Oleh:
Laveniaseda (20-030)
Dosen Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Dr. drg. Okmes Fadriyanti,
Sp.Pros selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan
berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
Laveniaseda
2
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
(GTSL)
Umur : 50 tahun
Alamat : Maransi
3
MODUL IV : KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PERSETUJUAN
4
PROSEDUR KERJA GTSL
3. Diskusi
5. Mencetak fisiologis
6. Survey model
7. Desain cangkolan
8. Membuat cangkolan
9. Pembuatan basis
sementara
14. Prosesing
17. Kontrol
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi
dengan organ lainnya di dalam mulut. Proses mastikasi memiliki peran penting
Selain menjalankan fungsi mastikasi, gigi juga berfungsi sebagai alat fonetik,
estetik, dan juga sebagai pelindung jaringan pendukung gigi dibawahnya (Zahid
Gigi yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan juga dapat mengalami
kerusakan yang berakibat pada kehilangan gigi. Gigi sebagai komponen di dalam
rongga mulut dapat mengaalmi kerusakan sehingga pada akhirnya lepas. Beberapa
penyebab kehilangan gigi adalah karena pencabutan gigi akibat kerusakan (gigi
berlubang, patah, retak), infeksi pada gigi, dan penyakit periodontal (Rahmadhan,
2010). Kehilangan salah satu atau lebih gigi permanen di dalam rongga mulut
dalam berbicara dan proses makan, serta dapat menurunkan kepercayaan diri
kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi-geligi asli dan/atau menggnti gigi-
gigi yang sudah tanggal dan jaringan mulut serta maksilofasial yang sudah rusak
dengan pengganti buatan (Hartono, 2001). Pembuatan gigi tiruan berfungsi untuk
6
menggantikan fungsi gigi yang hilang. Gigi tiruan terdiri dari gigi tiruan lengkap,
gigi tiruan sebagian lepasan, dan gigi tiruan cekat (Jayasingha, 2013).
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi dan jaringan sekitarnya, didukung oleh gigi dan jaringan
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang
bawah dan dapat dibuka-pasang oleh pasien.Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
merupakan bagian prosthodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang
hilang dengan gigi tiruan yang di dukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi
mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien.Beberapa syarat GTSL yang baik
adalah gigi tiruan tersebut mampu memenuhi tujuan pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan, tidak menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada gigi yang
tersisa dan jaringan pendukung, dapat dengan mudah dilepas dan dipasangkan
kembali oleh pasien, dapat dengan mudah dibersihkan, dapat dengan mudah
diperbaiki, harganya terjangkau, tidak boleh tebal, stabil dan retentive (The
2.2.1 Anamnesis
1. Informasi Sosial
8
menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk
fungsi bicara.
Penjelasan :
orang lain.
Kesehatan umum dapat diamati dari postur dan kondisi pasien yang
terlihat pada saat kunjungan pertama pasien ke dokter gigi. Namun, harus
9
4. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
terakhir gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu
diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila
tanggal sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu
satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga mulut
yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien
lama. Hal ini penting untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat
a). Sebab kehilangan gigi / kerusakan gigi : lubang besar / gigi goyang /
benturan
Penjelasan :
10
Jika disebabkan gigi goyang, maka penyakit sistemik dan
- Pencabutan terakhir :
Penjelasan :
a. Bila Pernah :
i. Pada rahang atas /pada rahang bawah / pada rahang atas dan
rahang bawah
b. Pengalaman :
11
perawatan, protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan
tidak disukai dari gigi tiruan lamanya, supaya diketahui apa yang
Untuk mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter gigi harus
12
2.2.2 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir
b) Profil : lurus/cembung/cekung
Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan
Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan
(a) (b)
Gambar 1. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah
13
d) Pupil : sama tinggi/tidak sama tinggi. Bergerak/tak bergerak ke segala
arah
camper (garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan
kaca mulut yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien
Rima oris yang sempit akan menghalangi penempatan sendok cetak dan
bahan cetak ke dalam mulut, maka pemilihan ukuran bahan cetak harus
lebih diperhatikan.
simetris /asimetris
14
Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual
k) Sendi rahang :
Buka mulut :ada deviasi ke kanan atau ke kiri /tidak ada deviasi
Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang ditarik
perlahan dan dengarkan apakah ada bunyi ’klik’ pada waktu membuka dan
menutup mulut.
Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien
15
a. Jarak Pengukuran Vertikal
Pasien diminta untuk membuka mulut sampai terasa sakit dan saat ini
jarak antara insisal edge dari gigi anterior diukur. Pengukuran ini disebut dengan
Pasien diperiksa dalam keadaan ICP maksimum dan area gigi insisivus
16
.
arah kiri terlebih dahulu kemudian ke arah kanan. Kemudian ukur jarak yang
telah ditandai dengan perpindahan yang telah terjadi dari midline. Pengukuran ini
akan memperlihatkan jarak mandibula yang berpindah pada setiap arah (Phoenix,
2003).
Bunyi pada sendi terbagi dua, yaitu kliking atau krepitasi. Kliking adalah
suara tunggal dengan durasi yang singkat. Jika bunyi yang dihasilkannya kuat,
maka disebut sebagai pop. Krepitasi adalah bunyi yang terdengar seperti kerikil
yang multiple. Bunyi pada sendi dapat diketahui dengan meletakkan jari tangan
diatas permukaan lateral sendi pada saat pasien membuka dan menutup mulut.
Pemeriksaan yang lebih akurat jika menggunakan stetoskop atau alat perekam
17
Gambar 6. Bunyi pada Sendi Temporomandibula.a. Bunyi pada sendi
normal adalah 53-58 mm pada orang dewasa. Karena gejala pada otot biasanya
sakit terasa. Pada saat ini jarak antara insisal edge gigi anterior maksila dan
mandibula diukur. Saat ini disebut sebagai maximal comfortable opening. Pasien
sakit. Hal ini disebut sebagai maximal opening. Pembukaan mulut dikatakan
terbatas bila jarak yang dihasilkan kurang dari 40 mm. Pada kondisi tersebut
menunjukkan adanya kemungkinan terdapat masalah pada otot atau sendi (Carr,
2005).
lateral. Bila pergerakan ke arah lateral kurang dari 8 mm maka hal ini
dengan cara yang sama. Pada sistem pengunyahan yang sehat, tidak ada
perubahan arah pada saat pembukaan mulut. Ada dua jenis perubahan yang dapat
18
terjadi, yaitu deviasi dan defleksi. Deviasi adalah perubahan pada midline selama
pembukaan yang akan hilang dengan pembukaan yang terus dilakukan (kembali
ke midline). Defleksi adalah pergerakan midline ke satu sisi dengan jarak yang
akan terus menjauh dan tidak kembali ke tengah midline pada saat pembukaan
Cara untuk menentukan rasa sakit pada otot adalah dengan palpasi
palpasi otot, respon dari pasien dikategorikan atas, 0 (pasien tidak merasa sakit
saat dipalpasi), 1 (pasien merasa tidak nyaman pada saat palpasi), 2 (pasien
menunjukkan sikap yang mengelak atau menangis (mengeluarkan air mata) atau
(Ghofur, 2012).
a. Otot Temporalis
Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah,
dan daerah posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang
zygomatik dan anterior dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini
19
berjalan dalam arah vertikal. Otot temporalis bagian anterior digunakan dalam
keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian anterior yang bekerja
dapat dilihat pada saat elevasi mandibula dan megunyah pada sentrik oklusi.
Sedangkan otot temporalis bagian anterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada
saat depresi mandibula. Daerah tengah dipalpasi pada daerah diatas sendi
temporomandibula dan superior dari tulang zygomatik. Serat pada daerah ini
berjalan dalam arah oblik melewati bagian lateral dari tengkorak. Otot temporalis
bagian tengah dapat dilihat saat bekerja yakni pada pergerakan protrusif. Daerah
posterior dipalpasi pada daerah diatas dan belakang telinga. Serat pada daerah ini
dalam keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian posterior yang
bekerja dapat dilihat pada retraksi mandibular. Sedangkan otot temporalis bagian
posterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi dan protrusi
b. Otot Masseter
inferior. Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya
20
bagian anterior dari sendi temporomandibula). Setelah itu, jari tersebut
ditempatkan pada perlekatan inferior dari inferior border ramus (Ghofur, 2016).
Gambar 8. Palpasi Otot Masseter. A. Pada perlekatan superior di lengkung zygomatik; B. Pada
Otot lateral pterigoid memiliki dua cabang, yaitu bagian superior dan inferior
dimana bagian superior merupakan bagian yang lebih kecil daripada inferior. Otot
paling besar dari sphenoid dan masuk ke bagian anterior dari diskus dan kapsul
intraartikular, sedangkan bagian inferior keluar dari permukaan lateral dari plat
lateral pterigoid dan masuk ke leher mandibula yang terletak di bawah kondilus.
Otot lateral pterigoid bagian superior bekerja pada saat clenching dan bagian
21
Gambar 27. Pemeriksaan Otot Lateral PterigoidInferior
Otot medial pterigoid berasal dari daerah yang terletak diantara dua
pterygoidplate. Kedua pterygoid plateini akan membagi otot kedalam dua daerah
yaitu posterior dan lateral dan masuk ke bagian dalam dari sudut mandibula. Otot
medial pterigoid bekerja pada saat gerakan elevasi mandibula, selama protrusi
22
Gambar 9 . Palpasi Otot Medial Pterigoid
THT/..........................
A. Pemeriksaan umum
1. Saliva
tiruan lengkap.
a. Kuantitas : sedikit/normal/banyak
b. Kualitas : encer/normal/kental
23
- Selama 5 menit, klien diperbolehkan untuk meludah 2 kali saja. Hal ini
- Kuantitas saliva dikatakan normal apabila jumlah saliva lebih dari 5 ml.
dengan cara, posisi pasien tegak lurus terhadap lantai. Selanjutnya pasien diminta
diminta untuk meludahkan saliva ke dalam cawan pot saliva dengan cara
menundukkan kepalanya (Indriana, 2011). Kemudian cawan pot yang berisi saliva
24
Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan
bawah
frenulum lingualis
c. Mobilitas: normal/aktif
bagian palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien
25
Hubungan rahang : ortognati/ retrognati/ prognati
Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan bawah
dapat dikatupkan dengan baik di luar mulut dan terlihat 3 titik bertemu
banyak gigi yang aus dan kontak antara rahang atas dan bawah kurang
2003).
Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih, harus
Bila ada gigitan terbuka atau gigitan silang, harus dituliskan pada
dasar vestibulum anterior RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB.
5. Artikulasi
a. Cuspid protected
b. Grup function
26
Pemeriksaan ada tidaknya kontak premature dan blocking. Jika
Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau
Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang tidak
pasien besar. Pada keadaan ini, bila ridge sudah rendah hindari
7. Kebiasan buruk
a. Bruxism / clenching
c. Mendorong lidah
adanya faset tajam pada gigi. Kebiasaan ini akan membuat gigi
tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak stabil, dan dapat
27
Kebiasaan mengigigit bibir atau benda keras berkaitan dengan
2. Fraktur gigi :
mesio distal)
6. Vestibulum
28
Vestibulum adalah ruang yang terdapat di antara mukosa labial/bukal
- Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai
dasar vestibulum
- Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi
yang dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi
gigi tiruan lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat
b. Ketinggian : tinggi/sedang/rendah
29
Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Tahanan
jaringan tinggi
8. Frenulum
dan sedang bila berada di tengah antara puncak prosesus alveolar dengan
Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)
- Labialis superior
- Labialis inferior
30
- Lingualis
b. Kedalaman palatum
c. Torus palatines
Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus
yang besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat
pencetakan fisiologis
d. Palatum mole
durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut
bentuk kupu-kupu
parit)
Kanan : besar/kecil
31
Kiri : besar/kecil
Daerah ini ditutup oleh jaringan fibrosa dengan ketebalan yang berbeda-
beda. Disebut kecil bila ukuran tuber lebih kecil dari prosesus alveolar dan besar
bila tuber melebar atau menonjol ke arah oklusal atau lateral. Tuber yang besar
11. Undercut
Merupakan ruangan yang berada di antara prosesus alveolar rahang bawah dan
lain:
a. Persegi
b. Oval
c. Segitiga
32
14. Ruang gigi tiruan
Ruang gigi tiruan adalah jarak vertical antara prosesus alveolar rahang atas
dan rahang bawah. Ruang gigi tiruan yang besar menguntungkan dalam hal
Diperlukan untuk menentukan panjang sayap lingual gigi tiruan rahang bawah
16. Lain-lain
a. Eksostosis
b. Torus mandibularis
Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau
(Nallaswamy, 2003).
Torus Palatinus
Torus palatinus merupakan tumor jinak yang secara perlahan tumbuh seperti
Menghilangkan torus ini tidak dibutuhkan kecuali ukurannya sangat besar dan
Torus Mandibularis
33
Eksotosis dan Undercut
bedah.
bibir yang masuk ke dalam sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung
dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu, timbul garis yang berjalan dari
lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita.
34
Alat bicara dapat dibagi 2 bagian: statis dan dinamis. Bagian statis yaitu
gigi,palatal, tulang alveolar. Sedangkan yang bersifat dinamis adalah lidah, bibir,
dan jaringan sekitarnya.Alat bicara yang tidak lengkap dapat mengganggu funsi
secara keseluruhan.
bergerakmemasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
35
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah
bebanoklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini akan memperburuk
kondisi periodontal, apa lagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal.
Akhirnya gigi menjadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan
atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan
restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit
kontak oklusi prematur atau interferensi oklusal.Pola kunyah jadi berubah, karena
lepasan
3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai
gigi pegangan
36
Kontra indikasi GTSL
1. Pasien yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigitiruan.
2. Usia lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya
dibuatkan GT temporer.
3. penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)
4. OH jelek.
Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan
1. Mengembalikan fungsi pengunyahan
2. Mengembalikan fungsi estetis
3. Mengembalikan fungsi bicara,
4. Membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal,
5. Memperbaiki oklusi,
6. Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat.
menunjukkan dengan jelas dan cepat jenis keadaan tidak bergigi (2)
gigi atau yang didukung gigi dan jaringan bukan gigi (dukungan kombinasi) (3)
dapat menjadi petunjuk pembuatan desain geligi tiruan (4) dapat diterima secara
37
a. Protesa immediate, dipasang segera setelah pencabutan
a. Open face denture, gigi tiruan sebagian dibuat tanpa gusi tiruan di bagian
bukal/labial. Gigi tiruan open face diindikasikan pada bagian anterior bila
tulang alveolar belum resorbsi sehingga gigi artifisial dapat dipasang seolah-
b. Close face denture, gigi tiruan sebagian dibuat dengan gusi tiruan di
bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap dapat meningkatkan estetika
a. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa (mucosa supported), yaitu gigi tiruan
b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi tiruan yang
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth supported),
yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dan gigi asli.
5. Berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut Kennedy (Gunadi,
a. Klas I
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang(bilateral Free end).
38
b. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral
free end).
c. Klas III
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang
39
Pada klasifikasi Kennedy, disamping adanya kelas-kelas ada juga
disamping daerah yang menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini.
2. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam klasifikasi,
3. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan maka
4. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak ada,
klasifikasi.
ruangannya.
7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang
40
8. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas IV
a. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free
end).
c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi
41
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median.
e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli
42
7. Berdasarkan letak klamer menurut Miller ditentukan sebagai berikut:
a. Klas I
b. Klas II
c. Klas III
d. Klas IV
lurus, merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.
1. Basis/Plat Akrilik Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk
43
a. mendukung gigi (elemen) tiruan
kelompok:
melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak
yang hilang.
44
2.6 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain gigi tiruan
sebagian lepasan
a) lengan retentif
b) klamer
c) oklusal rest
e) oklusi
f) adhesi
g) tekanan atmosfer
h) surface tension
3. Estetika
45
b. Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi
klamer adalah: (Carr, 2005)
Akarnya panjang
yang digunakan.
untuk abutment.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi
yang letaknya sejajar.
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi
tiruan. Desain yang baik dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan mulut
akibat kesalahan yang tidak sehausnya terjadi dan yang tak dapat dipertanggung
46
jawabkan. Menurut Gunadi dkk. (2013) terdapat empat tahap dalam pembuatan
Daerah tak bergigi dalam suatu lengkung gigi dapat bervariasi dalam hal
yang diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan atau
panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasangi gigi
tiruan.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup (paradental)
dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan untuk dukungan
sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan
47
Dukungan sadel, hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam
Untuk gigi tiruan sebagian resin, konektor yang dipakai berbentuk plat,
Pengalaman pasien
Stabilisasi
48
BAB 3
LAPORAN KASUS
Umur : 50 tahun
Alamat : Maransi
makanan.
dilepas pasang.
belakang kanan.
49
Riwayat pemakaian gigi tiruan: Pernah pada rahang bawah
- Masih dipakai
2. Pemeriksaan ekstraoral
Membuka 45 Mm
Lateral kiri 7 Mm
Lateral kanan 7 Mm
50
Protrusif 2 Mm
Joint sound
Kliking - -
Poping - -
Krepitasi - -
Tonus otot
Temporalis - -
Masseter - -
Pterygoideus medial - -
Pterygoideus lateral - -
+ pain, - no pain
Ekstra meatal - -
Intra meatal - -
+ pain, - no pain
2. Pemeriksaan intraoral
a. Saliva :
- Kuantitas : normal
51
- Kualitas : normal
b. Lidah :
- Ukuran : normal
- Mobilitas : normal
d. Gigitan : ada
Lain-lain: diastema
52
g. Vestibulum :
i. Frenulum :
Lingualis : sedang
j. Palatum:
Bentuk: oval
Kedalaman: Dalam
53
Palatum molle : House kelas I
k. Tuber Maksila :
Kanan : kecil
Kiri : kecil
3.4 Odontogram
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
54
3.6 Desain gigi tiruan
Desain Alternatif I
4 5
2
Keterangan Gambar: 1
1. Direct retainer
2. Basis gigi
3. Gigi penyangga
4. Indirect retainer
5. Anasir gigi
Gigi penyangga Gigi 15 dan 24 Syarat: dekat sadel dan
jar.periodontal sehat
Posisi: estetis dan titik
fulcrum
Support/ dukungan Mukosa dan gigi Gigi:
1. Rest bagian mesial gigi 15
2. Rest bagian mesial gigi 24
Mukosa:
Palatum durum, Tuber
maksilaris, linggir alveolar
Retensi Faktor fisiologis dan Fisiologi: Saliva (kualitas dan
kuantitas)
Anatomi
Anatomi: Posterior palatal seal,
Processus alveolaris, rugae
palatina, tuber maksila
Faktor mekanis Ujung daerah retentif pada
daerah undercut:
1. Gigi 15 bagian distal
55
2. Gigi 24 bagian mesial
Desain Alternatif II
4 5
3
Keterangan Gambar:
1. Basis gigi
2. Gigi penyangga
3. Indirect retainer
4. Direct retainer
5. Anasir gigi
56
Posisi: estetis dan titik
fulcrum
Suport Mukosa dan gigi Gigi:
1. Rest bagian mesial gigi 15
2. Rest bagian mesial gigi 24
Mukosa:
Palatum durum, Tuber
maksilaris, linggir alveolar
Retensi Faktor fisiologis dan Fisiologi: Saliva (kualitas dan
kuantitas)
Anatomi
Anatomi: Posterior palatal seal,
Processus alveolaris, rugae
palatina, tuber maksila
Faktor mekanis Ujung daerah retentif pada
daerah undercut:
1. Gigi 15 bagian distal
2. Gigi 24 bagian distal
57
c. Desain cangkolan : Gigi 15 dan 24
Lengan retentif
Lengan resiprokal
lengan resiprokal dan lengan retentif serta kawat 0,7 untuk rest
Lengan retentif
Lengan resiprokal
58
Rest oklusal & rest seat
3.6 Prognosa
keingginannya sendiri, selain itu, jaringan pendukung pasien tidak ada kelainan
sehingga bisa dibuatkan gigi tiruan dan gigi yang ada dalam keadaan sehat
59
BAB 4
RENCANA PERAWATAN
- Scalling
Perawatan Prostodontik
menggantikan kehilangan gigi 14, 25, 26, 27 yang missing, dengan menggunakan
Klinis
MENCETAK AWAL
(iodophor), air
Prosedur :
60
RA:
RB:
ke bagian palatum.
bersudut.
mangkok karet berisi air (takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan
hingga homogen. Perhatikan working time dan setting time bahan cetak
61
7. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak pada bagian
palatum dan menggoreskan sendok cetak pada tepi sendok cetak dan
ratakan supaya semua permukaan sendok cetak terisi bahan cetak, lalu
meretraksi bibir dan pipi pasien masukkan 2/3 bagian posterior sendok
guide.
10. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari bagian bukal kiri
dan kanan dengan jari telunjuk dari. Cuci bersih pada air mengalir
11. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas, robekan, dan detail
tidak robek.
62
12. Lakukan desinfeksi cetakan dengan cara merendam dan semprotkan
larutan iodophor:
Laboratorium
Prosedur :
a. Manipulasi bubuk gips tipe III dengan air ( sesuai takaran pabrik)
b. Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe III sesegera mungkin
akurat.
63
d. Tunggu hingga gips mengeras (setting) selama kurang lebih 30
menit.
studi.
a. Pembuatan outline
64
b. Lakukan pembuatan 2 garis di dibagian free endpada model anatomis. Garis
pertama sejajar dengan fornix dan garis kedua 2mm diatas fornix. Batas
daerah bergigi hanya dibuatkan satu garis, yaitu garis yang sejajar dengan
fornix.
4.2 Garis pena merah batas forniks, pena hitam batas tepi sendok cetak
Pembuatan stopper
pada model anatomis. Vertical stop dibuat pada daerah yang datar
wax/malam merah, untuk daerah tak bergigi wax spacer cukup satu lapisan,
sedangkan untuk daerah bergigi, wax spacer dibuat agak tebal lebih kurang
65
Masukan powder self curing akrilik kedalam pot akrilik yang berisi
homogen dan mencapai tahap dough stage. Perhatikan working time dan setting
time
h. Ambil self curing akrilik yang sudah homogen, dan letakan pada model
Kunjungan II
Klinis
Alat :alat diagnostic 1 set, sendok cetak fisiologis, wadah tempat air,
free end
Prosedur :
66
2. Nyalakan api spritus kemudian lelehkan green stick compound
Rahang atas
lainnya).
dan tutup.
3. Pencetakan fisiologis RA
sedang (monophase)
Prosedur :
67
1. Persiapkan alat dan bahan
Prosedur :
homogen.
68
5. Lakukan pencetakan fisiologis dengan Teknik
monophase
Laboratorium
Bahan: air, gips tipe 4 (hard stone), gips tipe 2 (plaster of paris), wax/ malam
merah
Prosedur :
69
b. Selanjutnya lakukan manipulasi gips tipe 2 untuk melakukan beading dan
boxing pada hasil cetakan fisiologis dengan bantuan wax/ malam merah yang
d. Masukan gips tipe 4 kedalam hasil cetakan fisiologis dan tunggu hingga
mengeras
- apabila ada dua undercut pada kedua sisi gigi maka dilakukan blocking out
Tripoding
- Kemiringan atau arah pasang yang didapatkan dengan mengunci posisi meja
surveyor
vertical tersebut dikunci dan dibuat teraan di tiga tempat dengan jarak yang
proporsional
terbesar gigi
70
2. Pembuatan cangkolan/cengkram pada model kerja
curing akrilik
Kunjungan III
Klinis
71
Laboratorium
RA
RA : 10-12mm
RA : 8-10mm
Kunjungan IV
Klinis
- Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB. Fiksasi basis dan galangan
gigit RA dengan ibu jari dan telunjuk kiri operator sedangkan basis dan
72
- Apabila belum terjadi kontak bidang yang merata, maka permukaan insisal
dan oklusal galangan gigit yang dirubah dan disesuaikan dengan RA sehingga
diperoleh kontak bidang yang merata. Ukur jarak antara kedua titik, lakukan
penyesuaian pada galangan gigit RB hingga mencapai DVO dan relasi sentris
yang diinginkan.
- Kontak gigi natural normal dan apabila salah satu rahang masih ada gigi
natural dan antagonisnya galangan gigit maka jejak oklusal atau insisal gigi
Warna gigi terdiri dari tiga dimensi yaitu hue, chroma dan value.Hue merupakan
nama dari warna ( merah, orange, kuning, hijau, biru, indigo dan ungu). Gigi
permanen yang masih muda memiliki hue yang hampir sama. Hue pada warna
intensitas dari hue, semakin bertambahnya usia maka chroma akan semakin
meningkat. Chroma pada warna gigi akan berkurang apabila dilakukan bleaching.
Value dapat dilihat dari gelap terangnya warna gigi, dimana value yang tinggi
a. Jenis kelamin
b. Warna kulit
c. Usia
d. Pencahayaan ruangan
73
Laboratorium
1. Transfer articulator
atas dan bawah, selanjutnya gigi posterior atas dan bawah dengan berpedoman
dan menyesuaikan dengan gigi rahang bawah yang tersisa, midline serta
oklusi yang baik, sampai tercapai estetik, retensi, dan fonetik yang baik.
Kunjungan V
Klnis
a. Ekstraoral :
Dilihat dari penampilan pasien ketika dalam keadaan mulut tertutup, rest
b. Intraoral :
Retensi, stabilisasi dan estetis, serta perhatikan apakah terdapat trauma oklusi
74
Laboratorium
1. Wax conturing
Pada RA:
f. Periksa kembali oklusi untuk meyakinkan tidak ada gigi yang bergeser
2. Prosesing akrilik
Alat : kuvet, alat perebusan (panci dan kompor), pot akrilik, semen spatel, kuas
Bahan : CMS, heat cured akrilik resin, gips tipe 2, air, GTSL yang akan di
prosesing.
Kunjungan VI
Klnis
75
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Perhatikan tepian basis masih terdapat daerah yang tajam atau tidak. Pada
b. Retensi
keadaan istirahat/ dalam keadaan gigi tiruan tidak difungsikan gigi tiruan terjatuh
atau tidak.
c. Stabilisasi
salah satu sisi gigi tiruan pada bagian oklusal, kemudian perhatikan sisi
d. Oklusi
Dilihat pada saat balacing side dan working side serta ada tidaknya
menggunyah.
e. Estetis
76
2. KIE
Informasi :
rongga mulut, air liur atau saliva pasien akan berproduksi lebih banyak dari
biasa dan sulit menelan. Namun, itu hal yang biasa dan butuh adaptasi
rongga mulut pasien seperti rasa tertarik dan itu hal biasa dan butuh adaptasi,
penyanggga untuk membantu retensi gigi tiruan sehingga pasien tidak perlu
kaget atau cemas. Dan tanyakan kepada pasien apakah ada rasa tertarik atau
tidak dari kawat tersebut, apabila terasa tertarik maka operator perlu
Edukasi :
- Cara pemasangan gigi tiruan rahang bawah dimulai dari bagian posterior dan
- Cara melepaskan gigi tiruan untuk rahang bawah tarik ke atas menggunkaan
- Gigi tiruan dipake 1 x 24 jam dan tidak boleh dilepas. Guna untuk adaptasi
77
- Pasien dianjurkan untuk melepas gigi tiruan ketika malam hari waktu tidur,
dan ketika dilepas gigi tiruan di rendam dalam wadah berisi air bersih
- Bersihkan gigi tiruan dengan cara menyikat menggunakan bulu sikat yang
lembut dan halus minimal 2 x sehari dibawah air mengalir dan di atas wadah
- Rendam gigi tiruan 1 bulan sekali di dalam wadah berisi lerutan desinfeksi.
- Apabila terdapat keluhan fungsi bicara, sulit menggunyah makanan dan sakit
Kunjungan VII
1. Kontrol
Tujuan :
dirasakan pasien setelah beberapa hari pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan.
a. Pemeriksaan subjektif
Tanyakan kepada pasien apakah terdapat keluhan rasa sakit atau mengganjal saat
pemakaian GTSL
b. Pemeriksaan objektif
Lakukan pemeriksaan intraoral untuk menilai jaringan rongga mulut serta melihat
78
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi tiruan yang di
dukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi mukosa yang dipasang dan dilepas
oleh pasien. Berdasarkan kasus, rahang bawah pasien akan dibuatkan gigi tiruan
sebagian lepasan dengan basis akrilik dengan cangkolan 3 jari pada gigi
penyangga 15 dan gigi 24. Diagnosa pada kasus ini baik dikarenakan pasien
kooperatif, menginginkan gigi tiruan atas dasar keingginannya sendiri, selain itu,
jaringan pendukung pasien tidak ada kelainan sehingga bisa dibuatkan gigi tiruan
dan gigi yang ada dalam keadaan sehat sehingga bisa dijadikan penyangga gigi
79
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta, CV. Quantum
Sinergis Media, pp 149.
Barnes, I.E., dan Walls, A. 2006. Perawatan Gigi Terpadu untuk Lansia (terj.),
EGC, Jakarta.
Barbosa LC, Ferreira MRM, Calabrich FCF, Viana AC, de Lemos MCL, Lauria
RA. 2008. Edentulous patients knowledge of dental hygiene and care
of prostheses.
George AZ, Charles LB, Judson CH, Gunnar EC. 2002. Buku ajar prostodonti
untuk pasien tak bergigi menurut boucher. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Ghofur Abdul, 2012.Buku Pintar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Mitra
Buku.
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta, Hipokrates, pp 14.
Hartono, R., Kosasih, A., Hidayat, H., Morganelli, J.C. 2001. Estetik dan
Prostotik Mutakhir Kedokteran Gigi, http://books.google.co.id
diunduh pada tanggal 30 November 2018.
Rahmadhan, A.G.2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Cet 1, Bukune,
Jakarta.
Zahid, I., dan Omar, M.S. 2006. Fonetik dan Fonologi, Professional Publishing,
Kuala Lumpur.
80