Pengertian
Prosthodontics atau Prosthetic Dentistry dan disebut juga dengan
ilmu Prostodonsia adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi, yang
berhubungan dengan diagnosis, rencana perawatan, rehabilitasi dan
pemeliharaan kesehatan mulut, kenyamanan, penampilan dan kesehatan
pasien dengan cara mengganti gigi dan jaringan maksilofasial yang hilang
atau tidak sempurna terbentuk dengan alat tiruan biokompatibel untuk
pemulihan sistem stomatognasi.1 Hal ini sesuai dengan filosofi perawatan
prostodontik yaitu "restore what is missing but also preserve what is
remains", sehingga perawatan prostodontik yang dilakukan oleh dokter gigi
tidak hanya untuk menggantikan struktur yang hilang tetapi memelihara
struktur rongga mulut yang masih ada.2,3
1
maupun seluruh gigi dengan gigi tiruan yang dapat dipasang dan dilepas
sendiri oleh pasien dari rongga mulut. Berdasarkan jumlah gigi yang
digantikannya, gigitiruan lepasan terdiri atas gigitiruan sebagian lepasan
(GTSL) dan gigitiruan penuh (GTP).1,5
2
keberhasilan perawatan prostodontik, hal ini disebabkan perawatan
prostodontik bagi pasien melibatkan banyak prosedur terpisah yang saling
berkaitan antara satu prosedur dengan prosedur lainnya sehingga harus ada
komunikasi, kerjasama yang baik serta saling menghargai antara dokter gigi
dan tekniker gigi selama melakukan pembuatan gigitiruan.8
3
Aplikasi
Pengertian
Menurut Notoatmodjo, aplikasi (application) diartikan sebagai
kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari berupa hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah
metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya
mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan dan mendemonstrasikan.9,10
4
oleh seluruh institusi pendidikan kedokteran gigi untuk memandu dokter gigi
dalam melakukan perawatan prostodontik secara optimal. 13,14 Apabila salah
satu prosedur yang dilakukan kurang tepat, maka gigitiruan yang dihasilkan
tidak akan memuaskan, baik bagi pemakainya maupun operatornya.4,6
A. Informasi Sosial
Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor
telepon dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan
menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk tentang
keadaan sosial-ekonomi pasien. 6,10,15
B. Status Medis
Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya
kondisi yang mungkin berpengaruh terhadap perawatan gigitiruan.
Kesehatan umum dapat diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat
pada saat kunjungan pertama pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan
dengan mengadakan pemeriksaan lebih lanjut, baik dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terpilih, pemeriksaan objektif maupun berkonsultasi
dengan dokter yang merawat pasien tersebut. Informasi kesehatan umum
meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya serta obat-obatan
yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas karena akan
mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan. 6,10,15
C. Sikap Mental Pasien
5
Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya,
mengklasifikasikan sikap mental pasien yang membuat gigitiruan menjadi
empat kategori, yaitu philosophic, indifferent, critical dan skeptical. Sikap
mental pasien merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
dalam mendiagnosa pasien. Dokter gigi harus mampu mengerti dan
memahami sikap pasien yang akan dilakukan perawatan. Untuk mengatasi
sikap mental pasien pada dasarnya dokter gigi harus melakukan perawatan
dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap empati terhadap pasien untuk
mencapai keberhasilan perawatan prostodontik yang dilakukan.6
E. Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur
bibir saat istirahat dan selama berfungsi, sendi temporomandibular dan
6
kemungkinan kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan seperti
mengangkat gigitiruan rahang bawah dengan lidah. 6,15
Gambar 1.Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah 16
3. Model diagnostik
Pembuatan model diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui
beberapa hal. Pada saat melakukan pencetakan model diagnostik, sensitivitas
pasien terhadap prosedur yang dilakukan di rongga mulut, koordinasi
aktifitas lidah dan faktor-faktor lain yang penting untuk penegakan diagnosa
dapat diketahui lebih dini. Apabila masih terdapat gigi asli pada kedua
rahang dan masih dapat dioklusikan, maka model diagnostik dapat
dipasangkan ke artikulator sehingga hubungan oklusi yang ada dapat dicatat.
Selain itu dokter gigi dapat mengevaluasi bentuk lengkung dan hubungan
rahang serta mengevaluasi pemeriksaan intraoral yang telah dilakukan.1
4. Pemeriksaan radiografik
Pemeriksaan radiografik pada prinsipnya penting dilakukan untuk
mengevaluasi kondisi setiap pasien yang memerlukan perawatan
prostodontik sehingga kondisi di bawah membran mukosa yang secara klinis
tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan
radiografik dapat diketahui adanya sisa akar, gigi terpendam maupun
keadaan patologis seperti kista. Pemeriksaan radiografik juga dapat melihat
keadaan jaringan periodontal gigi yang masih ada serta vitalitasnya, tebal
submukosa yang menutupi tulang, lokasi kanalis mandibula, foramen
mentale serta adanya tulang yang tajam. 6,10,15
Pemeriksaan radiografik panoramik dari kedua lengkung rahang
ditambah dengan foto periapikal atau oklusal bila diperlukan sangat
membantu didalam menegakkan diagnosa, namun perlu dipertimbangkan
pemaparan radiasi pada pasien harus seminimal mungkin. Karena itu
disarankan untuk melakukan pemeriksaan radiografik dengan menggunakan
8
foto panoramik, sedangkan foto periapikal atau oklusal hanya bila diperlukan
untuk pemeriksaan tambahan.15
Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas dukungan
gigitiruan dan memperoleh studi model. Sendok cetak yang digunakan untuk
melakukan pencetakan anatomis adalah sendok cetak pabrik yang terbuat
dari bahan metal atau plastik. Sendok cetak ini ada yang berlubang dan tidak
berlubang. Bentuk sendok cetak untuk pasien edentulus membulat pada
permukaan yang menutupi linggir alveolar. Sendok cetak harus disesuaikan
terlebih dahulu pada rongga mulut pasien. Ukuran sendok cetak edentulus
sekitar 5 mm lebih besar dari permukaan linggir alveolar agar memberikan
tempat yang cukup untuk bahan cetak. 6,15,17
9
Gambar 2. Sendok cetak logam dengan desain yang baik dalam berbagai ukuran. Bentuk
sendok cetak edentulus melengkung pada permuka-an yang menutupi linggir alveolar
dan daerah otot masseter dari sendok cetak tidak memiliki sudut yang tajam 2
10
Tepi sendok cetak harus dilapisi dengan soft boxing wax pada
tuberositas dan vestibulum bukal untuk membantu adaptasi tepi sendok cetak
dengan jaringan, melindungi jaringan perifer dari kekerasan tepi sendok
cetak dan sebagai pembatas bagi bahan cetak alginat agar tidak mengalir
jauh dari jaringan yang akan dicetak. Sendok cetak tidak boleh menyebabkan
distorsi atau perubahan bentuk terhadap jaringan dan struktur yang harus
berkontak dengan tepi serta permukaan gigitiruan.6,17
Gambar 3.Tepi sendok cetak yang telah dilapisi dengan soft boxing wax.
Tanda panah menunjukkan soft boxing wax. 17
11
Gambar 4. Hasil cetakan anatomis yang mencakup seluruh daerah pendukung,
tidak poreus dan terisi seluruhnya. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah 17
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan plaster of paris untuk
mendapatkan studi model dan sebagai model untuk pembuatan sendok cetak
fisiologis. 16,17
Pencetakan Fisiologis
Prosedur pencetakan fisiologis bertujuan untuk mendapatkan model
kerja untuk pembuatan basis gigitiruan. Pencetakan fisiologis menggunakan
sendok cetak fisiologis yang dibuat dari bahan resin akrilik
swapolimerisasi.17
Gambar 5.Sendok cetak fisiologis untuk (a) Rahang atas dan (b) Rahang bawah17
12
Border Molding
Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming,
merupakan proses pembentukan tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk
mendapatkan anatomi struktur pembatas gigitiruan yang lebih akurat. 17
Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border
molding berlangsung dan sebelum melakukan prosedur border molding, tepi
sendok cetak dikurangi terlebih dahulu 2 mm dari batas jaringan yang harus
dicetak.6,15 Apabila menggunakan green stick compound sebagai bahan
border molding, secara bertahap compound dipanaskan dengan lampu
spiritus dan didinginkan sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49oC
(120oF) sampai 60oC (140oF), kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut
pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari
struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border molding dilakukan
secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian vestibulum labial,
daerah posterior palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang
bawah.17
13
Gambar 6. Hasil border molding dengan green stick compound pada
sendok cetak fisiologis yang dilakukan secara berurutan per regio. (a)
Rahang atas (b) Rahang bawah 17
Gambar 7. Sendok cetak fisiologis rahang atas dengan border molding dan lubang.
14
Teknik Mencetak
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan menggunakan teknik
mukokompresi. Jaringan lunak di rongga mulut harus dalam keadaan sehat
diistirahatkan terlebih dahulu sebelum membuat cetakan fisiologis. Untuk
itu, pasien harus melepas gigitiruannya minimal 24 jam sebelum pencetakan
fisiologis.6
a. Basis Gigitiruan
Basis gigitiruan harus memenuhi syarat, antara lain harus stabil pada
model kerja dan pada rongga mulut, harus kaku, adaptasi yang baik pada
model, menutupi seluruh jaringan pendukung lengkung rahang, estetik dan
nyaman bagi pasien. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan bahan yang
paling sering digunakan sebagai basis gigitiruan ini karena memiliki
kekuatan, kekakuan dan adaptasi yang baik pada model kerja dan di dalam
mulut.6,7,15
Daerah undercut pada model rahang di blocking out dengan wax agar
mudah memisahkan basis tanpa merusak model. Seluruh permukaan basis
yang berkontak dengan bibir, pipi dan lidah harus halus dan dipoles untuk
memberi kenyamanan bagi pasien saat memakai gigitiruan. Basis gigitiruan
pada daerah puncak linggir alveolar, lereng labial dan lereng bukal harus
tipis untuk memperoleh ruangan bagi penyusunan anasir gigitiruan.6,17
b. Oklusal Rim
Bahan oklusal rim dari baseplate wax sering digunakan karena
mudah dimanipulasi di laboratorium, mudah dibentuk untuk memperoleh
kontur rongga mulut yang tepat, estetik, dapat dibentuk sesuai ukuran dan
bentuk gigi serta nyaman bagi pasien. 17
Ukuran dan bentuk eksternal dari oklusal rim sangat penting, harus
sama dengan gigi asli yang akan digantikan. Tinggi oklusal rim rahang atas
pada daerah anterior sekitar 22 mm yang diukur dari dasar perlekatan
frenulum labial dan sekitar 12 mm dari basis di daerah tuberositas. Lebar
labio-lingual sekitar 8-10 mm di posterior, dan 6-8 mm pada regio anterior.
Tinggi oklusal rim pada rahang bawah sekitar 18 mm, sedangkan tinggi
bagian posterior tidak melebihi setengah tinggi retromolar pad, lebar 3 mm
ke arah bukal sedangkan ke arah lingual lebar tidak melebihi perluasan
medial dari tepi sayap lingual. Inklinasi oklusal rim pada labial dari kaninus
ke kaninus sekitar 15o untuk memberikan dukungan bibir yang memadai. 17
Gambar 8. Ukuran dan bentuk basis dan oklusal rim.(a)rahang atas (b)rahang bawah17
Oklusal rim yang dipasang dalam mulut pasien harus tampak normal,
dengan persyaratan yaitu:
Ekstra Oral:
1) Sulcus nasolabial, sulcus mentolabial, commisura bibir dan filtrum
pasien harus mendapat dukungan yang baik dari oklusal rim. Jika
tidak ada dukungan, maka sulcus nasolabial, sulcus mento labial dan
filtrum menjadi rata serta commisura kendor, namun jika dukungan
berlebihan sulcus nasolabial, sulcus mentolabial berubah bentuk dan
dangkal, filtrum akan hilang alurnya dan commisura berubah ke arah
lateral.
2) Bibir dan pipi tidak boleh tampak cembung atau cekung bila oklusal rim
berada dalam mulut. Oklusal rim yang baik harus mendukung bibir dan
pipi serta otot-otot ekspresi wajah secara normal.6,7,15,17
Intra Oral:
1) Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas sejajar garis interpupil
mata jika dilihat dari depan dan sejajar garis alanasi-tragus
(Camper’s line) apabila dilihat dari arah lateral yang diukur dengan
occlusal guide plane.
2) Pada posisi istirahat fisiologis dan bibir pasien dalam keadaan rileks,
bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas terlihat kira-kira 2 mm
dibawah bibir atas.
Gambar 9. Hubungan antara garis interpupil mata, Camper’s line dan bidang oklusal
3) Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas dan rahang bawah
harus berkontak rapat jika dioklusikan
4) Garis median pada oklusal rim harus sesuai dengan garis median
pasien.
5) Garis kaninus akan membuat garis lurus jika ditarik dari pupil mata
ke sudut mulut. 6,7,8,15,17
Setelah oklusal rim memenuhi persyaratan, selanjutnya dapat
dilakukan pengukuran dimensi vertikal dan relasi sentrik. 6,7,15,17
Prosedur Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa terlebih dahulu dilakukan anamnesa
terhadap keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi
dan mulut khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik
sebelumnya serta harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat.
Dokter gigi juga harus mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan
gigitiruan.2,3,7,16,18
Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis dilakukan sebelum preparasi mulut dengan
menggunakan bahan irreversible hidrokolloid. Sendok cetak harus dipilih
dengan ukuran 4-5 mm lebih besar dari ukuran rahang yang akan dicetak.
Sendok cetak ini ada yang berlubang dan tidak berlubang, sesuai dengan
bahan cetaknya. Jenis sendok cetak menurut bagian rahang yang akan
dicetak meliputi normal stock tray untuk kehilangan gigi paradental,
depressed anterior tray untuk kasus Klas I Kennedy dan sendok cetak untuk
sebagian rahang.16
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan dental stone dan
dilakukan trimming untuk mendapatkan model studi.16
Pencetakan Fisiologis
Pencetakan fisiologis dilakukan setelah preparasi mulut berfungsi
untuk mendapatkan model kerja. Pada GTSL indikasi untuk pencetakan
fisiologis adalah gigitiruan dengan perluasan distal terutama untuk lengkung
rahang Klas I dan Klas II Kennedy. Sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan
resin akrilik swapolimerisasi atau visible light cured resin akrilik.3,16
Gambar 11. Outline sendok cetak fisiologis.(a)Rahang atas dan (b) Rahang bawah2
Gambar 12. Wax spacer dilapiskan pada model di atas permukaan linggir edentulus,
daerah palatal dan di atas gigi- geligi. Wax spacer tidak menutupi daerah posterior
palatal seal. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah 2
Resin akrilik swapolimerisasi diadaptasikan ke model menutupi
spacer, sampai batas outline yang telah ditentukan dengan ketebalan merata
sekitar 2-3 mm dan buat tangkai dari resin akrilik untuk memudahkan dalam
melakukan pencetakan. Setelah mengeras, lepascan sendok cetak fisiologis
dari model, sempurnakan tepi sendok cetak dan dicobakan ke dalam mulut
pasien.3,7,16
Border Molding
Prosedur border molding dilakukan pada daerah edentulus untuk
membentuk tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi
pembatas gigitiruan, dengan menggunakan green stick compound dan wax
spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding
berlangsung.3
Gambar 14. Sendok cetak fisiologis yang telah selesai dibuat. Terdapat
lubang pada permukaan sendok cetak fisiologis 2
c. Teknik Mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan selektif antara gigi dan jaringan
pendukung:16
1. Teknik mukokompresi: jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang
mempunyai viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan
kea rah mukosa di bawahnya. Bahan cetak yang digunakan adalah
bahan cetak silikon dan polyether.
2. Teknik mukostatis: jaringan lunak mulut berada dalam keadaan
istirahat. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang
mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya
sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan
ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari
mukosa. Bahan cetak yang digunakan adalah irreversible
hidrokolloid.
Teknik pencetakan ganda umumnya dilakukan pada pencetakan
fisiologis, dengan mengkombinasikan teknik mukokompresi saat melakukan
pencetakan pertama untuk menghasilkan cetakan yang akurat pada daerah
linggir tidak bergigi dan pencetakan kedua dengan teknik mukostatis pada
daerah bergigi.16
Pada kasus Kelas III atau Kelas IV Kennedy, dengan kondisi gigi
antagonis tidak memungkinkan untuk mengatupkan model rahang tersebut,
maka dalam keadaan ini penentuan hubungan rahang dilakukan dengan
menggunakan bahan pencatat interoklusal wax, yaitu metallic oxide paste
dan wafer bite wax.2,3,17
Bila ada satu atau lebih daerah free end yang cukup lebar atau gigi
yang tersisa sudah saling tidak berkontak, maka penentuan hubungan rahang
dilakukan dengan bantuan basis dan oklusal rim. Basis dan oklusal rim
ditempatkan pada daerah yang tidak bergigi, kemudian pasien diinstruksikan
untuk menutup rahangnya dalam hubungan antar tonjol maksimum. Oklusal
rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal yang tepat. Setelah
dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali pada model kerja.
Lakukan pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja telah
sesuai dengan yang diperoleh di dalam mulut.2,3,17
Gambar 16. Penentuan hubungan rahang dengan bantuan basis dan oklusal rim
3
Sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kontak oklusal sama sekali
diantara gigi yang masih tersisa, misalnya apabila hanya terdapat gigi
anterior pada kedua rahang dan GTP rahang atas harus dibuat bersamaan
GTSL rahang bawah, maka prosedur penentuan hubungan rahang yang
dilakukan sama seperti penentuan hubungan rahang pada GTP dan dengan
menggunakan basis dan oklusal rim.3,17
b. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral
free end)
c. Klas III
Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih
ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang masih
ada dan melewati garis tengah rahang.
c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi mampu
memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median.
e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli dapat
dipakai sebagai penahan.
4. Konektor
Konektor dibagi dua, yaitu:
a. Mayor konektor
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi rahang
dengan sisi rahang lainnya. Menghubungkan dua sadel kanan dan
kiri.
b. Minor konektor
Merupakan penghubung antara mayor konektor dengan bagian-
bagian lain pada kerangka gigi tiruan seperti cangkolan
2. Stabilisasi
adalah perlawanan atau ketahanan terhadap perpindahan gigi tiruan dalam
arah horisontal. Stabilisasi terlihat bila dalam keadaan berfungsi. Gigi yang
mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan gigi yang
mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.
3. Estetika
a) Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam
posisi bagaimanapun juga
b) Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna gigi
dan inklinasi/ posisi tiap gigi
c) Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien