Anda di halaman 1dari 50

LOGBOOK SKENARIO 2 BLOK 14

ZHAHWA CHURAIRAH ANSAR


1913101010046
TUTORIAL 3

I. Istilah Asing
a. Flabby
II. Identifikasi Masalah

 Pasien : Perempuan
Usia : 63 tahun
Keluhan : Ingin dibuatkan Gigi tiruan baru
Riwayat penyakit : hipertensi terkontrol sejak 4 tahun lalu
Anamnesis : GTSL nya sudah tidak dapat digunakan lagi sejak
2 bulan ini karena seluruh gigi yang tersisa telah dicabut, Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan
yang baik agar dapat mengunyah dan berbicara dengan baik.
 Pemeriksaan intra oral:
- Gigi yang hilang: 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48
- Sisa akar pada gigi 16, 24, 25, 37, 47, 48
- Ridge anterior rahang atas flabby
- Bentuk sisa alveolar Ridge pada posterior rahang atas rata
- Tekanan darah 140/90 mmHg
 Pasien ingin mengetahui pilihan perawatannya dan dibuatkan gigi tiruan baru
III. Analisis Masalah

1. Apakah riwayat hipertensi dapat mempengaruhi proses pemasangan gigi tiruan penuh
lepasan?
2. Apakah kondisi ridge anterior rahang atas flabby pada pasien akan mempengaruhi
pemilihan perawatan pada pasien?
3. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kasus kehilangan
keseluruhan gigi ?
4. Gigi tiruan apakah yang baik digunakan untuk kasus pasien tersebut?
5. Apa saja faktor yang harus dipertimbangkan ketika akan melakukan pemasangan gigi
tiruan penuh lepasan?
6. apa saja perawatan preprostetik yang harus dilakukan pada kasus kehilangan seluruh gigi
dengan sisa akar dan sisa alveolar ridge yang berbentuk rata?
7. Bagaimana pertimbangan perawatan yang dilakukan dokter gigi terhadap pasien dengan
kasus hipertensi terkontrol?
8. apakah kondisi sisa alveolar ridge berbentuk rata mempengaruhi pemilihan teknik
pencetakan?
9. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan dari perawatan pada gigi tiruan penuh
lepasan?
10. Apakah tekanan darah pada pasien mempengaruhi perawatan pada kasus pasien tersebut?
11. Apa yang dapat dipengaruhi oleh perbedaan usia dalam menangani kasus tersebut?
12. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada perawatan gigi tiruan kasus kehilangan
keseluruhan gigi?
13. Apa saja hal yang perlu diberitahukan kepada pasien sesudah perawatan?
14. Apa kelebihan dan kekurangan pada perawatan gigi tiruan dengan kasus kehilangan
keseluruhan gigi?
15. Apakah kondisi hipertensi terkontrol berhubungan terhadap pencabutan gigi yang tersisa?
16. Bagaimana teknik pencetakan yang tepat untuk kasus pasien tersebut?
17. Bagaimana tahapan perawatan yang akan dilakukan untuk menangani kasus kehilangan
gigi seluruhnya?
18. Bagaimana diagnosis dan prognosis pada kasus pasien?
19. Gigi tiruan seperti apakah yang bisa diindikasikan kepada pasien?
20. Bagaimana evaluasi pasca pemasangan gigi tiruan pada kehilangan keseluruhan gigi?
21. Bahan apa yang digunakan dalam pencetakan pada pasien pada kasus tersebut?

IV. Strukturisasi

V. Learning Objectives

Gigi Tiruan Penuh Lepasan


1. Definisi
2. Indikasi dan kontraindikasi
3. Kelebihan dan kekurangan
4. Pemeriksaan
4.1 Subjektif
4.2 Objektif (Intraoral dan Ekstraoral)
4.3 Penunjang (Radiografi dan pemeriksaan Lab)
5. Diagnosis dan Prognosis
6. Penatalaksanaan GTP
6.1 Perawatan Preprostetik
6.2 Pencetakan
6.3 Penentuan relasi rahang - relasi sentrik dan DV
6.4 Pemilihan dan penyusunan gigi
6.5 Try in GT malam (anterior dan posterior)
- percobaan gigi tiruan malam
6.6 Insersi
6.7 Instruksi pasca pemasangan
7. Evaluasi pasca pemasangan

1. Definisi
Gigi Tiruan Penuh adalah gigi palsu lengkap yang bisa dilepas mengganti semua gigi dan
jaringan yang hilang di rahang atas dan rahang bawah. Tujuan dari membuat gigi tiruan lengkap
adalah untuk memperbaiki fungsi mengunyah, estetika dan memelihara kesehatan mulut pasien.
Gigi tiuran dapat diklasifikasikan sebagai,

 Gigi tiruan lengkap yang dapat dilepas


 Gigi tiruan lengkap tetap

Umumnya gigi tiruan lengkap dibuat untuk pasien geriatri. Beberapa pasien muda yang lahir
dengan gigi malformasi kongenital atau lengkung edentulous memerlukan gigi tiruan lengkap.
Sangat penting bagi dokter gigi untuk mengevaluasi pasien sebelum perawatan.

2. Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi
• Kehilangan gigi penuh pada kedua rahang (pasien edentulous)
• Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan
• Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian, dan tidak ada alternatif
yang tersedia
• Pasien dengan kontraindikasi terhadap dental implant dikarenakan adanya masalah
finansial & status kompromis medis pasien yang kontraindikasi bedah.

Kontraindikasi
• Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk
kooperatif selama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan
• Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan
• Pasien yang memiliki reflek muntah yang berat
• Pasien yang telah mengalami resorpsi alveolar ridge yang parah yang dapat mengurangi
retensi dari GTP

3. Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan
• Sebagai fungsi, di masa lalu, gigi tiruan dibuat untuk mengunyah makanan tapi kini GTL
dirancang untuk menjadi nyaman, Estetis, dan berfungsi penuh juga untuk fungsi bicara. 
• Estetis
• Untuk kesehatan, gigi tiruan mendukung struktur otot dan wajah juga mengurangi
resorpsi tulang alveolar.
• Biayanya hemat

Kerugian
• Bagi beberapa pasien membersihkan GTL secara teratur merupakan suatu kekurangan.  
• GTL yang tidak pas dapat menimbulkan ketidaknyamanan rasa sakit dan kesulitan pada
saat mengunyah

Zarb, H. E. (2013). Prosthodontic Treatment For Edentulous Patients 12th Edition. St. Louis:
Mosby.
Arthur O. Rahn, John R. Ivanhoe, Kevin D. Plummer. Textbook Of Complete Denture Sixth
Edition. USA : People’s Medical Publishing Home; 2009. Page 268-270
Deepak Nallaswamy. 2003. Textbook of Prosthodontics. Jaypee Brothers Medical Publishers (p)
LTD. New Delhi. Page: 4.

4. Pemeriksaan
Pemeriksaan Subyektif
1. Nama

Membantu dalam mengidentifikasi pasien. Ini juga membantu dalam pengembangan


hubungan antara dokter gigi dan pasien.

2. Usia
Usia pasien sangat penting saat merekam sejarah. Seiring bertambahnya usia, masalah
dapat diantisipasi dengan:
(i) Adaptasi terhadap gigi tiruan
(ii) Koordinasi
(iii) Resorpsi tulang
(iv) Sensitivitas jaringan
(v) Penyembuhan
(vi) Keseimbangan nutrisi

3. Pekerjaan dan Posisi Sosial


Pekerjaan pasien dapat memberikan indikasi kepada dokter gigi tentang apa yang
diharapkannya dari gigi palsunya.

4. Keluhan Utama
Keluhan utama harus ditulis dengan kata-kata pasien sendiri. Pasien harus ditanyai
mengenai keluhan utamanya. Tanggapan pasien juga akan memungkinkan praktisi
untuk menilai apakah harapan pasien realistis dan dapat dicapai.

5. Karakteristik psikologis
(1) Philosophical mind
Pasien tipe ini menunjukan sikap yang paling baik dalam perawatan prostodonti.
Pasien ini rasional, sensibel, tenang pada situasi yang sulit. Motivasi untuk
pemasangan gigi tiruan general, dia ingin menjaga kesehatan dan penampilannya
dan menganggap penggantian gigi adalah hal yang wajar dan menerima prosedur
dengan baik.

(2) Exacting
Pasien ini memiliki semua sikap baik pada pasien philosophical. Namun,
menghadapi pasien ini harus hati-hati,sabar dan dengan usaha yang besar karena
pasien tipe ini perfeksionis, akurat, dan kadang suka menuntut.
(3) Hystercal
Prognosis pada pasien ini dipertanyakan atau buruk. Pasien tipe ini apatis, tidak
tertarik dan kurang motivasi terhadap perawatan yang akan dijalani. Pasien ini
mengacuhkan instruksi yang diberikan, tidak mau bekerja sama, dan cenderung
menyalahkan dokter gigi terhadap kesehatan dental yang buruk. DHE sangat
dibutuhkan untuk merawat pasien dengan tipe ini.
(4) Indifferent
Pasien ini memiliki emosi yang tidak stabil, kekhawatiran tinggi, serta
temperamental. Prognosis pada pasien ini buruk dan dibutuhkan ahli psikiatrik
dalam menghadapi pasien ini.

6. Penyakit yang Melemahkan


Pasien dengan penyakit yang melemahkan harus dijaga di bawah kendali medis.
Contohnya diabetes, TBC dan diskrasia darah. Pasien-pasien ini memerlukan
instruksi ekstra dalam kebersihan mulut dan kebiasaan makan. Dokter harus
konsultasikan sebelum pengobatan dilakukan.

Binu George. 2019. Textbook of Complete Denture Prosthodontics. New delhi. CBS Publisher &
Distributors. Page 7-12

Pemeriksaan Intraoral
1. Warna Mukosa
Warna mukosa akan mendefinisikan banyak hal tentang kesehatannya. Perbedaan
penampilan antara mukosa merah muda yang sehat dan jaringan merah yang
meradang dapat dilihat dengan jelas.
2. Saliva
Kelas I = Kuantitas dan kualitas saliva normal
Kelas II = Air liur yang berlebihan mengandung banyak lendir (Ptyalism)
Kelas III = Xerostomia

3. Ukuran Lengkungan
 Kelas I (besar)
Alveolar ridge memiliki ketinggian yang cukup untuk memberikan dukungan dan
menahan gerakan lateral basis gigi tiruan.
 Kelas II (sedang)
Alveolar ridge telah mengalami beberapa resorpsi. Tulang cukup untuk menahan
gerakan lateral.

 Kelas III (kecil)


Alveolar ridge hampir atau seluruhnya mengalami resorpsi. Tidak ada resistensi
terhadap gerakan lateral gigi tiruan.

4. Bentuk Residual Ridge


 Kelas I
Ridge berbentuk U pada penampang melintangnya. Puncak ridge yang lebar dan rata
menjelaskan dukungan vertikal yang sangat baik.
 Kelas II
Ridge lebih berbentuk "V" di cross-section.

 Kelas III (Knife-edged ridge)


Ridge yang tersisa memiliki puncak ridge yang sempit dan tajam sehingga
memperlihatkan sedikit atau tanpa adanya dukungan vertikal.

5. Bentuk Lengkungan
 Kelas I
Lengkungan persegi (square arch) adalah bentuk terbaik untuk mencegah gerakan
rotasi.
 Kelas II
Bentuk lancip (tapering) memberi sedikit resistensi terhadap gerakan tetapi pada
tingkat yang lebih rendah daripada lengkungan persegi.
 Kelas III
Bentuk ovoid karena bentuknya yang bulat memberikan sedikit atau tidak ada
resistensi terhadap gerakan rotasi.
6. Bony Undercuts
 Kelas I : Tidak ada undercut.
 Kelas II : Ada undercut kecil di tempat gigi tiruan ditempatkan untuk mengubah jalur
penyisipan.
 Kelas III : Terdapat undercut bilateral yang menonjol yang harus dikoreksi dengan
pembedahan.

7. Torus
 Kelas I : Torus sangat kecil sehingga tidak mengganggu pembuatan gigi tiruan
lengkap.
 Kelas II : Torus yang memberikan kesulitan ringan untuk adaptasi gigi palsu.
Intervensi bedah adalah opsional.
 Kelas III : Torus terlalu besar, dengan undercut yang meluas ke palatal seal posterior.
Intervensi bedah diperlukan (Pelat Warna 1).

8. Inter Arch Space


 Kelas I : Pasien memiliki jarak yang cukup untuk menempatkan gigi tiruan.
 Kelas II: Ada ruang yang berlebihan. Gigi tiruan biasanya kurang stabil karena terlalu
jauh jarak antara gigi tiruan dan ridge.
 Kelas III: Ruang antar lengkung terbatas, penempatan gigi tiruan bisa sulit.

9. Bentuk Palatum Durum


 Kelas I : Palatum datar yang luas memberikan dukungan dan retensi vertikal terbaik.
 Kelas II :Palatum berbentuk V memberikan dukungan dan retensi gigi tiruan yang
lebih memadai.
 Kelas III : Palatum berbentuk U menawarkan sedikit dukungan vertical.

10. Bentuk Lereng Palatum Lunak


 Kelas I : Palatum lunak miring secara bertahap turun dari palatum keras.
 Kelas II :Lereng palatum lunak lebih tajam daripada tipe kelas I sehingga membatasi
area seal dan panjang gigi tiruan posterior.
 Kelas III : Palatum lunak menurun tajam dari palatum keras.

11. Border Attachment


 Kelas I :Kondisi paling baik bila terdapat sekitar 12 mm gingiva cekat yang
memanjang dari puncak residual ridge ke vestibulum.
 Kelas II : Ada dari 8 sampai 12 mm dari gingiva cekat.
 Kelas III : Keberhasilan yang terbatas dapat diharapkan dengan gigi palsu ketika
gingiva cekat kurang dari 8 mm.

12. Frenal Attachments


 Kelas I : Tinggi di maksila atau rendah di mandibula sehubungan dengan puncak
ridge.
 Kelas II : Medium.
 Kelas III : Frenum mengganggu puncak punggungan dan mengganggu segel
perbatasan. Koreksi bedah mungkin diperlukan.

13. Lidah
Lidah merupakan faktor penting dalam keberhasilan atau kegagalan gigi tiruan.
Seorang pasien edentulous yang belum memakai gigi tiruan rahang bawah sering
akan menggunakan lidah sebagai antagonis lengkung rahang atas dalam
pengunyahan. Dalam situasi ini, lidah bisa menjadi membesar dan sangat kuat.

Ukuran :
• Kelas I = Ukuran lidah tidak memenuhi dasar mulut
• Kelas II. Lidah sedikit memenuhi dasar mulut dan menutupi ridge alveolar.

Posisi lidah
• Kelas I = Lidah berada pada posisi yang benar. Ujungnya rileks dan terletak di area
permukaan lingual gigi anterior bawah. Batas lateral lidah berkontak dengan
permukaan lingual gigi premolar.
• Kelas II = Batas lateral lidah berada pada posisi yang benar tetapi ujungnya naik atau
turun.
• Kelas III = Lidah dalam posisi ditarik. Tip tidak menyentuh gigi tiruan bawah atau
ridge.

Bentuk lidah
• Lebar datar, tebal
• Panjang, meruncing, sempit.

14. Hubungan Rahang


 Normal (Kelas sudut I) = Segmen anterior ridge mandibula berada tepat di bawah
atau sedikit posterior dari segmen ridge anterior maksila.
 Ortognatik (Kelas sudut II) = Segmen anterior ridge mandibula diretrusi melebihi
posisi normal karena berhubungan dengan segmen ridge anterior maksila.
 Prognatik (Kelas sudut III) = Segmen anterior ridge mandibula menonjol di luar
posisi normal karena berhubungan dengan segmen ridge anterior rahang atas.

Complete Denture Prosthesis. .Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. 2007. India : Jaypee


Brother. Medical. Hal 19-31

Pemeriksaan Ekstraoral
Daerah kepala dan leher pasien harus diperiksa untuk setiap kondisi patologis. Warna
wajah, nada, warna dan tekstur rambut, simetri dan aktivitas neuromuskular dicatat. Ini meliputi
pemeriksaan wajah, pemeriksaan tonus dan perkembangan otot, pemeriksaan bibir, pemeriksaan
TMJ dan pemeriksaan neuromuskular.

a. Bentuk wajah
Bentuk wajah berdasarkan garis besar wajah sebagai persegi, lancip, lancip persegi dan ovoid.
Memeriksa bentuk wajah membantu dalam pemilihan gigi
b. Profil wajah

 Kelas I: Profil normal atau lurus

 Kelas II: Profil retrognatik

 Kelas III: Profil prognatik

c. Tonus otot

Tonus otot dapat mempengaruhi stabilitas gigi tiruan. House mengklasifikasikan tonus otot
sebagai:
 Kelas I: Ketegangan normal

 Kelas II: Fungsi otot normal tetapi tonus otot sedikit menurun.

 Kelas III: Penurunan tonus dan fungsi otot.

d. Perkembangan Otot

Orang dengan perkembangan otot yang berlebihan memiliki lebih banyak kekuatan
menggigit. House mengklasifikasikan perkembangan otot sebagai:
• Kelas I : Berat
• Kelas II : Sedang
• Kelas III : Ringan

a. Complexion

Warna mata, rambut, dan kulit memandu pemilihan gigi tiruan. Warna kulit pucat
merupakan indikasi anemia dan harus diobati.

b. Pemeriksaan bibir
• Penyangga bibir: Berdasarkan jumlah penyangga bibir, bibir dapat diklasifikasikan
sebagai penyangga bibir yang cukup atau tidak penyangga.
• Mobilitas bibir: Berdasarkan mobilitasnya, bibir diklasifikasikan sebagai normal
(kelas 1), mobilitas berkurang (kelas 2) dan lumpuh (kelas 3).
• Ketebalan bibir: Bibir yang tebal membutuhkan dukungan yang lebih sedikit dari gigi
tiruan, bibir tipis bergantung pada posisi labiolingual gigi yang tepat.
• Panjang bibir: Ini merupakan penentu penting dalam pemilihan gigi anterior. Bibir
yang pendek akan cenderung memperlihatkan lebih banyak struktur gigi dan juga
basis gigi tiruan. Berdasarkan panjangnya, bibir diklasifikasikan menjadi panjang,
normal atau sedang dan pendek.
• Kesehatan bibir: Bibir diperiksa untuk mencari celah, retak atau borok di sudut mulut.
Jika ada, ini menunjukkan defisiensi vitamin B, kandidiasis, atau penutupan mulut
yang terlalu lama karena penurunan VD.

c. Pemeriksaan TMJ
Sendi harus diperiksa untuk rentang gerakan, nyeri, otot pengunyahan, suara sendi saat
membuka dan menutup. Nyeri hebat pada TMJ menunjukkan peningkatan atau
penurunan VD.

d. Pemeriksaan Neuromuskular
Ini termasuk pemeriksaan bicara dan koordinasi neuro-otot.
Pasien dengan koordinasi neuromuskular yang baik dapat dengan mudah belajar
memanipulasi gigi palsu. Koordinasi neuromuskular pasien dapat diklasifikasikan
sebagai:
• Kelas I : Berat
• Kelas II : Sedang
• Kelas III : Ringan.

Deepak Nallaswamy. 2003. Textbook of Prosthodontics. Jaypee Brothers Medical Publishers (p)
LTD. New Delhi. Pg 14-31

Pemeriksaan Objektif

 Ekstraoral
Daerah kepala dan leher pasien harus diperiksa untuk setiap kondisi patologis. Warna
wajah, tone, warna dan tekstur rambut, simetri dan aktivitas neuromuskular dicatat.
Ini termasuk pemeriksaan wajah, pemeriksaan tonus dan perkembangan otot,
pemeriksaan bibir, pemeriksaan TMJ dan pemeriksaan neuromuskular.

a) Pemeriksaan Wajah
Termasuk evaluasi fitur wajah, bentuk wajah, profil wajah dan tinggi wajah yang lebih
rendah.
 Fitur Wajah
- Panjang bibir.
- Ketebalan bibir
- Filtrum.
- Nasolabial Fold.
- Sulkus mentolabial atau labiomental groove.
- Komisura labial dan modiolus.
- Lebar perbatasan vermillion (mempengaruhi tingkat tampilan gigi)
- Ukuran bukaan mulut (mempengaruhi derajat tampilan gigi)
- Tekstur kulit: (kasar atau halus)
- Kerutan pada pipi menunjukkan penurunan dimensi vertikal.
Semua faktor yang disebutkan di atas membantu untuk tentukan bayangan, bentuk
dan susunannya gigi

 Bentuk Wajah
House and Loop, Frush and Fisher, dan Williams mengklasifikasikan bentuk wajah
berdasarkan garis besar wajah sebagai persegi, lancip, lancip persegi, dan ovoid.
Memeriksa bentuk wajah membantu dalam pemilihan gigi

• Profil Wajah
Pemeriksaan profil wajah sangat penting karena dapat menentukan relasi rahang
dan oklusi.
Kelas I: Profil normal atau lurus
Kelas II: Profil retrognati
Kelas III: Profil prognati
• Tinggi Wajah Bagian Bawah
Menentukan tinggi wajah bagian bawah penting untuk menentukan hubungan
rahang vertikal. Untuk pasien yang sudah memakai gigi tiruan lengkap, tinggi
wajah bagian bawah diperiksa di bawah oklusi. Jika wajah tampak collapsed, itu
menunjukkan hilangnya dimensi vertikal (VD). Penurunan VD menghasilkan
kerutan di sekitar mulut. VD yang berlebihan akan menyebabkan jaringan wajah
tampak meregang

b) Perkembangan Otot
Orang dengan perkembangan otot yang berlebihan memiliki lebih banyak kekuatan
menggigit. House mengklasifikasikan perkembangan otot sebagai:
Kelas I: Berat
Kelas II: Sedang
Kelas III: Ringan

c) Bibir
• Lip Support : bibir dapat diklasifikasikan sebagai lip support yang cukup atau tidak
• Mobilitas bibir : Berdasarkan mobilitasnya, bibir diklasifikasikan sebagai normal (kelas
1), mobilitas berkurang (kelas 2) dan lumpuh (kelas 3).
• Ketebalan bibir
• Panjang bibir : Ini merupakan penentu penting dalam pemilihan gigi anterior. Bibir yang
pendek akan cenderung memperlihatkan lebih banyak struktur gigi dan juga basis gigi
tiruan. Berdasarkan panjangnya, bibir diklasifikasikan menjadi panjang, normal atau
pendek.

• Kesehatan bibir : Bibir diperiksa untuk mencari crack atau ulser di sudut mulut. Jika ada,
ini menunjukkan defisiensi vitamin B, kandidiasis, atau penutupan mulut yang terlalu
lama karena penurunan VD.

d) TMJ
TMJ harus diperiksa untuk rentang gerakan, nyeri, otot pengunyahan, suara sendi saat
membuka dan menutup. Nyeri hebat pada TMJ menunjukkan peningkatan atau
penurunan VD.

e) Pemeriksaan Neuromuscular
Ini termasuk pemeriksaan bicara dan koordinasi neuromuskular.
• Bicara  Bicara diklasifikasikan berdasarkan kemampuan pasien untuk
mengartikulasikan dan mengkoordinasikannya (Normal atau Terganggu)
• Koordinasi Neuromuskular  Baik, sedang, buruk
 Penunjang (Radiografi dan Pemeriksaan Lab)
Radiografi
Pemeriksaan Radiografi penting untuk mengevaluasi kondisi submukosa pada pasien
yang mencari perawatan prostodontik karena adanya kelainan pada rahang yang
edentulous yang mungkin tidak terduga karena tidak adanya tanda atau gejala klinis.
Beberapa kelainan yang mungkin terlihat seperti akar gigi yang tertahan, gigi yang
tidak erupsi atau berbagai patosis asal perkembangan, inflamasi, atau neoplastic dapat
terlihat dengan adanya radiografi.
Keuntungan dilakukannya pemeriksaan radiografi :
- Radiografi membantu dalam menentukan kedalaman poket periodontal
- Memberikan informasi tentang tulang yang mengelilingi apeks pulpa gigi serta
menunjukkan jumlah tulang yang hilang di sekitar gigi yang tersisa dan di daerah
edentulous.
- Menunjukkan ketebalan relatif dari submukosa yang menutupi tulang di daerah
edentulous, lokasi kanalis mandibula, dan foramina mentalis dalam kaitannya
dengan basis untuk gigi tiruan.
- Memberikan indikasi kualitas tulang yang mendukung gigi dan akan mendukung
gigi palsu.

Pertimbangan Selama Pemeriksaan Radiografi


• Rahang harus diskrining untuk mencari fragmen akar yang tertinggal, gigi yang tidak
erupsi, penipisan, sklerosis, kista, tumor, dan kelainan TMJ.
• Jumlah resorpsi ridge harus dinilai. Wical dan Swoope menemukan metode untuk
mengukur resorpsi ridge. Menurut mereka, jarak antara batas bawah mandibula dan
batas bawah foramen mentalis dikalikan dengan tiga akan memberikan tinggi puncak
ridge alveolar yang asli. Tepi bawah foramen mentalis membagi mandibula menjadi
dua pertiga bagian atas dan sepertiga bagian bawah.
• Kuantitas dan kualitas tulang harus dinilai.

Penilaian Radiografi Resorpsi Tulang


Besarnya resorpsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas I: (resorpsi ringan) hilangnya sepertiga dari ketinggian vertikal.
Kelas II: (resorpsi sedang) hilangnya hingga dua pertiga dari ketinggian vertikal
Kelas III: (resorpsi berat) hilangnya lebih dari dua pertiga ketinggian vertical

Pemeriksaan Lab
Riwayat medis harus mencakup tanda-tanda vital, obat yang diminum, alergi, riwayat
medis masa lalu, dan kondisi medis saat ini. Informasi yang cukup sangat penting untuk
memungkinkan dokter gigi membuat penilaian kesehatan umum pasien secara
keseluruhan. Tanda-tanda vital termasuk tekanan darah dan nadi penting untuk
menetapkan garis dasar awal; pasien dapat memerlukan rujukan jika tidak dalam batas
normal. Tanda-tanda vital dasar mungkin merupakan informasi penting dalam keadaan
darurat medis di masa depan. Banyak dari obat-obatan saat ini dapat menyebabkan
xerostomia, yang dapat mempengaruhi kesehatan mulut pasien dan kemampuan untuk
memakai gigi palsu lengkap dengan baik. Pasien yang menggunakan antihistamin serta
obat untuk depresi, kecemasan, tekanan darah tinggi, relaksasi otot, inkontinensia urin
dan penyakit parkinson dapat memiliki mulut kering sebagai efek samping. Setiap alergi
harus diidentifikasi dan dicatat dalam catatan pasien. Mengetahui bahwa pasien
memiliki alergi terhadap antibiotik dan obat pereda nyeri sangat penting karena kadang-
kadang diperlukan untuk mengobati infeksi gigi dan nyeri setelah operasi pra-prostetik.
Sejumlah besar pasien diketahui alergi terhadap lateks dan logam, terutama nikel. Alergi
ini harus dipertimbangkan bahkan untuk perawatan rutin pasien dan ketika
mempertimbangkan logam yang akan digunakan dalam gigi tiruan sebagian lepasan.

Pemeriksaan Vital Sign (Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, dan Suhu)


1. Tekanan darah  tujuan dari pemeriksaan tekanan darah adalah untuk menentukan
adanya normotensi, hipertensi atau hipotensi.
Tekanan darah diukur dengan pemeriksaan indirek pada ekstremitas atas dengan
maset tekanan darah dan stetoskop. Metode auskultasi pada pengukuran tekanan
darah yang direkomendasikan American Heart Association adalah sebagai berikut:
- Pasien harus didudukan dengan nyaman dengan tidak menyilangkan kaki.
Kemudian manset segera dipasangkan pada lokasi arteri brakialis. Manset
diletakkan ketat pada lengan atas dengan lengan baju yang sudah disingkap,
dengan batas bawah kira-kira satu inchi diatas fossa antecubital. Manset standar
memiliki tanda panah yang didesain menunjukkan titik tengah manset, yang
berpusat diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi.
- Selanjutnya, saat pulsus radialis dipalpasi, manset dikembangkan hingga pulsus
radial menghilang; dikembangkan hingga ditambahkan 20-30 mmHg (tekanan
sistolik palpatoir).
- Stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi yang
membelok pada siku dalam fossa antecubital (tidak menyentuh manset), dan
seharusnya tidak ada suara yang terdengar.
- Katup tekanan perlahan dilepaskan, jarum menurun 2-3 mmHg perdetik. Seiring
jarum menurun, titik yang dicatat yaitu suara denyut pertama yang terdengar.
Pada titik ini dicatat sebagai tekanan sistolik.
- Selanjutnya jarum masih berlanjut turun, suara denyut menjadi lebih kencang,
hingga detak yang terdengar melemah untuk beberapa saat dan menghilang
seketika. Indeks tekanan diastolik yang paling tepat saat suara hilang sempurna.
Pada dewasa normal sehat, tekanan sistolik normal berkisar 90-140 mmHg dan
umumnya meningkat seiring usia. Nilai normal tekanan diastole berkisar 60-90
mmHg. Tekanan pulsus bervariasi diantara tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi
pada orang dewasa ditandai dengan tekanan darah sama atau lebih besar dari
140/100 mmHg.

2. Nadi/Pulsus
Prosedur standar untuk memeriksa pulsus adalah :
- Palpasi arteri karotis atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan. Penggunaan arteri
karotis untuk pengukuran pulsus memiliki beberapa keuntungan. Pertama, arteri
karotis cukup familiar karena umumnya dokter gigi mendapatkan pelatihan
resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup menggambarkan karena
merupakan arteri utama yang mensuplai otak; terlebih pada situasi
kegawatdaruratan, arteri ini dapat dipalpasi ketika arteri perifer lainnya tidak
dapat dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya mudah ditemukan dan mudah
dipalpasi karena ukurannya. Untuk pemeriksaan terbaik sebaiknya dilakukan
selama satu menit penuh untuk mendeteksi adanya ritme irregular.
- Meraba dengan tiga jari tangan tepat di atas arteri radialis. Setelah denyut nadi
teraba jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian dilakukan pengukuran
frekuensi dan irama nadi.
Pulsus harus dipalpasi selama 1 menit sehingga ritme abnormal dapat terdeteksi.
Sebagai alternative, dapat dipalpasi selama 30 detik dan dikalikan 2. Untuk denyut
teratur hitung frekuensi nadi selama 15 detik dikalikan 4
Rata-rata pulsus orang dewasa normal adalah 60-80 kali permenit. Jika pulsus lebih
dari 100 kali permenit disebut takikardia, sedangkan jika pulsus kurang dari 60 kali
permenit disebut bradikardia. Nilai pulsus abnormal dapat menjadi tanda dari
kelainan kardiovaskular namun dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, keadaan pasien,
kecemasan, obat, atau demam. Pulsus normal merupakan serial dari ritme detak
jantung yang terjadi pada interval yang regular. Ketika detak terjadi pada interval
yang ireguler, pulsus disebut ireguler, disritmia atau aritmia.

3. Pernafasan  tujuannya untuk menilai frekuensi pernafasan


Teknik : Operator berdiri di belakang pasien kemudian dilakukan observasi sangkar
dada. dihitung jumlah siklus fase inspirasi dan ekspirasi dalam 1 menit.

Intepretasi : kecepatan respirasi normal


• Bayi adalah 24-30 siklus per menit
• Anak-anak adalah 20-24 siklus per menit
• Remaja dan dewasa muda adalah 12-18 siklus per menit
• Dewasa adalah 8-12 siklus per menit

4. Suhu Tubuh  tujuannya untuk menentukan suhu tubuh pasien

Teknik : menggunakan berbagai alat pengukur suhu tubuh , disesuaikan alat


pengukur yang digunakan
Intepretasi :
• Suhu tubuh orang dewasa normal 36,1 C sampai dengan 37,5 C
• Sub febris 37,5 C sampai dengan 38,5 C
• Febris di atas 38,5 C

Arthur O. Rahn, John R. Ivanhoe, Kevin D. Plummer. Textbook of completedenture sixth


edition. USA: People’s medical publishing home; 2009
Deepak Nallaswamy. 2003. Textbook of Prosthodontics. Jaypee Brothers Medical Publishers
(p) LTD. New Delhi. P 14-19

5. Diagnosis dan Prognosis


Berdasarkan skenerio, didapati kondisi pasien berupa
1. Pasien : Perempuan
Usia : 63 tahun
Keluhan : Ingin dibuatkan gigi tiruan baru
Riwayat penyakit : hipertensi terkontrol sejak 4 tahun lalu

2. Anamnesis :
 GTSL nya sudah tidak dapat digunakan lagi sejak 2 bulan ini karena seluruh gigi
yang tersisa telah dicabut.
 Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang baik agar dapat mengunyah dan berbi-cara
dengan baik.
3. Pemeriksaan intra oral:
 Gigi yang hilang: 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48
 Sisa akar pada gigi 16, 24, 25, 37, 47, 48
 Ridge anterior rahang atas flabby
 Bentuk sisa alveolar Ridge pada posterior rahang atas tidak rata
 Tekanan darah 140/90 mmHg
DIAGNOSIS
 Gigi Hilang

RA : 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,

RB : 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 42, 44, 45, 46, 47, 48

 Sisa Akar : 16, 24, 25, 37, 47, dan 48 : diberlakukan ekstraksi

=> Direhabilitasi dengan pemakaian gigi tiruan penuh lepasan.

Alternatif Perawatan : Implant-retained removable overdenture, Implant-supported


overdenture, dan Implant-Supported Fixed Prosthesis

- Ridge Anterior RA Flabby


 Diperhatikan saat teknik pencetakan dengan teknik mukokompresi
- Hipertensi terkontrol 140/90 mmHg
 Dapat melakukan ekstraksi dengan aman
 Sebelum jadwal pencabutan , jadwalkan dulu dengan dokter untuk mengontrol
tekanan darah pasien
 Pastikan apakah medikasi yang dikonsumsi pasien berpotensi xerostomis yang
dapat mengganggu retensi GTP .

PROGNOSIS :
Prognosis dikatakan baik :
 Seorang pasien yang memiliki hubungan ridge antero-posterior Kelas I
 Memiliki ukuran dan fungsi lidah yang tepat
 Memiliki ridge edentulous berbentuk U (cross-section) yang mendekati lengkung yang
berlawanan
 Memiliki kualitas dan kuantitas saliva yang normal
 Merupakan pasien bersikap mental filosofis (PDI I)

Prognosis dikatakan buruk :


 Memiliki hubungan ridge antero-posterior Kelas II
 Undercut bilateral posterior rahang atas yang membutuhkan operasi pra-prostetik,
 Peorang pasien yang kesehatannya sangat buruk,
 Retracted tongue
 Sikap acuh tak acuh (PDI IV)

Keberhasilan pasien gigi tiruan lengkap adalah apakah mereka pernah berhasil memakai
gigi tiruan lengkap di masa lalu.

Prognosis kasus : Sedang


 Kondisi rongga mulut membutuhkan perawatan preprostetik non-bedah minor, dan bedah
berupa ekstraksi sisa akar gigi
 Memiliki penyakit sistemik berupa hipertensi terkontrol
 Bersikap kooperatif /exacting
 Tidak memiliki masalah finansial

Rahn Arthur. O, John R. Ivanhoe, and Kevin D Plummer. 2009. Textbook of Complete Detures.
Blacklick. P:3-4, 59-61
Zarb, Hobkirk, Eckert, 2013 ,Prosthodontics Treatment for Edentulous Patients. CV. Mosby Co.
St.Louis, 12th ed. Mosby-Elsevier (hlm 23)

6. Penatalaksanaan GTP
6.1 Perawatan Preprostetik
Berdasarkan skenario, didapati kondisi intraoral pasien berupa
 Gigi yang hilang: 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48
 Sisa akar pada gigi 16, 24, 25, 37, 47, 48
 Ridge anterior rahang atas flabby
 Bentuk sisa alveolar Ridge pada posterior rahang atas tidak rata
 Tekanan darah 140/90 mmHg

Sehingga, dapat diberlakukan perawatan preprostetik


Perawatan Non-Bedah
 Aplikasi interim immediate denture selama periode fabrikasi GTP lepasan
 Menghindari periode tanpa gigi berkelanjutan
 Mempertahankan dukungan sirkumoral, tonus otot, dimensi vertikal oklusi,
hubungan rahang, posisi lidah, maupun tinggi wajah
 Peningkatan adaptasi GT dan penyembuhan, seiring dengan rehabilitasi fungsi
mastikasi dan fonetik serta konsistensi diet secara bertahap
 Aplikasi bahan liner lunak sementara/ tissue conditioner pada jaringan pendukung GT
 Mengurangi potensi maupun frekuensi inflamasi jaringan lunak
 Meningkatkan tingkat kekauratan pencetakan yang dapat disebabkan oleh distorsi
jaringan karena GT lama
 Pelapisan ulang sementara immediate denture

Perawatan Bedah
 Ekstraksi sisa akar pada gigi 16, 24, 25, 37, 47, 48
 Bedah alveoloplasti
 Koreksi kontur alveolar ridge posterior RA yang tidak rata
 Eksisi ridge anterior RA yang flabby
 Peningkatan dukungan terbatas oleh jaringan yang flabby
 Peningkatan stabilitas GTP dan meminimalisir resorbsi alveolar ridge

Rahn, Ivanhoe, Plummer, 2009, Textbook of Complete Denture, PMPH : USA (hlm 66 - 82)
Zarb, Hobkirk, Eckert, 2013 ,Prosthodontics Treatment for Edentulous Patients. CV. Mosby Co.
St.Louis, 12th ed. Mosby-Elsevier (hlm 48, 77 – 79, 113, 145)
6.2 Pencetakan
Bahan Cetak
1. Alginate Hydrocolloid
• Alginat sulit dihilangkan karena adaptasi yang sangat baik pada ridge.
• Diperlukan penarikan cetakan dengan cepat.
• Komponen utama alginat adalah air, dan jika tidak dilindungi, fluida dapat menguap
sebelum stone dituangkan ke dalam cetakan
Rahn, Arthur O,. Ivanhoe, John R,. Plummer, Kevin D. 2009. Textbook of Complete
Dentures 6th ed. USA : Medical Publishing House. Page 14-16

2. Polyvinyl Siloxane dan Polyether

• Bahan cetak elastomer sintetis (baik PVS atau polieter) sering digunakan untuk membuat
cetakan akhir.
• Tingkat keakuratannya yang tinggi terhadap produk alginat.
• PVS tersedia dalam berbagai viskositas: ringan (bahan lebih cair), sedang, berat
(konsistensi jauh lebih kental), atau dempul (sangat mirip adonan dan tidak cair).
• Viskositas yang akan digunakan didasarkan pada konsistensi jaringan yang akan
ditangkap
• Bahan jenis ini dilepaskan dengan perlahan, jika dilepas dengan cepat, dapat menggores
atau merobek jaringan mulut yang halus.
• Untuk desinfeksi, bahan PVS dapat direndam dalam semua jenis disinfektan untuk
waktu yang lama, karena tidak menyerap air (bersifat hidrofobik).
• Namun, polieter memang menyerap air (bersifat hidrofilik), jadi harus didesinfeksi
dengan semprotan (mirip dengan teknik desinfeksi alginat)

Rahn, Arthur O,. Ivanhoe, John R,. Plummer, Kevin D. 2009. Textbook of Complete
Dentures 6th ed. USA : Medical Publishing House. Page 14-16

Teknik Pencetakan
1. Mucostatic Impression or No Pressure Impression Technique
• Merupakan teknik pencetakan yang mencetak mukosa dalam keadaan statis dan tanpa
merusakan jaringan lunak secara fungsional. Pencetakan seperti ini tidak dapat
memenuhi retensi, stabilitas, dan estetika gigi tiruan.
• Teknik Mukostatis tergantung pada pengambilan cetakan dengan mengaplikasikan
tekanan yang sama terhadap jaringan dibawah gigi tiruan.
• Stabilitas dan retensi dari gigi tiruan akan meningkat jika jaringan tercetak dengan bahan
cetakan yang memiliki viskositas yang bagus tanpa tekanan. Ini hanya mungkin jika
bahan cetakan memiliki viskositas rendah dan tidak memberi tekanan pada bagian
edentulous ridge.
• Dalam teknik mukostatik, cetakan dapat diambil dengan plaster, zinc oxide eugenol
dengan viskositas rendah, alginat dengan viskositas rendah, atau bahan cetak elastomer
dengan viskositas rendah
Ozkan, Y.K. 2017. Complete Denture Prosthodontics : Planning and Decision-Making.
Switzerland : Springer 113-120

2. Pressure Impression Technique (Mucocompressive, Mucodynamic)

• Merupakan teknik pencetakan yang mencetak mukosa saat pasien melakukan gerakan
fungsional/suportif. sehingga dapat diperoleh stabilitas optimum pada fungsi oklusal.
• Dalam teknik fungsional atau mulut tertutup, pasien menerapkan gaya oklusal dalam
dimensi vertikal yang ideal sampai bahan cetakan terpolimerisasi. Dalam teknik ini,
custom trays diproduksi dengan occlusal rims.
• Memliki retensi yang sangat bagus di awal, tetapi dikarenakan kontak fungsional yang
pendek (maksila dan mandibula berkontak kurang dari 30 menit per hari) dan dicetak
dalam keadaan terkompresi, maka akan terjadi resorbsi alveolar ridge karena tekanan
yang berkelanjutan
• Pada teknik mucodynamic, impresi dapat diambil dengan menggunakan impression
compound, alginat dengan viskositas tinggi, dan elastomer dengan viskositas tinggi.
• Tujuannya adalah untuk memberikan stabilitas lebih pada gigi tiruan dengan
menyebarkan gaya ke area yang lebih luas di bawah fungsi dan penyesuaian area di
bawah gigi tiruan dengan perubahan kompresi dan untuk mengurangi risiko fracture
karena bending

3. Minimal Pressure Impression Technique


• Teknik ini bertujuan untuk menggabungkan dua teknik pertama. Dalam metode ini,
tekanan minimum yang diterapkan sedikit lebih dari berat bahan cetakan fluida.
• Umumnya, disarankan untuk mengambil cetakan di bawah tekanan yang sangat sedikit
sehingga jaringan pendukung tidak rusak. Dalam teknik ini, pasien tidak melakukan
active muscle movements
• Klinisi membentuk border tissues menggunakan tangan dan tepi impression tray
dengan menggunakan impression compound. Setelah tepi fungsional selesai dibuat,
final impression dari area tempat gigi tiruan dipasang diambil dengan zinc oxide
eugenol.
4. Selective Pressure Impression Technique
• Teknik ini menggabungkan teknik mukokompresi dan mukostatis. Teori ini
mendistribusikan tekanan dengan cara yang berbeda di area basis gigi tiruan pada non-
displacement ridges
• Metode yang digunakan untuk memberikan tekanan selektif dapat mengubah ketebalan
wax pada area tertentu untuk memberikan ruang bagi material cetak dan menentukan
ketebalan material cetak.
• Cetakan ini dibuat lebih tipis menggunakan bahan cetakan viskositas tinggi yang
menerapkan tekanan minimal. Dengan teknik ini, area yang tidak terdapat tekanan
(stress) ditentukan sebagai tekanan minimal
• Tekanan diberikan di area stress bearing (area yang dapat menahan tekanan), untuk di
area yg tidak dapat menahan stress (stress relief) tidak diberikan tekanan.

Prosedur Pembuatan Cetakan Awal dan Cetakan Akhir pada GTP


1. Preliminary Impression
Peralatan :
• Perforated impression trays
• Utility wax
• X-ray time clock
• Irreversible hydrocolloid
• Water at 70°F
• Water measurer
• Thermometer
• Plaster bowl
• Plaster spatula

Step
 Tray mandibula harus diperhalus pada batas posteriornya dengan utility wax untuk
menempatkan bahan cetakan ke tempatnya
 Untuk Maksila, Pilih tray dengan ukuran yang tepat dan gunakan utility wax, rentangkan
melintasi batas posterior dan ujung distal area flange bukal Jika perlu, flange labial dapat
diganti dengan utility wax. Jika pasien memiliki vault yang sangat tinggi, utility wax
dapat ditambahkan ke area ini di tray
• Campurkan bahan cetak hidrokoloid ireversibel (alginate) sesuai dengan spesifikasi
pabrikan. Dalam prosedur ini, suhu air, dan jumlah material sangat penting. Jam waktu
harus digunakan.

• Tray bagian samping diisi bahan cetak sedikit lebih banyak.


• Dengan menggunakan mouth mirror, tempatkan sedikit bahan impresi pada ruang
retromylohvoid kanan dan kiri.

• Tempatkan tray di mulut


• Tahan tray di tempatnya selama tiga menit. Angkat dari mulut, bilas dengan aliran air
keran yang lembut, keringkan dan segera tuangkan dental plaster atau dental stone
Charles M Heartwell and Arthur O Rahn. 1974. Syllabus of Complete Dentures 4th Ed.201-210
2. Membuat sendok cetak individual

Membuat Sendok Cetak Individual Pada model kerja digambarkan batas antara jaringan
bergerak dengantidak bergerak lalu batas-batas sendok cetak individual ditentukan ±2 mm
lebihpendek dari batas jaringan bergerak-tidak bergerak agar tersedia ruang yangcukup untuk
memanipulasi bahan pembentuk tepi. Sendok cetak individual inidibuat dari shellac baseplate
atau Resin akrilik selfucured. Selanjutnya dibuatpegangan dan lubang-lubang pada sendok cetak
individual. Lubang-lubang ini untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga
mengurangi tekanansewaktu mencetak.
Mencoba Sendok Cetak Individual ke Pasien Sendok cetak individual mencakup semua
semua daerah kecuali frenulum,baik rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh ada
undercut yang dapatmenghalangi pada saat nanti dilakukan pencetakan fisiologis.

3. Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada retensi saat dilepas-
pasang, tahap berikutnya yakni border moulding denganmenggunakan greenstick compound
yang dipanaskan. Setelah greenstick dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam sebentar ke dalam
air selama beberapa detik agar pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah
dilunakkandan agar greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi
sedikitpada tepi luar sendok cetak individual. Ketika sendok cetak individual yang sudah
diletakkan green stickcompound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan
gerakan fisiologis. Pada rahang atas membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah kekanan
dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap bukalis.
Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarikke luar, ke
belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibirditarik ke depan dan ke bawah
serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerahfrenulum labialis. Untuk membentuk daerah
posterior palatum durum yangmerupakan batas antara palatum molle dan palatum durum pasien
diinstruksikanuntuk mengucapkan “ah”. Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap
distolingual dan daerahbuccal shelf, maka setelah green stick dilunakkan, dan sendok cetak
telahdifiksasi, pasien diminta untuk membuka mulut kemudian menutup mulut
untukmengaktifkan otot masseter.
Kemudian, untuk membentuk daerah distolingual danpostmylohyoid maka pasien
diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri danke kanan serta ke posterior palatum durum.
Frenulum lingual dibentuk denganmenginstruksikan kepada pasien untuk meletakkan ujung
lidahnya ke bagiananterior palatum dan ke bibir atas. Selanjutnya, daerah sayap labial
dibentukdengan memberikan instruksi yang sama dengan instruksi border mouldingrahang atas.

4. Membuat Cetakan Fisiologis

Tahap berikutnya yakni membuat cetakan dengan menggunakan bahanelastomer


(polyvinylsiloxane) atau bisa juga ZOE. Bahan elastomer ini bersifat hidrofobik sehingga harus
dalam lingkungan yang kering agar bisatercetak dengan baik. Oleh karenanya, sebelum
pencetakan, mukosa yang akandicetak dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan
tampon. Pasien diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang.
Saatmencetak rahang atas sendok cetak ditekan ke atas dan ke belakang. Sedangkanuntuk rahang
bawah, ditekan ke arah depan dan bawah) Setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor
dengan menggunakangips stone sehingga diperoleh model positif cetakan fisiologis. Kemudian
model positif tersebut diserahkan ke tekniker untuk pembuatan basisdan galengan gigit.
Rangarajan V, Padmanabhan TV. 2017. Textbook of Prostodontic. 2nd ed. India : Elsevier. p.
65-75

Hasil Border Moulding

6.3 Penentuan relasi rahang – Relasi Sentrik & DV


Relasi Sentrik
Relasi sentrik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara rahang atas dan rahang bawah dimana
kondilus berada pada posisi yang tidak tegang dan terletak paling belakang di dalam fossa
glenoidalis. Cara menentukan relasi sentrik :
 Bila melakukan relasi sentrik, sebaiknya bagian atas badan pasien tegak dan tidak
bersandar.
 Suruh pasien menelan beberapa kali, karena biasanya pasien dalam keadaan oklusi
sentrik setelah melakukan penelanan. Ada saat berlatih melakukan gerakan-gerakan
penelanan ini, silahkan maju untuk memajukan dan memundurkan rahangnya.
 Mula-mula dokter gigi boleh membantu pasien dengan cara menekan perlahan-lahan
dagunya untuk membantu dan menjuruskan pada posisi paling belakang. Namun, bila
pencatatan terakhir dilakukan, pasien jangan disentuh. Pasien dipersilahkan memajukan
dan memundurkan rahangnya dan menelannya sendiri.
 Selanjutnya pasien dipersilahkan untuk mempertahankan pelek oklusal tetap berkontak.
 Dua tanda digoreskan pada sisi oklusal rim dari rahang atas ke rahang bawah untuk
mencatat posisi ini.
 Kemudian kita mempersilahkan pasien untuk menutup mulut dan menelan beberapa kali,
tanda oklusal rim tersebut harus bertemu dalam hubungan yang sama setiap saat.

Metode lain untuk tanpa relaksi adalah mempersilahkan pasien dan rim tetap di dalam mulut,
menempatkan ujung lidah di bagian belakang langit-langit dan dengan lidah tetap pada posisi
tersebut, mengatupkan mulut dan rim oklusal secara bersamaan.

Oklusal rim ditandai dan penutupan rahang diulang beberapa kali untuk memastikan bahwa
oklusal rim berkontak untuk waktu yang sama setiap saat. Setelah dimensi vertikal dan relasi
sentrik diperoleh, lalu oklusal rim difiksasi, dikeluarkan dari dalam mulut dan dikembalikan ke
model kerja, kemudian model kerja ditanam pada artikulator/okludator.
Perbedaan penentuan dimensi vertikal/relasi sentrik antara pembuatan gigi tiruan penuh dan gigi
tiruan sebagian lepasan:
1. Pada gigi tiruan penuh :
Dimensi vertikal ditentukan terlebih dahulu, kemudian relasi sentrik ditentukan.
2. Pada gigitiruan sebagian lepasan :
Jika oklusal stop masih ada, Dimensi vertikal dan relasi sentrik ditentukan sekaligus yaitu
: pasien disuruh menggigit dalam keadaan sentrik oklusi. Jika oklusal stop tidak ada,
dimensi vertikal ditentukan terlebih dahulu, kemudian relasi sentrik (sama dengan
pembuatan gigi tiruan penuh).

Sekurang-kurangnya ketepatan untuk menentukan hubungan rahang harus dengan memakai


malam penentu. Berhasilnya penentuan relasi sentrik atau hubungan sentrik dengan malam
penentu hubungan rahang dipengaruhi oleh konsistensi dari malam dan ketepatannya sesudah
dingin.
Malam yang berlebihan yang berkontak pada permukaan jaringan dapat menyebabkan
bergeraknya jaringan lunak. Bergeraknya malam selama atau sesudah dikeluarkan dari mulut,
mungkin juga mempengaruhi ketepatan pemasangan gigi tiruan sebagian lepasan.
Penentuan hubungan rahang umumnya dengan menggunakan oklusal rim untuk tempat
penggantian gigi. Basis yang akurat digunakan untuk mendukung hubungan oklusal. Tepatnya
hubungan oklusal antara suatu gigi tiruan sebagian lepasan dengan gigi asli adalah suatu faktor
yang diharuskan.

Dimensi Vertikal
Hubungan rahang disebut juga dengan dimensi vertikal/dimensi vertikal. Dimensi vertikal adalah
jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah yang dapat memberikan ekspresi normal pada wajah
seseorang. Hubungan vertikal dari rahang bawah dan rahang atas yang ditentukan berdasarkan
muskulus mandibula dan oklusal stop dari gigi.

Dimensi vertikal pada pasien yang kehilangan gigi sebagian, adalah merupakan hubungan antara
satu gigi dengan yang lainnya secara vertikal pada saat gigi beroklusi. Pada penderita yang sudah
kehilangan gigi pada satu lengkung rahang secara praktis sudah kehilangan dimensi vertikal,
keadaan ini harus ditentukan kembali dengan berbagai cara agar sama dengan dimensi vertikal
saat gigi masih lengkap.

Untuk mengetahui apakah dimensi vertikal sudah tepat, dapat diketahui dari fonetik dan estetik.
Gigi tiruan harus dapat digunakan penderita dengan baik pada saat mengunyah, berbicara tanpa
kesukaran dan memberikan ekspresi wajah yang normal.
1. Dimensi vertikal posisi istirahat Adalah suatu hubungan rahang atas dimana otot- otot
membuka dan menutup mulut dalam keadaan seimbang. Dimensi vertikal ini diukur pada
waktu rahang bawah dalam keadaan istirahat fisiologis.
2. Dimensi vertikal oklusi Adalah suatu hubungan rahang bawah terhadap rahang atas, gigi
geligi atau oklusal rim dioklusikan. Dimensi vertikal ini diukur sewaktu gigi dalam oklusi
sentrik.

Selisih antara dimensi vertikal posisi istirahat dengan dimensi vertikal oklusi disebut dengan
Free Way Space yang dlam keadaan normal berkisar antara 2-4 mm. Yang dimaksud dengan
Free Way Space adalah celah yang terdapat antara rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan
istirahat yang merupakan selisih antara dimensi vertikal istirahat dan dimensi vertikal oklusi.

Cara menentukan dimensi vertikal :


 Pembuatan basis gigi tiruan dan bite rim
Bahan basis : Shellac Base Plate atau Malam
Fungsi basis : untuk tempat meletakkan oklusal rim

 Bahan oklusal rim : Malam


Fungsi oklusal rim :
 Untuk menentukan dataran oklusal dan dimensi vertikal dari pebderita
 Untuk tempat penyusunan gigi
 Untuk mengembalikan profil penderita

Cara pembuatan oklusal rim :


 Dimana basis shellac dipanaskan pada lampu spiritus dan ditekan sampai rata,
 kelebihan dibuang dengan pisau/gunting
 kemudian oklusal rim/malam diletakkan pada basis tersebut di daerah prosesus alveolaris
yang tidak bergigi setinggi dataran oklusal dan kontak bidang dengan oklusal rim gigi
lawannya.

Cara pengukuran dimensi vertikal:


1. Dimensi vertikal posisi istirahat
 Tentukan dua titik pada wajah penderita sejajar dengan median line, yaitu pada
dagu dan di atas bibir/hidung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rol
dan kaliper.
 Pasien disuruh menghitung satu hingga sepuluh serta mempertahankan posisi
rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat tersebut jarak kedua titik diukur.
 Kemudian penderita disuruh mengucapkan beberapa kata yang berakhiran “ S“
dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.
 Seterusnya penderita disuruh menelan dan dalam keadaan rileks dilakukan
pengukuran yang ketiga. Apabila jarak ketiga pengukuran tersebut sama, inilah
merupakan dimensi vertikal posisi istirahat.

2. Dimensi vertikal oklusi


 Pengukuran dilakukan setelah oklusal rim diletakkan dalam mulut penderita.
 Oklusal rim rahang atas dimasukkan, kemudian perhatikan kembali bentuk wajah
penderita apakah sudah sesuai dengan ekspresi normal dari penderita.
 Kemudian masukkan oklusal rim rahang bawah, pasien disuruh menghentikan
rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan sentrik oklusi, ukur kembali jarak
antara kedua titik tersebut, akan berkurang 2-4 mm dari jarak dimensi vertikal
posisi istirahat. Inilah yang disebut jarak dimensi vertikal oklusi.

D.L. Saranda. 2007. Textbook of Complete Denture Prosthodontics: Jaypee Brothers Medical
Publisher.
6.4 Pemilihan dan Penyusunan Gigi
Elemen gigi tiruan merupakan bagian geligi tiruan lepasan yang berfungsi menggantikan
gigi asli yang hilang. Bahan dasar dari gigi tiruan dapat bermacam-macam, yaitu

 Resin akrilik : memiliki ikatan kimia dengan basis


 Porselen : memiliki ikatan mekanis dengan basis
 Metal : memiliki ikatan mekanis dengan basis (digunakan untuk gigi posterior dengan
ruang protesa yang sempit)

Elemen gigi tiruan resin akrilik :

 Mudah aus, terutama dengan pasien dengan kekuatan kunyah besar


 Perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaan kimia
 Dapat berubah warna
 Mudah tergores
 Mudah dibentuk sesuai denga space yang ada
 Dapat diasah dan dipoles
 Lebih ringan

Dalam pemilihan elemen gigi tiruan anterior dan posterior terdapat factor-faktor yang harus
diperhatikan diantaranya:

 Ukuran Gigi

Dalam pemilihan ukuran gigi terdapat hal-hal berikut ini, diantaranya:

 Panjang gigi

Bertambahnya usia dapat menyebabkan lebih banyak permukaan incisal aus karena pemakaian
sehingga mahkota menjadi pendek. Menentukan panjang gigi dapat dilihat dari garis tertawa,
garis ini menentukan panjang maksimal gigi yang terlihat pada saat seseorang tertawa. Biasanya
2/3 panjang gigi terlihat pada saat tertawa.

 Lebar gigi

Menurut John H. Lee jarak antara kedua ujung tonjol kaninus atas sesuai dengan lebar hidung.
Bila lebar hidung 30 mm (hidung sempit), ukuran 6 gigi anterior

berkisar antara 39- 40 mm. Bila lebar hidung 35 mm (hidung medium), ukuran 6 gigi anterior
berkisar 42-44 mm. Bila ukuran hidung 40 mm (hidung lebar), maka ukuran 6 gigi anterior
berkisar 46-49 mm.

 Warna gigi

Warna gigi yang lebih muda dapat memberi kesan seolah-olah gigi lebih besar. Selanjutnya gigi
terlihat lebih kecil, bila jarak servik insisal lebih panjang.

 Jenis Kelamin

Menurut Frush dan Fisher garis luar gigi depan atas bersudut lebih tajam. Sebaliknya gigi wanita
memiliki garis luar gigi yang merupakan kurvenya.

 Umur Penderita
Bentuk gigi biasanya berubah dengan bertambahnya usia. Pada orang lanjut usia, tepi incisal
sudah mengalami atrisi, aus karena pemakaian, panjang mahkota juga dapat bertmbah panjang.

Penyusunan Elemen Gigi Tiruan

Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian gigi tiruan lepasan yang berfungsi menggantikan gigi
asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-kadang merupakan tahap yang cukup sulit dalam
proses pembuatan protesa, kecuali pada kasus di mana masih ada gigi asli yang bisa dijadikan
panduan atau mungkin sudah dilakukan rekaman/record pra ekstraksi gigi. Walaupun demikian,
seleksi ukuran dan bentuk sering pula menjadi sulit karena ruangan yang tersedia sudah tak
sesuai lagi, misalnya karena migrasi atau rotasi gigi tetangganya.

Tahapan: penanaman elemen gigi tiruan sesuai dengan warna, susunan, bentuk gigi pasien dan
sesuai dengan oklusi pada basis pola malam. Setelah gigi selesai disusun pada bagian pola
malam dibuat wax contouring bertujuan untuk pembentukan basis gigi tiruan seperti gingiva asli.
Nallaswamy, D. 2004. Textbook of Prosthodontic. Jaypee Brothers Medical Publisher. Page 169
A. Zarb, B. CL, Eckert SE, and E. Al, “Prosthodontic Treatment for Edentulous Patient:
Complete Dentures and Implant Supported Prostheses,” Mosby, 2004

6.5 Try in GT Malam (Anterior dan Posterior)


Prosedur try-in dilakukan merupakan kesempatan terakhir klinisi untuk
memastikan bahwa gigi tiruan memenuhi tuntutan estetik, fonetik, dan fungsional pasien
dan orang terdekatnya.

A. Evaluasi occlusing dimension vertical


Parameter yang sama yang digunakan untuk menentukan rest vertical dimension
(RVD) dan OVD pada janji temu. Maksilomandibular record harus digunakan sekali lagi
untuk memeriksa jarak interoklusal yang tepat, fonetik, dan posisi vertikal bidang
oklusal. OVD dievaluasi terlebih dahulu menggunakan sibilant sound, seperti yang
dilakukan saat membuat maksilomandibular record.
Seharusnya tidak ada kontak dengan gigi lawan selama berbicara. Jika ada
kontak, OVD “occlusion vertical dimension” tentatif mungkin terlalu besar, sehingga
OVD terlalu dekat dengan RVD “rest vertical dimension”. Hal ini sering disebut OVD
berlebihan. Jumlah jarak interoklusal yang tepat harus dicapai dengan menurunkan OVD.
Jika penurunan yang diinginkan lebih dari 2 mm, catatan interoklusal baru harus dibuat
pada posisi CR di OVD baru. Untuk menyediakan ruang bagi material record saat
membuat rekam baru, gigi posterior harus dicabut dari lengkung rahang atas atau rahang
bawah. Jika gigi anterior mencegah diperolehnya posisi OVD yang tepat, gigi tersebut
juga harus dicabut dari tepi oklusi yang sama dengan tempat pencabutan gigi posterior.
OVD dibangun kembali dan rekaman maxillomandibular baru dibuat di CR. Gips
mandibula dikeluarkan dari artikulator dan diartikulasikan ulang menggunakan rekaman
baru. Gips rahang atas tidak dilepas karena dipasang menggunakan facebow dan
hubungan itu tidak boleh hilang. Jumlah ruang yang berlebihan di antara gigi dapat
mengindikasikan bahwa OVD tentatif mungkin telah "terlalu tertutup" atau tidak cukup.
Jika perubahan yang diinginkan lebih dari 2 mm, maka diperlukan catatan interoklusal
baru pada posisi CR. Karena jarak interoklusal yang berlebihan, biasanya terdapat jarak
yang cukup antara gigi yang berlawanan untuk catatan baru. Oleh karena itu, tidak ada
gigi posterior yang perlu dicabut sebelum melakukan perekaman maksilomandibular
baru.
B. Evaluasi Rekaman Relasi Sentrik
Sebuah usaha dilakukan selama penunjukan catatan maxillomandibular untuk
mengartikulasikan gips mandibula pada artikulator dalam posisi relasi sentris yang
berhubungan dengan gips rahang atas.

Dua metode biasanya digunakan oleh klinisi untuk mengevaluasi dan memverifikasi
bahwa gips yang berlawanan berada dalam hubungan yang benar pada artikulator pada
insersi percobaan estetik. Yang pertama adalah secara visual memeriksa penutupan gigi
palsu pada artikulator dan intraoral. Mereka dievaluasi untuk penutupan lengkap dan
bukti beberapa kontak oklusal tanpa deviasi slide saat ini dari busur penutupan sentris
Sejenis wax ditempatkan pada gigi posterior sebelum membuat catatan verifikasi
seperti gambar di bawah.
Merekam pada dimensi vertikal oklusi yang sedikit meningkat untuk verifikasi posisi
relasi sentris ditampilkan dari pandangan oklusal

Merekam pada dimensi vertikal oklusi yang sedikit meningkat untuk verifikasi posisi
relasi sentris ditampilkan dari pandangan lateral sesuai gambar di bawah
C. Evaluasi fonetik, estetika, dan pendukung wajah
Dukungan wajah, kondisi estetik gigi tiruan, dan fonetik harus dievaluasi dengan
cermat. Sebagian besar penyangga bibir yang mengelilingi mulut berasal dari posisi dan
sudut gigi serta struktur pendukung yang tepat. Dalam gigi palsu, ini berarti gigi tiruan
dan wax yang menopang gigi tersebut, dan menggantikan jaringan yang hilang. Posisi
dan penyangga yang tepat akan mempengaruhi kualitas suara bicara seperti suara “f” dan
“v” di mana garis basah-kering bibir bawah harus menyentuh tepi insisal gigi rahang atas
anterior dengan lembut sesuai gambar di bawah .

Suara seperti “th” juga akan menghasilkan kontak lembut lidah dengan
permukaan lingual gigi anterior. Penempatan gigi anterior rahang atas harus mengikuti
pedoman estetika dasar untuk panjang dan posisi gigi. Gigi anterior rahang bawah pada
dasarnya harus memiliki tinggi yang sama dengan resting lower lip dan mengikuti
lengkungan yang sama dengan bibir tersebut. Evaluasi harus mencakup istirahat dan
posisi fungsional. Garis tengah, shade, dan faktor estetika lainnya, seperti preferensi
posisi gigi individu, diastema, dan masalah estetika yang dipersonalisasi harus dievaluasi
dan dikoreksi jika perlu sebelum pasien meninjau pemasangan percobaan wax. Pasien
harus mengevaluasi prostesis menggunakan cermin berukuran penuh pada jarak
conversational. Hindari membiarkan pasien menggunakan cermin genggam kecil (hand
held mirror) sampai hasil estetika total telah dievaluasi. Setelah penilaian umum, pasien
bisa lebih kritis dengan cermin yang lebih kecil jika perlu. Setelah klinisi dan pasien
merasa puas, orang terdekat pasien harus diizinkan untuk memeriksa prostesis dan
menyampaikan kekhawatiran mereka.

D. Evaluasi Akhir
Jika menggunakan warna basis gingival gigi tiruan yang custom, itu harus dipilih
pada saat evaluasi ini (Gambar 13-8).

Selain itu, ini adalah kesempatan terakhir untuk memastikan bahwa segel palatal
posterior telah disiapkan ke dalam master cast rahang atas. Beberapa dokter meminta
pasien menandatangani formulir persetujuan yang menunjukkan kepuasan mereka dengan
hasil estetika saat ini. Sering kali formulir persetujuan ini akan membantu ketika pasien
memiliki pertanyaan mengenai hasil estetik dari gigi palsu yang diproses akhir. Hanya
setelah dokter, pasien, dan orang penting lainnya puas dengan semua kriteria yang
disebutkan di atas, gigi palsu harus diserahkan ke laboratorium untuk pemrosesan gigi
tiruan.
Arthur O. Rahn, John R. Ivanhoe, Kevin D. Plummer. 2009. Textbook of Complete Dentures
Sixth Edition. People's Medical Publishing House Shelton, Connecticut. Page : 218-224

6.6 Insersi
Pre insersi
Dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah dan
perawatan periodontal, tindakan ini dilakukan mempersiapkan mulut pasien menerima gigi
tiruan yang akan dipakai.
Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasngan geligi tiruan yang akan dibuat.
Dalam tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur, mencari bidang bimbing, dan
menciptakan daerah- daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan
dipreparasi ditandai pada model diagnostik.

6.7 Instruksi pasca pemasangan


Instruksi yang harus diberikan kepada pasien setelah pemasangan gigi tiruan penuh lepasan
diantaranya adalah sebagai berikut.
 Pasien diinstruksikan untuk adaptasi karena ia akan merasakan pipi dan bibirnya yang
berasa penuh dan perubahan penampilan
 Pasien diinstruksikan untuk mencoba melepas dan memasangkan gigi tiruan
 Pasien diinstruksikan untuk memakan makanan lunak karena membutuhkan beberapa
waktu agar mastikasi Kembali terasa normal
 Pasien diinstruksikan untuk berlatih berbicara dikarenakan akan adanya kesulitan saat
berbicara,mungkin bisa dengan membaca koran
 Pasien diinstruksikan untuk membersihkan gigi tiruqn setelah makan dan sebelum tidur
 Pasien diinstruksikan untuk melakukan kunjungan pertama seteklah 24 jam peasangan
untuk mengecek ketidaksesuaian oklusal
 Pasien diinstruksikan untuk recall saat 24 jam pertama,seminggu pertama,3-6 ulan dan
tahun.

Prosthodontic treqtment for edontolous patients : Boucher’s ed.13

7. Evaluasi pasca pemasangan


Evaluasi
Short-term recall
Recall pertama dilakukan dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 1 minggu
setelah pemasangan gigi palsu. Pada kunjungan ini perlu untuk mendapatkan riwayat
yang cermat dari setiap keluhan, seperti rasa sakit atau kelonggaran gigi palsu, dan untuk
melakukan pemeriksaan menyeluruh.

Keluhan pasien
Dokter gigi harus secara rutin menanyakan perkembangan pasien selama minggu
pertama pemakaian gigi tiruan. Keluhan yang umum adalah:
• Tidak Nyaman/Discomfort

Evaluasi :
• Kerusakan mukosa di sulkus akibat over-ekstensi

• Kesalahan dalam oklusi yang menyebabkan pergerakan gigi tiruan atau konsentrasi
tekanan oklusal.

• Kelonggaran

Kelonggaran gigi palsu dapat terjadi karena pasien belum belajar untuk
mengontrol bentuk baru di mulut, bukan karena kesalahan gigi tiruan atau kekurangan
anatomi.
Evaluasi :
Perkembangan pasien dalam beradaptasi pada GT
• Penampilan

• Pidato.

Long-term recall
Evaluasi :
Mucosal changes/Perubahan mukosa :
 Ada tidaknya perubahan dari jaringan (warna, bentuk, iritasi)
 Pemeriksaan harus ditekankan pada pasien edentulous beresiko : Pengguna alcohol
dan tembakau, Status social ekonomi rendah

Resorpsi tulang :
 Adanya Perubahan jangka panjang dalam bentuk residual ridge, Karena gigi tiruan
bawah menutupi area yang jauh lebih kecil, tekanan fungsional yang ditransmisikan
ke jaringan di bawahnya lebih besar daripada ke jaringan atas
 Kemudian Resorpsi tulang menyebabkan hilangnya dimensi vertikal oklusal dan
dimensi vertikal istirahat.

Perubahan oklusal :
 Hilangnya gigi tiruan secara progresif akibat resorpsi tulang juga menyebabkan
penurunan keseimbangan oklusal
 Hilangnya ketidakseimbangan oklusal mendorong inflamasi mukosa dan resorpsi
tulang lebih lanjut.

Adaptasi pasien :
 Adaptasi yang sukses untuk gigi palsu baru merupakan prasyarat untuk sukses Pasien
yang mentolerir kesalahan berkembang perlahan melampaui titik tertentu akan
menyebabkan masalah untuk masa depan.

Basker, R.M. et all. 2002. Prosthetic Treatment of the Edentulous Patient, Fourth Edition.
Blackwell. P: 260-264

Anda mungkin juga menyukai