(KEHILANGAN GIGI)
Oleh :
Dosen Pembimbing :
drg. Resa Ferdina, MARs
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Cased Based Discusion ”
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan” untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan kepanitraan klinik prosthodonsia (Kehilangan Gigi) dapat
diselesaikan.
Dalam penulisan Laporan Kasus penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Resa Ferdina, MARs selaku
dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penulis
PROSTHODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
HALAMAN PENGESAHAN
PENDAHULUAN
diindikasikan pada pasien yang kehilangan sebagian gigi aslinya. Gigi tiruan ini dapat dilepas
dan dipasangkan sendiri oleh penggunanya ke mulut, dengan tujuan untuk menggantikan
gigi serta fungsi yang hilang serta mempertahankan struktur jaringan yang masih tinggal.
perawatan prostodontik untuk pasien yang giginya tinggal sebagian (Alimin, dkk 2013).
Penggunaan gigi tiruan ini untuk menggantikan fungsi gigi asli yang hilang, antara lain
memegang peranan penting dalam sistem pengunyahan. Sistem ini merupakan unit
fungsional yang terdiri dari gigi geligi, temporomandibular joint (TMJ), otot-otot pendukung
pengunyahan baik secara langsung maupun tidak langsung, serta pembuluh darah dan saraf
yang mendukung seluruh jaringan pendukung sistem pengunyahan (Bortoluzi and Traebert,
2012). Gigi geligi berperan dalam proses penghancuran makanan (Santoso, 2012)
Kehilangan gigi secara langsung akan berdampak pada fungsi pengunyahan. Semakinbanyak
gigi yang hilang maka gangguan atau ketidaknyamanan akan semakin bertambah.
Terganggunya sistem pengunyahan akibat kehilangan gigi akan kembali pulih dengan
tahun 2013 menunjukkan hehilangan gigi pada usia 35-44 tahun sebesar 0,4% yang semakin
meningkat pada usia 65 tahun ke atas (17,6%). Persentase masyarakat pengguna protesa atau
gigi tiruan di Indonesia sebanyak 4,5%. Angka ini belum sepenuhnya menggambarkan
kondisi yang sebenarnya dari masyarakat yang kehilangan gigi. Masyarakat yang telah
kehilangan gigi dan tidak menggunakan gigi tiruan masih cukup banyak ditemui. Berbagai
alasan dapat melatarbelakangi kondisi ini dan salah satu alasan yang cukup sering dikeluhkan
memupuskan harapan pengguna gigi tiruan. Banyak kegagalan yang dijumpai sebagai
dampak dari pembuatan gigi tiruan tersebut (Gunadi and Margo, 1991). Ketidaktepatan
dalam proses pembuatan gigi tiruan antara lain bisa berakibat pada munculnya masalah
oklusi dan stabilitas gigi tiruan. Pasca pemasangan gigi tiruan sering didapati keadaan pasien
tidak dapat mengunyah karena gigi tiruan yang dibuat kurang sempurna.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan
ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic atau dental.
b. Menanyakan nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan, dan
pendidikan terakhir
c. Keluhan utama: menanyakan alasan kunjungan ke dokter gigi, apayang dirasakan pasien
mengetahui apa tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya, untuk estetika
(misalnya seorang pemain sinetron, guru, dll),fungsi pengunyahan (orang tua, penderita
penyakit lambung, fungsi bicara (penyiar, imam, dll) atau hanya memenuhi permintaan
orang lain.
penyakit sistemik dalam keadaan sakit, penggunaan obat-obatan, atau dalam perawatan
dokter.
g. Riwayat sosial : ditanyakan apakah pasien merokok atau tidak, apakah ada kebiasaan
seperti darah tinggi, sakit gula, sesak napas, dan memiliki riwayat penyakit keturunan
lainnya.
i. Menanyakan riwayat alergi: seperti menyakan apakah pasien memiliki alrgi terhadap
- Menanyakan kepada pasien sebab kehilangan gigi / kerusakan gigi : lubang besar / gigi
goyang / benturan
Penjelasan :
1. Jika sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan karena pasien kurang
diingatkan
2. Jika disebabkan gigi goyang, maka penyakit sistemik dan penyakit periodontal harus
diperhatikan
kecepatan resorbsi tulang alveolar dan pergeseran gigi atau penyakit sistemik.
Penjelasan :
1. Bila Pernah :
▪ pada rahang atas /pada rahang bawah / pada rahang atas danrahang bawah
▪ dimana dibuatkan gigi tiruan tersebut (dibuatkan dokter gigi/tempat yang lain).
2. Pengalaman:
Apa yang disukai dan yang tidak disukai dari gigi tiruan lama,atau masalah
Penjelasan :
- Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah
dibandingkan pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasanya senang
membandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu dilihat
perawatan, protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik
- Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga perlu dipertanyakan, kapan
mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai dari gigi tiruan lamanya,
k. Sikap mental
Klasifikasi sikap mental pasien berdasarkan pandangan terhadap perawatan gigi tiruan
1. Filosofi : orang yang belum pernah memakai gigi tiruan, tetapi sadar akan keperluannya
memakai gigi tiruan. Sikap mental yang seimbang, pasien sangat percaya kepada dokter
giginya, pasiensenantiasa diikuti terus dengan penyuluhan agar motifasi yang baik tetap
terjaga. Orang yang pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan dan perlu dibuatkan
gigi tiruan lagi karena hal lain. Pasien sudah mengerti keterbatasan dan
kesulitan dalampemakaiannya.
2. Exacting : orang yang sangat khawatir akan berubahnya penampilan bila harus memakai
gigi tiruan. Jika ingin dibuatkan pasien mengharapkan gigi tiruan yang persisseperti gigi
aslinya. Orang yang sudah pernah memakai gigi tiruan namun tidak pernah puas baik
giginya terkadang pasien menginginkan jaminan tertulis jadi jika gigi tiruan yang
3. Histeris : orang yang kesehatan umum dan mulut buruk. Takut terhadap perawatan gigi
terkadang menolak pencabutan gigi. Pasien ini yakin bahwa pemakaian gigi tiruan akan
gagal. Orang yang sudah pernah mencoba memakai gigi tiruan namun selalutidak puas
karena dihantui oleh perasaan bahwa penampilannya telah berubah. Selalu ingin
menuntut jaminan bahwa gigi tiruan yang dibuat harus sama dengan gigi aslinya.
4. Indifferent : orang yang tidak peduli akan penampilannya dan tidakpeduli akan makanan
yang dimakannya. Pasien tidak merasakan perlu pemasangan gigi tiruan. Biasanya
datang karena dorongan dari orang lain atau keluarganya. Dokter gigi harus hati-hati
dalam mengambil langkah, karena biasanya perawatan pada pasien inigagal sehingga
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir saat istirahat
lidah.16
a) Bentuk Muka : lonjong/persegi/segitiga/kombinasi
c) Proporsi dan simetri wajah : operator berada di depan pasien dengan memperhatikan
secara langsung apakah ada pembengkakan pada wajah pasien yang mempengaruhi
kesimetrisan wajah.
d) Mata : pupil mata sama tinggi/tidak sama tinggi. Bergerak/tak bergerak ke segala arah
pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk bernafas melalui hidung
dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut terlihat berembun, berarti
bernafasyang mengakibatkan rasa ingin muntah. Dengan cara serupa bisa pula
pemeriksaan dilakukan dengan sejumput kecil kapas yang diletakkan dekat hidung,
/asimetris
Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigianterior.
Sedangkan panjang pendeknya bibir menetukan letak bidang insisial dan garis tertawa.
dengan cara meletakkan kaca mulut pada bibir pasien dengan menahannya,
ototnya, dan bisa juga dengan menggunakan jari dengan cara memegang bagian
ventral otot bibir. Pemeriksaan dilakukan dengan mempalpasi otot orbicularis oris
- Hipotonus : tonus otot lemah, sehingga terlihat secara klinis ketika bibir
susah mengatup
- Hipertonus : tonus otot sangat kuat, sehingga terlihat secara klinis ketika
h) Kelainan/defek pada wajah : melihat apakah ada pembengkakan ataukelainan lain pada
wajah / celah bibir / celah langit-langit / angular cheilitis / denture stomatitis / pasca
bedah.
i) Sendi rahang :
Buka mulut : Ada deviasi ke kanan atau ke kiri /tidak ada deviasi
• Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang ditarikdari
tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus. Kemudian pasien diminta
• Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien
Willis bite gauge atau Vernier bite gauge. Pemeriksaan pergerakan mandibula
a. Gerakan lateral
c. Gerakan protrusive
rahang atas.
letak maniscus
- Jika terjadi deviasi selama membuka dan rahang kembali ke garis tengah
gangguan TMJ.
mandibular.
2. Palpasi
Pemeriksaan palpasi dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan pergerakan sendi dan
ada atau tidaknya rasa nyeri saat dilakukan palpasi, pemeriksaan sebaiknya merasakan
a. M. temporalis
Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah, dan daerah
posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang zygomatik dan anterior
dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah vertikal. Otot
temporalis bagian anterior digunakan dalam keadaan bekerja ataupun tidak. Otot
temporalis bagian anterior yang bekerja dapat dilihat pada saat elevasi mandibula dan
megunyah pada sentrik oklusi. Sedangkan otot temporalis bagian anterior yang tidak
bekerja dapat dilihat pada saat depresi mandibula. Daerah tengah dipalpasi pada daerah
diatas sendi temporomandibula dan superior dari tulang zygomatik. Serat pada daerah
ini berjalan dalam arah oblik melewati bagian lateral dari tengkorak. Otot temporalis
bagian tengah dapat dilihat saat bekerja yakni pada pergerakan protrusif. Daerah
posterior dipalpasi pada daerah diatas dan belakang telinga. Serat pada daerah ini
berjalan dalam arah horizontal. Otot temporalis bagian posterior digunakan dalam
keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian posterior yang bekerja dapat
dilihat pada retraksi mandibular. Sedangkan otot temporalis bagian posterior yang tidak
C. Daerah Posterior
b. M. Masseter
Masseter dipalpasi secara bilateral pada bagian perlekatan superior dan inferior.
Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya bagian anterior
dari sendi temporomandibula). Setelah itu, jari tersebut ditempatkan pada perlekatan
c. M. Pterygoideus medial
Otot medial pterigoid berasal dari daerah yang terletak diantara dua pterygoidplate.
Kedua pterygoid plateini akan membagi otot kedalam dua daerah yaitu posterior dan
lateral dan masuk ke bagian dalam dari sudut mandibula. Otot medial pterigoid bekerja
pada saat gerakan elevasi mandibula, selama protrusi dan pergerakan lateral mandibula.
Otot lateral pterigoid memiliki dua cabang, yaitu bagian superior daninferior dimana
bagian superior merupakan bagian yang lebih kecil daripada inferior. Otot lateral
pterigoid bagian superior keluar dari permukaan infra-temporal sayap paling besar dari
sphenoid dan masuk ke bagian anterior dari diskus dan kapsul intraartikular, sedangkan
bagian inferior keluar dari permukaan lateral dari plat lateral pterigoid dan masuk ke
leher mandibula yang terletak di bawah kondilus. Otot lateral pterigoid bagian superior
bekerja pada saat clenching dan bagian inferior bekerja selama pembukaan mulut.
Gambar 2.8. Pemeriksaan Otot Lateral Pterigoid Inferior
yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut. ‘kliking’ dapat terjadi pada awal,
pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi ‘klik’ yang terjadi pada
akhir membuka mulutmenandakan adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ ‘kliking’
sulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan
kliking pada area depan telinga yang akan diperiksa. Selanjutnya diintruksikan pasien
Kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi retensi terutama pada gigi tiruan
lengkap.
dasar lidah)
o Encer : apabila saliva terlihat bening, cair, tidak berbusa, dan bila gelas
o Normal : apabila saliva terlihat putih, berbusa, dan bila gelas dimiringkan, saliva
mengalir perlahan.
o Kental : apabila saliva lengket, putih, berbusa, bila gelas dimiringkan hampir
tidak mengalir
2. Lidah
keadaan rileks, maka jika dilihat dorsum lidah lebih tinggi dari dataran oklusal.
Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan
pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasa ruang lidahnya sempit, sehingga
terjadi gangguan bicara dan kestabilan protesa, sedangkan jika lidah kecil berarti
letak dorsum lidah dibawah dataran oklusal dan biasanyapasien memiliki kondisi
❖ Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah
frenulum lingualis
c. Mobilitas : Normal/aktif
palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-
- Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih, harus diwaspadai
- Bila ada gigitan terbuka atau gigitan silang, harus dituliskan pada region berapa.
Hal ini penting diperhatikan, terutama pada pembuatan gigi tiruan cekat yang
5. Artikulasi
a. Cuspid protected
b. Grup function
❖ Pemeriksaan ada tidaknya kontak premature dan blocking. Jika terdapat kontak
❖ Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau tidak
hambatan. Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-buru diasah, karena bisa
jadi hal tersebut merupakan cuspid protected occlusion yang perlu dipertahankan.
❖ Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yangtidak tajam
keadaan ini, bila ridge sudah rendah hindari pemakaian elemen gigi porselen
terutama untuk gigi posterior. Bidangoklusal gigi geligi juga jangan dibuat terlalu
besar
7. Kebiasan buruk
a. Bruxism / clenching
c. Mendorong lidah
Bruxism atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi.
Kebiasaan ini akan membuat gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak
❖ Kebiasaan mengigigit bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan GTC
stabiltas gigi tiruan berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat
2. Fraktur gigi :
distal)
nomer3.
- Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai dasar
vestibulum
- Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi dari
dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi tiruan
gigi tiruan lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat
b. Ketinggian : Tinggi/sedang/rendah
prosesus alveolar
tinggi
burnisher → flabby
3. Frenulum
puncak prosesus alveolar, dikatakan rendah ketika menjauhi, dan sedang bila
berada di tengah antara puncak prosesus alveolar dengan dasar vestibulum. Frenulum
yang tinggi dapat mengurangi retensi gigitiruan lepas karena mengganggu sayap gigi
tiruan.
Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)
- Labialis superior
- Labialis inferior
- Lingualis
4. Palatum
tiruan lepas
b. Kedalaman palatum
c. Torus palatinus
Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus yang
besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat pencetakan
fisiologis
d. Palatum mole
Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeuresis,
mole menjadi 3:
bentuk kupu-kupu
5. Tuber maksila
Kanan : Besar/kecil
Kiri : Besar/kecil
❖ Daerah ini ditutup oleh jaringan fibrosa dengan ketebalan yang berbeda-
beda. Disebut kecil bila ukuran tuber lebih kecil dari prosesusalveolar dan
besar bila tuber melebar atau menonjol ke arah oklusal atau lateral. Tuber
yang besar dapat mengganggu retensi gigi tiruan.
6. Undercut
7. Ruang retromilohioid
lain:
a. Persegi
b. Oval
c. Segitiga
❖ Ruang gigi tiruan adalah jarak vertical antara prosesus alveolar rahangatas
dan rahang bawah. Ruang gigi tiruan yang besar menguntungkan dalam hal
11. Lain-lain
a. Eksostosis
b. Torus mandibularis
prosthodontic)
6. Rahang gigi harus diperiksan untuk mengetahui adanya tri, eksostosis, daerah
tulang yang menonjol /prominen, undercut pada jaringan lunak dan jaringan
7. Pemeriksaan radiograf
8. Pemasangan cast untuk mengetahui adanya gigi yang ekstrud atau malposisi,
9. Diagnostic cast harus dianalisis dengan dental surveyor dan digunakan untuk
3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi
pegangan
Kontraindikasi GTSL
1. Pasien yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan.
GT temporer.
4. OH jelek.
5. Memperbaiki oklusi,
6. Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat.
perbedaan antara geligi tiruan sebagian lepasan yang didukung gigi atau yang
didukung gigi dan jaringan bukan gigi (dukungan kombinasi) (3) dapat menjadi
petunjuk pembuatan desain geligi tiruan (4)dapat diterima secara luas (Car, dkk.,
2005).
a. Open face denture, gigi tiruan sebagian dibuat tanpa gusi tiruan dibagian
bukal/labial. Gigi tiruan open face diindikasikan pada bagian anterior bila
tulang alveolar belum resorbsi sehingga gigi artifisial dapat dipasang seolah-
b. Close face denture, gigi tiruan sebagian dibuat dengan gusi tiruan di
bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap dapat meningkatkan estetika
b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi tiruan yang
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth supported),
yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dan gigi asli.
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yangmasih
a. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateralfree end).
b. Klas III
Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yangmasih ada
c. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yangmasih
Pada klasifikasi Kennedy, disamping adanya kelas-kelas ada juga yang disebut
menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini. Menurut Henderson, dkk. (1985)
untuk menentukan klasifikasi, maka ada aturan- aturan yang harus dipertimbangkan
sebagai berikut:
1. Klasifikasi harus dilakukan setelah mouth preparation, sebab bila tidak akan
2. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam klasifikasi, karena
3. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan maka harus
4. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak ada,gigi
ini tidak dimasukkan dalam klasifikasi.
5. Bagian tak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama klasifikasi.
7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang
8. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas IVhanya
a. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigiyang
b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigiyang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free end).
c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median.
e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi aslidapat
b. Klas II
c. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga apabila
d. Klas IV
a. Retainer / penahan
• Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak
Fungsinya :
Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang hilang.
tiruan. Dalam pembuatan desain gigi tiruan dikenal empat tahap yaitu:
a. Tahap I: menentukan klasifikasi dari masing-masing daerah tak bergigi
(sadel).
dukungan yang diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan
pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan untuk
dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, ataudari
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan
estetika.
d. Tahap IV: menentukan jenis konektor Konektor pada tiap rahang terbagi
menjadi:
a. Akarnya panjang
digunakan.
untuk pilar.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi
1. Retensi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang
cenderungmemindah protesa ke arah oklusal. Retensi diperoleh dari lengan
2. Stabilisasi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah dalam arah
Prinsip dasar cangokolan kawat dan cangkolan tuang pada dasarnya sama,
untuk dapat berfungsi dengan baik satu kesatuan cangkolan harus mempunyai
3 fungsi :
gaya yang ditimbulkan oleh lengan retentif, yaitu melingkari lingual atau
gingiva.
a. Kontak garis
(harusbulat)
Macam-macam cangkolan:
dibawah GTSL
Merupakan prosedur untuk menentukan dan membatasi kontur dan posisi gigi
Surveyor merupakan alat yang terdiri dari bidang horizontal dengan tangan
(guiding surface)
estetis.
Komponen surveyor:
b. Tiang tegak (vertical column) : tiang yang tegak lurus basis dasar
d. Surveying arm
e. Mandrel
f. Surveyor tool
bimbing
Berfungsi untuk menentukan arah pasang dan arah lepas dari gigi tiruan.
a. Tilting anterior
b. Tilting posterior
c. Tilting lateral
salah satu gigi penyangganya abnormal seperti mobiliti derajat 1, miring dan
sedikit crowded.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI PASIEN
Umur : 44 tahun
B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Keluhan utama: Pasien perempuan usia 44 tahun datang ke RSGM dengan keluhan
gigi belakang atas dan bawah ompong, sehingga sulit mengunyah
makan Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan
Tujuan pembuatan gigi Sebagai fungsi pengunyahan
tiruan:
f. Bibir : Normal
• Inspeksi
Asimetris/Simetris : Simetris
• ROM
Pergerakan Ukuran
Membuka 35 mm
Lateral Kiri 5 mm
Lateral Kanan 6 mm
Protusif 6 mm
• Pola Pembukaan Mulut
Kliking - -
Poping - -
Krepitasi - -
• Palpasi
Tonus Otot : Temporalis/ Masseter/ Pterygoideus medial/lateral
Sakit / Tidak Sakit
Kualitas → Normal
Mobilitas → Normal
g. Vestibulum :
- RA : Post. Kanan : dalam
- Post Kiri : dalam
- Anterior : dalam
- RB : Post. Kanan : dangkal
Post. Kiri : dangkal
Anterior : dangkal
h. Prosesus alveolaris :
Rahang Atas Post kanan Post kiri Anterior
Bentuk Oval Oval Oval
Ketinggian Tinggi Tinggi Tinggi
Tahanan jaringan -
Bentuk permukaan Rata Rata Rata
i. Frenulum :
- Lingualis : Sedang
k. Tuber maksila :
- Kanan : Besar
- Kiri : Besar
m. Ruang Retromilohioid
- Kanan : Sedang
- Kiri : dalam
Odontogram
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
a. Gigi penyangga : dikarenakan dekat dengan sadel, gigi tidak ada kelainanserta
Tipe Ungkitan :
Gigi 25 : Kelas I (Titik fulcrum berada ditengah, tekanan pada ujun dan
Gigi 27 : Kelas I (Titik fulcrum berada ditengah, tekanan pada ujun dan
b. Desain cangkolan :
Gigi 15
retentif
Lengan retentif
• Lengan retentif berjalan dari mesial ke distal, ujung lengan retentif
berada di distal
Gigi 25
• Gigi 25 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8
untuklengan retentif
Lengan retentif
untuklengan retentif
Lengan retentif
a. Gigi penyangga : 36 dan 45 dikarenakan dekat dengan sadel, gigi tidak ada
Tipe Ungkitan
Gigi 36 : Kelas II (Titik fulcrum berada diujung, tekanan pada ujung yang
berlawanan dan tahanan berada ditengah)
Gigi 45 : Kelas II (Titik fulcrum berada diujung, tekanan pada ujung yang
b. Desain cangkolan :
Gigi 36
Lengan retentif
berada di mesial
Lengan resiprokal
Gigi 45
Lengan retentif
D. Prognosa
Karena :
f. Ada torus
g. Tubermaksila besar
Karena :
d. Vestibulum dangkal
RENCANA PERAWATAN
menggantikan kehilangan gigi Gigi 16, 17, 26, 37, 46, 47, missing
yang missing, dengan menggunakan 5 gigi penyangga yaitu 15, 25, 27, 36, 45
mencetak : Mukostatis
dicetak.
terbenam alginat.
Pencetakan RB :
▪ Pasien duduk tegak dengan mulut setinggi siku operator dan dataran
Cara mencetak dengan metode diatas disebut metode mencetak mukostatik atau
pencetakan tanpa tekanan, yang menunjukkan lingir dalam keadaan statis. Bentuk
lingir akan didapat dalam bentuk anatomik, karena pada saat pencetakan bagian ini
tidak mendapat tekanan. Pada saat mencetak pasien diinstruksikan untuk menutup
bahan cetak pada saat pencetakan dianggap sesuai dengan tekanan yang akan
didapat pada saat berfungsi. Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone
• Laboratorium
Bahan : Gips tipe 2 (plaster of paris), gips tipe 3 (dental stone), air
Catatan :
Gips tipe 3 (dental stone) digunakan untuk mengecor hasil cetakan sehingga
didapatkan model anatomis atau model studi, sedangkan gips tipe 2 (plaster of
paris) digunakan untuk membuat basis pada model cetak anatomis. Tujuan dari
fisiologis.
Berdasarkan gigi yang hilang, maka kasus ini untuk rahang atas
Karena keadaan gigi tetangga masih kuat maka dukungan yang dipilih
• Laboratorium:
a. Lakukan pembuatan 2 garis di dibagian free end pada model anatomis. Garis
pertama sejajar dengan fornix dan garis kedua 2mm diatas fornix. Batas
pembuatan sendok cetak fisiologis adalah garis kedua. Sedangakn pada daerah
bergigi hanya dibuatkan satugaris, yaitu garis yang sejajar dengan fornix
b. Selanjutnya buat tanda penentuan titik vertical stop pada model anatomis.
merah, untuk daerah tak bergigi wax spacer cukup satu lapisan, sedangkan
untuk daerah bergigi, wax spacer dibuat agak tebal lebih kurang tiga lapisan
wax/malam merah.
Masukan powder self curing akrilik kedalam pot akrilik yang berisi
homogen dan mencapai tahap dough stage. Perhatikan working time dan setting
time
g. Ambil self curing akrilik yang sudah homogen, dan letakan pada model
anatomis, bentuk sendok cetak pada model anatomis, kemudian bentuk tangkai
Kunjungan II
• Klinis
Alat : Alat diagnostic 1 set, sendok cetak fisiologis, wadah tempat air,
lampuspritus, lecron
memperhatikan semua batasan anatomis, tepi sendok cetak 2mm diatas fornix,
Catatan :Muscle trimming / border moulding hanya dilakukan pada daerah free
end
Prosedur :
3. Teteskan green stick compound yang sudah meleleh pada pinggirantepi sendok
cetak fisiologis pada daerah free end, kemudian rendam sebentar dalam air
dengan tujuan agar tidak terlalu panas ketika dimasukan kedalam mulut pasien
- Posterior : jari telunjuk dan jempol kiri operator menarik pipikiri ke atas,
- Daerah lingual : jari telunjuk kanan dan kiri operatormemfiksir sendok cetak
dan pasien diinstruksikan menggerakan lidah ke kanan, kiri atas dan depan
cetak, lalu pasien diinstruksikan membuka mulut yang lebar, ujung lidah
Alat : Sendok cetak fisiologis, glass plate, semen spatel, rubber bowl,spatel,
Prosedur :
a. Satu operator mengaduk monophase terlebih dahulu, dengan cara, letakan
bahan cetak monophase yang terdiri dari katalis dan basedi atas glass plate
dengan cara sement spatel menekan bahan cetak kearah glass plate dengan
mangkuk karet berisi air (takaran bubuk dan air sesuai aturan pabrik) dan
setting time.
untuk daerah bergigi atau sadle tertutup dan monophase untuk daerah free
end
monophase
4. Tunggu hingga setting time (2-3 menit)
RA : keluarkan sendok cetak dari arah buccal salah satu sisirahang dengan
Tarik kearah bawah, lakukan gerakanyang sama pada sisi rahang yang
RB :keluarkan sendok cetak dari arah lingual salah satu sisi rahang dengan
Tarik kearah atas, lakukan gerakan yang sama pada sisi rahang yang
• Laboratorium
1. Pengercoran hasil cetakan fisiologis
Bahan : Air, gips tipe 4 (hard stone), gips tipe 2 (plaster of paris), wax/
malam merah
Prosedur :
boxing pada hasil cetakan fisiologis dengan bantuan wax/ malam merah yang
d. Masukan gips tipe 4 kedalam hasil cetakan fisiologis dan tunggu hingga
mengeras
e. Setelah mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok cetak, sehingga
- Memasang model studi pada meja survei dengan posisi analyzingrod tegak
model (tilting) kearah anterior atau posterior sampai kedua bagian dari gigi
penyangga sejajar
- Apabila ada dua undercut pada kedua sisi gigi maka dilakukan blocking out
Tripoding
- Kemiringan atau arah pasang yang didapatkan dengan mengunci posisi meja
surveyor
verticaltersebut dikunci dan dibuat teraan di tiga tempat dengan jarak yang
proporsional
curing akrilik
Kunjungan III
• Klinis
• Laboratorium
1. Pembuatan bite rim (galangan gigit)
RA dan RB
- Lebar anterior : 3-4 mm
- RA : 10-12mm
- RB : 8-10mm
- RA : 8-10mm
- RB : 10-12 mm
Kunjungan IV
• Klinis
- Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB. Fiksasi basis dan galangan
gigit RA dengan ibu jari dan telunjuk kiri operator sedangkan basis dan
- Apabila belum terjadi kontak bidang yang merata, maka permukaan insisal dan
diperoleh kontak bidang yang merata. Ukur jarak antara kedua titik, lakukan
Kontak gigi natural normal dan apabila salah satu rahang masih ada gigi natural
dan antagonisnya galangan gigit maka jejak oklusal atau insisal gigi terlihat
Warna gigi terdiri dari tiga dimensi yaitu hue, chroma dan value.Hue
merupakan nama dari warna ( merah, orange, kuning, hijau, biru, indigo dan
ungu). Gigi permanen yang masih muda memiliki hue yang hampir sama. Hue
pada warna gigi akan lebih bervariasi seiring bertambahnya usia. Chroma
merupakan intensitas dari hue, semakin bertambahnya usia maka chroma akan
dilakukan bleaching. Value dapat dilihat dari gelap terangnya warna gigi,
a. Jenis kelamin
b. Warna kulit
c. Usia
d. Pencahayaan ruangan
• Laboratorium
1. Transfer articulator
air
2. Penyusunan gigi
Kunjungan V
• Klinis
a. Intraoral :
Retensi, stabilisasi dan estetis, serta perhatikan apakah terdapat trauma oklusi
b. Ekstraoral :
Dilihat dari penampilan pasien ketika dalam keadaan mulut tertutup, rest posisi,
• Laboratorium
1. Wax conturing
2. Prosesing akrilik
Alat : Kuvet, alat perebusan (panci dan kompor), pot akrilik, semen spatel, kuas
Bahan : CMS, heat cured akrilik resin, gips tipe 2, air, GTSL yang akan di
prosesing
Kunjungan VI
• Klinis
1. Try in
2. Insersi
a. Perhatikan tepian basis masih terdapat daerah yang tajam atau tidak. Pada
polishing surface atau permukaan polis perhatikan sudah mengkilat atau belum,
b. Retensi
keadaan istirahat/ dalam keadaan gigi tiruan tidak difungsikan gigi tiruan terjatuh
atautidak
c. Stabilisasi
d. Oklusi
e. Estetis
3. KIE
Informasi :
- Seminggu pertama gigi tiruan digunakan 24 jam, gigi tiruan dibuka hanya
- Setelah seminggu gigi tiruan boleh dilepas ketika tidur, dan gigi tiruan
pengerutan
- Bersihkan gigi tiruan dengan cara menyikat gigi tiruan menggunakan bulu
sikatminimal 2x sehari
Kunjungan VII
1. Kontrol
Tujuan :
dirasakan pasien setelah beberapa hari pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan.
a. Pemeriksaan subjektif
Dari penjelasan penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan kasus yangtelah
dipaparkan di atas, maka dalam penlaksanaannya dibutuh kan kerjasama antara pasien dan
dokter gigi. keterampilan yang tepat dari dokter gigi sebagai operator dalam mengobservasi
keadaan rongga mulut pasien merupakan suatu yang harusdilakukan. Hal ini dikarenakan agar
nantinya tidak terjadi kesalahan dalam gigi tiruanyang telah dibuat. Model gigi tiruan yang
akan dipasang tentu sangat penting demi menunjang perbaikan fungsi dari gigi yang
digantikan itu sendiri, sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan pengetahuan dan kecermatan
dalam memilih jenis dari gigi tiruan agar pasien dapat menghindari kerugian yang tidak
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin NH, Daharudin H, Harlina. Nutrisi pada pengguna gigi tiruan penuh.
Dentofasial. 2013;12(1):64-8.
Anusvice J.K, dkk, 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Edisi 10.
Jakarta
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta, CV. Quantum Sinergis
Media, pp 149.
Bortoluzzi MC, Traebert J. Tooth loss, chewing ability, and quality of life. Contemp
Carr, A. B., McGivney, G. P., Brown, D. T., 2005. McCrackens’s Removable Partial
George AZ, Charles LB, Judson CH, Gunnar EC. 2002. Buku ajar prostodonti untuk
Ghofur Abdul, 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Mitra
Buku.
Gunadi HA, Margo A. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta: Hipokrates,
1991; p. 40-2.
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta,
Hipokrates, pp 14.
Gunadi, haryanto.dkk. 2015, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagia Lepasan Jilid.
Haryanto, A. G., Burhan, L., Suryatenggara F., Setiabudi, I & Margo, A. 2014.
Lengkong. dkk. 2015. Gambaran Prilaku dan Cara Merawat GTSL pada Lansia.
17(2): 172-6.
A. Behaviour and hyiene habits of complete denture wearers. Braz DentJ 2010;
21(3): 247-52.
Prostodontia Sebagian Lepasan: buku ajar. Ed 2 – Jakarta: EGC, 2018 xvii, hlm.335-
Santoso WA. Gigi tiruan sebagian lepasan dan pengaruh terhadap kekuatan kunyah.
Prostodontic J. 2012;3(2):6-11.
Siagian Krista V. 2016. Kehilangan Sebagian Gigi Pada Rongga Mulut.jurnal eClinic
1(4)
FKG UNEJ.
The Glossary of Prosthodontic Terms. J Prosthet Dent 2005; 94(1): 25, 51.
Zeusyta Chintya Z dan Pintadi H, 2015. Gambaran Kebersihan Gigi Dan Mulut Pasien
Pra Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Menurut Jenis Kelamin. FKG