MODUL 1
Oleh:
Dosen Pembimbing:
HALAMAN PERSETUJUAN
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Darmawangsa, M. Kes
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih. Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras
gigi yang melibatkan email, dentin dan pulpa. Karies gigi atau “tooth decay”
rongga mulut dan secara sistemik pada kasus ekstrim. Patobiologi karies gigi
dihasilkan dari terlarutnya struktur mineral gigi, dari tiga komponen dasar yang
Adanya kerusakan pada gigi, baik oleh karena karies maupun trauma dapat
berakibat terganggunya fungsi gigi secara maksimal. Kerusakan gigi dapat diawali
dengan keradangan pulpa dan bila tidak dilakukan perawatan dapat berlanjut
dengan kematian pulpa atau yang dikenal dengan istilah pulpa nekrosis (Triharsa
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa baik sebagian atau seluruhnya terjadi
bakteri, trauma, iritasi bahan restorasi maupun inflamasi dari pulpa yang
periapikal. Pada beberapa kasus, gigi nekrotik diawali dengan riwayat sakit yang
menimbulkan gejala rasa sakit. Adanya perubahan warna gigi menjadi keabu-
abuan atau kecoklatan seringkali merupakan indikasi kematian pulpa. Apabila ada
rangsang panas gigi nekrosis akan terasa sakit karena terjadi pemuaian gas yang
akan menekan ujung saraf jaringan vital yang ada disekitarnya, sedangkan dengan
rangsang dingin (Chlor Ethyl) dan stimulasi elektrik pada gigi dengan pulpa
adalah perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah
satu bagian dari perawatan konservasi gigi yang bertujuan untuk mempertahankan
vitalitas pulpa, merawat gigi yang mengalami kerusakan dan nekrosis pulpa, serta
merawat gigi yang mengalami kegagalan perawatan sebelumnya agar gigi tersebut
tetap dapat berfungsi. Perawatan ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri dan
substratnya dari dalam saluran akar. Perawatan saluran akar ini dilakukan dengan
akar dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap preparasi biomekanis saluran akar yang
merupakan suatu tahap pembersihan serta pembentukan saluran akar dengan cara
membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari arah koronal, tahap sterilisasi
dengan cara irigasi dan desinfeksi saluran akar, serta tahap pengisian saluran akar.
pengisian saluran akar yang hermetic (Sujatmiko and Retnowati, 2011; Santoso
4. Apa alat dan bahan yang digunakan pada perawatan saluran akar?
1.3 Tujuan
1. Secara Umum untuk mempertahankan gigi agar tetap sehat dirongga mulut
kelainan periapikal.
2. Secara Khusus untuk melengkapi salah satu tugas CBD pada modul 1,
untuk mengetahui cara kerja perawatan saluran akar, dan factor kegagalan
dan keberhasilan.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang disertai
saprofit dan juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang memang bersifat
patogen. Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi karena komplikasi dari pulpitis
akut dan kronik yang tidak ditatalaksana dengan baik dan adekuat (Walton dan
Etiologi nekrosis pulpa adalah bakteri, trauma dan iritasi dari bahan bahan
kimia. Pada beberapa kasus, gigi nekrotik diawali dengan riwayat sakit yang
kemudian berangsur-angsur menjadi nekrosis. Pada kasus lain dapat terjadi gigi
nekrosis secara asimtomatis. Nekrosis pulpa terdiri dari dua jenis yaitu nekrosis
1. Nekrosis Koagulasi
Nekrosis koagulasi yaitu bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau
nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi massa seperti keju yang
yang lunak/cair oleh enzim proteolitik. Hasil akhir dari dekomposisi pulpa
adalah HgS, protein, ammonia, subtansi lemak, air dan karbondioksida. Hasil
lanjutan seperti indol, skatol, putresin dan kadaverin menimbulkan bau tidak
enak yang keluar dari saluran akar. Keadaan demikian disebut gangrene
pulpa, yaitu kematian jaringan pulpa gigi dalam keadaan membusuk oleh
kecoklat-coklatan.
3. Gigi dapat terasa sakit bila minum air hangat/panas, karena adanya
Perawatan saluran akar adalah pengambilan pulpa vital dan nekrotik dari
saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar
mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh
jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi gejala, dapat berfungsi
dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain (Amalia Bachtiar,
2016).
akar yaitu suatu tahap pembersihan dan pembentukan saluran akar dengan
membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona, tahap sterilisasi yaitu
dengan irigasi dan desinfeksi saluran akar, dan tahap pengisian saluran akar.
Perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan perawatan lebih dari satu kali
kunjungan (multiple visit) dan satu kali kunjungan (single visit). Perawatan
saluran akar lebih dari satu kunjungan (Multiple visit endodontic) adalah norma
untuk pembersihan saluran akar secara menyeluruh. Perawatan saluran akar multi
obturasi yang dilakukan dalam lebih dari satu kunjungan. Single visit endodontic
dan obturasi sistem saluran akar dalam satu kunjungan. Perawatan endodontik
filling, yaitu pembentukan dan pembersihan sistem saluran akar agar dokter gigi
dapat melakukan mengisian secara tiga dimensi dengan mudah dan baik.
Yolanda, 2021).
1. Adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa fistula unuk drainase.
Tujuan perawatan saluran akar multi visit adalah untuk mengevaluasi gejala
klinis dari hasil perawatan yang telah dilakukan (meliputi rasa sakit,
kunjungan dan flare up yang disebabkan oleh kebocoran atau lepasnya tambalan
sementara, waktu yang lama menyebabkan kelelahan pasien dan operator dan
Kontra indikasi untuk perawatan saluran akar satu kunjungan adalah (Triharsa
1. Adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa disertai fistula untuk drainase
perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal atau apabila hal tersebut
normal. Keuntungan dari perawatan saluran akar satu kali kunjungan meliputi
pasien merasa lebih nyaman, tidak ada rasa sakit atau keluhan antar kunjungan,
perubahan, estetik (untuk fraktur gigi anterior, restorasi estetik dapat segera
2016):
2. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi
sepertiga apeks.
6. Foto ronsen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal,
Bachtiar, 2016):
akar gigi.
BAB III
LAPORAN KASUS
Baiturrahmah, pasien mengeluhkan terdapat gigi yang berlubang pada gigi depan
atasnya. Pasien mengatakan bahwa gigi berlubang ini muncul sejak 2 tahun yang
lalu dan makin lama menjadi membesar. Pasien dulu pernah merasakan sakit pada
gigi tersebut, dan pasien pernah minum obat untuk menghilangkan rasa sakit
tersebut, namun saat ini pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit. Pasien
mengakui gigi tersebut belum pernah dilakukan perawatan apapun, pasien tidak
memiliki riwayat sistemik. Pada pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan,
pada pemeriksan intraoral terdapat perubahan warna pada gigi 11 dan tes sondasi
Nama : Santi
Umur : 32 th
Pekerjaan : IRT
Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas yang
berlubang besar.
Keluhan Tambahan: Pasien dulu pernah merasakan sakit pada gigi tersebut
Ekstra Oral
Kepala : Normal
Wajah : Simetris
TMJ : Normal
KGB : Normal
Intra Oral
Gigi-Geligi :
NP
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Gigi 11
Sondase :-
Perkusi :-
Palpasi :-
Mobility :-
Cavity Test :-
3.4 Diagnosis
Alat:
1. Alat standar.
2. Nerbeken.
4. Eksplorer/barbed broach.
5. Jarum miller.
6. Endo block.
7. Apeks locator.
11. Lentulo.
12. Sprider.
Bahan:
3. Bahan dressing.
4. Gutta percha.
6. Cavit/tumpatan sementara.
7. Alkohol.
8. Pevidon Iodine.
9. Kapas.
10. Tampon.
11. Masker
12. Handscoon
1. Preoperatif radiograf
2. Trepanasi kavitas.
6. Preparasi saluran akar dengan cara step back menggunakan jarum file, niti
9. Tumpat sementara.
10. Dua minggu setelah itu pasien diinstruksikan untuk kembali lagi, buka
11. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan
H2O
12. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali, jika
13. Obturasi saluran akar dilakukan menggunakan gutta percha MAC dengan
bahan sealer Endhometason yang dipotong di bawah servikal.
Saluran akar dapat dilakukan obturasi dengan syarat:
Gigi asimptomatis.
Pilih gutta percha dengan ukuran No. file sesuai dengan MAF, sebagai
3.8 Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah baik, hal ini disebabkan karena:
4. Pasien kooperatif.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perawatan saluran akar adalah pengambilan pulpa vital dan nekrotik dari
saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Tujuannya untuk mencegah
perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal, atau apabila hal tersebut
normal. Perawatan saluran akar terbagi menjadi lebih dari satu kali kunjungan
(Multi visit), dan satu kali kunjungan (One visit). Kunjungan yang dilakuakn
sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi yang ada. Dalam melakukan rencana
perawatan saluran akar sebagai dokter gigi kita juga harus mempertimbangkan
Amalia Bachtiar, Z. (2016) ‘Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak
dengan bahan gutta percha (Root canal treatment in permanent teeth of
children with gutta percha)’, Jurnal PDGI, 65(2), pp. 60–67.
Hutami, O. S. and Muryani, A. (2020) ‘Perawatan saluran akar (PSA) satu kali
kunjungan pada gigi molar pertama bawah kanan dengan restorasi
endocrown resin komposit’, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran, 32(1), pp. 54–63. doi: 10.24198/jkg.v32i2.18040.
Pasril, Y. (2017) ‘Perawatan Saluran Akar pada Gigi Incisivus Sentral dan Lateral
Maksila dengan Perbedaan Status Pulpa: Laporan Kasus’, Insisiva Dental
Journal, 6(1), pp. 57–62. doi: 10.18196/di.6174.
Purnomo, J. and Mulyawati, E. (2011) ‘Perawatan saluran akar satu kunjungan
pada nekrosis pulpa disertai mahkota perselen fusi metal dengan pasak
fiber’, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 18(1), pp. 82–87.
Rachmawati, M. et al. (2011) ‘Perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada
gigi insisivus dengan nekrosis pulpa tanpa lesi periapikal (laporan kasus)’,
Dentofasial, 10(3), pp. 175–178. Available at:
http://www.jdmfs.org/index.php/jdmfs/article/view/166/165.
Santoso, L. and Kristanti, Y. (2016) ‘STUDI KASUS Perawatan saluran akar satu
kunjungan gigi molar kedua kiri mandibula nekrosis pulpa dan lesi
periapikal’, Kedokteran Gigi UGM, 2(2), pp. 65–71.
Sujatmiko, B. and Retnowati, E. (2011) ‘Perawatan Saluran Akar Multi
Kunjungan Protaper Rotary Files Single Cone Pada Nekrosis Pulpa
Disertai Abses Dentoalveolar Akut’, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia,
18(1), pp. 44–47.
Triharsa, S. and Mulyawati, E. (2013) ‘Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan
Pada Pulpa Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal
dengan Pasak Fiber Reinforced Composit (Kasus Gigi Insisivus Sentralis
Kanan Maksila)’, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 20(1), pp. 71–77.
doi: 10.22146/majkedgiind.8383.
Widyastuti, N. H. and Sukmasari, I. R. (2020) ‘Perbedaan Teknik Irigasi Saluran
Akar ( Konvensional , Agitasi Manual , Ultrasonik ) Terhadap Kebersihan
Saluran Akar’, University Research Colloqium, pp. 165–169.
Wiratama, I. P. and Yolanda (2021) ‘Perawatan Saluran Akar Satu Kali
Kunjungan Dengan Restorasi Mahkota PFM Pada Gigi Premolar Kedua
Kiri Rahang Bawah : Laporan Kasus’, Sonde, 6(1), pp. 34–44.