Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PERAWATAN ORTODONTI

Oleh:
Riezky Amalia Hesy Nasution
NIM. 180631152

Dosen Pembimbing:
Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort (K)
NIP. 197711162002122002

DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2021
RENCANA PERAWATAN ORTODONTI

Dosen Pembimbing: Penyaji:

Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort (K) Riezky Amalia Hesy Nst


NIP. 197711162002122002 NIM. 180631152

DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2021
Pendahuluan
Maloklusi didefinisikan sebagai oklusi abnormal yang ditandai dengan
ketidaksesuaian hubungan rahang atas dan rahang bawah atau bentuk abnormal
pada posisi gigi. Menurut World Health Organization (WHO) maloklusi adalah
cacat atau gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik
maupun emosional dari pasien yang memerlukan perawatan.1
Keadaan maloklusi dapat menyebabkan tiga masalah utama bagi pasien.
Pertama, masalah yang berhubungan dengan psikososial, biasanya berkaitan
dengan estetika yang menyebabkan seseorang menjadi kurang percaya diri. Kedua,
masalah yang berkaitan dengan fungsi mulut seperti kesulitan menggerakkan
rahang, mastikasi dan fonetik. Terakhir adalah kerentanan yang lebih besar
terhadap trauma, penyakit periodontal dan karies gigi.2
Tujuan perawatan ortodontik adalah mencapai keseimbangan yang baik
antara hubungan oklusi gigi geligi, estetik wajah, stabilitas hasil perawatan dan
mempertahankan hasil perawatan ortodontik dalam waktu lama. Ketika tujuan ini
ingin dicapai para dokter gigi yang akan merawat hendaknya dapat memahami apa
yang menjadi permasalahan, keinginan dan keadaan maloklusi pasien yang
mungkin dapat menghambat pencapaian keadaan optimal untuk masing-masing
kasus yang akan dirawat.3
Pada penelitian Fox dan Cadwick ditemukan hasil perubahan nilai Indeks
peer assessment rating (PAR) yang menilai keparahan maloklusi yaitu sebesar 72%
pada 100 kasus dalam kondisi setelah selesai perawatan ortodontik.4
Berdasarkan penelitian Powes dan Cook, dikatakan bahwa hasil perawatan
ortodontik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu morfologi dan keparahan
maloklusi, mekanoterapi perawatan ortodontik, pola pertumbuhan dan
keterampilan operator.5
Seluruh informasi mengenai tingkat keparahan maloklusi dan diagnosisnya
sangat berpengaruh terhadap penentuan rencana perawatan ortodonti agar
perawatan yang menjadi efektif, sehingga dokter gigi perlu mengetahui mengenai
penentuan diagnosis dan tahapan rencana perawatan terbaik sesuai dengan
kebutuhan pasien.
Maloklusi
Pertumbuhan gigi pada dasarnya menghasilkan suatu oklusi yang normal.
Apabila terdapat suatu keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, maka dapat
di sebut sebagai maloklusi. Maloklusi ini diklasifikasikan menggunakan klasifikasi
Angle, yang kemudian oleh Martin Dewey di kembangkan klasifikasi kelas I Angle
menjadi 5 tipe, yaitu gigi berjejal anterior rahang atas dan bawah, protrusi anterior,
crossbite anterior, crossbite posterior, dan midline shifting.2,6
L Andrews (1972) menjelaskan terdapat 6 poin yang menjadi panduan pada oklusi
yang normal:
1. Relasi Molar: terdapat hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap
pada bidang sagittal
2. Angulasi Mahkota Gigi: terdapat angulasi mahkota gigi geligi yang tepat pada
bidang transversal
3. Inklinasi Mahkota Gigi: terdapat inklinasi mahkota gigi geligi yang tepat pada
bidang sagital
4. Rotasi Gigi: tidak adanya rotasi gigi-gigi individual
5. Tidak ada jarak/ space: terdapat kontak yang akurat dari gigi-gigi individual
dalam masing-masing lengkung gigi tanpa diastema ataupun berjeja
6. Bidang oklusal atau kurva Spee: terdapat bidang oklusal yang datar atau
sedikit melengkung dengan kurva Spee tidak lebih dari 1,5 mm2,6

Ortodonti
Ilmu Ortodonti merupakan suatu keilmuan dalam kedokteran gigi yang
berhubungan dengan pencegahan dan koreksi dari perkembangan gigi dan rahang
yang terhambat atau abnormal.7
Tujuan dari Perawatan Ortodonti:
1. Meningkatkan nilai estetis pada gigi dan fasial pasien
2. Mengembalikan fungsi gigi yang tepat
3. Mengeliminasi kebiasaan buruk pasien pada rongga mulut
4. Mengurangi kerentanan terhadap karies dengan meningkatkan
kemampuan pembersihan pada gigi
5. Mengeliminasi patologi jaringan periodontal yang disebabkan maloklusi
gigi
6. Memperbaiki atau mencegah kelainan TMJ tertentu
7. Membantu dalam memperbaiki kecacatan bicara
8. Mengoreksi malposisi pada gigi
9. Mendukung prosedur koreksi deformitas skeletal
10.Perawatan ortodonti mungkin diperlukan untuk perawatan pasca
kecelakaan pada kasus kehilangan gigi atau occlusal interference.
11. Memperbaiki penampilan, sehingga meningkatkan kepercayaan diri
pasien.
Dalam mendukung perawatan ortodonti, sangat penting untuk
mendiagnosa terlebih dahulu maloklusi yang terjadi pada pasien. Diagnosa
maloklusi merupakan seni mengenali dan mengklasifikasikan bentuk abnormalitas
dari gejala dan keluhan yang ada.
Diagnosis dalam ortodonti harus secara menyeluruh dan tidak hanya
terfokus pada satu aspek saja. Hal ini memerlukan pengumpulan data informasi
menyeluruh sehingga mendapatkan daftar permasalahn utama pasien.7

Perawatan pada Maloklusi


Rencana perawatan dilakukan untuk menentukan solusi-solusi yang
memungkinkan terhadap berbagai permasalahan dengan perawatan yang terbaik
dan spesifik pada pasien tertentu.7
Berikut merupakan urutan tahapan yang akan dilakukan terhadap perawatan
pasien maloklusi:
1. Mengetahui penyebab masalah dan maloklusi pada tahap awal pemeriksaan
klinis
2. Mengumpulkan data (Records):
i. Riwayat yang diberikan oleh pasien
ii. Harapan pasien dari perawatan ortodonti yang dilakukan
iii. Model studi
iv. Foto profil fasial pasien
v. Hasil radiografi
a. Cephalogram
b. OPG (Ortho Phentamo Grams)
c. IOPA (Intra Oral Peri Apical X-Rays)
d. Hasil radiografi khusus lainnya7
3. Membuat daftar permasalahan dan menentukan pendekatan pertahap dengan
memprioritaskan masalah pasien. Permasalahan dikelompokkan menjadi
permasalah dari segi ortodonti, periodonti, bedah, endodonti, dan prostodonti.
4. Pembentukan daftar problem list ortodonti dalam beberapa kategori berdasarkan
beberapa permasalahan.
a. Alignment/ pensejajaran: Spacing dan crowding
b. Profil wajah: cembung, cekung, atau datar
c. Deviasi wajah tranversal: crossbite
d. Deviasi wajah sagital: Klasifikasi Angle terhadap maloklusi
e. Deviasi wajah vertikal: deep bite, opeb bite
f. Kombinasi permasalahan di atas
Prioritas masalah harus dilakukan berdasarkan keluhan utama pasien dan
penyebab dari maloklusi7
5. Mengembangkan rencana perawatan tentatif:
a. Kemungkinan-kemungkinan perawatan
Koreksi maloklusi tertentu dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sebagai
contoh; Koreksi dari maloklusi kelas II skeletal dan gigi ringan dapat dicapai
dengan:2
1. Ekstraksi gigi premolar satu rahang atas dan retraksi anterior rahang atas
dan diakhiri dengan gigi molar dalam hubungan Kelas II.
2. Dengan pencabutan semua gigi premolar satu dan finishing dengan gigi
molar dalam hubungan Kelas I.
3. Jika pasien tumbuh, rahang bawah dapat dibuat tumbuh dan case dapat
diselesaikan dengan gigi geraham pada hubungan Kelas I.
4. Gigi molar rahang atas dapat distalisasi menjadi relasi Kelas I penuh dan
ruang yang dibuat dapat digunakan untuk menarik kembali gigi anterior
rahang atas.
5. Pilihan pengobatan lain dapat berupa menunda pengobatan sampai pasien
mencapai pertumbuhan lengkap dan kemudian merencanakan koreksi
ortodontik dengan intervensi bedah.
6. Terakhir, menangani sebuah kasus tidak selalu penting; namun, merupakan
tugas dokter untuk memberikan penerangan kepada pasien tentang
konsekuensi tidak melakukan koreksi ortodontik.2
Setiap kemungkinan pengobatan memiliki keuntungan dan kerugian yang
sesuai. Kompromi mungkin harus dibuat mengenai pencabutan gigi, koreksi
kerangka dengan gigi, atau diantara berbagai koreksi gigi yang diperlukan.
Kemungkinan pengobatan harus dicantumkan dan kemungkinan yang mana yang
paling baik melayani, pasien tertentu pada usia tertentu dengan peningkatan
maksimal dalam estetika dan fungsi harus dipilih.
b. Efektifitas biaya selama perawatan
c. Strategi terbaik untuk setiap pasien yang berbeda2,7

6. Mengembangkan rencana perawatan dengan cara sebagai berikut:


Rencana Perawatan
i. Tujuan: Menangani daftar permasalahan yang telah dibuat
ii. Sumber penjangkaran:
a. Gigi
b. Rahang
c. Tulang kranium
d. Kombinasi7
iii. Faktor yang mempersulit perawatan
a. Pola pertumbuhan pasien
Membantu pertumbuhan pasien bisa menjadi keuntungan sekaligus
kerugian. Hasil yang dicapai selama pertumbuhan lebih stabil namun
terkadang kembali mengikuti pola pertumbuhan yang menjengkelkan.
Penyelesaian perawatan dapat mengakibatkan kambuhnya hasil
perawatan. Hal ini terutama berlaku untuk kasus pola kerangka Kelas III.
Perencanaan dan tindak lanjut yang memadai disarankan pada pasien
yang sedang tumbuh.2,7
b. Jenis pergerakan gigi yang diperlukan
Pergerakan tipping yang sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan
alat lepasan. Jika diperlukan beberapa gerakan gigi yang kompleks,
disarankan untuk menggunakan salah satu peralatan ortodontik cekat
yang tersedia. Peranti cekat tertentu menyediakan kontrol tiga dimensi
atas setiap gigi dan memungkinkan gerakan kompleks dilakukan secara
bersamaan.
c. Ekspektasi pasien
Pasien yang memiliki ekspektasi tinggi mengharapkan hasil akhir yang
ideal yang mungkin tidak dapat dilakukan menggunakan peralatan alat
lepasan. Pasien seperti itu sangat mengkhawatirkan estetika mereka
sehingga penggunaan labial appliances mungkin bukan pilihan. Mereka
mungkin menginginkan penggunaan lingual applians. Selain itu, pasien
ingin mengetahui berapa lama perawatan ortodontik akan berlangsung
sehingga merea akan dapat menyelasikan perawatan tersebut tepat waktu.
Sebuah kompromi mungkin perlu dicapai mengenai hasil perawatan dan
harapan pasien, disarankan untuk memberi tahu pasien dengan tepat apa
yang dapat dicapai dengan alat yang mana, dengan kemampuan terbaik
dari dokter sebelum memulai perawatan
d. Biaya perawatan yang mahal
Perawatan ortodontik cekat lebih mahal dibandingkan dengan terapi alat
lepasan. Kadang-kadang pasien mungkin tidak mampu membeli rencana
perawatan yang mahal namun ideal. Implikasi finansial dari perawatan
harus dipertimbangkan dan dijelaskan kepada pasien pada saat
memutuskan rencana perawatan tertentu. penyelesaian perawatan yang
tepat waktu memungkinkan prediksi biaya yang lebih akurat dan
kemampuan untuk merawat lebih banyak pasien.2,7

Rencana penggunaan piranti yang digunakan dalam perawatan (berdasarkan poin


i,ii,iii dalam rencana perawatan)
A. Alat Piranti Lepasan
Menurut Isaacson et al (2002) menyatakan bahwa alat ortodontik lepasan
adalah alat yang pemakaiannya bisa dipasang dan dilepas oleh pasien. Alat ini
mempunyai kemampuan perawatan yang lebih sederhana dibanding dengan alat
cekat. Alat ortodontik lepasan dianggap sebagai alat fungsional, karena alat ini
hampir selalu dilepas. Alat ini mempengaruhi baik otot-otot orofasial maupun
pengembangan dentoalveolar.7,8
Perawatan maloklusi dengan alat lepasan hanya dapat menghasilkan tipe
gerakan gigi yang terbatas, yaitu gerakan tipping. Gerakan rotasi mungkin dapat
dihasilkan jika menggunakan kekuatan kopel, namun gerakan bodily, torqueing
apeks dan uprighting sangat sukar atau tidak mungkin dihasilkan oleh alat
ortodontik lepasan.7,9
B. Alat Piranti Cekat
a. Light wire technique
b. Edgewise technique
c. Preadjusted edgewise appliance
C. Alat Piranti Semi Fixed7

Penentuan retensi
Maloklusi menentukan jenis retensi yang direncanakan. Rotasi dan diastema
lebih rentan terjadi relaps dan karenanya jenis retensi, dan durasi harus
direncanakan dengan tepat. Alat Hawley yang paling sering digunakan masih
menjadi favorit sebagian besar dokter saat ini. Masih dengan meningkatnya jumlah
pasien dewasa, begitu pula penggunaan retainer tetap. Retensi yang direncanakan
harus disebutkan dalam rencana perawatan yang disajikan kepada pasien.6
Jenis alat retensi:
a. Removable retention
b. Semipermanent retention
c. Permanent retention7

7. Seluruh diagnosis dan rencana perawatan harus dikomunikasikan dengan pasien


dan dengan pendampingnya. Perawatan dapat dimulai setelah didapat kesepatan
dari semua pihak pada saat pertemuan konsultasi.7
Diskusi dan penjelasan kepada pasien, keluarga atau wali dengan menggunakan
istilah awam untuk memberikan informasi yang cukup agar pasien dapat
menetapkan nenerima atau menolak rencana perawatan. Diskusi ini harus
didokumentasi meliputi :3
1. Deskripsi diagnosis dan rencana perawatan.
2. Diskusi dan penjelasan tentang alternatif perawatan yang dipilh
3. Risiko, keterbatasan dan kompromi yang berkaitan dengan rencana dan
alternatif perawatan yang dipilih.
4. Diskusi dan penjelasan tentang rencana perawatan yang membutuhkan
pelayanan/perawatan fihak lain untuk mengantisipasi akibat dari perawatan
ortodontik yang akan dilakukan.
5. Prognosis yang berkaitan dengan rencana perawatan yang dipilih, termasuk
dengan akibat jika perawatan tersebut tidak dilakukan.
6. Diskusi dan penjelasan tentang tanggung jawab pasien yang berkaitan dengan
perawatan yang harus dilakukan pasien sendiri atau kunjungan kedokter gigi
secara priodik untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
7. Penjelasan tentang perkiraan lama perawatan aktif dan periode rentensi.
8. Menandatangani persetujuan informed consent dan rencana pembayaran yang
akan dilakukan.3

KESIMPULAN
Setelah dilakukan pemeriksaan klinis, temuan penting saat pemeriksaan
sangat penting untuk dicatat oleh klinisi dan kemudian daftar masalah akan
menjadi pedoman dalam mendiagnosis pasien. Rencana perawatan harus
berdasarkan hasil diagnosis dan daftar permasalahan. Rencana perawatan
nantinya akan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Seperti kondisi
medis pasien misalnya pasien dengan gangguan pernapasan, yang membutuhkan
kerjasama penanganan keilmuan lainnya, seperti spesialis THT.
Penggunaan piranti dan retensi pada pasien akan terus berkembang
mengikuti perkembangan pasien. Rencana perawatan alternatif juga harus
diinformasikan terhadap pasien dan pasien juga diedukasi mengenai seluruh
masalah maloklusi yang terjadi pada pasien bahwa masalah maloklusi tersebut
dapat ditangani. Hal ini membutuhkan komunikasi yang baik antara dokter gigi,
pasien dan pendamping pasien sehingga didapatkan kesepakatan dan
pemahaman yang sama untuk mendukung keberhasilan perawatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Utari TR, Putri MK. Orthodontic treatment needs in adolescents aged 13-15
years using orthodontic treatment needs indicators. J Ind Dent Assoc 2019;
2(2): 49-55.
2. Proffit, William R, HW. Fields, Sarver, DM. Contemporary
Orthodontics.Ed.5. Missouri: Mosby; 2013.
3. Ardhana W. Identifikasi Perawatan Orthodontik spesialtik dan umum. Maj
Ked Gi 2013; 20(1): 1-8.
4. Sekundariadewi R, Hoesin F, Widayati R. Evaluasi perubahan susunan gigi
geligi pasca retensi perawatan ortodonti menggunakan Indeks PAR. M I
Kedokteran Gigi 2007; 22(4): 147.
5. Jazaldi F, Anggani HS, Purbiati M. Susunan gigi geligi hasil perawatan
ortodonti berdasarkan objective grading system-american board of
orthodontics. M I Kedokteran Gigi 2006; 21(3): 106.
6. Singh G. Textbook of Orthodontics Ed 2. Jeypee Brothers, New Delhi 2007:
211-15.
7. Kumar P. Synopsis of Orthodontic Treatment. New Delhi: Jaypee Brothers;
2007: 1-3.
8. Isaacson KG, Muir JD, Reed RT. Removable orthodontic appliances.
London: Wright; 2002: 9.
9. Aldira C, Kornialia, Andriansyah. Penilaian tingkat keberhasilan perawatan
ortodontik dengan piranti lepasan berdasarkan indeks par di RSGM
Universitas Baiturrahmah tahun 2012-2017. J Kes Andalas 2019; 8(4): 27-
32.

Anda mungkin juga menyukai