Anda di halaman 1dari 35

PENDAHULUAN

Dewasa ini, para ortodontis telah menerima paradigma baru yang menyatakan bahwa tujuan dan batasan-batasan perawatan ortodonsi lebih banyak berkaitan dengan pertimbangan jaringan lunak daripada hubungan dentoskeletal. Proffit dkk (2007) mengemukakan bahwa tujuan utama dari perawatan ortodonsi mengalami pergeseran, dari yang semula mengacu kepada oklusi ideal Angle menjadi lebih mengarah kepada hubungan dan adaptasi dari jaringan lunak. Hubungan jaringan lunak, baik proporsi dari jaringan lunak wajah maupun hubungan gigi geligi dengan bibir dan wajah, adalah faktor penentu dalam tampilan fasial. Adaptasi jaringan lunak dengan posisi gigi akan menentukan kestabilan dari hasil perawatan ortodontik. Oklusi fungsional menjadi tujuan kedua dari perawatan ortodonsi. Aspek jaringan lunak juga terkait dalam hal ini dengan disfungsi sendi temporomandibular yang seringkali menjadi efek dari perawatan ortodonsi. Oleh karena itu, menjadi suatu tujuan dari perawatan untuk menciptakan oklusi yang tidak menyebabkan terganggunya fungsi. Perawatan ortodontik tidak hanya sekedar proses insersi kawat, melainkan juga melibatkan aplikasi kontrol dari kekuatan mekanik terhadap gigi dan jaringan periodonsium sehingga menghasilkan respon biologis yang akan menggerakkan gigi. Kekuatan mekanik yang digunakan berasal dari aktivasi wire, spring dan elastic yang dipilih oleh ortodontis dan memiliki sifat konsisten dengan arah pergerakan gigi (Bishara, 2007). Perencanaan perawatan (treatment planning) adalah langkah kedua dalam suatu rangkaian perawatan ortodonsi setelah penentuan diagnosis. Treatment planning dapat dilakukan segera setelah diagnosis ditetapkan dan menjabarkan mengenai daftar masalah secara detail, menentukan tujuan perawatan dan menentukan perawatan tersebut setelah mendiskusikan dengan pasien. Pada langkah treatment planning juga
TREATMENT MALOKLUSI KELAS I 1

ditentukan kebutuhan ruang, pemilihan alat dan sistem penjangkaran untuk mencapai tujuan perawatan ortodonsi yang optimal (Singh, 2008). Menurut Singh (2008) dan Bhalaji (2004), dalam perencanaan perawatan dilakukan hal berikut : 1. Merumuskan daftar masalah Perumusan daftar masalah merupakan langkah yang penting dan harus dikonsultasikan dengan pasien. Bhalaji (2004) menyatakan bahwa walaupun keluhan utama dan keinginan pasien beserta orangtua merupakan

pertimbangan utama, akan tetapi apabila ortodontis menemukan masalah lain yang lebih penting, baik untuk mencapai solusi masalah secara keseluruhan ataupun untuk mencapai stabilitas jangka panjang, edukasi kepada pasien perlu dilakukan. 2. Menentukan prioritas masalah ortodonsi Tahap ini sangat penting karena adanya kebutuhan ruang yang terbatas pada beberapa kasus, sehingga harus dilakukan pemilihan prioritas masalah yang akan dikoreksi. Penting halnya untuk mengingat tujuan perawatan ortodonsi menurut Jackson, yaitu efisiensi fungsional, keseimbangan struktur dan harmoni estetik, yang menjadi landasan bagi seluruh perawatan yang direncanakan. Bhalaji (2004) menambahkan bahwa`pada umumnya pasien akan puas setelah gigi anterior terkoreksi, sehingga menjadi tugas seorang ortodontis untuk memberikan edukasi pada pasien pentingnya koreksi untuk mencapai posisi gigi yang stabil. 3. Perencanaan kebutuhan ruang Pencarian dan pemanfaatan ruang penting diperlukan untuk melakukan koreksi yang menentukan keberhasilan perawatan.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

Retraksi gigi protusi : untuk setiap millimeter retraksi, diperlukan ruang sebesar 2mm. Koreksi gigi crowding : untuk setiap millimeter decrowding, diperlukan ruang yang sama besar untuk meluruskan alignment gigi. Meluruskan gigi anterior yang berotasi : untuk setiap millimeter derotasi, diperlukan ruang yang sama besar untuk meluruskan alignment gigi Meluruskan gigi posterior yang berotasi : ruang didapatkan ketika gigi dikoreksi, dan bervariasi tergantung pada gigi dan rotasi yang ada Koreksi relasi molar : Ruang yang dibutuhkan untuk pergerakan distal atau mesial molar sesuai dengan besar gerak yang direncanakan. Levelling kurva von spee : untuk setiap 1 mm leveling, kurang lebih 1 mm ruang dibutuhkan. Anchorage : anchorage loss pada gigi retensi diperkirakan kurang lebih sebesar 30-40% ruang yang didapat dari ekstraksi.

4. Kemungkinan Perawatan Koreksi maloklusi dapat dicapai dengan cara yang bervariasi dan masingmasing memiliki kelebihan kekurangannya. Perawatan yang yang terbaik setelah dipertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan umur, estetik dan fungsi dari pasien dipilih. 5. Pemilihan mekanoterapi Pemilihan alat dipilih berdasarkan kemungkinan pencapaian hasil perawatan yang optimal dengan waktu yang paling singkat dan iritasi/kerusakan jaringan yang minimal. 6. Perencanaan retensi Retensi ditentukan dari jenis maloklusi yang dialami oleh pasien, misalnya rotasi atau diastema yang rentan relaps . Hawley Retainer masih merupakan

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

retainer yang paling sering digunakan, tetapi seiring dengan bertambah banyaknya pasien dewasa yang menjalani perawatan ortodonsi, retainer cekat juga semakin banyak digunakan. 7. Faktor yang mepengaruhi perencanaan perawatan Perencanaan perawatan final merupakan hasil diskusi antara pasien dengan ortodontis. Pemilihan perawatan yang spesifik dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini: Tipe pergerakan gigi yang diperlukan Gerakan tipping sederhana dapat dicapai dengan menggunakan alat lepasan. Apabila diinginkan pergerakan gigi kompleks dan multiple, sebaiknya digunakan alat ortodontik cekat. Harapan Pasien Pasien dengan ekspektasi yang tinggi akan mengharapkan hasil yang ideal sehingga sulit dicapai dengan menggunakan alat ortodontik lepasan. Sangat penting mengkomunikasikan harapan pasien dan disesuaikan dengan pemilihan alat agar mendapatkan hasil yang diinginkan pasien. Potensi pertumbuhan pada pasien Hasil yang didapatkan pada masa pertumbuhan lebih stabil akan tetapi terkadang pola pertumbuhan yang berlanjut akan menyebabkan relapsnya hasil pertumbuhan. Kemampuan pasien untuk menjaga oral hygiene Biaya perawatan Kemampuan dokter gigi

8. Diskusi dan persetujuan dengan pasien Proffit dkk. (2007) menyatakan bahwa perawatan ortodontik dapat menjadi tidak optimal apabila ortodontis tidak menjangkau semua kemungkinan ataupun apabila

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

ortodontis terlalu ambisius. Seringkali dokter gigi tergesa untuk menentukan kesimpulan dan menetapkan rencana perawatan tanpa mempertimbangkan faktorfaktor yang ada. Rencana perawatan sebaiknya menghindari adanya kesalahan terlewatnya kemungkinan perawatan (false negative ataupun undertreatment) dan perawatan yang berlebihan (false positive atau overtreatment), oleh karena itu keterlibatan pasien dalam menentukan rencana perawatan sangat diperlukan. Proffit dkk. (2007) menggambarkan skema perencanaan perawatan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Penyusunan Rencana Perawatan

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I Pada umumnya, masalah yang terkait pada maloklusi Angle kelas I merupakan masalah dental dan memiliki profil yang harmonis lurus atau cembung normal, kecuali apabila maloklusi merupakan protusi bimaksiler skeletal. Gigi geligi dapat menunjukkan beberapa variasi dari malposisi individual dan yang paling banyak ditemukan adalah proklinasi bimaksiler dan crowding (Singh, 2008) Perawatan pada maloklusi kelas I seringkali dilakukan pada usia remaja ataupun usia dewasa. Maloklusi jenis ini seringkali perlu dilakukan perawatan dengan menggunakan ortodontik cekat. Pemilihan dari alat ortodonsi dan kebutuhan pencabutan didasarkan dari masing-masing kasus (Bishara, 2001). Kasus maloklusi kelas I skeletal yang memiliki diskrepansi lengkung gigi akut dapat dirawat pada masa anak disertai dengan serial ekstraksi. Pada pasien dengan crowding ringan, pencarian ruang dapat dilakukan dengan ekspansi lengkung rahang, proklinasi gigi anterior, stripping proksimal atau derotasi dari gigi posterior. Sedangkan pada kasus proklinasi bimaksiler dan crowding parah, ekstraksi seluruh gigi premolar pertama atau kedua kemungkinan besar diperlukan, tergantung pada besar ruang serta tipe penjangkaran yang diperlukan. Koreksi bedah dapat diperlukan oleh pasien dengan protrusi skeletal, osteotomi subapikal dengan tambahan pencabutan premolar pertama merupakan prosedur yang sering dipilih (Singh, 2008). Perawatan pada usia dewasa mirip dengan perawatan yang dilakukan pada usia anak, kecuali meningkatnya kemungkinan dengan perawatan bedah ortognatik. Kamuflase ortodontik dapat dilakukan pada batas-batas tertentu dan perawatan yang berlebihan sebaiknya dicegah. Berikut akan dibahas mengenai perawatan pada masalah2 yang sering dijumpai pada maloklusi kelas I.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

PERAWATAN SPACING Penampakan gigi renggang (spacing) umum ditemukan pada maloklusi kelas I. Pada gigi desidui, spacing merupakan suatu prognosis yang baik akan tetapi pada usia dewasa spacing merupakan suatu abnormalitas (Bhalaji, 2004). Pada perawatan spacing, pertama dilakukan eliminasi faktor etiologi. Pada kelainan yang disebabkan oleh kebiasaan buruk, edukasi dan alat untuk menanggulangi kebiasaan tersebut dapat diaplikasikan sebelum perawatan.

Sedangkan pada pasien dengan kelainan patologi tulang atau kista, faktor tersebut harus ditangani terlebih dahulu (Bhalaji, 2004). Bhalaji (2004) juga mengemukakan bahwa penggunaan alat ortodontik lepasan dengan busur labial efektif untuk perawatan gigi spacing disertai proklinasi gigi anterior. Alat ortodonsi cekat digunakan bersama elastic chain/elastic thread merupakan alat yang paling efektif untuk merawat kasus spacing secara umum.

PERAWATAN CROWDING Crowding merupakan salah satu kelainan yang paling umum terjadi pada maloklusi kelas I. Crowding terjadi karena perbandingan ukuran yang tidak sesuai antara gigi dengan rahang. Perawatan crowding, menurut Bhalaji (2004), dilakukan dengan mencari ruang terlebih dahulu dengan perhitungan untuk setiap milimeter crowding akan memerlukan besar yang sama untuk koreksinya. Pencarian ruang dapat dilakukan dengan proximal stripping, ekspansi, pencabutan, distalisasi molar, derotasi, uprighting gigi posterior serta proklinasi gigi anterior. Setelah terdapat ruang untuk merapikan gigi, penggunaan alat ortodontik lepasan plat aktif dengan busur labial, coil spring, buccal retractor dapat digunakan.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

Perawatan dengan menggunakan alat ortodontik cekat dengan menggunakan busur multilooped atau busur Ni-Ti sangat efektif (Bhalaji, 2004)

PERAWATAN GIGI ROTASI Rotasi gigi adalah pergerakan gigi yang terjadi masih di dalam aksis gigi tersebut. Rotasi gigi dapat terjadi dalam 2 tipe, yaitu rotasi mesiolingual atau distobukal dan rotasi mesiobukal atau distolingual. Pada gigi anterior yang berotasi akan menyebabkan ruang untuk gigi tersebut berkurang sehingga diperlukan pencarian ruang ketika gigi akan dikoreksi. Sebaliknya, pada gigi posterior yang berotasi akan memiliki ruang yang lebih besar, sehingga setelah gigi tersebut dikoreksi akan menghasilkan sisa ruang (Bhalaji, 2004). Perawatan untuk gigi anterior yang berotasi dilakukan dengan pencarian ruang terlebih dahulu. Setelah ruang didapatkan, rotasi ringan dapat dirawat dengan alat ortodontik lepasan dilengkapi dengan Z spring serta busur labial. Apabila terdapat beberapa gigi yang mengalami rotasi, sebaiknya digunakan alat ortodontik cekat dengan beberapa pilihan langkah perawatan. 1. Rotation wedges dapat dipasang di antara gigi dan busur labial.

Gambar 2. Rotation wedges digunakan untuk mengkoreksi gigi rotasi

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

2. Rotasi ringan dapat dirawat dengan kawat yang memiliki kelenturan tinggi, seperti Ni-Ti. Kawat Ni-Ti dimasukkan kedalam slot bracket sehingga akan menyebabkan alignment dan derotasi gigi.

Gambar 3. Penggunaan kawat lentur untuk koreksi gigi rotasi

3. Karet elastik dapat digunakan untu menderotasi gigi. Karet dipasang pada lingual attachment dan melingkari gigi ke arah derotasi dan diikat pada busur labial di bukal.

Gambar 4. Karet elastik dilekatkan pada lingual attachment untuk koreksi gigi rotasi

4. Tekanan multipel dapat digunakan untuk derotasi gigi, dengan menggunakan karet elastik baik pada bukal maupun lingual/palatal gigi.

Gambar 5. Karet elastik bukal dan lingual untuk derotasi gigi

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

PERAWATAN DIASTEMA SENTRAL Perawatan diastema sentral dapat dilakukan apabila faktor etiologi dieliminasi. Variasi dari etiologi diastema sentral memiliki perawatan serta waktu perawatan yang berbeda-beda (Singh, 2008).

Gambar 6. Faktor etiologi, waktu perawatan dan perawatan untuk eliminasi faktor etiologi diastema sentral

Perawatan diastema sentral, setelah penghilangan faktor etiologi, dapat dicapai dengan alat ortodontik lepasan maupun cekat. Alat ortodontik lepasan yang dapat digunakan untuk mengkoreksi diastema sentral antara lain: 1. Alat Hawley sederhana bersama dengan dua finger spring pada sebelah distal dari incicivus sentralis dapat menutup diastema dalam waktu 3-6 bulan. Finger spring umumnya dibuat dari kawat berdiameter 0,5-0,6 mm.

Gambar 7. Finger Spring untuk menutup diastema sentral

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

10

2. Alat split labial bow alat lepasan dengan busur labial yang terpisah disertai dengan komponen retentif (klamer Adam/ klamer C/ ball clasps) dapat digunakan untuk menutup diastema sentral. Kawat diameter 0,7 mm digunakan untuk membuat alat ini.

Gambar 8. Split Labial Bow

Alat ortodontik cekat juga sangat efektif untuk merawat diastema sentral. Beberapa alat yang dapat digunakan untuk perawatan diastema sentral adalah: 1. M Spring Alat sederhana dengan perlekatan cekat pada permukaan tengah labial atau palatal dengan spring yang dibentuk M atau W dapat dengan mudah menutup diastema sentral.

Gambar 9. Perawatan diastema sentral dengan menggunakan M spring

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

11

2. Karet elastik dibentangkan dengan bentuk figure 8 sering digunakan bersamaan dengan alat ortodonsi cekat.

Gambar 10. Elastic thread

3. Elastic chains juga dapat digunakan untuk menutup diastema sentral

Gambar 11. Diastema Sentral sebelum perawatan

Gambar 12. Alat Ortodontik cekat digunakan untuk koreksi diastema sentral. Frenektomi dlakukan setelah penutupan diastema.

Gambar 13. Setelah perawatan

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

12

4. Closed coil spring

Gambar 14. Perawatan diastema sentral dengan menggunakan closed coil spring

Penggunaan retensi setelah perawatan ortodonsi sangat dianjurkan untuk mempertahan posisi gigi agar stabil dan tidak relaps. Pada perawatan diastema sentral, retensi biasanya memerlukan waktu yang lama untuk stabilisasi. Dengan pertimbangan tersebut, retainer cekat menjadi pilihan utama untuk retensi (Singh, 2008).

Gambar 15. Retainer Cekat

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

13

PERAWATAN OPEN BITE Singh (2008) berpendapat bahwa open bite merupakan kurangnya overlap vertikal anatara gigi geligi maksilla dan mandibula. Open bite dapat terjadi pada daerah anterior dan posterior, serta bervariasi dari dental dan skeletal.

Gambar 16. Kasus Open Bite Anterior

1. Openbite Anterior Openbite anterior merupakan bentuk openbite yang pada umumnya bersifat dental. Openbite disebabkan oleh faktor lokal, yang harus dieliminasi untuk proses koreksi dari maloklusi tersebut. Pada openbite dengan sifat skeletal, dapat disebabkan oleh faktor herediter maupun kebiasaan buruk yang dilakukan terus menerus.

Gambar 17. Open bite anterior skeletal

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

14

Openbite anterior pada pasien muda biasanya dapat berkurang secara spontan setelah dilakukan eliminasi faktor etiologi. Pada pasien dengan kelainan yang menyebabkan skeletal dan tidak dapat terjadi koreksi spontan, alat ortodonsi cekat harus digunakan dengan alat penghalang kebiasaan buruk, baik cekat maupun lepasan. Pada koreksi open bite ringan hingga sedang, box elastic dengan kekuatan medium sampai berat dapat digunakan.

Gambar 18. Koreksi open bite anterior secara spontan dan dengan bantuan alat

Gambar 19. Force box elastic sedang bersama dengan alat cekat untuk menutup openbite anterior

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

15

Chin cup dengan pull head cap vertikal dapat digunakan untuk koreksi open bite anterior pada kelompok usia anak. Sedangkan open bite anterior pada dewasa harus dirawat dengan prosedur bedah setelah eliminasi faktor kebiasaan buruk. Bedah ortognatik yang dilakukan meliputi osteotomi LeFort I untuk mempengaruhi maksilla di bagian posterior. Latihan otot dapat diperlukan setelah koreksi bedah.

Gambar 19. Pasien anak menggunakan chin cup dengan vertical pull head cap

2. Open bite posterior Open bite posterior dicirikan dari kurangnya kontak antara gigi posterior rahang bawah ketika gigi dalam posisi oklusi. Open bite posterior relatif lebih jarang

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

16

ditemui dan pada umumnya disebabkan oleh kebiasaan tongue thrust sebelah lateral, selain itu dapat disebabkan oleh gigi posterior yang mengalami intrusi atau ankilosis.

Gambar 20. Openbite posterior disebabkan oleh kebiasaan lateral tongue thrust

Kebiasaan buruk tongue thrust lateral merupakan faktor etiologi yang paling sering dijumpai, sehingga alat yang sering digunakan adalah lateral tongue spikes, baik cekat maupun digunakan bersama alat ortodontik lepasan. Elastik vertikal digunakan bersama dengan alat ortodontik cekat dapat digunakan setelah kebiasaan tongue thrust terkontrol (Singh, 2008). Bhalaji (2004) mengatakan bahwa openbite posterior akan menutup dengan sendirinya seiring dengan hilangnya kebiasaan tongue thrust. Penggunaan alat ortodontik cekat juga bertujuan untuk mengkoreksi gigi posterior yang intrusi ataupun impaksi.

Gambar 21. Lateral Tongue Spicker dihubungkan dengan alat akrilik

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

17

PERAWATAN CROSSBITE Crossbite merupakan deviasi hubungan buko-lingual pada gigi dalam satu rahang dengan rahang lainnya (Singh, 2008). Pada keadaan normal, lengkung maksila akan overlap dengan lengkung mandibula, baik pada labial maupun bukal. Akan tetapi ketika gigi mandibula, satu ataupun sekelompok gigi, overlap dengan gigi maksilla, tergantung letak pada lengkung giginya, dikatakan mengalami kelainan crossbite. 1. Crossbite anterior Berdasarkan usia pasien, status erupsi pasien dan ketersediaan ruang, terdapat berbagai macam alat yang didesain untuk koreksi crossbite anterior. Pemilihan alat dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, serta harga juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi. Pada pasien dengan kelompok usia anak akan memiliki perawatan yang berbeda dengan pasien remaja dan pasien dewasa. Menurut Singh (2008), perawatan ortodonsi yang dapat diberikan pada pasien anak antara lain: a. Tongue blade Apabila crossbite tampak saat keberadaraan gigi permanen mulai muncul di rongga mulut, alat sederhana seperti tongue blade dapat digunakan untuk mengkoreksi perkembangan crossbite. Alat diletakkan di dalam mulut, berkontak dengan gigi yang sedang erupsi pada aspek palatalnya sehingga pada proses penutupan mulut sisi yang berlawanan dari tongue blade akan berkontak dengan bagian labial gigi rahang bawah. Titik ini akan menjadi fulcrum dan apabila tekanan ringan diaplikasikan selama beberapa minggu, gigi yang tengah erupsi akan bergerak ke posisi yang lebih baik. Tekanan bisa didapatkan dari merotasi tongue blade secara perlahan ataupun dengan memegang alat dengan kaku dan menutup mulut secara perlahan. Alat ini efektif sampai sebelum
TREATMENT MALOKLUSI KELAS I 18

mahkota klinis erupsi secara sempurna dan dapat digunakan apabila ketersediaan ruang mencukupi.

Gambar 22. Perawatan tongue blade untuk koreksi crossbite pasien anak

b. Catlans appliance atau lower anterior inclined plane Catlans appliance pada dasarnya terdiri dari inclined plane yang disementasi pada incicivus mandibula, dan sifatnya cekat. Lower inclined plane dibangun dengan sudut 45o terhadap dataran oklusal maksilla. Alat tersebut dapat digunakan untuk satu gigi ataupun sekelompok gigi dan terbuat dari akrilik atau logam cor. Syarat penggunaan mandibular anterior inclined plane adalah sebagai berikut: i. Rahang atas memiliki cukup ruang untuk meluruskan gigi ii. Gigi rahang atas yang akan dikoreksi memiliki posisi retroklinasi atau terletak lebih posterior daripada seharusnya iii. Gigi incicivus mandibula dapat menoleransi tekanan yang diberikan. iv. Posisi gigi incicivus mandibula baik sehingga sesuai dengan alat pabrikan yang dibutuhkan. v. Pasien kooperatif.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

19

Alat ini juga memiliki kerugian, antara lain kesulitan mengunyah dan berbicara karena terhalangnya gigi posterior berkontak, alat tidak dapat digunakan pada gigi incicivus mandibula yang memiliki masalah periodontik, dan alat pabrikan tidak dapat digunakan pada gigi mandibula yang malposisi. Selain itu, penggunaan alat dalam jangka waktu lama dapat mempengaruhi status periodontal pada gigi retensi ataupun gigi yang dikoreksi, serta apabila tidak diawasi dapat mengakibatkan openbite anterior karena supraerupsi dari gigi posterior. Kekurangan lain adalah pemasangan alat terkadang harus dilakukan berulang-ulang (resementasi).

Gambar 23. Inclined Plane akrilik pada incicivus mandibula

Gambar 24. Tampak samping dari Catlans Appliance

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

20

c. Double Cantilever Spring/ Z Spring Merupakan alat yang paling sering digunakan untuk koreksi crossbite anterior. Alat terdiri dari double helix dua lengan yang paralel dan lengan inferior yang memanjang ke plat akrilik untuk fungsi retensi.

Gambar 25. Double cantilever spring atau Z spring

Alat ini efektif apabila terdapat kesediaan ruang yang memadai untuk merapikan alignment gigi geligi. Pemakaian dianjurkan bersamaan dengan biteplane posterior ketika gigi dalam keadaan crossbite dan memiliki overbite lebih dari 2 mm, atau apabila gigi antagonisnya memiliki masalah periodontal. Penggunaan bite plane posterior akan mengurangi bahkan mengeliminasi tekanan yang diterima oleh gigi antagonisnya.

Gambar 26. Rotasi mesiopalatal 21, crossbite terkoreksi dengan menggunakan Z spring

d. Screw Appliance

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

21

Alat akrilik dikombinasikan dengan sekrup berbagai ukuran dapat digunakan untuk mengkoreksi crossbite satu gigi ataupun segmental. Micro-screws adalah alat yang paling nyaman digunakan dan dapat digunakan untuk gigi individual. Micro-screw multipel dapat digunakan untuk mengkoreksi gigi individual pada crossbite segmental.

Gambar 27. Micro-screw dikombinasi dengan alat Hawley

Mini-screws memiliki fungsi yang sama dengan micro-screws akan tetapi mampu untuk menggerakkan 2 gigi. Sedangkan medium-screws digunakan untuk mengkoreksi crossbite segmental dan mampu

menggerakkan 4-6 gigi. 3-D (three dimensional screws) dapat mengkoreksi crossbite anterior dan posterior secara simultan dan ideal untuk merawat crossbite anterior dengan maloklusi pseudo kelas III.

Gambar 28. Perawatan crossbite anterior dengan menggunakan mini-screw

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

22

Gambar 29. Perawatan dengan menggunakan medium screw

e. Face Mask atau Face Mask bersamaan dengan RME Pada kasus crossbite anterior yang disebabkan oleh defisiensi skeletal maksila, apabila tepat pada waktunya akan memungkinkan untu memesialisasi maksila dengan menggunakan protraction facemask (reverse head gear). Apabila maksila sempit, alat dapat dilengkapi dengan menggunakan rapid maxillary expansion dan diaktifkan secara simultan untk membantu ekspansi transversal dari lengkung gigi.

Gambar 30. Face mask

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

23

f. Frankel appliance Alat Frankel III dapat digunakan untuk mengkoreksi struktur rahang kelas III yang sedang berkembang. Alat akan merentangkan jaringan lunak di sekitar maksila sehingga memacu pertumbuhan maksila ke anterior sekaligus mencegah mandibula untuk semakin maju.

Gambar 31. Frankel Appliance

g. Chin cup appliance Chin cup dapat digunakan untuk mengarahkan pertumbuhan mandibula sehingga mencegah mandibula maju dan menyebabkan crossbite anterior. Chincup akan merotasi mandibula ke bawah dan ke belakang.

Gambar 32. Chin cup appliance

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

24

Perawatan crossbite anterior pasien usia anak berbeda dengan pasien usia remaja dan dewasa. Untuk pasien remaja dan dewasa dapat digunakan alat-alat sebagai berikut a. Screw Appliances Sekrup mini dan medium dapat digunakan ubtuk mengkoreksi crossbite anterior satu gigi maupun segmental pada pasien dewasa. b. Alat ortodonsi cekat Alat ortodonsi cekat dapat digunakan untuk mengkoreksi satu atau multipel gigi pada pasien semua umur. Pada perawatan dapat juga dilakukan ekstraksi untuk mendapatkan ruang apabila dibutuhkan.

Gambar 33. Perawatan cross bite anterior dengan alat ortodonsi cekat

2. Crossbite posterior Malrelasi crossbite posterior dapat dikoreksi dengan menggunakan beberapa alat berikut ini.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

25

a. Screw appliances Berbagai macam sekrup dapat digunakan untuk merawat crossbite posterior satu gigi maupun segmental pada seluruh kelompok usia. Pasien harus kooperatif untuk aktivasi dari sekrup. b. Coffin spring Kawat berbentuk omega ini mampu untuk mengkoreksi crossbite pada tahap perkembangan gigi geligi. Alat bersifat lepasan dan biasanya dapat ditoleransi oleh pasien kelompok usia remaja. Ekspansi yang dihasilkan sifatnya perlahan dan bilateral simetris. menghasilkan perubahan skeletal. c. Quad helix appliance Quad helix merupakan perkembangan dari coffin tetapi bersifat cekat, tersolder dengan molar band yang disementasi biasanya di molar pertama. Reaktivasi dilakukan dengan menggunakan 3 pong pliers tanpa perlu melepas alat. Tekanan yang dihasilkan dapat ditingkatkan atau diturunkan sesuai dengan besarnya aktivasi. Alat ini akan menghasilkan ekspansi yang lambat pada pasien remaja dan dewasa, sedangkan pada pasien anak akan menghasilkan efek skeletal. Coffin spring mampu

Gambar 34. Quad Helix Appliances

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

26

d. Rapid Maxillary Expansion (RME) RME terdiri dari sekrup hyrax yang memproduksi tenaga yang besar sehingga mampu untuk memisahkan sutura mid palatina dan

menghasilkan perubahan skeletal dalam hitungan hari (0,2-0,5 mm/hari). Alat menghasilkan ekspansi secara cepat selama 3-4 minggu. Proffit dkk. (2007) menambahkan bahwa ruang yang diciptakan pada sutura mid palatina pada awalnya diisi oleh cairan jaringan dan pembuluh darah, yang menyebabkan ekspansi yang dihasilkan sangat tidak stabil. Oleh karena itu, RME tetap dipertahankan di dalam mulut selama 3-4 bulan sampai tulang baru telah mengisi ruang tersebut sehingga ekspansi skeletal stabil. Pada pasien dewasa, ekspansi yang dibantu oleh prosedur bedah dapat dilakukan. Pada umumnya, bedah yang dilakukan adalah kortikotomi bukal atau osteotomi LeFort I, dan atau pembelahan mid palatal.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

27

Gambar 35. Perawatan dengan menggunakan RME

e. NiTi expanders Merupakan kawat Ni-ti yang dilekatkan pada lingual dan disoldir dengan molar bands dan disementasi pada gigi molar pertama. Variasi ukuran dapat dipilih berdasarkan kekuatan ekspansi yang diinginkan dan lebar palatum sebelum perawatan. Alat ini menghasilkan ekspansi lambat dan bersifat dental pada pasien remaja dan dewasa.

Gambar 36. NiTi Expander

f. Alat ortodontik cekat Alat ortodontik cekat dapat digunakan untuk mengkoreksi crossbite posterior. Lengkung dapat diekspansi atau dikonstriksi tergantung kepada gerakan yang diinginkan. Cross elastic dapat digunakan untuk merawat gigi yang cross bite di area posterior. Alat ortodontik cekat sangat ideal untuk penempatan gigi di lengkung gigi secara akurat dimensi terhadap gigi. karena dapat menentukan kontrol 3

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

28

Gambar 37. Elastik digunakann untuk mengkoreksi crossbite posterior

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

29

PERAWATAN PROTRUSIF BIMAKSILER Protrusif bimaksiler adalah kelainan dentofasial yang banyak ditemukan pada populasi orang Asia dan Afrika. Keadaan tulang yang prognatik disertai dengan protrusi dentoalveolar menghasilkan profil fasial cembung, gigi geligi yang protusif, bibir maju dan tidak kompeten, dan penampakan gingiva yang berlebihan. Pada beberapa pasien, kondisi ini sangat mengganggu sehingga pasien mencari perawatan dari ortodontis atau ahli bedah (Solem dkk., 2013).

Gambar 38. Profil pasien dengan protrusif bimaksiler

Gambar 39. Keadaan gigi geligi pasien protrusif bimaksiler

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

30

Perawatan ortodonti dapat mengkoreksi protrusif bimaksiler dengan cara uprighting dan retraksi gigi anterior, pada umumnya setelah dilakukan ekstraksi 4 premolar. Perawatan bedah mengkoreksi protrusif bimaksiler dengan mereposisi bagian rahang. Kedua perawatan tersebut dapat memperbaiki kecembungan profil dan bibir pasien (Solem dkk.,2013). Perawatan protrusif bimaksiler memiliki konsep untuk menyediakan ruang dan meretraksi gigi anterior ke arah posterior sehingga mengkoreksi protrusif. Berbagai cara yang dapat dilakukan antara lain: 1. Perawatan ortodontik cekat, setelah dilakukan ekstraksi untuk pencarian ruang: a. Alat ortodontik cekat dengan skeletal anchorage Pada penelitian oleh Solem dkk.(2013), skeletal anchorage didapatkan dari plat mini yang ditanam pada mesial molar pertama rahang atas, Kemudian gigi anterior rahang atas diretraksi pada busur stainless steel dengan menggunakan elastic chain yang diligasi dari C-tube ke lengan retraksi caninus dekat dengan ketinggian pusat resistensi.

Gambar 40 . Perawatan protrusi bimaksiler dengan menggunakan alat ortodonti cekat dengan skeletal anchorage

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

31

Pada penelitian Iino dkk. (2006), untuk koreksi protusif bimaksiler dilakukan dengan alat edgewise dengan bantuan plat mini yang ditanam pada tulang alveolar maksila bagian posterior. Plat tersebut berfungsi untuk mendapatkan anchorage maksimum yang diperlukan untuk mempertahankan oklusi kelas I.

Gambar 41. Plat mini titanium pada regio molar maksilla untuk anchorage maksimal

b. Alat ortodontik cekat dengan non-skeletal anchorage Pada penelitian Solem dkk.(2013), caninus maksila diretraksi secara segmental pada busur stainless steel yang dikombinasi dengan palatal archbar atau busur yang menghubungkan 2 molar pertama rahang atas sehingga digunakan sebagai anchorage.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

32

Gambar 42. Perawatan ortodontik cekat dengan nonskeletal anchorage untuk perawatan protrusif bimaksiler

c.

Alat ortodontik cekat dengan teknik MBT (McLaughin, Benett, Travisi) Menurut Prakash (2013), teknik MBT memberikan hasil yang lebih

maksimal daripada sistem edgewise karena MBT meberikan gaya dengan lebih ringan dan kontinyu, serta memiliki sifat bendback dan laceback.

Dalam perkembangannya, perawatan protrusi bimaksiiler tanpa pencabutan premolar semakin ditelaah. Celli dkk.(2007) mengemukakan bahwa terkadang pencabutan justru akan mengganggu kecembungan natural profil wajah, terkecuali pada kasus-kasus dengan protrusi parah. Sehingga perawatan tanpa pencabutan dapat menjadi suatu alternatif dalam mengkoreksi protrusi bimaksiler ringan dan sedang. Celli dkk.(2007) melakukan perawatan dengan pemasangan bracket pada rahang atas dan memulai proses aligning dan levelling dengan menggunakan kawat NiTi 0,016. Headgear digunakan pada molar pertama maksila dengan durasi 16 jam/hari. Tujuh bulan kemudian pemasangan bracket dilakukan pada rahang bawah kecuali pada keempat incicivus. Kawat NiTi 0,016 dengan bendbacks dan lacebacks digunakan beserta open coil spring yang diaktivasi ringan dari C ke C. Elastik kelas 3

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

33

(I2 mandibula-M1 maksila) digunakan hanya ketika head gear dipakai. Setelah 11 bulan perawatan, kawat diganti dengan NiTi 0,019x0,025 dilanjutkan dengan stainles steel ukuran yang sama dan kawat Australia 0.014 untuk finishing.

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

34

DAFTAR PUSTAKA

Bhalajhi SI. 2004. Orthodontics: The Art and Science. New Delhi: Medi Publishing House Bishara SE. 2001. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: W.B.Saunders Company Lino S, Sakoda S, Miyawaki S. 2006. An Adult Bimaxillary Protrusion Treated with Corticotomy-Facilitated Orthodontics and Titanium Miniplates. Angle Orthodontist; 76(6): 1074-82. Prakash A. 2013. Management of Bimaxillary Protrusion. Orthodontic Cyber Journal. http://www.orthocj.com. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. 2007. Contemporary Orthodontics. St Louis: Mosby Elsevier Singh G. 2008. Textbook of Orthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Solem RC, Marasco C, Guiterrez-Pulido L, Nielsen I, Kim SH, Nelson G. 2013. Three dimensional soft tissue and hard tissue changes in the treatment of bimaxillary protrusion. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics; 144(2): 218-228

TREATMENT MALOKLUSI KELAS I

35

Anda mungkin juga menyukai