Anda di halaman 1dari 51

PERAWATAN PROSTODONTIK

Pengertian
Prosthodontics atau Prosthetic Dentistry dan disebut juga dengan
ilmu Prostodonsia adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi, yang
berhubungan dengan diagnosis, rencana perawatan, rehabilitasi dan
pemeliharaan kesehatan mulut, kenyamanan, penampilan dan kesehatan
pasien dengan cara mengganti gigi dan jaringan maksilofasial yang hilang
atau tidak sempurna terbentuk dengan alat tiruan biokompatibel untuk
pemulihan sistem stomatognasi.1 Hal ini sesuai dengan filosofi perawatan
prostodontik yaitu "restore what is missing but also preserve what is
remains", sehingga perawatan prostodontik yang dilakukan oleh dokter gigi
tidak hanya untuk menggantikan struktur yang hilang tetapi memelihara
struktur rongga mulut yang masih ada.2,3

Tujuan Perawatan Prostodontik


Perawatan prostodontik bertujuan untuk memperbaiki dan
memelihara kesehatan umum pasien, memperbaiki fungsi, meliputi fungsi
pengunyahan dan fungsi bicara, memperbaiki estetik sehingga menambah
kepercayaan diri pasien dalam penampilan, merestorasi dan memelihara
kesehatan gigi dan jaringan yang masih ada serta mencegah terjadinya
2,3
kerusakan lebih lanjut dari struktur rongga mulut. Hasil penelitian
Roessler (2003) menyebutkan terdapat dua alasan utama pasien melakukan
perawatan prostodontik yaitu untuk memperbaiki estetik terutama pada kasus
pembuatan gigitiruan sebagian lepasan maupun gigi tiruan cekat dan untuk
meningkatkan fungsi pengunyahan.4

Jenis Perawatan Prostodontik


Gigi tiruan Lepasan
Gigi tiruan lepasan merupakan jenis perawatan prostodontik yang
menggantikan gigi serta jaringan pendukung pada kehilangan sebagian

1
maupun seluruh gigi dengan gigi tiruan yang dapat dipasang dan dilepas
sendiri oleh pasien dari rongga mulut. Berdasarkan jumlah gigi yang
digantikannya, gigitiruan lepasan terdiri atas gigitiruan sebagian lepasan
(GTSL) dan gigitiruan penuh (GTP).1,5

Gigi tiruan Penuh


Gigi tiruan penuh (GTP) adalah gigi tiruan yang menggantikan
seluruh gigi-geligi yang hilang dan jaringan pendukungnya baik di rahang
1,5
atas dan rahang bawah. Tujuan pembuatan GTP adalah untuk memenuhi
kebutuhan estetik, fonetik, dukungan oklusal, pengunyahan, kenyamanan
dan kesehatan jaringan pendukung.6

Gigi tiruan Sebagian Lepasan


Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan jaringan
pendukungnya pada rahang atas atau rahang bawah serta dapat dibuka
pasang oleh pasien, terdiri atas GTSL akrilik dan GTSL kerangka logam.
Indikasi pemakaian GTSL, yaitu: 1,3,5,7
1. Panjang daerah tidak bergigi tidak memungkinkan pembuatan GTC
2. Tidak terdapat gigi penyangga di sebelah distal ruang tidak bergigi
3. Resorpsi tulang alveolar berlebih
4. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat atau belum erupsi
sempurna.

Keberhasilan Perawatan Prostodontik


Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan Prostodontik
Keberhasilan dalam perawatan prostodontik tergantung pada upaya
tiga pihak, yaitu dokter gigi yang membuat diagnosa, persiapan rencana
perawatan dan melaksanakan prosedur klinis, tekniker gigi yang melakukan
prosedur laboratorium dan pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap
gigitiruan dan menerima keterbatasan gigitiruan.4 Prosedur klinis dan
prosedur laboratoris merupakan faktor yang paling menentukan untuk

2
keberhasilan perawatan prostodontik, hal ini disebabkan perawatan
prostodontik bagi pasien melibatkan banyak prosedur terpisah yang saling
berkaitan antara satu prosedur dengan prosedur lainnya sehingga harus ada
komunikasi, kerjasama yang baik serta saling menghargai antara dokter gigi
dan tekniker gigi selama melakukan pembuatan gigitiruan.8

Syarat Keberhasilan Perawatan Prostodontik


Suatu perawatan prostodontik dikatakan berhasil apabila memenuhi
beberapa persyaratan, antara lain retensi dan stabilisasi gigitiruan yang baik,
dukungan yang cukup, oklusi harmonis, estetik serta nyaman dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada jaringan rongga mulut. Retensi merupakan
daya tahan terhadap gaya yang melepaskan gigitiruan dalam arah yang
berlawanan dengan arah pemasangan. Retensi disebut juga sebagai usaha
mempertahankan posisi gigitiruan didalam rongga mulut yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain adhesi, kohesi, tegangan permukaan antar
fasial, daya tarik-menarik kapiler, tekanan atmosfer dan otot-otot rongga
mulut dan wajah. Stabilitas merupakan kemampuan gigitiruan untuk dapat
bergerak secara horizontal dengan baik dan konstan posisinya bila tekanan
jatuh padanya. Kestabilan gigitiruan didapat dari kontak rapat antara basis
gigitiruan dengan mukosa, besar dan bentuk daerah pendukung, kualitas
cetakan fisiologis, bentuk permukaan yang dipoles serta lokasi dan susunan
anasir gigitiruan. Sedangkan dukungan merupakan daya tahan gigitiruan
terhadap komponen vertikal dari pengunyahan atau tekanan-tekanan lain
yang dijatuhkan ke arah daerah pendukung. Dukungan terhadap gigitiruan
didapat dari tulang rahang atas dan rahang bawah serta jaringan mukosa
yang menutupinya. Dukungan akan bertambah dengan pemberian tekanan
selektif yang serasi dengan kekenyalan jaringan yang tersedia untuk
dukungan.2,3,6

3
Aplikasi
Pengertian
Menurut Notoatmodjo, aplikasi (application) diartikan sebagai
kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari berupa hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah
metode bekerja pada suatu kasus dan masalah yang nyata misalnya
mengerjakan, memanfaatkan, menggunakan dan mendemonstrasikan.9,10

Aplikasi Prosedur Perawatan Prostodontik oleh Dokter Gigi


Hasil penelitian Mendez (1985) dan Singh dkk (2011), menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prosedur yang diajarkan di
fakultas, dan prosedur yang benar-benar dipraktikkan.11,12 Sebagian besar
dokter gigi tidak mengikuti prosedur yang telah mereka pelajari selama masa
pendidikan dan lebih mengikuti prosedur singkat dan sesuai kenyamanan
mereka sendiri untuk melakukan perawatan prostodontik. 11 Clark dkk (2001)
melaporkan bahwa dokter gigi di Amerika Serikat dan di negara lain
biasanya tidak menggunakan teknik restoratif tertentu yang telah dipelajari di
fakultas, terdapat teknik alternatif yang sesuai untuk masing-masing kasus
yang mereka rawat. Sementara mahasiswa kedokteran gigi menggunakan
teknik yang telah diajarkan, kebanyakan dokter gigi lebih memilih untuk
tidak menggunakannya atau memilih teknik yang berbeda yang mereka
pelajari dari luar universitas.13 Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka
sebagian besar dokter gigi tidak mengikuti prosedur yang telah mereka
pelajari selama masa pendidikan.11-13

Prosedur Perawatan Prostodontik


Perawatan prostodontik melibatkan banyak prosedur terpisah yang
saling berkaitan antara satu prosedur dengan prosedur lainnya. Dalam hal ini,
prosedur klinis dilaksanakan oleh dokter gigi terhadap pasien di ruang
praktik. Setiap prosedur perawatan yang diaplikasikan, telah banyak
dijelaskan di dalam berbagai buku dan telah diajarkan di dalam kurikulum

4
oleh seluruh institusi pendidikan kedokteran gigi untuk memandu dokter gigi
dalam melakukan perawatan prostodontik secara optimal. 13,14 Apabila salah
satu prosedur yang dilakukan kurang tepat, maka gigitiruan yang dihasilkan
tidak akan memuaskan, baik bagi pemakainya maupun operatornya.4,6

PROSEDUR PERWATAN GIGI TIRUAN PENUH


Proses perawatan gigitiruan penuh yang harus dilakukan oleh dokter
gigi terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostik perlu diaplikasikan pada pasien yang akan
membuat gigitiruan penuh untuk membantu dalam menetapkan diagnosa dan
rencana perawatan, meliputi: 6,15,16

A. Informasi Sosial
Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor
telepon dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan
menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk tentang
keadaan sosial-ekonomi pasien. 6,10,15

B. Status Medis
Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya
kondisi yang mungkin berpengaruh terhadap perawatan gigitiruan.
Kesehatan umum dapat diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat
pada saat kunjungan pertama pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan
dengan mengadakan pemeriksaan lebih lanjut, baik dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terpilih, pemeriksaan objektif maupun berkonsultasi
dengan dokter yang merawat pasien tersebut. Informasi kesehatan umum
meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya serta obat-obatan
yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas karena akan
mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan. 6,10,15
C. Sikap Mental Pasien

5
Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya,
mengklasifikasikan sikap mental pasien yang membuat gigitiruan menjadi
empat kategori, yaitu philosophic, indifferent, critical dan skeptical. Sikap
mental pasien merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
dalam mendiagnosa pasien. Dokter gigi harus mampu mengerti dan
memahami sikap pasien yang akan dilakukan perawatan. Untuk mengatasi
sikap mental pasien pada dasarnya dokter gigi harus melakukan perawatan
dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap empati terhadap pasien untuk
mencapai keberhasilan perawatan prostodontik yang dilakukan.6

D. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut


Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien dengan
mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya mengenai pencabutan terakhir
gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui.
Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri
mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara
pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan gigitiruan akan
mempengaruhi hasil perawatan. Informasi lain seperti prosedur kebersihan
rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya mengunyah di satu sisi dan
bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga mulut yang pernah
diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien. 6,10,15

Pada pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi


kesempatan untuk menyampaikan keluhan tentang gigitiruannya yang lama.
Hal ini penting untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat
mengetahui permasalahan utama yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat
diperbaiki pada gigitiruannya yang baru. 6,15

E. Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur
bibir saat istirahat dan selama berfungsi, sendi temporomandibular dan
6
kemungkinan kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan seperti
mengangkat gigitiruan rahang bawah dengan lidah. 6,15

Gambar 1.Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah 16

Pemeriksaan intra oral meliputi screening seluruh jaringan rongga


mulut terhadap kelainan patologis yang dilakukan secara visual dan palpasi
pada mukosa rongga mulut, linggir alveolar, palatum, lidah dan relasi
rahang. Pemeriksaan terhadap jumlah serta konsistensi saliva perlu dilakukan
karena berpengaruh pada retensi, stabilisasi serta kenyamanan pemakaian
gigitiruan. Bila terdapat jaringan flabby, ridge tajam (knife edge),
protuberensia tulang seperti torus, eksostosis dan jaringan hiperplasia perlu
dilakukan pertimbangan tindakan pembedahan atau membuat desain khusus.
Dokter gigi memegang peranan penting dalam deteksi dini oral neoplasia,
khususnya karsinoma. Prosedur pembuatan gigitiruan harus ditunda bila
terdapat kelainan patologis sampai seluruh jaringan rongga mulut dalam
keadaan sehat. 6,10,15

2. Pemeriksaan gigi tiruan


Tujuan dari pemeriksaan gigitiruan adalah untuk menentukan kualitas
gigitiruan yang berhubungan dengan keluhan pasien mengenai gigitiruannya
sehingga dapat dilakukan perbaikan pada gigitiruan yang baru. Pemeriksaan
yang dilakukan pada saat gigitiruan dikeluarkan dari rongga mulut meliputi
kebersihan gigitiruan, bentuk umum, posisi gigi, oklusi, dan keausan
gigitiruan. Kemudian dilakukan pemeriksaan gigitiruan di dalam rongga
mulut meliputi adaptasi gigitiruan, border extension, freeway space, dimensi
vertikal, oklusi sentrik, estetik, serta posisi gigi dan hubungannya terhadap
lidah, pipi dan bibir, sebelum melakukan penilaian stabilitas dan retensi. 6,15
7
Keinginan dan harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat
sebaiknya harus diketahui pada saat kunjungan pertama. Harus disadari oleh
pasien maupun dokter gigi bahwa gigitiruan yang akan dibuat harus dapat
menciptakan fungsi rongga mulut dan keharmonisan hubungan dengan
struktur rongga mulut lainnya serta jaringan sekitarnya.6

3. Model diagnostik
Pembuatan model diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui
beberapa hal. Pada saat melakukan pencetakan model diagnostik, sensitivitas
pasien terhadap prosedur yang dilakukan di rongga mulut, koordinasi
aktifitas lidah dan faktor-faktor lain yang penting untuk penegakan diagnosa
dapat diketahui lebih dini. Apabila masih terdapat gigi asli pada kedua
rahang dan masih dapat dioklusikan, maka model diagnostik dapat
dipasangkan ke artikulator sehingga hubungan oklusi yang ada dapat dicatat.
Selain itu dokter gigi dapat mengevaluasi bentuk lengkung dan hubungan
rahang serta mengevaluasi pemeriksaan intraoral yang telah dilakukan.1

4. Pemeriksaan radiografik
Pemeriksaan radiografik pada prinsipnya penting dilakukan untuk
mengevaluasi kondisi setiap pasien yang memerlukan perawatan
prostodontik sehingga kondisi di bawah membran mukosa yang secara klinis
tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan
radiografik dapat diketahui adanya sisa akar, gigi terpendam maupun
keadaan patologis seperti kista. Pemeriksaan radiografik juga dapat melihat
keadaan jaringan periodontal gigi yang masih ada serta vitalitasnya, tebal
submukosa yang menutupi tulang, lokasi kanalis mandibula, foramen
mentale serta adanya tulang yang tajam. 6,10,15
Pemeriksaan radiografik panoramik dari kedua lengkung rahang
ditambah dengan foto periapikal atau oklusal bila diperlukan sangat
membantu didalam menegakkan diagnosa, namun perlu dipertimbangkan
pemaparan radiasi pada pasien harus seminimal mungkin. Karena itu
disarankan untuk melakukan pemeriksaan radiografik dengan menggunakan

8
foto panoramik, sedangkan foto periapikal atau oklusal hanya bila diperlukan
untuk pemeriksaan tambahan.15

Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas dukungan
gigitiruan dan memperoleh studi model. Sendok cetak yang digunakan untuk
melakukan pencetakan anatomis adalah sendok cetak pabrik yang terbuat
dari bahan metal atau plastik. Sendok cetak ini ada yang berlubang dan tidak
berlubang. Bentuk sendok cetak untuk pasien edentulus membulat pada
permukaan yang menutupi linggir alveolar. Sendok cetak harus disesuaikan
terlebih dahulu pada rongga mulut pasien. Ukuran sendok cetak edentulus
sekitar 5 mm lebih besar dari permukaan linggir alveolar agar memberikan
tempat yang cukup untuk bahan cetak. 6,15,17

9
Gambar 2. Sendok cetak logam dengan desain yang baik dalam berbagai ukuran. Bentuk
sendok cetak edentulus melengkung pada permuka-an yang menutupi linggir alveolar
dan daerah otot masseter dari sendok cetak tidak memiliki sudut yang tajam 2

10
Tepi sendok cetak harus dilapisi dengan soft boxing wax pada
tuberositas dan vestibulum bukal untuk membantu adaptasi tepi sendok cetak
dengan jaringan, melindungi jaringan perifer dari kekerasan tepi sendok
cetak dan sebagai pembatas bagi bahan cetak alginat agar tidak mengalir
jauh dari jaringan yang akan dicetak. Sendok cetak tidak boleh menyebabkan
distorsi atau perubahan bentuk terhadap jaringan dan struktur yang harus
berkontak dengan tepi serta permukaan gigitiruan.6,17

Gambar 3.Tepi sendok cetak yang telah dilapisi dengan soft boxing wax.
Tanda panah menunjukkan soft boxing wax. 17

Bahan cetak yang sering digunakan untuk pencetakan anatomis


adalah alginat (irreversible hidrocolloid) karena harga yang ekonomis,
mudah untuk digunakan dan mempunyai viskositas yang tinggi. 17
Hasil cetakan, harus meluas mencakup seluruh jaringan pendukung
gigitiruan dan perifer. Cetakan rahang atas harus meliputi kedalaman
fungsional dari sulkus labial, bukal dan tuberositas serta mencakup hamular
notch dan vibrating line pada bagian posterior. Pada cetakan rahang bawah
harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal dan lingual
serta mencakup retromolar pads dan fossa retromylohyoid di bagian
posterior. 6,10,15,17

11
Gambar 4. Hasil cetakan anatomis yang mencakup seluruh daerah pendukung,
tidak poreus dan terisi seluruhnya. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah 17

Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan plaster of paris untuk
mendapatkan studi model dan sebagai model untuk pembuatan sendok cetak
fisiologis. 16,17

Pencetakan Fisiologis
Prosedur pencetakan fisiologis bertujuan untuk mendapatkan model
kerja untuk pembuatan basis gigitiruan. Pencetakan fisiologis menggunakan
sendok cetak fisiologis yang dibuat dari bahan resin akrilik
swapolimerisasi.17

Gambar 5.Sendok cetak fisiologis untuk (a) Rahang atas dan (b) Rahang bawah17

12
Border Molding
Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming,
merupakan proses pembentukan tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk
mendapatkan anatomi struktur pembatas gigitiruan yang lebih akurat. 17

Beberapa bahan telah digunakan untuk border molding pada sendok


cetak fisiologis, antara lain modeling compound, heavy bodied vinyl
polysiloxane dan polyether. Green stick compound merupakan bahan yang
paling bagus digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain
setting cepat, dapat digunakan kembali apabila dilakukan pengulangan
prosedur border molding, karena kekakuannya dapat digunakan untuk
memperpanjang sendok cetak yang terlalu pendek sekitar 3-4 mm, umumnya
bahan cukup kental untuk mempertahankan bentuknya bila dalam keadaan
lunak sehingga memberikan lebar yang ideal (2-3 mm) pada tepi sendok
cetak, tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan setelah
pengerasan serta menghasilkan detail jaringan secara halus. Bahan ini juga
memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan distorsi ketika dikeluarkan
dari daerah undercut, dapat mengiritasi mukosa palatal serta menimbulkan
aspirasi. 17

Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border
molding berlangsung dan sebelum melakukan prosedur border molding, tepi
sendok cetak dikurangi terlebih dahulu 2 mm dari batas jaringan yang harus
dicetak.6,15 Apabila menggunakan green stick compound sebagai bahan
border molding, secara bertahap compound dipanaskan dengan lampu
spiritus dan didinginkan sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49oC
(120oF) sampai 60oC (140oF), kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut
pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari
struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border molding dilakukan
secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian vestibulum labial,
daerah posterior palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang
bawah.17

13
Gambar 6. Hasil border molding dengan green stick compound pada
sendok cetak fisiologis yang dilakukan secara berurutan per regio. (a)
Rahang atas (b) Rahang bawah 17

Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari


permukaan dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan
round bur nomor 6 pada daerah median palatine raphe, daerah anterolateral
dan posterolateral dari palatum durum untuk sendok cetak rahang atas, serta
di tengah-tengah daerah alveolar dan fosa retromolar untuk sendok cetak
rahang bawah. Lubang-lubang ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi
bahan cetak yang berlebih, memberikan retensi bagi bahan cetak,
mengurangi tekanan secara selektif dan mencegah perpindahan jaringan saat
pencetakan fisiologis.6,15,17

Gambar 7. Sendok cetak fisiologis rahang atas dengan border molding dan lubang.

14
Teknik Mencetak
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan menggunakan teknik
mukokompresi. Jaringan lunak di rongga mulut harus dalam keadaan sehat
diistirahatkan terlebih dahulu sebelum membuat cetakan fisiologis. Untuk
itu, pasien harus melepas gigitiruannya minimal 24 jam sebelum pencetakan
fisiologis.6

Dua faktor yang terpenting untuk mendapatkan cetakan yang baik


untuk gigitiruan penuh yaitu bentuk dan ketepatan sendok cetak fisiologis
serta penempatan yang tepat dari sendok cetak fisiologis pada jaringan
pendukung gigitiruan penuh di rongga mulut.6

Penentuan Basis Gigitiruan dan Oklusal Rim


Basis gigitiruan dan oklusal rim berfungsi untuk membangun kontur
wajah, membantu dalam pemilihan gigi, membangun dan mempertahankan
dimensi vertikal oklusi selama pencatatan hubungan rahang, membuat
catatan interoklusal, sebagai panduan pada penyusunan anasir gigitiruan,
sebagai panduan untuk penanaman model kerja kembali (remounting) pada
artikulator setelah pasang percobaan dan sebagai cetakan wax-up untuk
permukaan eksternal gigitiruan penuh.17

a. Basis Gigitiruan
Basis gigitiruan harus memenuhi syarat, antara lain harus stabil pada
model kerja dan pada rongga mulut, harus kaku, adaptasi yang baik pada
model, menutupi seluruh jaringan pendukung lengkung rahang, estetik dan
nyaman bagi pasien. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan bahan yang
paling sering digunakan sebagai basis gigitiruan ini karena memiliki
kekuatan, kekakuan dan adaptasi yang baik pada model kerja dan di dalam
mulut.6,7,15

Daerah undercut pada model rahang di blocking out dengan wax agar
mudah memisahkan basis tanpa merusak model. Seluruh permukaan basis
yang berkontak dengan bibir, pipi dan lidah harus halus dan dipoles untuk
memberi kenyamanan bagi pasien saat memakai gigitiruan. Basis gigitiruan
pada daerah puncak linggir alveolar, lereng labial dan lereng bukal harus
tipis untuk memperoleh ruangan bagi penyusunan anasir gigitiruan.6,17

b. Oklusal Rim
Bahan oklusal rim dari baseplate wax sering digunakan karena
mudah dimanipulasi di laboratorium, mudah dibentuk untuk memperoleh
kontur rongga mulut yang tepat, estetik, dapat dibentuk sesuai ukuran dan
bentuk gigi serta nyaman bagi pasien. 17

Oklusal rim diletakkan di atas linggir yang sebelumnya dibuat basis


gigitiruan dan dengan lembut ditekan sampai oklusal rim sejajar dengan
basis pada model. Rim direkatkan dengan basis dan seluruh daerah yang
kosong pada labial dan lingual ditambahkan dengan wax, kemudian oklusal
rim dihaluskan. 17

Ukuran dan bentuk eksternal dari oklusal rim sangat penting, harus
sama dengan gigi asli yang akan digantikan. Tinggi oklusal rim rahang atas
pada daerah anterior sekitar 22 mm yang diukur dari dasar perlekatan
frenulum labial dan sekitar 12 mm dari basis di daerah tuberositas. Lebar
labio-lingual sekitar 8-10 mm di posterior, dan 6-8 mm pada regio anterior.
Tinggi oklusal rim pada rahang bawah sekitar 18 mm, sedangkan tinggi
bagian posterior tidak melebihi setengah tinggi retromolar pad, lebar 3 mm
ke arah bukal sedangkan ke arah lingual lebar tidak melebihi perluasan
medial dari tepi sayap lingual. Inklinasi oklusal rim pada labial dari kaninus
ke kaninus sekitar 15o untuk memberikan dukungan bibir yang memadai. 17
Gambar 8. Ukuran dan bentuk basis dan oklusal rim.(a)rahang atas (b)rahang bawah17

Oklusal rim yang dipasang dalam mulut pasien harus tampak normal,
dengan persyaratan yaitu:
Ekstra Oral:
1) Sulcus nasolabial, sulcus mentolabial, commisura bibir dan filtrum
pasien harus mendapat dukungan yang baik dari oklusal rim. Jika
tidak ada dukungan, maka sulcus nasolabial, sulcus mento labial dan
filtrum menjadi rata serta commisura kendor, namun jika dukungan
berlebihan sulcus nasolabial, sulcus mentolabial berubah bentuk dan
dangkal, filtrum akan hilang alurnya dan commisura berubah ke arah
lateral.
2) Bibir dan pipi tidak boleh tampak cembung atau cekung bila oklusal rim
berada dalam mulut. Oklusal rim yang baik harus mendukung bibir dan
pipi serta otot-otot ekspresi wajah secara normal.6,7,15,17

Intra Oral:
1) Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas sejajar garis interpupil
mata jika dilihat dari depan dan sejajar garis alanasi-tragus
(Camper’s line) apabila dilihat dari arah lateral yang diukur dengan
occlusal guide plane.
2) Pada posisi istirahat fisiologis dan bibir pasien dalam keadaan rileks,
bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas terlihat kira-kira 2 mm
dibawah bibir atas.
Gambar 9. Hubungan antara garis interpupil mata, Camper’s line dan bidang oklusal

3) Bidang oklusal dari oklusal rim rahang atas dan rahang bawah
harus berkontak rapat jika dioklusikan
4) Garis median pada oklusal rim harus sesuai dengan garis median
pasien.
5) Garis kaninus akan membuat garis lurus jika ditarik dari pupil mata
ke sudut mulut. 6,7,8,15,17
Setelah oklusal rim memenuhi persyaratan, selanjutnya dapat
dilakukan pengukuran dimensi vertikal dan relasi sentrik. 6,7,15,17

Penentuan Hubungan Rahang


Hubungan rahang didefinisikan sebagai suatu keadaan hubungan
rahang bawah terhadap rahang atas dan dinyatakan dengan hubungan rahang
dalam arah vertikal dan hubungan rahang dalam arah horizontal. Kedua
hubungan rahang ini saling mempengaruhi satu sama lain.8

Hubungan rahang dalam arah vertikal disebut juga dengan dimensi


vertikal. Dimensi vertikal sering diartikan sebagai tinggi wajah vertikal yang
ditentukan oleh besarnya ruang antar rahang. Terdapat dua keadaan dimensi
vertikal yaitu dimensi vertikal oklusi dan dimensi vertikal istirahat fisiologis,
sehingga dalam mulut terdapat selisih ruang dari kedua dimensi vertikal
tersebut yang dikenal sebagai jarak interoklusal (free way space) yang dalam
keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Sedangkan hubungan rahang dalam
arah horizontal yang sering dikenal dengan relasi sentrik, merupakan
hubungan horizontal maksilomandibular ketika rahang bawah dalam posisi
paling posterior.8

Banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi


vertikal dan relasi sentrik pada pasien edentulus, namun pengukuran sering
dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa metode sehingga
mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat. Ketidaktepatan dalam
menentukan hubungan rahang baik dimensi vertikal maupun relasi sentrik
akan menyebabkan berbagai keluhan dari pasien diantaranya gangguan
fungsi pengunyahan, bicara, estetik dan mempertahankan kesehatan jaringan
pendukung gigitiruan penuh serta akan mempengaruhi sendi
temporomandibular.8,17

a. Pengukuran Dimensi Vertikal


Pada pengukuran dimensi vertikal gigitiruan penuh, dimensi vertikal
istirahat ditentukan terlebih dahulu kemudian pengukuran dimensi vertikal
oklusi. Dimensi vertikal istirahat fisiologis diartikan sebagai posisi netral
dari rahang bawah pada saat otot-otot membuka dan menutup mulut berada
dalam keadaan seimbang. Dimensi vertikal istirahat fisiologis diukur pada
saat rahang bawah dalam keadaan istirahat fisiologis dengan cara pasien
didudukkan dalam keadaan rileks dengan posisi kepala sedemikian rupa
dimana alanasi-tragus sejajar lantai, buat tanda berupa dua titik pada wajah,
satu diatas puncak hidung dan satu lagi pada bagian paling menonjol dari
dagu pasien. Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan menelan dan
rahang bawah dibiarkan dalam keadaan posisi istrirahat fisiologis, ukur jarak
kedua titik tersebut. Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengucapkan
huruf “mmm” berdengung dan secara bersamaan dilakukan pengukuran
jarak kedua titik kembali. Apabila hasil pada kedua pengukuran sama, maka
posisi tadi dapat diterima sebagai dimensi vertikal istirahat. Pengukuran ini
harus dilakukan beberapa kali, pasien diajak berbicara dan rileks diantara
kedua pengukuran tersebut.8,17

Setelah ukuran dimensi vertikal istirahat diperoleh, kemudian


dikurangi dengan jarak free way space sekitar 2-3 mm sehingga didapatkan
hasil akhir yang merupakan dimensi vertikal oklusal pendahuluan. Masukkan
oklusal rim ke dalam mulut dan pasien diinstruksikan menutup mulut hingga
mencapai kontak minimal antara oklusal rim rahang atas dan oklusal rim
rahang bawah. Oklusal rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal
oklusal pendahuluan. Untuk mengetahui ketepatan dari dimensi vertikal,
dilakukan dengan tes fonetik. Pasien diintruksikan untuk mengucapkan kata-
kata yang mengandung huruf desis yaitu huruf “S”, contohnya mengucapkan
angka dari “sebelas” sampai “sembilanbelas”. Pada saat pasien mengucapkan
kata-kata ini, harus terdapat celah diantara kedua oklusal rim di daerah gigi
premolar yang besarnya skitar 2-4 mm. Jarak ini disebut ruang bicara
terkecil (closest speaking space). Secara estetik, ketika oklusal rim
berkontak, bibir harus bersentuhan secara minimal dan dagu tidak terlihat
terlalu dekat dengan hidung. 8,17,18

b. Pengukuran Relasi Sentrik


Apabila dimensi vertikal yang benar telah ditetapkan, selanjutnya
dilakukan penetapan hubungan rahang pada dataran horizontal yaitu relasi
sentrik. Pengukuran relasi sentrik dapat dilakukan dengan metode statis,
fungsional dan grafik. Metode statis lebih sering digunakan karena praktis
dan dapat dilakukan berulang-ulang. Penetapan relasi sentrik dengan metode
statis dilakukan dengan cara: 15
1) Persiapkan groove berbentuk V dengan kedalaman 3-4 mm pada oklusal
rim rahang atas yang ditempatkan secara bilateral di regio molar satu-
premolar dua. Oleskan gel petroleum pada daerah yang bersentuhan
dengan lawan wax rim dan masukkan oklusal rim rahang atas ke dalam
mulut pasien.
2) Persiapkan daerah berbentuk kotak dengan kedalaman 2-3 mm pada
oklusal rim rahang bawah yang ditempatkan secara bilateral di regio
molar satu-premolar dua. Isi daerah tersebut dengan bahan beeswax
lunak dan masukkan oklusal rim rahang bawah ke dalam mulut pasien.
3) Pasien didudukkan dengan rileks dan posisi kepala didukung oleh
sandaran kepala. Oklusal rim berada di dalam mulut pasien. Stabilkan
oklusal rim rahang atas dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ibu
jari dan jari tangan lainnya ditempatkan pada permukaan labial oklusal
rim rahang bawah untuk menstabilkan basis gigitiruan pada posisi linggir
serta memandu rahang bawah pasien ke posisi relasi sentrik. Pasien
diinstruksikan membuka dan menutup mulut pelan-pelan. Pada saat
pasien membuka mulut, rahang bawah didorong ke belakang perlahan-
lahan tanpa paksaan dan berhenti pada saat oklusal rim mencapai
dimensi vertikal yang telah ditentukan sebelumnya. Gerakan ini
dicobakan beberapa kali hingga pasien melakukannya dengan benar dan
terbiasa dengan posisi tersebut.
4) Setelah dimensi vertikal dan relasi sentrik diperoleh, lalu oklusal rim
difiksasi. Pasien dan oklusal rim tidak boleh bergerak selama bahan
pencatat mengeras. Apabila bahan pencatat telah mengeras, pasien
membuka mulut secara hati-hati dan oklusal rim beserta catatan
interoklusalnya dikeluarkan dari mulut sebagai satu unit. Bahan pencatat
yang berlebihan dibuang dan lakukan pengecekan, kedua oklusal rim
tidak boleh berkontak pada daerah distal. Kemudian oklusal rim
dikembalikan pada model kerja dan ditanam pada artikulator.6,15
Pemilihan Warna Anasir Gigitiruan Penuh
Warna mempunyai 4 sifat yaitu hue, chroma, value dan translusens
yang seluruhnya terlibat dalam pemilihan gigi.6
a. Hue, yaitu warna khas yang dihasilkan oleh gelombang cahaya
tertentu yang jatuh pada retina. Merupakan warna itu sendiri, seperti
biru, merah, hijau dan kuning.
b. Saturasi (Chroma) ialah jumlah warna per unit area dari suatu obyek.
Misalnya beberapa gigi tampak lebih kuning dari yang lain. Warna
dasarnya mungkin sama, tetapi ada sesuatu yang lain pada beberapa
gigi dibandingkan yang lain.
c. Kecemerlangan(Value) ialah terang atau gelapnya sesuatu obyek.
Variasi dalam kecemerlangan dihasilkan oleh pengenceran warna
(hue) dengan putih atau hitam
d. Kebeningan (translusens) ialah sifat suatu obyek yang
memungkinkan cahaya menembus melaluinya tetapi tidak
memberikan bayangan yang dapat dibedakan.
Pemilihan warna anasir gigitiruan akan mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan perawatan. Pada umumnya pemilihan warna dapat
disesuaikan dengan umur, warna kulit, rambut atau pupil serta jenis kelamin
pasien.1 Untuk memilih warna gigi yang sesuai bagi pasien biasanya
digunakan pedoman warna gigi (shade guide).17

Gambar 10.Salah satu contoh shade guide anasir GTP 20

Pemilihan warna gigi dilakukan di hari yang cerah, dengan


menundukkan pasien dekat dengan cahaya alamiah dan dibawah sinar lampu
yang mendekati sinar matahari. Pengamatan dengan pedoman warna
dilakukan dalam posisi, yaitu:
1) Di luar mulut disamping hidung, yang menentukan warna dasar,
kecemerlangan dan saturasi.
2) Di balik bibir dengan hanya tepi insisal yang terlihat, yang akan
menunjukkan pengaruh warna gigi ketika mulut pasien relaks.
3) Di balik bibir dengan hanya bagian servikal yang tertutup dan mulut
terbuka, yang menentukan pencahayaan gigi saat tersenyum.1

Pasang Percobaan Gigitiruan Penuh


Pasang percobaan estetik dan fungsional merupakan kesempatan
akhir bagi dokter gigi untuk memastikan bahwa gigitiruan wax telah
memenuhi syarat estetik, fonetik dan fungsional bagi pasien serta untuk
memastikan bahwa oklusal rim berada pada hubungan horizontal dan
vertikal yang benar pada artikulator sebelum gigitiruan diproses. Prosedur ini
juga akan memberikan kesempatan kepada pasien untuk memberikan
penilaian terhadap gigitiruan yang akan dibuat.17

Pemeriksaan pada artikulator meliputi posisi gigi, bentuk lengkung


rahang, perluasan basis wax pada daerah sulkus, retromolar pad dan aspek
posterior palatum serta pemeriksaan terhadap oklusi dan konturing wax.
Pemeriksaan intraoral mencakup adaptasi dan kecekatan dari basis, retensi
dan stabilisasi, dukungan wajah, fonetik, dimensi vertikal, relasi sentrik,
estetik dalam hal bentuk, susunan dan warna gigi. Setelah itu pasien
dianjurkan untuk melakukan penilaian terhadap penampilan wajah dengan
gigitiruan di depan cermin dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi
untuk mencapai kesepakatan pada penampilan gigi tiruan yang diusulkan.6

Apabila akan dilakukan perubahan terhadap posisi, bentuk, ukuran


dan warna gigi serta pemilihan warna basis gigitiruan, hal tersebut perlu
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pasien. Setelah itu pasien
menandatangani formulir pernyataan kepuasan pasien dengan susunan gigi
tiruan. Gigi tiruan dikirim kembali ke laboratorium untuk proses selanjutnya,
jika dokter gigi dan pasien telah puas dan sepakat terhadap penilaian
gigitiruan yang telah dilakukan. 6,7,15,17

Remounting dan Selective Grinding


Prosedur flasking, packing dan processing resin akrilik dapat
menghasilkan perubahan dimensi yang menyebabkan hubungan oklusi yang
tidak harmonis dan peninggian dimensi vertikal oklusal. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh: 6,7,15,17
1. Perubahan dimensi wax ketika penanaman kuvet (flasking)
2. Anasir gigitiruan yang tertekan ke dalam bahan tanam akibat
pengepresan sewaktu pengisian akrilik.
3. Pemasangan bagian-bagian kuvet yang tidak tepat
4. Sisa akrilik yang berlebih karena adonan resin akrilik terlalu
elastis atau pengepresan yang kurang pada saat pengisian akrilik
5. Perubahan thermis pada saat polimerisasi resin akrilik

Remounting adalah suatu prosedur pemasangan kembali gigitiruan ke


artikulator yang bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak
harmonis dari gigitiruan yang baru selesai diproses. Biasanya incisal
guidance pin dari artikulator tidak berkontak dengan incisal guidance table
dan gigitiruan harus digrinding untuk memperbaiki dataran bidang oklusi.6,7

Selective grinding merupakan pengasahan permukaan oklusal


gigitiruan pada tempat-tempat tertentu untuk memastikan bahwa oklusi
sentrik gigitiruan tepat dengan hubungan rahang sentrik dan juga gigitiruan
harus dalam kontak eksentrik yang seimbang pada semua sisi. Merupakan
salah satu tahap terpenting untuk mencapai oklusi seimbang dari gigitiruan.
Oklusi yang seimbang memastikan bahwa tekanan akan jatuh merata disetiap
bagian lengkung rahang sehingga kestabilitan gigitiruan dapat dipertahankan
ketika rahang bawah berada pada posisi sentrik maupun eksentrik. 6,7,15,17

Pemasangan Gigitiruan Penuh


Prosedur pemasangan gigitiruan harus dijadwalkan karena
memerlukan waktu yang cukup untuk melakukan pemasangan gigitiruan dan
konsultasi untuk menjawab setiap pertanyaan dan kekhawatiran pasien.
Pasien diinstruksikan untuk menanggalkan gigitiruan lamanya selama 12-24
jam sebelum gigitiruan baru dipasangkan agar gigitiruan baru dapat duduk
pada jaringan yang sehat dan tidak dalam keadaan distorsi. 6,7,15,17

Sebelum pemasangan gigitiruan, lakukan pemeriksaan pada


permukaan basis gigitiruan yang menghadap ke jaringan mulut dan
permukaan yang dipoles harus bebas dari gelembung serta goresan tajam
untuk menghindari trauma pada mukosa mulut serta tumpukan plak.7

Pemeriksaan gigitiruan dilakukan satu persatu secara terpisah untuk


retensi, stabilitas dan kenyamanan di dalam rongga mulut, kemudian oklusi
dan fonetik diperiksa setelah gigitiruan atas dan bawah berada pada rongga
mulut. Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan articulating paper
untuk mengoreksi kontak prematur. Mulut harus dapat ditutup secara
bersamaan tanpa adanya hambatan.7

Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah


pemasangan untuk menyesuaikan gigitiruan di dalam rongga mulut. Pasien
diberikan informasi dan petunjuk secara verbal maupun instruksi tertulis
mengenai pemakaian gigitiruan, cara pembersihan dan pemeliharaan
gigitiruan yang dipakainya serta tentang pemeriksaan secara periodik yang
diperlukan.6

Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Penuh


Pemeriksaan pertama dijadwalkan 1 sampai 3 hari pasca pemasangan
gigitiruan dan pemeriksaan kedua dijadwalkan satu minggu setelah
pemeriksaan pertama. Dokter gigi harus menanyakan keluhan pasien
terhadap gigitiruan meliputi fungsi bicara, mastikasi, estetik maupun
kenyamanan pemakaian gigitiruan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
terhadap oklusi gigitiruan dan mukosa di dalam rongga mulut. Seluruh
rongga mulut diperiksa secara visual dan palpasi sehingga dapat ditentukan
lokasi apabila terdapat iritasi jaringan lunak. Perawatan yang dilakukan
meliputi:6,7,15
1. Pengobatan terhadap iritasi pada jaringan lunak.
2. Koreksi terhadap ketidaksesuaian oklusal.
3. Perbaikan terhadap basis gigitiruan yang terlalu panjang dan tepi
gigitiruan yang tajam.
Kontrol berkala bagi pasien pemakai gigitiruan sebaiknya dilakukan
dalam interval waktu 12 bulan, sedangkan bagi pasien dengan problem
kesehatan tertentu, dianjurkan untuk melakukan kontrol berkala dengan
interval waktu 3-4 bulan.6,7

Indikasi dan kontra indikasi gigi tiruan penuh


Indikasi GTL anrata lain :
1. Edentulous ridge
2. Pasien yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut
3. Pasien yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan gigi yang masih ada dan tidak mungkin diperbaiki
4. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya (prognosis GTSL buruk)
5. Keadaan mulut dan kondisi pasien baik 
6. Resorbsi tulang berlebihan
7. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa selanjutnya
Kontra indikasi GTL antara lain:
1. Pasien yang tidak kooperatif 
2. Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan kondisi
pasien tersebut
3. Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien
4. OH yang buruk 
5. Riwayat alergi bahan
PROSEDUR PERAWATAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Prosedur Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosa terlebih dahulu dilakukan anamnesa
terhadap keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi
dan mulut khususnya pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik
sebelumnya serta harapan pasien terhadap gigitiruan yang akan dibuat.
Dokter gigi juga harus mengevaluasi sikap mental pasien terhadap perawatan
gigitiruan.2,3,7,16,18

Prosedur pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan ekstra oral dan


pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk wajah,
profil, bentuk bibir dan sendi temporomandibular. Pemeriksaan intra oral
dilakukan secara visual, palpasi, perkusi, sonde, termis dan rontgen foto
terhadap gigi, jaringan lunak rongga mulut, jaringan periodonsium, residual
ridge dan saliva. Pemeriksaan terhadap gigi meliputi gigi yang hilang,
oklusi, warna gigi, oral hygiene, kondisi gigi yang tinggal apakah terdapat
karies, restorasi, mobility, elongasi, malposisi, atrisi dan vitalitas gigi. 2,3,16,18

Pemeriksaan radiografik berfungsi untuk mengevaluasi struktur


tulang alveolar gigi penyangga, evaluasi morfologi, panjang dan jumlah akar
gigi penyangga, memeriksa adanya lesi karies, sisa akar gigi, gigi terpendam,
resorpsi maupun sclerosis tulang alveolar dan kelainan periapkal, serta
mengevaluasi perawatan gigi yang telah dilakukan. 2,3,7,16,17,18

Pembuatan model diagnostik yang ditanam pada artikulator perlu


dilakukan untuk membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana
perawatan. Tujuan dari pembuatan model diagnostik meliputi:3
1. Digunakan sebagai tambahan pada pemeriksaan rongga mulut
dari oklusi bagian lingual, derajat overclosure, dan besar ruang
interoklusal.
2. Digunakan untuk survey lengkung rahang pada pembuatan GTSL.
3. Digunakan untuk gambaran gigitiruan yang dibutuhkan.
4. Digunakan sebagai referensi tetap dalam persiapan kerja seperti
tipe restorasi, daerah permukaan gigi yang dimodifikasi, lokasi
rest dan desain gigitiruan serta menentukan arah memasang dan
melepas gigitiruan.

Penegakan diagnosa dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah


dilakukan, kemudian ditentukan rencana perawatan yang dirinci selengkap
mungkin mencakup perawatan pendahuluan dan desain perawatan yang akan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawatan pendahuluan
bertujuan untuk mengadakan sanitasi rongga mulut dan menciptakan kondisi
oklusi normal yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya
meliputi tindakan bedah pra prostetik, perawatan konservasi, perawatan
periodontik dan perawatan orthodontik. Desain perawatan yang akan
dilakukan meliputi penentuan gigi penyangga dan menentukan desain GTSL.
Seluruh hasil pemeriksaan, diagnosa dan rencana perawatan dituliskan
pada kartu status penderita (dental record). 2,3,7,16,17,18

Diagnosa dan rencana perawatan untuk rehabilitasi rongga mulut


yang kehilangan sebagian gigi, mempunyai beberapa pertimbangan, antara
lain kontrol karies dan penyakit periodontal, pemulihan gigi pasien,
pemulihan dan mengharmoniskan hubungan oklusal dan penggantian gigi
yang hilang.16

Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis dilakukan sebelum preparasi mulut dengan
menggunakan bahan irreversible hidrokolloid. Sendok cetak harus dipilih
dengan ukuran 4-5 mm lebih besar dari ukuran rahang yang akan dicetak.
Sendok cetak ini ada yang berlubang dan tidak berlubang, sesuai dengan
bahan cetaknya. Jenis sendok cetak menurut bagian rahang yang akan
dicetak meliputi normal stock tray untuk kehilangan gigi paradental,
depressed anterior tray untuk kasus Klas I Kennedy dan sendok cetak untuk
sebagian rahang.16
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan dental stone dan
dilakukan trimming untuk mendapatkan model studi.16

Pencetakan Fisiologis
Pencetakan fisiologis dilakukan setelah preparasi mulut berfungsi
untuk mendapatkan model kerja. Pada GTSL indikasi untuk pencetakan
fisiologis adalah gigitiruan dengan perluasan distal terutama untuk lengkung
rahang Klas I dan Klas II Kennedy. Sendok cetak fisiologis dibuat dari bahan
resin akrilik swapolimerisasi atau visible light cured resin akrilik.3,16

a. Sendok Cetak Fisiologis


Buat outline pada model rahang atas dan bawah sesuai dengan batas
sendok cetak fisiologis. Setelah itu selembar baseplate wax dilapiskan pada
model di atas permukaan linggir edentulus dan daerah palatal dan 2 lembar
baseplate wax dilapiskan di atas gigi-geligi yang berfungsi sebagai spacer.
Wax spacer harus 2 mm lebih pendek dari outline sendok cetak yang telah
ditentukan pada daerah tidak bergigi dan 1 mm lebih pendek pada daerah
bergigi untuk proses border molding. Wax spacer tidak menutupi daerah
posterior palatal seal pada rahang atas dan buccal shelf pada rahang bawah,
sehingga sendok cetak fisiologis yang dihasilkan akan berkontak dengan
mukosa daerah tersebut yang berfungsi sebagai pedoman untuk
menempatkan sendok cetak pada posisi yang benar di rongga mulut. Buka
bagian incissal edge pada gigi insisivus sentral sebagai stopper pada bagian
anterior.2,3,7

Gambar 11. Outline sendok cetak fisiologis.(a)Rahang atas dan (b) Rahang bawah2

Gambar 12. Wax spacer dilapiskan pada model di atas permukaan linggir edentulus,
daerah palatal dan di atas gigi- geligi. Wax spacer tidak menutupi daerah posterior
palatal seal. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah 2
Resin akrilik swapolimerisasi diadaptasikan ke model menutupi
spacer, sampai batas outline yang telah ditentukan dengan ketebalan merata
sekitar 2-3 mm dan buat tangkai dari resin akrilik untuk memudahkan dalam
melakukan pencetakan. Setelah mengeras, lepascan sendok cetak fisiologis
dari model, sempurnakan tepi sendok cetak dan dicobakan ke dalam mulut
pasien.3,7,16

Gambar 13. Resin akrilik swapolimerisasi yang diadaptasikan pada model


menutupi wax spacer hingga batas outline.

Border Molding
Prosedur border molding dilakukan pada daerah edentulus untuk
membentuk tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi
pembatas gigitiruan, dengan menggunakan green stick compound dan wax
spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding
berlangsung.3

Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari


permukaan dalam sendok cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan
round bur nomor 8 berjarak 5 mm kecuali pada daerah groove alveolar
apabila akan dilakukan pencetakan dengan bahan irreversible hidrocolloid.3

Gambar 14. Sendok cetak fisiologis yang telah selesai dibuat. Terdapat
lubang pada permukaan sendok cetak fisiologis 2

c. Teknik Mencetak
Teknik mencetak dengan penekanan selektif antara gigi dan jaringan
pendukung:16
1. Teknik mukokompresi: jaringan lunak mulut di bawah penekanan.
pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang
mempunyai viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih dibutuhkan
kea rah mukosa di bawahnya. Bahan cetak yang digunakan adalah
bahan cetak silikon dan polyether.
2. Teknik mukostatis: jaringan lunak mulut berada dalam keadaan
istirahat. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang
mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya
sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan
ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari
mukosa. Bahan cetak yang digunakan adalah irreversible
hidrokolloid.
Teknik pencetakan ganda umumnya dilakukan pada pencetakan
fisiologis, dengan mengkombinasikan teknik mukokompresi saat melakukan
pencetakan pertama untuk menghasilkan cetakan yang akurat pada daerah
linggir tidak bergigi dan pencetakan kedua dengan teknik mukostatis pada
daerah bergigi.16

Bentuk anatomis gigi dan jaringan pada lengkung rahang kehilangan


sebagian gigi harus tercetak secara akurat. Hal ini sangat diperlukan agar
GTSL dapat didesain sesuai dengan arah pasang dan arah lepas serta
dukungan, stabilitas dan retensi yang berasal dari gigi penyangga lebih tepat
dan akurat.7,16

Penentuan Hubungan Rahang


Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan
dimensi vertikal dan relasi sentrik pada kehilangan gigi sebagian yang sangat
bergantung pada gigi geligi dan jaringan yang masih tersisa.2,3,17

a. Penentuan Dimensi Vertikal


Apabila terdapat cukup banyak gigi antagonis berkontak yang dapat
menunjukkan hubungan rahang yang sebenarnya dan rentang daerah tak
bergigi cukup pendek, maka dimensi vertikal dapat ditentukan dengan cara
mengatupkan model rahang atas dan rahang bawah hingga mencapai oklusi
kemudian difiksasi dengan sticky wax sampai pemasangan pada artikulator
selesai dilakukan.2,3,17

Pada kasus Kelas III atau Kelas IV Kennedy, dengan kondisi gigi
antagonis tidak memungkinkan untuk mengatupkan model rahang tersebut,
maka dalam keadaan ini penentuan hubungan rahang dilakukan dengan
menggunakan bahan pencatat interoklusal wax, yaitu metallic oxide paste
dan wafer bite wax.2,3,17

Gambar 15.Interocclusal record dengan Aluwax19

Bila ada satu atau lebih daerah free end yang cukup lebar atau gigi
yang tersisa sudah saling tidak berkontak, maka penentuan hubungan rahang
dilakukan dengan bantuan basis dan oklusal rim. Basis dan oklusal rim
ditempatkan pada daerah yang tidak bergigi, kemudian pasien diinstruksikan
untuk menutup rahangnya dalam hubungan antar tonjol maksimum. Oklusal
rim disesuaikan hingga mencapai dimensi vertikal yang tepat. Setelah
dikeluarkan dari mulut, oklusal rim dipasang kembali pada model kerja.
Lakukan pemeriksaan apakah hubungan rahang pada model kerja telah
sesuai dengan yang diperoleh di dalam mulut.2,3,17
Gambar 16. Penentuan hubungan rahang dengan bantuan basis dan oklusal rim
3

Sedangkan pada kasus yang tidak memiliki kontak oklusal sama sekali
diantara gigi yang masih tersisa, misalnya apabila hanya terdapat gigi
anterior pada kedua rahang dan GTP rahang atas harus dibuat bersamaan
GTSL rahang bawah, maka prosedur penentuan hubungan rahang yang
dilakukan sama seperti penentuan hubungan rahang pada GTP dan dengan
menggunakan basis dan oklusal rim.3,17

b. Penentuan Relasi Sentrik


Hubungan horizontal rahang (relasi sentrik atau oklusi sentrik) yang
akan menjadi patokan untuk restorasi yang akan dibuat, sebaiknya ditetapkan
selama proses diagnosa dan rencana perawatan. Hal ini dilakukan setelah
preparasi mulut dan penyesuaian oklusi gigi asli selesai dilaksanakan.
Dengan demikian, pada saat penentuan hubungan rahang, akan dijumpai
salah satu keadaan berikut ini:3,17
1) Relasi sentrik bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi akan
dibuat dalam hubungan relasi sentrik.
2) Relasi sentrik tidak bertepatan dengan oklusi sentrik, restorasi
akan dibuat dalam hubungan oklusi sentrik.
3) Gigi posterior tidak berkontak, restorasi akan dibuat dalam
hubungan relasi sentrik.
4) Tidak terdapat gigi posterior pada salah satu atau kedua rahang
dan gigitiruan akan dibuat dalam hubungan relasi sentrik.
Apabila masih terdapat cukup banyak gigi yang beroklusi, biasanya
relasi sentrik dapat ditentukan dengan cara mengatupkan model rahang atas
dan rahang bawah sehingga akan diperoleh hubungan kontak gigi dengan
gigi. Sebaliknya pada kasus yang masih memiliki beberapa gigi tetapi tidak
memiliki oklusal stop lagi, harus dibuat basis dan oklusal rim untuk
memperoleh hubungan rahang atas dan rahang bawah. Hubungan ini
kemudian dipindahkan ke artikulator.3,17

Pemilihan Warna Anasir Gigitiruan Sebagian Lepasan


Penentun warna anasir gigitiruan sebagian lepasan, dapat disesuaikan
dengan warna gigi yang masih ada serta usia pasien. Pemilihan warna gigi
dilakukan dengan bantuan shade guide dan dibawah cahaya yang berasal
dari sinar matahari karena sinarnya merupakan sinar alamiah. Usia dapat
juga dijadikan sebagai pedoman. Pasien dengan usia tua memiliki warna gigi
lebih gelap dibanding usia muda.3,16

Pasang Percobaan Gigitiruan Sebagian Lepasan


Pemeriksaan pertama dilakukan pada model kerja dalam keadaan
terpasang pada artikulator untuk memastikan bahwa konstruksi, kecekatan
dan penampilan gigitiruan yang dibuat tekniker sesuai dengan desain yang
diresepkan dokter gigi.
Adaptasi dasar gigitiruan terhadap model kerja harus baik terutama pada
GTSL kerangka logam.3,7,17

Untuk GTSL akrilik, prosedur pasang percobaan biasanya dilakukan


dalam bentuk wax. Pemeriksaan yang dilakukan pasang percobaan wax ini
meliputi adaptasi dan kecekatan dari basis dan komponen-komponen
gigitiruan, retensi dan stabilisasi, oklusi, dimensi vertikal oklusal, posisi gigi,
artikulasi, estetik dan permukaan poles.3,7,17

Bila gigitiruan dari kerangka logam, pemeriksaan yang dilakukan


meliputi retensi dan stabilisasi, kemudian perlu diperhatikan kontak antara
kerangka logam terhadap jaringan lunak rongga mulut maupun tepi gigi
penyangga dan hubungan antara konektor plat dengan gigi antagonis.
Pemeriksaan ini dilaksanakan sebelum pemasangan sadel dan anasir
gigitiruannya untuk memudahkan pemeriksaan kecekatan antara retainer
dengan permukaan gigi penyangga dan memudahkan penyesuaian kerangka
logam bila perlu dilakukan. Pada kasus yang memakai kerangka logam pada
kedua rahangnya, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oklusi gigi yang
masih ada, setelah itu pemeriksaan gigitiruan harus dilakukan satu persatu
secara terpisah, kemudian oklusi dan artikulasi diperiksa setelah kedua
gigitiruan berada pada rongga mulut.7

Bila akan dilakukan modifikasi, pekerjaan ini biasanya dikirim ke


laboratorium dan perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pasien
apabila terdapat perubahan-perubahan yang akan dilakukan mengenai posisi,
bentuk, ukuran maupun warna gigi. Apabila telah memenuhi aspek estetik
dan oklusi, wax gigitiruan dikirim kembali ke laboratorium untuk proses
selanjutya.7

Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan


Setelah gigitiruan selesai diproses, perlu dilakukan pemeriksaan pada
permukaan yang menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles
harus bebas dari gelembung serta goresan tajam untuk menghindari trauma
pada mukosa serta tumpukan plak. Pemeriksaan juga dilakukan pada
komponen gigitiruan meliputi konektor, retainer, cangkolan dan sadel, bila
tajam dapat melukai jaringan rmulut.17

Gigitiruan harus dapat dipasangkan pada rongga mulut tanpa tekanan


atau paksaan. Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai
pada saat pemasangan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan
gigitiruan dengan memperhatikan kontak antara permukaan gigi atau
jaringan dengan gigitiruan jangan sampai menjadi rusak atau hilang. Setelah
gigitiruan dapat dimasukkan ke dalam mulut, dilakukan pemeriksaan
terhadap stabilitas gigitiruan, oklusi, artikulasi, estetik dan kecekatan serta
ketepatan kontak bagian-bagian gigitiruan dengan jaringan keras maupun
lunak rongga mulut.3,7,17

Edukasi kepada pasien sangat penting dilakukan mengenai cara


memasang dan melepas serta merawat gigitiruan yang dipakainya, cara
menjaga kesehatan mulut serta gigi yang masih ada dan gangguan yang
mungkin timbul akibat pemakaian gigitiruan. Pasien dianjurkan untuk
memakai gigitiruan selama 24 jam setelah pemasangan untuk menyesuaikan
gigitiruan di dalam rongga mulut.17

Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigitiruan Sebagian Lepasan


Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigitiruan.
Perlu ditanyakan kepada pasien mengenai permasalahan kenyamanan dan
fungsi gigitiruan, kemudian lakukan pemeriksaan pada jaringan lunak rongga
mulut apakah terdapat ulserasi atau eritema serta oklusi dengan articulating
paper.7
Pasien juga perlu diberitahu bahwa setelah pemakaian beberapa
waktu, gigitiruan pasti mengalami perubahan begitu pula bagian tertentu dari
jaringan rongga mulut pasien sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berkala
minimal dua kali dalam setahun untuk mencegah terjadinya kerusakan lanjut
yang mungkin timbul seperti karies maupun penyakit periodontal.7,17

Permasalahan yang Dihadapi oleh Dokter Gigi Selama Mengaplikasikan


Prosedur Perawatan Prostodontik
Terdapat beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh dokter
gigi selama mengaplikasikan prosedur perawatan prostodontik. Menurut
penelitian Singh dkk (2011), masalah-masalah yang dihadapi oleh dokter
gigi dapat dikaitkan dengan kurangnya pengetahuan tentang bahan dan
teknik serta keterampilan selama melakukan prosedur klinis perawatan
prostodontik.9 Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa
keterbatasan waktu dan tingginya biaya juga merupakan permasalahan yang
sering dihadapi oleh dokter gigi selama melakukan prosedur perawatan
prostodontik.10,12,21 Keterbatasan waktu dalam pembuatan gigitiruan,
menyebabkan dokter gigi menggunakan metode singkat yang tidak
memberikan manfaat sepenuhnya pada pengetahuan dasar yang telah
dipelajari selama pendidikan di Fakultas Kedokteran gigi, akibatnya dokter
gigi cenderung memberikan perawatan prostodontik yang diberi nama
“dental mechanics”. Hal ini berbahaya karena hasil yang tidak memuaskan
ini menunjukkan bahwa tekniker dapat melakukan pelayanan prostodontik
yang lebih baik, yang kenyataannya dokter gigi dapat melakukan perawatan
yang lebih baik apabila memiliki waktu yang cukup.15 Kontak waktu yang
memadai dengan pasien sangat penting untuk mengembangkan keahlian,
keterampilan manual dan penilaian klinis yang diperlukan untuk
keberhasilan perawatan prostodontik.21

A. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Ruangan tak bergigi atau sadel pada rongga mulut dapat diklasifikasikan
untuk memungkinkan dokter gigi berkomunikasi dengan sejelas mungkin
tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan sebagian.
Klasifikasi gigi tiruan sebagian yang baik akan membantu dalam
pengelompokkan gigi yang hilang termasuk kombinasi serta varias-variasi yang
jumlahnya tak terbatas dan terjadi karena adanya gigi yang dicabut.18

Klasifikasi hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini :2


1. menunjukkan dengan jelas dan cepat jenis keadaan tidak bergigi
2. memungkinkan perbedaan antara geligi tiruan sebagian lepasan yang
didukung gigi atau yang didukung gigi dan jaringan bukan gigi
(dukungan kombinasi)
3. dapat menjadi petunjuk pembuatan desain geligi tiruan
4. dapat diterima secara luas.

Gigi tiruan sebagian lepasan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa


macam berdasarkan beberapa hal, yaitu:18
1. Berdasarkan bahan yang digunakan:
a. Gigi tiruan kerangka logam (frame prosthesa/ metal prosthesa)
b. Gigi tiruan akrilik
c. Kombinasi kerangka logam dan akrilik

2. Berdasarkan saat pemasangan:


a. Protesa immediate, dipasang segera setelah pencabutan
b. Protesa konvensional, dipasang setelah gigi lama dicabut

3. Berdasarkan ada tidaknya wing (sayap):


a. Open face denture, gigi tiruan sebagian dibuat tanpa gusi tiruan di bagian
bukal/labial. Gigi tiruan open face diindikasikan pada bagian anterior bila
tulang alveolar belum resorbsi sehingga gigi artifisial dapat dipasang
seolah-olah keluar dari gusi (tampak estetik seperti gigi asli).
b. Close face denture, gigi tiruan sebagian dibuat dengan gusi tiruan di
bagianbukal/labial. Gigi tiruan close face diindikasikan pada bagian
anterior bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap dapat
meningkatkan estetika dengan memberi dukungan bagi bibir.

4. Berdasarkan jaringan pendukungnya menurut Carr dan McGivney (2005):2


a. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa (mucosa supported), yaitu gigi
tiruan yang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa
b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi tiruan
yang hanya mendapat dukungan dari gigi asli
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth
supported), yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dan
gigi asli.
5. Berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut Kennedy yaitu:18
a. Klas I
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang(bilateral Free end).

b. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral
free end)
c. Klas III
Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih
ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang masih
ada dan melewati garis tengah rahang.

Pada klasifikasi Kennedy, disamping adanya kelas-kelas ada juga yang


disebut modifikasi. Modifikasi ialah daerah tanpa gigi lainnya disamping daerah
yang menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini. Menurut Henderson, dkk.
(1985) untuk menentukan klasifikasi, maka ada aturan-aturan yang harus
dipertimbangkan sebagai berikut :18
a. Klasifikasi harus dilakukan setelah mouth preparation, sebab bila
tidak akan merubah klasifikasi yang ada contohnya pencabutan.
b. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam
klasifikasi, karena molar ketiga tidak diganti.
c. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan
maka harus diperhitungkan dalam klasifikasi.
d. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak
ada, gigi ini tidak dimasukkan dalam klasifikasi.
e. Bagian tak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama
klasifikasi.
f. Daerah-daerah tanpa gigi disamping daerah yang menentukan
klasifikasi disebut modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah
daerah atau ruangannya.
g. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan,
yang dipersoalkan adalah jumlah daerah atau ruangannya.
h. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas
IV hanya mempunyai daerah tanpa gigi dibelkangnya.

6. Klasifikasi gigi tiruan Applegate Kennedy yaitu:2


a. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
yang tertinggal pada kedua sisi rahang (bilateral Free end).
b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free end).

c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi mampu
memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median.

e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli dapat
dipakai sebagai penahan.

7. Berdasarkan letak klamer menurut Miller ditentukan sebagai berikut:2,18


a. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus
berhadapan dan tegak lurus median line.
b. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan
membentuk garis diagonal serta melewati median line.
c. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa
sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis,
merupakan suatu segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.
d. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa
sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis
lurus, merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi
tiruan.
B. Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan:7
1. Pasien mengeluhkan berkurangnya kemampuan mengunyah
2. Hilangnya satu gigi atau lebih
3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
sebagai gigi pegangan
4. Keadaan processus alveolaris masih baik
5. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
6. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan

C. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Menurut Austin dan Lidge (1975), gigi tiruan mempunyai beberapa
komponen sebagai berikut :18
1. Basis/Plat Akrilik
Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi tiruan
dan memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya. Fungsi dari
basis/plat akrilik ini adalah :
a. mendukung gigi (elemen) tiruan
b. meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya
c. memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan

2. Retainer/Penahan atau klamer


Bagian gigi tiruan sebagian yang terletak pada abutment dan terbuat dari
kawat tahan karat. Retainer berfungsi memberi retensi sehingga menahan
protesa tetap pada tempatnya. Retainer dibagi menjadi 2 kelompok:
a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
berkontak langsung dengan permukaan gigi abutment, dan dapat
berupa cengkeram atau kaitan presisi.
b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi
tiruan yangmemberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung
melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak
langsung ini diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi
tidak langsung dapat berupa lengan pengimbang, sandaran/rest
(bagian dari cangkolan yang bersandar pada bidang oklusal atau
incisal gigi pegangan yang memberikan dukungan vertikal terhadap
gigi tiruan).

3. Gigi pengganti atau gigi artifisial


Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang
hilang.

4. Konektor
Konektor dibagi dua, yaitu:
a. Mayor konektor
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi rahang
dengan sisi rahang lainnya. Menghubungkan dua sadel kanan dan
kiri.
b. Minor konektor
Merupakan penghubung antara mayor konektor dengan bagian-
bagian lain pada kerangka gigi tiruan seperti cangkolan

D. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Mendesain Gigi Tiruan Sebagian


Lepasan
Penentuan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan, perlu diperhatikan
beberapa faktor, yaitu :2
1. Retensi
adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang
cenderung memindah protesa ke arah oklusal. Yang dapat memberikan
retensi adalah:
a) lengan retentif
b) klamer
c) oklusal rest
d) kontur dan landasan gigi
e) oklusi
f) adhesi
g) tekanan atmosfer
h) surface tension

2. Stabilisasi
adalah perlawanan atau ketahanan terhadap perpindahan gigi tiruan dalam
arah horisontal. Stabilisasi terlihat bila dalam keadaan berfungsi. Gigi yang
mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan gigi yang
mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.

3. Estetika
a) Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam
posisi bagaimanapun juga
b) Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna gigi
dan inklinasi/ posisi tiap gigi
c) Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien

E. Syarat-syarat pemilihan gigi abutment yang digunakan sebagai pegangan


klamer:18
1) Gigi abutment harus cukup kuat
a) Akarnya panjang
b) Masuk ke dalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c) Makin banyak akar makin kuat
d) Gigi abutment tidak boleh goyang
e) Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi abutment.
2) Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang
digunakan.
3) Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus
alveolaris, gigi yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk
abutment
4) Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan
5) Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan
gigi yang letaknya sejajar.
DAFTAR PUSTAKA

1. The Academy of Prosthodontics. The glossary of prosthodontic terms. J Prosthet


Dent 2005; 94 (1): 39;44;51;64-8.
2. Carr AB, McGivney GP, Brown DT. Mc Cracken’s removable partial
prosthodontic. 11 th ed. Elsevier: Mosby, 2005: 271-84;301-17;310-8.
3. Carr AB, McGivney GP, Brown DT. Mc Cracken’s removable partial
prosthodontic. 12 th ed. Elsevier: Mosby, 2011: 150-9; 174-9; 219-29; 242-51;
289-95.
4. Roessler DM. Complete denture success for patients and dentists. Int Dent J
2003; 53 (5): 340-5.
5. Tamin HZ. Unit usaha jasa dan industri laboratorium dental FKG-USU:
peningkatan mutu pelayanan prostodontik dan inovasi pelaksanaan tridharma
perguruan tinggi. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap USU 2007
6. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti untuk
pasien tak bergigi menurut Boucher. Ed 10. Alih bahasa. Mardjono D.
Jakarta: EGC, 2001:41-82;143-64;191-206;253-63;282-300;413-43.
7. Jacobsen P. Restorative dentistry an integrated approach. 2nd Ed. UK:
Blackwell Munksgaard, 2008: 175-6;199-239; 237-39.
8. Winkler S. Essentials of complete denture prosthodontics. 2nd Ed. India:
AITBS Publishers & Distributors, 2000: xiii-vi;.123-41;183-201.
9. Notoadmodjo S. Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta,
2007: 145.
10. Notoadmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2005: 51.
11. Mendez AJ. Application of prosthodontic techniques in private practice. J
Prosthet Dent 1985; 54 (5): 730-35.
12. Singh G, Kapoor V, Gambhir RS. Bansal V. Application of prosthodontic
techniques by private practitioners in Nothern India- A Survey. The Internet
Journal of Epidemiology 2011; 9(2): 1-6.
13. Clark DM, Oyen OJ, Feil P. The use of specific dental school-taught
restorative techniques by practicing clinicians. J Dent Edu 2001; 65 (8): 760
14. Petropoulos VC, Rashedi B. Complete denture education in U.S. dental schools.
J Prosthod 2005; 14 (3): 191-7.
15. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Stern
RM.Prosthodontic treatment for edentulous patients complete denture and
implantsupport prostheses. 12 th ed. St. Louis: Mosby, 2004:73-99;252-66;329
16. Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Ilmu gigi
tiruan sebagian lepasan. Jilid I. Jakarta: Hipokrates, 1991:10-9;105-33.
17. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed.
Canada: PMPH-USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49.
18. Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Ilmu gigi
tiruan sebagian lepasan. Jilid II. Jakarta: Hipokrates, 1995:268-307;394-412.
19. Jones DJ, Garcia LT. Removable partial dentures a clinician’s guide. USA:
Wiley-Blackwell, 2009: 11-36; 79-103;296-7.
20. Petropoulos VC, Rashedi B. Removable partial denture education in U.S. dental
schools. J Prosthod 2006; 15 (1): 62-8.
21. Boucher CO. Complete denture prosthodontics-the state of the art. J Prosthet
Dent 2004; 92 (4): 309-15.

Anda mungkin juga menyukai