menerus tanpa adanya penyebab dari
luar, nyeri tidak terlokalisir, dan nyeri berkepanjangan jika terdapat stimulus
Nekrosis pulpa adalah keadaan pulpa yang sudah mati, aliran pembuluh
darah sudah tidak ada, dan syaraf pulpa sudah tidak berfungsi kembali. Pulpa
terinfeksi, jaringan periapikalnya akan terlihat normal. Secara klinis, pada gigi
yang berakar tunggal biasanya tidak merespon pada tes sensitivitas, namun pada
gigi yang berakar jamak pada tes sensitivitas terkadang masih mendapatkan hasil
positif atau negatif tergantung syaraf yang berdekatan pada permukaan gigi yang
diuji.
2.2 Pulpektomi
6
Prosedur ini efektif mengeliminasi rasa nyeri dan mencegah infeksi sekunder,
a) Pulpektomi Vital
tahun
b) Pulpektomi Devital
ruang pulpa dan saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan
devitalisasi pulpa.
posterior sulung yang telah mengalami pulpitis atau dapat juga pada gigi
1992).
non vital adalah gigi sulung dengandiagnosis gangren pulpa atau nekrose
pulpa.
7
Indikasi pulpektomi non vital yaitu:
estetik
Ro-foto : resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada
irreversible.
8
Gigi dengan pulpitis hiperplastik (pulpa polip) juga diindikasikan untuk
mahkota. Pulpektomi pada kasus pulpa polip dapat dilakukan pada gigi
Pada kasus resorpsi akar internal akibat peradangan pada pulpa, dianjurkan
ini terjadi, pulpa akan nekrosis dan perawatan akan lebih sulit.
perawatan prostodontik.
perawatan pulpektomi.
9
jaringan pulpa untuk memungkinkan perkembangan lanjutan dari
struktur gigi.
Pada kasus gigi yang sudah non vital (nekrosis) dan peradangan
Pulpektomi tidak perlu dilakukan pada kasus di mana jaringan pulpa dan
Pada gigi dengan dinding saluran akar yang tipis tidak dapat
a) Devitalisasi
memiliki efek toksik baik lokal maupun sistemik, oleh karena itu
10
Lignokain 0.06g, carmine 0.01g, Carbowax 1.3g, dan Propylene Glycol
0.5ml. Pasta ditempatka di atas bagian yang terbuka dan ditutup rapat
( Harty, 1992).
Akses korona merupakan Fase yang paling penting dari aspek teknik
perawatan akar dan kunci untuk membuka pintu bagi keberhasilan tahap
Tujuan :
Setelah itu arah bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi sampai
11
miller dapat masuk dengan lurus, setelah terasa tembus maka orifice
jarum jam dan ditarik keluar, diulang lagi sampai jaringan pulpa
dicabut
fissure diamond bur pada tengah fossa di bagian oklusal atau endo
access.
saluran akar.
Pada gigi berakar ganda, bila atap pulpa belum terbuka maka cari
12
Panjang Kerja: Panjang dari alat preparasi yang masuk ke dalam
untuk menghindari:
apical).
Perforasi ke apical.
Masukkan jarum miller atau file nomor kecil yang diberi stopper
d) Preparasi Biomekanis
1. Teknik Konvensional
13
Reamer/file digunakan seeara berurutan dimulai dari nomor
yang terkecil yang dapat masuk saluran akar (pada tiap gigi tidak
tetap sama
Nomor reamer/file :
Kotak I : 15 20 25 30 35 40
Kotak II : 45 50 55 60 70 80
paper point
Endodontia, 2013).
2. Teknik step-back
file nomor 10 sampai 25, sesuai panjang kerja. File nomor 25 ini
14
MAF. Untuk file nomor 35, panjang kerja 2 mm lebih pendek
H2O2 3%
Aquadest steril
NaOCl
15
2. Medikameni saluran Akar
ChKM (Chlorophenolkamfermetol)
selama 1 hari.
Chresophen
Eugenol
16
Dinding saluran akar diulas dengan pasta saluran kar (misal seng
ruang pulpa)
Kemudian dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat lalu
atau cavit.
saluran akar yang bentuknya oval atau yang telah diprepaparasi secara
step-back
spreader
spreader tadi
17
Kemudian spreader dimasukkan lagi untuk menekan guttap-
Bila pengisian sudah baik, maka dasar ruang pulpa diberi basisi
18
BAB III
LAPORAN KASUS
Mulut RS PTN Universitas Udayana pada tanggal 23 Juli 2018 dengan keluhan
gigi depan atas kanannya patah semenjak 7 bulan yang lalu (Gambar 1). Pasien
mengeluhkan adanya darah yang keluar dari dalam gigi yang patah setiap pagi dan
terasa sakit jika terkena makanan atau minuman dingin. Keluhan tetap ada begitu
makanan atau minuman dingin dihilangkan. Gejala yang dialami pasien dirasakan
obat asam mefenamat untuk mengurangi keluhannya namun saat ini sudah
berhenti dikonsumsi. Pasien menyangkal adanya keluhan lain. Gigi yang patah
juga belum pernah menerima perawatan di dokter gigi. Pasien sama sekali belum
pernah menerima perawatan gigi. Pasien belum pernah membersihkan karang gigi
sebelumnya sehingga ditemukan adanya kalkulus pada gigi depan atas bawah
bagian lingual dan labial. Hubungan gigi posterior cusp to marginal ridge normal,
19
Pemeriksaan objektif pada gigi 11 menunjukkan adanya fraktur enamel-
dentin-pulpa sebanyak lebih dari 2/3 insisal. Tes vitalitas pada gigi 11 berupa tes
thermal menunjukkan hasil positif, tes kavitas tidak dilakukan, tes jarum miller
tidak dilakukan, nilai Electric pulp tester (EPT) low 22, mid 19. Tes jaringan
pendukung perkusi positif, palpasi tidak dilakukan dan mobilitas tidak ada.
hingga ruang pulpa, PDLS melebar 0.5 mm di mesial, lamina dura Terputus pada
bagian apikal, alveolar crest tidak terdapat resorpsi interna dan eksterna, pada
dengan restorasi tetap mahkota pasak inti tuang dengan bahan restorasi mahkota
jaket porcelain fused to metal dan prognosis dari perawatan ini adalah baik dilihat
20
TATALAKSANA KASUS
mengenai prosedur perawatan, waktu serta biaya dan pasien bersedia untuk
dirawat, lalu dilakukan pencetakan model studi untuk mock-up model restorasi.
gigi 11, lalu access opening menggunakan endo access bur dan ekstirpasi jaringan
pulpa dengan jarum ekstirpasi, kemudian dilakukan diagnostic working length dan
21
Selanjutnya dilakukan preparasi saluran akar. Preparasi saluran akar
dilakukan dengan teknik step-back hingga MAF nomor file #30 sesuai panjang
kerja. Setelah itu preparasi dilanjutkan hingga 3 nomor diatas MAF dengan
pengurangan panjang kerja 1 mm setiap pergantian nomor file hingga file #50.
Irigasi dilakukan setiap pergantian file dengan menggunakan NaOCl 2.5%, EDTA
17% cair dan dibilas dengan saline. Pada akhir preparasi diirigasi dengan
saline. Saluran akar kemudian dikeringkan dengan paper point steril. Selanjutnya
utama sesuai ukuran MAF. Obturasi saluran akar dengan gutta percha dan sealer
diaplikasikan pada saluran akar dengan menggunakan jarum lentulo. Sealer juga
22
Gutta percha utama dan auxilliary gutta percha atau tambahan ditekan ke
apikal hingga tidak ada ruang yang tersisa dan spreader tidak bisa masuk ke
dengan plugger yang dipanaskan. Lalu aplikasi liner GIC, tumpatan sementara
hasil berupa; tumpatan sementara utuh dan perkusi negatif (-). Dilakukan
dekaputasi mahkota gigi 11 dan pengurangan guttap point dengan gates glidden
drill dan peeso reamer sesuai panjang kerja pasak kemudian foto rontgen hasil
malam pasak dengan malam biru dan dicetak dengan bahan elastomer. Hasil
cetakan dikirim ke lab beserta instruksi. Kemudian dilakukan wax up pada model
kerja dan pembuatan provisional crown secara direct menggunakan bahan self
23
Gambar 6. Foto rontgen pengurangan guttap
Kunjungan berikutnya dilakukan pasang coba pasak inti tuang dan foto
rontgen pasang coba (Gambar 7). Hasil foto rontgen menunjukkan pasak sesuai
dilakukan sementasi pasak dengan luting cement GIC Tipe I lalu preparasi seat
dengan flat end fissure bur pada bidang bukal dan round end fissure bur pada
bidang proksimal serta palatal, dan pencetakan model kerja mahkota PFM dengan
dikirim ke lab beserta dengan instruksi untuk pembuatan mahkota PFM warna A3
24
Kunjungan berikutnya dilakukan scaling ultrasonik, kemudian pasang
coba mahkota PFM. Dilakukan pengecekan marginal fit, bentuk anatomi, warna,
oklusi serta kontak proksimal dari crown-nya. Kemudian dilakukan isolasi daerah
kerja, lalu mahkota PFM disementasi dengan luting cement GIC tipe I (GC® Fuji
objektif. Pasien merasa giginya tidak ada keluhan, crown utuh dan dalam kondisi
baik, jaringan lunak sekitar gigi 11 normal, tes perkusi negatif (-).
PEMBAHASAN
nyeri spontan sesuai dengan gejala dari pulpitis ireversible yaitu adanya nyeri
spontan, hipersensitifitas terhadap rangsangan suhu (panas, dingin) dan akan tetap
chloride dilakukan pada bagian servikal gigi 11 dan respon positif. Tes EPT
(Electric Pulp Tester) dilakukan pertama dengan kategori low, didapatkan angka
bahwa gigi 11 masih vital. Tes kavitas tidak dilakukan dan tes jarum miller tidak
25
dilakukan karena tidak ada kavitas dan gigi pasien dalam keadaan sakit. Perkusi
positif, palpasi tidak dilakukan karena tidak ada pembengkakan, tidak ada
objektif, dapat ditegakkan diagnosa pada kasus ini yaitu pulpitis ireversibel.
Pada kasus ini termasuk dalam indikasi perawatan saluran akar beberapa
kali kunjungan karena pasien mengeluhkan adanya rasa sakit dan pada radiografi
adalah berdasarkan sisa jaringan keras gigi yang tersisa, diameter saluran akar
pada daerah servikal, panjang akar yang masih terpegang tulang alveolar, serta
monoblok dengan customed dowel yang juga berbahan metal, mampu menahan
gigi yang direstorasi adalah gigi anterior dimana sangat membutuhkan tampilan
Untuk preparasi saluran akar dipilih teknik stepback. Kelebihan teknik ini
lebih padat karena spreader dapat menjangkau sampai dekat dengan apeks
lama, ukuran saluran akar hasil preparasi biomekanik kecil pada aspek korona,
dan proses obturasi rentan terjadinya gap baik yang vertikal maupun horizontal
(Ismiatin,2011).
26
Obturasi pada kasus ini menggunakan teknik kondensasi lateral yang
kebutuhan fungsi bagi pasien, posisi/lokasi dari gigi serta morfologi dari saluran
akar. Bagi gigi anterior (gigi 11) pada kasus ini memenuhi syarat bagi pembuatan
pasak. Pemilihan bentuk dan jenis pasak tergantung pada ukuran mahkota klinis
gigi, diameter saluran akar dan posisi gigi yang akan direstorasi sehingga
Pasak yang telah selesai dipasang coba, dilakukan foto rontgen kemudian
diinsersikan dengan luting agent GIC tipe 1. Mahkota selubung yang dipilih
adalah PFM, dengan alasan bahan backing yang terbuat dari logam dapat
menahan beban yang diterima, sedangkan coping terbuat dari porselen karena
didapatkan hasil yang diinginkan yaitu pasien tidak memiliki keluhan subjektif,
crown utuh dan dalam kondisi baik, gigi merespon negatif pada perkusi, dan
27
BAB IV
KESIMPILAN
4.1 Penutup
Inflamasi parah pada pulpa gigi yang tidak akan bisa pulih walaupun
mempertahankan gigi vital atau gigi non vital dalam lengkung gigi. Maka untuk
permanen maupun gigi sulung pada pulpa yang telah cedera secara irreversible.
dilakukan dalam satu kali kunjungan maupun dua atau lebih kunjungan dan
28
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R.J dan Rock, W.P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2. Jakarta: Widya
Medika.
Bawazir, Omar. Pulpectomy Technique For Primary Teeth. Pakistan Oral &
Dent. Jr. 23 (2) Dec 2003
Fajriani. 2013. Penatalaksanaan Penyakit Pulpa pada Gigi Anak. Makasar Dental
Journal Vol.2 No.6 Desember 2013. ISSN: 2089-8134
Harty FJ. Endodonti Klinis. 3rd ed. Alih Bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta:
Hipokrates, 1992: 292-298.
Ismiatin K. 2011. Restorasi kerusakan mahkota klinis gigi yang luas dengan
penguat pasak jadi. Majalah Kedokteran Gigi ( Dental Journal) 2001:
34(4) : 767-769 dalam Elisabeth D.H.N., dkk. : Restorasi Mahkota
Jaket Porselin. Maj Ked Gi,; 18(1) : 58-62.
Mella, S.D., dkk. 2011. Restorasi Resin Komposit dengan Pasak Fiber Reinforced
Composite untuk Perbaikan Gigi Insisivus Sentralis Maksila Pasca
Trauma. Maj Ked Gi.; 18(1): 92-7.
29
Surya, T., Erna, M,. 2013. Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Pada Pulpa
Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dengan
Pasak Fiber Reinforced Composit (Kasus Gigi Insisivus Sentralis Kanan
Maksila), Maj Ked Gi.; 20(1): 71-77.
Tarigan, Rasinta. 1994. Karies Gigi. Jakarta: Hipokrates.
Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Priciples and Practices. 4th ed. Dolan J,
editor. St. Louis: Saunders Elsevier; 2009.
Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Priciples and Practices. 4th ed. Dolan
J, editor. St. Louis: Saunders Elsevier; 2009.
Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Pediatric dentistry. 3rd ed. New
York: Oxford. 2005. 185 p.
30