Anda di halaman 1dari 22

CASE BASED DISCUSSION

MODUL 1

DENTAL KARIES DAN PENYAKIT PULPA

“PERAWATAN SALURAN AKAR”

Oleh:

Raesya Salsabhila Abryant


20100707360804062

Dosen Pembimbing:

drg. Darmawangsa, M. Kes

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
MODUL I : DENTAL KARIES DAN PENYAKIT PULPA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah Didiskusikan Case Based Discussion yang berjudul “Perawatan Saluran


Akar”
Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik
pada Bagian Modul I

Padang, Oktober 2021


Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Darmawangsa, M. Kes)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ”Perawatan

Saluran Akar” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

kepanitraan klinik modul Dental Karies dan Penyakit Pulpa.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua

proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Darmawangsa, M. Kes

selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu

permukaan gigi atau lebih. Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras

gigi yang melibatkan email, dentin dan pulpa. Karies gigi atau “tooth decay”

disebut juga sebagai penyakit mikrobiologi yang mempengaruhi secara lokal di

rongga mulut dan secara sistemik pada kasus ekstrim. Patobiologi karies gigi

dihasilkan dari terlarutnya struktur mineral gigi, dari tiga komponen dasar yang

ditemukan saat manifestasi klinis karies, diantaranya struktur gigi, bakteri

asidogenik, karbohidrat yang terfermentasi untuk dimetabolisme oleh bakteri.

Adanya kerusakan pada gigi, baik oleh karena karies maupun trauma dapat

berakibat terganggunya fungsi gigi secara maksimal. Kerusakan gigi dapat diawali

dengan keradangan pulpa dan bila tidak dilakukan perawatan dapat berlanjut

dengan kematian pulpa atau yang dikenal dengan istilah pulpa nekrosis (Triharsa

and Mulyawati, 2013; Pasril, 2017).

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa baik sebagian atau seluruhnya terjadi

akibat adanya inflamasi maupun injuri traumatik. Penyebab nekrosis adalah

bakteri, trauma, iritasi bahan restorasi maupun inflamasi dari pulpa yang

berlanjut. Mikroorganisme memegang peranan utama pada penyakit pulpa dan

periapikal. Pada beberapa kasus, gigi nekrotik diawali dengan riwayat sakit yang

berangsur-angsur menjadi nekrosis. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak selalu

menimbulkan gejala rasa sakit. Adanya perubahan warna gigi menjadi keabu-
abuan atau kecoklatan seringkali merupakan indikasi kematian pulpa. Apabila ada

rangsang panas gigi nekrosis akan terasa sakit karena terjadi pemuaian gas yang

akan menekan ujung saraf jaringan vital yang ada disekitarnya, sedangkan dengan

rangsang dingin (Chlor Ethyl) dan stimulasi elektrik pada gigi dengan pulpa

nekrotik biasanya tidak menimbulkan respon (Sujatmiko and Retnowati, 2011;

Triharsa and Mulyawati, 2013).

Perawatan untuk gigi dengan pulpa mengalami kerusakan atau kematian

adalah perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah

satu bagian dari perawatan konservasi gigi yang bertujuan untuk mempertahankan

vitalitas pulpa, merawat gigi yang mengalami kerusakan dan nekrosis pulpa, serta

merawat gigi yang mengalami kegagalan perawatan sebelumnya agar gigi tersebut

tetap dapat berfungsi. Perawatan ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri dan

substratnya dari dalam saluran akar. Perawatan saluran akar ini dilakukan dengan

tujuan untuk menghilangkan penyakit pulpa, penyakit periapikal, mempercepat

penyembuhan, dan memperbaiki jaringan yang sakit tersebut. Perawatan saluran

akar dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap preparasi biomekanis saluran akar yang

merupakan suatu tahap pembersihan serta pembentukan saluran akar dengan cara

membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari arah koronal, tahap sterilisasi

dengan cara irigasi dan desinfeksi saluran akar, serta tahap pengisian saluran akar.

Keberhasilan pengisian saluran akar tergantung pada keadaan asepsis,

pembersihan jaringan pulpa secara menyeluruh, preparasi biomekanis, serta

pengisian saluran akar yang hermetic (Sujatmiko and Retnowati, 2011; Santoso

and Kristanti, 2016; Widyastuti and Sukmasari, 2020).


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Nekrosis pulpa?

2. Apa yang dimaksud dengan perawatan saluran akar?

3. Apa saja indikasi dan konraindikasi dari perawatan saluran akar?

4. Apa alat dan bahan yang digunakan pada perawatan saluran akar?

5. Bagaimana prosedur dari perawatan saluran akar?

1.3 Tujuan

1. Secara Umum untuk mempertahankan gigi agar tetap sehat dirongga mulut

dan mencegah pencabutan dini daripada gigi geligi, Mencegah penyakit

kelainan periapikal.

2. Secara Khusus untuk melengkapi salah satu tugas CBD pada modul 1,

untuk mengetahui cara kerja perawatan saluran akar, dan factor kegagalan

dan keberhasilan.

3.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah matinya jaringan pulpa, sebagian atau seluruhnya,

tergantung pada banyaknya jaringan pulpa yang terlibat. Nekrosis pulpa

merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang disertai

dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat

saprofit dan juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang memang bersifat

patogen. Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi karena komplikasi dari pulpitis

akut dan kronik yang tidak ditatalaksana dengan baik dan adekuat (Walton dan

Torabinejad, 1998; Rachmawati et al., 2011)

Etiologi nekrosis pulpa adalah bakteri, trauma dan iritasi dari bahan bahan

kimia. Pada beberapa kasus, gigi nekrotik diawali dengan riwayat sakit yang

kemudian berangsur-angsur menjadi nekrosis. Pada kasus lain dapat terjadi gigi

nekrosis secara asimtomatis. Nekrosis pulpa terdiri dari dua jenis yaitu nekrosis

koagulasi (pengentalan) dan nekrosis likuefaksi (pencairan) (Purnomo and

Mulyawati, 2011; Rachmawati et al., 2011).

1. Nekrosis Koagulasi

Nekrosis koagulasi yaitu bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau

jaringan berubah menjadi padat. Pengejuan (Caseation) adalah suatu bentuk

nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi massa seperti keju yang

terdiri dari protein yang mengental, lemak dan air.


2. Nekrosis Likuefaksi

Nekrosis likuefaksi yaitu terjadinya perubahan jaringan pulpa ke dalam massa

yang lunak/cair oleh enzim proteolitik. Hasil akhir dari dekomposisi pulpa

adalah HgS, protein, ammonia, subtansi lemak, air dan karbondioksida. Hasil

lanjutan seperti indol, skatol, putresin dan kadaverin menimbulkan bau tidak

enak yang keluar dari saluran akar. Keadaan demikian disebut gangrene

pulpa, yaitu kematian jaringan pulpa gigi dalam keadaan membusuk oleh

karena sudah adanya invasi dari bakteri-bakteri.

Gejala-gejala nekrosis pulpa adalah sebagai berikut (Widyawati, 2010):

1. Gigi dengan nekrosis pulpa pada umumnya tidak memberikan keluhan.

2. Biasanya ditandai dengan:

a. Perubahan warna gigi, mula-mula kelihatan perubahan translusensi

gigi tersebut, kemudian berubah warna dari keabu-abuan sampai

kecoklat-coklatan.

b. Pada waktu preparasi kavitas tidak terasa apa-apa, sehingga sampai

kamar pulpa tertembus dan biasanya disertai dengan bau busuk.

3. Gigi dapat terasa sakit bila minum air hangat/panas, karena adanya

akspansi dari gas dalam ruang pulpa/saluran akar yang menyebabkan

tekanan pada ujung syaraf sensoris dari jaringan vital didekatnya.

2.2 Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar adalah pengambilan pulpa vital dan nekrotik dari

saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

merupakan perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit dan


mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta

mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh

jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi gejala, dapat berfungsi

dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain (Amalia Bachtiar,

2016).

Perawatan saluran akar dibagi 3 tahap, tahap preparasi biomekanis saluran

akar yaitu suatu tahap pembersihan dan pembentukan saluran akar dengan

membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona, tahap sterilisasi yaitu

dengan irigasi dan desinfeksi saluran akar, dan tahap pengisian saluran akar.

Keberhasilan perawatan saluran akar tergantung pada keadaan asepsis,

pembersihan jaringan pulpa yang luruh, preparasi biomekanis dan pengisian

saluran akar yang hermetis (Sujatmiko and Retnowati, 2011).

Perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan perawatan lebih dari satu kali

kunjungan (multiple visit) dan satu kali kunjungan (single visit). Perawatan

saluran akar lebih dari satu kunjungan (Multiple visit endodontic) adalah norma

yang ditetapkan di bidang endodontik dan dilakukan dalam beberapa kunjungan

untuk pembersihan saluran akar secara menyeluruh. Perawatan saluran akar multi

visit meliputi perawatan pembersihan saluran akar, dressing, sterilisasi dan

obturasi yang dilakukan dalam lebih dari satu kunjungan. Single visit endodontic

merupakan perawatan konservatif non-bedah pada gigi yang mengalami

peradangan pulpa irreversibel yang terdiri dari preparasi kemomekanis lengkap

dan obturasi sistem saluran akar dalam satu kunjungan. Perawatan endodontik

satu kali kunjungan berarti membersihkan, membentuk dan mendesinfeksi sistem


saluran akar yang diikuti dengan pengisian saluran akar pada kunjungan yang

sama. Prinsip perawatan endodontik modern meliputi cleaning, shaping dan

filling, yaitu pembentukan dan pembersihan sistem saluran akar agar dokter gigi

dapat melakukan mengisian secara tiga dimensi dengan mudah dan baik.

(Rachmawati et al., 2011; Sujatmiko and Retnowati, 2011; Wiratama and

Yolanda, 2021).

Perawatan saluran akar multi visit di indikasikan sebagai berikut (Sujatmiko

and Retnowati, 2011):

1. Adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa fistula unuk drainase.

2. Gigi dengan kelainan anatomis yang berat.

3. Gigi berakar banyak.

4. Periodontitis akut dengan rasa sakit yang parah saat perkusi.

Tujuan perawatan saluran akar multi visit adalah untuk mengevaluasi gejala

klinis dari hasil perawatan yang telah dilakukan (meliputi rasa sakit,

pembengkakan, fistula), pengontrolan terhadap pendarahan atau eksudasi.

Kelemahan PSA dengan kunjungan yang banyak adalah kontaminasi antar

kunjungan dan flare up yang disebabkan oleh kebocoran atau lepasnya tambalan

sementara, waktu yang lama menyebabkan kelelahan pasien dan operator dan

perawatan yang tidak selesai sehingga menyebabkan kegagalan perawatan

(Sujatmiko and Retnowati, 2011; Hutami and Muryani, 2020).

Perawatan saluran akar satu kunjungan diindikasikan sebagai berikut (Triharsa

and Mulyawati, 2013):

1. Pulpa terbuka karena trauma iatrogenik tanpa lesi periapikal.


2. Pulpitis irreversibel tanpa lesi periapikal.

3. Gigi nekrosis tanpa gejala-gejala klinis dan lesi periapikal.

4. Gigi nekrosis dengan abses periapikal disertai fistula.

5. Bentuk saluran akar normal, saluran akar tunggal.

Kontra indikasi untuk perawatan saluran akar satu kunjungan adalah (Triharsa

and Mulyawati, 2013):

1. Adanya rasa sakit pada gigi nekrosis tanpa disertai fistula untuk drainase

2. Gigi dengan kelainan anatomis yang berat.

3. Gigi berakar banyak.

4. Periodontitis akut dengan rasa sakit yang parah saat perkusi.

Tujuan perawatan saluran akar satu kunjungan adalah untuk mencegah

perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal atau apabila hal tersebut

sudah terjadi, bertujuan untuk mengembalikan jaringan periapikal ke keadaan

normal. Keuntungan dari perawatan saluran akar satu kali kunjungan meliputi

pasien merasa lebih nyaman, tidak ada rasa sakit atau keluhan antar kunjungan,

menghemat waktu, meminimalisir terjadinya perawatan yang tidak sempurna

karena tidak selesainya perawatan, panjang kerja yang tidak mengalami

perubahan, estetik (untuk fraktur gigi anterior, restorasi estetik dapat segera

ditempatkan segera setelah perawatan saluran akar satu kali kunjungan),

memperkecil resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme dalam saluran akar

(Triharsa and Mulyawati, 2013; Santoso and Kristanti, 2016).

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Saluran Akar


Secara umum perawatan saluran akar diindikasikan untuk(Amalia Bachtiar,

2016):

1. Email yang tidak di dukung oleh dentin

2. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi

vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.

3. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari

sepertiga apeks.

4. Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan berguna untuk keperluan

prostetik (untuk pilarrestorasi jembatan).

5. Gigi tidak goyang dan periodonsium normal.

6. Foto ronsen menunjukan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal,

tidak ada granuloma.

7. Kondisi pasien baik.

8. Pasien ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara

kesehatan gigi dan mulutnya.

9. Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.

Secara umum, kontraindikasi perawatan saluran akar, yaitu (Amalia

Bachtiar, 2016):

1. Fraktur akar gigi yang vertikal.

2. Tidak dapat lagi di lakukan restorasi.

3. Kerusakan jaringan periapikal melibatkan lebih dari sepertiga panjang

akar gigi.

4. Resorbsi tulang alveolar melibatkansetengah dari permukaan akar gigi.


5. Kondisi sistemik pasien, seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol.

BAB III

LAPORAN KASUS

Seorang pasien perempuan berusia 32 tahun datang ke RSGM

Baiturrahmah, pasien mengeluhkan terdapat gigi yang berlubang pada gigi depan

atasnya. Pasien mengatakan bahwa gigi berlubang ini muncul sejak 2 tahun yang

lalu dan makin lama menjadi membesar. Pasien dulu pernah merasakan sakit pada

gigi tersebut, dan pasien pernah minum obat untuk menghilangkan rasa sakit

tersebut, namun saat ini pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit. Pasien

mengakui gigi tersebut belum pernah dilakukan perawatan apapun, pasien tidak

memiliki riwayat sistemik. Pada pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan,

pada pemeriksan intraoral terdapat perubahan warna pada gigi 11 dan tes sondasi

(-). Pasien ingin giginya dilakukan perawatan.

3.1 Identifikasi Pasien

Nama : Santi

Umur : 32 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. By pass Km. 19

Tanggal Pemeriksaan : 5 November 2021


3.2 Pemeriksaan Subjektif

 Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas yang

berlubang besar.

 Keluhan Tambahan: Pasien dulu pernah merasakan sakit pada gigi tersebut

dan telah berlubang semenjak 3 tahun yang lalu.

 Riwayat Medis Gigi dan Mulut: Pasien belum pernah melakukan

perawatan pada gigi tersebut.

 Riwayat Penyakit Keluarga: -

3.3 Pemeriksaan Objektif

 Ekstra Oral

Kepala : Normal

Wajah : Simetris

TMJ : Normal

KGB : Normal

 Intra Oral

Mukosa Lidah : Normal

Mukosa Palatum : Normal

Mukosa Pipi : Normal

Mukosa Bibir : Normal

Dasar Mulut : Normal

Gigi-Geligi :
NP

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Gigi 11

 Sondase :-

 Perkusi :-

 Palpasi :-

 Mobility :-

 Cavity Test :-

3.4 Diagnosis

Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, gigi 11 di diagnosa

dengan Nekrosis pulpa.

3.5 Rencana Perawatan


Perawatan saluran akar pada gigi 11.

3.6 Alat dan Bahan

Alat:

1. Alat standar.

2. Nerbeken.

3. Bur dengan berbagai kegunaannya.

4. Eksplorer/barbed broach.

5. Jarum miller.

6. Endo block.

7. Apeks locator.

8. Jarum file dan reamer.

9. Endo box untuk meletakkan K-file, H-file, Niti file.

10. Spuit irigasi.

11. Lentulo.

12. Sprider.

Bahan:

1. Paper point untuk mengeringkan saluran akar.

2. Larutan irigasi (H2O, NaOCl, EDTA).

3. Bahan dressing.

4. Gutta percha.

5. Eugenol dan Endomethason.

6. Cavit/tumpatan sementara.

7. Alkohol.
8. Pevidon Iodine.

9. Kapas.

10. Tampon.

11. Masker

12. Handscoon

3.7 Prosedur Kerja

1. Preoperatif radiograf

2. Trepanasi kavitas.

3. Ekstirpasi menggunakan jarum ekstirpasi.

4. Pengukuran panjang kerja.

5. Propex (Dentsply) dan dikonfirmasi menggunakan pengambilan radiograf

periapikal untuk memperoleh initial apical file (IAF), hingga memperoleh

sensasi tuck bag.

6. Preparasi saluran akar dengan cara step back menggunakan jarum file, niti

file dan reamer.


7. Irigasi saluran akar dengan menggunakan (NaOCl, H2O).

8. Sterilisasi saluran akar/dressing menggunakan Pulperyl selama 3-5 hari.

9. Tumpat sementara.

10. Dua minggu setelah itu pasien diinstruksikan untuk kembali lagi, buka

tambalan sementara, bahan dressing dibuang, setelah itu masukkan paper

point ke dalam saluran akar. Tes bakteri dilakukan menggunakan papper

point yang direndam Hidrogen Peroksida. Hasil tes bakteri akan

menunjukkan negatif apabila tidak menunjukkan adanya gelembung, tidak

berbau, dan tidak ada perubahan warna pada papper point

11. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%, kemudian irigasi lagi dengan

H2O

12. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing kembali, jika

saluran akar sudah steril maka langsung dilakukan obturasi.

13. Obturasi saluran akar dilakukan menggunakan gutta percha MAC dengan
bahan sealer Endhometason yang dipotong di bawah servikal.
Saluran akar dapat dilakukan obturasi dengan syarat:

 Gigi asimptomatis.

 Saluran akar cukup kering.

 Tes bakteri (-).

 Vistula telah menutup.

14. Pengisian saluran akar dilakukan secara kondensasi lateral.

 Pilih gutta percha dengan ukuran No. file sesuai dengan MAF, sebagai

master cone potong sesuai dengan panjang kerja menggunakan gunting.

 Saluran akar maupun gutta percha diolesi dengan pasta saluran

akar/sealer menggunakan lentullo.

 Gutta percha utama dimasukkan ke dalam saluran akar semaksimal

mungkin ditekan lateral menggunakan spreader, sisa ruang saluran akar

diisi lagi dengan gutta percha tambahan sampai penuh.

 Kelebihan gutta percha point dipotong sampai orifis menggunakan

ekskavator yang dipanaskan.


 Kavitas ditumpat dengan menggunakan tambalan sementara.

 Follow up dan evaluasi dilakukan setelah 1 minggu

3.8 Prognosis

Prognosis pada kasus ini adalah baik, hal ini disebabkan karena:

1. Pasien masih muda.

2. Oral hygiene pasien baik.

3. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik dan riwayat penyakit sistemik.

4. Pasien kooperatif.

5. Ekonomi pasien baik.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perawatan saluran akar adalah pengambilan pulpa vital dan nekrotik dari

saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Tujuannya untuk mencegah

perluasan penyakit dari pulpa ke jaringan periapikal, atau apabila hal tersebut

telah terjadi, untuk merubah atau mengembalikan jaringan periapikal ke keadaan

normal. Perawatan saluran akar terbagi menjadi lebih dari satu kali kunjungan

(Multi visit), dan satu kali kunjungan (One visit). Kunjungan yang dilakuakn

sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi yang ada. Dalam melakukan rencana

perawatan saluran akar sebagai dokter gigi kita juga harus mempertimbangkan

sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Amalia Bachtiar, Z. (2016) ‘Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak
dengan bahan gutta percha (Root canal treatment in permanent teeth of
children with gutta percha)’, Jurnal PDGI, 65(2), pp. 60–67.
Hutami, O. S. and Muryani, A. (2020) ‘Perawatan saluran akar (PSA) satu kali
kunjungan pada gigi molar pertama bawah kanan dengan restorasi
endocrown resin komposit’, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran, 32(1), pp. 54–63. doi: 10.24198/jkg.v32i2.18040.
Pasril, Y. (2017) ‘Perawatan Saluran Akar pada Gigi Incisivus Sentral dan Lateral
Maksila dengan Perbedaan Status Pulpa: Laporan Kasus’, Insisiva Dental
Journal, 6(1), pp. 57–62. doi: 10.18196/di.6174.
Purnomo, J. and Mulyawati, E. (2011) ‘Perawatan saluran akar satu kunjungan
pada nekrosis pulpa disertai mahkota perselen fusi metal dengan pasak
fiber’, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 18(1), pp. 82–87.
Rachmawati, M. et al. (2011) ‘Perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada
gigi insisivus dengan nekrosis pulpa tanpa lesi periapikal (laporan kasus)’,
Dentofasial, 10(3), pp. 175–178. Available at:
http://www.jdmfs.org/index.php/jdmfs/article/view/166/165.
Santoso, L. and Kristanti, Y. (2016) ‘STUDI KASUS Perawatan saluran akar satu
kunjungan gigi molar kedua kiri mandibula nekrosis pulpa dan lesi
periapikal’, Kedokteran Gigi UGM, 2(2), pp. 65–71.
Sujatmiko, B. and Retnowati, E. (2011) ‘Perawatan Saluran Akar Multi
Kunjungan Protaper Rotary Files Single Cone Pada Nekrosis Pulpa
Disertai Abses Dentoalveolar Akut’, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia,
18(1), pp. 44–47.
Triharsa, S. and Mulyawati, E. (2013) ‘Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan
Pada Pulpa Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal
dengan Pasak Fiber Reinforced Composit (Kasus Gigi Insisivus Sentralis
Kanan Maksila)’, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 20(1), pp. 71–77.
doi: 10.22146/majkedgiind.8383.
Widyastuti, N. H. and Sukmasari, I. R. (2020) ‘Perbedaan Teknik Irigasi Saluran
Akar ( Konvensional , Agitasi Manual , Ultrasonik ) Terhadap Kebersihan
Saluran Akar’, University Research Colloqium, pp. 165–169.
Wiratama, I. P. and Yolanda (2021) ‘Perawatan Saluran Akar Satu Kali
Kunjungan Dengan Restorasi Mahkota PFM Pada Gigi Premolar Kedua
Kiri Rahang Bawah : Laporan Kasus’, Sonde, 6(1), pp. 34–44.

Anda mungkin juga menyukai