Anda di halaman 1dari 67

CASE BASED DISCUSSION

BAGIAN PROSTHODONTIC
“Gigi Tiruan Lengkap”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik di Bagian Prosthodontic.

Oleh:

INTAN SYAFUTRI 19100707360804095

NIKE LASMUTIA 19100707360804102

Pembimbing :

drg. Resa Ferdina, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan CBD “Gigi

Tiruan Lengkap” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

kepanitraan klinik Modul Prosthodontic.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua

proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Resa Ferdina, MARS,

selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Penulis
GIGI TIRUAN LENGKAP(GTL)

Nama pasien : Muslim Adang


Umur : 70tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Tani
Alamat : Sungai Lareh
Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2021
Dosen Pembimbing : drg. Resa Ferdina, MARS.

Hari / Kasus Tindakan yang dilakukan Operator

Tanggal

20 maret GTL 1. Anamnesa Intan syafutri

2021 2. Pemeriksaan klinis


Nike lasmutia
3. Diagnosa

4. Rencana perawatan

5. Prognosa

Padang, Maret2021
Disetujui oleh
Dosen pembimbing

(drg. Resa Ferdina, MARS)


MODUL IV :PROSTHODONTIC
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan CBD “Gigi Tiruan Lengkap” guna melengkapi persyaratan


Kepaniteraan Klinik pada Modul Prosthodontic.

Padang, Maret 2021


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Resa Ferdina, MARS)


PROSEDUR KERJA GTL

NO Jenis Pekerjaan Tanggal Paraf Keterangan

1. Anamnesa & indikasi


2. Membuat model studi
3. Diskusi
4. Sendok cetak fisiologis
5. Mencetak fisiologis
6. Pembuatan model kerja
7. Out line individual tray
8. Bite rim
9. Mounting model kerja pada
articulator
10. Penyusunan gigi
11. Try in penyusunan gigi
12. Wax contouring
13. Instruksi lab
14. Try in gigi tiruan akrilik
15. Selective grinding
16. Pemolesan, finishing dan
insersi GT
17. Intruksi pemakaian dan
pemeliharaan
18. Kontrol
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Prostodonsia merupakan salah satu cabang ilmu dalam bidang kedokteran gigi

yang berhubungan dengan penggantian gigi dan jaringan mulut yang hilang untuk

memperbaiki fungsi estetik dan kesehatan rongga mulut. Tujuan pembuatan gigi

tiruan adalah untuk pemulihan fungsi pengunyahan, memperbaiki gangguan

fungsi bicara, fungsi estetik dan mempertahankan kesehatan jaringan rongga

mulut (Phoenix, 2003).

Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) didefinisikan sebagai gigi tiruan untuk

menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya

dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Gigi tiruan tersebut terdiri

dari anasir gigi yang dilekatkan pada basis gigi tiruan. Basis pada gigi tiruan itu

memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut

dibawahnya (Sinabutar, 2013).

Menurut Swenson (1960) menyatakan bahwa pada orang yang telah

kehilangan gigi-geliginya, dimensi vertikal akan berkurang dan otot pipi akan

turun karena tidak adanya penyangga. Selama berfungsi, rahang bawah berusaha

berkontak dengan rahang atas, sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas

dan rahang bawah akan menyebabkan hilangnya posisi sentrik dan mandibula

menjadi protrusif, yang dapat menyebabkan malposisi temporomandibular joint.

Pemakaian gigi tiruan memiliki tujuan utama bukan hanya untuk memperbaiki

fungsi pengunyahan, bicara dan estetik saja, tetapi juga mencegah berubahnya

struktur jaringan pengunyahan dan otot wajah, serta harus dapat mempertahankan
jaringan yang tersisa. Untuk tujuan terakhir ini selain erat kaitannya dengan

pemeliharaan kebersihan rongga mulut, juga bagaimana mengatur agar gaya-gaya

yang dapat terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya yang

kemungkinan akan merusak jaringan yang masih tersisa (Ardan, 2007).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik membuat laporan kasus mengenai

pasien yang didiagnosis dengan edentolus rahang atas dan rahang bawah dan akan

direncanakan perawatan dengan gigi tiruan lengkap lepasan.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana prosedur kerja pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan dibagian

prosthodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah?

1.3 Tujuan

Mengetahui prosedur kerja pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan dibagian

prosthodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi gigi tiruan lengkap lepasan

Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) didefinisikan sebagai gigi tiruan untuk

menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya

dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Gigi tiruan tersebut terdiri

dari anasir gigi yang dilekatkan pada basis gigi tiruan. Basis pada gigi tiruan itu

memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut

dibawahnya (Sinabutar, 2013).

Gigi Tiruan lengkap atau Full denture adalah gigi tiruan yang menggantikan

kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan rahang bawah (edentelus) serta

jaringan pendukung / mukosa serta memperbaiki sistem stogmatognatik.

Mendapat fungsi pengunyahan, estetis dan bicara yang baik, maka kita di tuntut

untuk mengetahui anatomi dari rahang serta bagaimana caranya atau kemahiran

operator untuk mengembalikan pada keadaan sama sebelum gigi dicabut

(Fadriyanti, 2009).

2.2 Akibat kehilangan gigi

Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian menurut Aryanto Sit, Rahmawan,

(2008) adalah :

1. Migrasi dan Rotasi Gigi

Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan

pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati

posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan,

maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih
sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapa meningkat.

2. Erupsi berlebih.

Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi

berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai

pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan

tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga

gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar

berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu

dibuatkan geligi tiruan lengkap.

3. Penurunan Efisiensi Kunyah

Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan

merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang

dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada

masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses

pengunyahan saja.

4. Gangguan pada sendi temporo-mandibula.

Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure),

hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan

gangguan pada struktur sendi rahang.

5. Beban berlebih pada jaringan pendukung.

Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih

ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan

berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama

kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.


6. Kelainan bicara

Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan

bicara, karena gigi ± khususnya yang depan ± termasuk bagian organ fonetik.

7. Memburuknya penampilan

Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi

daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.

8. Terganggunya kebersihan mulut

Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan

tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang

interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi

makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi

plak. Tahap berikutnya terjadi karies gigi. Pada tahap berikut terjadinya karies

gigi dapat meningkat.

9. Atrisi

Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima

beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat.

Toleransi terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi- gigi tadi, sehingga

dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah

pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik.

10. Efek terhadap jaringan lunak mulut

Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati

jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan

kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena

terdesaknya kembali jaringan lunak tadi daritempat yang ditempati protesis.


Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing

yang cukup mengganggu.

2.3 Indikasi gigi tiruan lengkap lepasan

Indikasi Gigi Tiruan Lengkap :

1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut

karena kerusakan gigi yang masih ada tidakmungkin diperbaiki.

3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu

keberhasilannya.

4. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.

5. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan

diperoleh.

2.4 Kontraindikasi gigi tiruan lengkap lepasan

Kontraindikasi Gigi Tiruan Lengkap :

1. Tidak ada perawatan alternatif

2. Pasien belum siap secara fisik dan mental,

3. Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh

4. Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang

2.5 Faktor keberhasilan gigi tiruan lengkap

Keberhasilan gigi tiruan lengkap dipengaruhi faktor antara lain, pengetahuan

serta kemahiran operator untuk tahap klinis maupun laboratorium pada setiap

kunjungan serta kerja sama antara pasien dan laboratorium. Keberhasilan

pembuatan GTL tergantung dari retensi yang dapat menimbulkan efek pada
dukungan jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan

normal. Hal ini mencakup (Zarb, 2002) :

a. Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa : processus alveolaris, saliva,

batas mukosa bergerak dan tidakbergerak, kompesibilitas jaringan

mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan

lidah.

b. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

c. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

d. Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi :

e. Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

f. Posisi individual gigi

g. Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dan

rahang bawah.

2.6 Bagian-bagian anatomis rahang atas dan rahang bawah

a. Batas anatomis pada rahang atas yang(Fadriyanti, 2010) :

1. Frenulum Labialis

2. Vestibulum Labialis

3. Frenulum bukalis

4. Vestibu`lum bukalis

5. Prosesus alveolaris

6. Alveolar Tuberkel

7. Fossa pterygo Maxilaris/Hamular noch


Gambar : 1. frenulum labialis, 2. vestibulum labialis, 3. frenulum bukalis, 4.
vestibulum bukalis, 5. vestibulum bukalis, 6. linggir alveolar, 7. tuberositas maksilaris, 8.
hamular notch/fossa pterygomaksilaris 9.vibrating line/ah line 10. fovea palatina, 11.
sutura palatina mediana, 12. papila insisivum, 13. rugae palatina.

b. Batas Anatomis pada rahang bawah (Fadriyanti, 2010) :

1. Frenulum Labialis

2. Frenulum Bukalis

3. Daerah Buccal Self

4. Linea obligue Eksterna

5. Retromolar Pad

6. Frenulum lingualis

7. Sub lingual fold

8. Otot otot milohyoid

9. Lingualis tuberositas

10. Ruang retromilohyoid

Gambar : 1. frenulum labialis, 2. vestibulum labialis, 3. frenulum bukalis, 4.


vestibulum bukalis. 5. linggir alveolar, 6. retromolar pad, 9. retro mhloyoid.
2.7 Pemeriksaan pasien

Pemeriksaan diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam

menegakan diagnosis, merencanakan perawatan dan menentukan prognosis.

Tahapan pemeriksaan (Carr dkk., 2005) :

2.7.1 Anamnesia

a. Informasi Sosial

Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor telepon

dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan menghubungi pasien

lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk tentang keadaan sosial-ekonomi

pasien.

b. Tujuan membuat gigi tiruan : fungsi estetik / fungsi pengunyahan / fungsi

bicara.

Agar mengetahui apa tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya, untuk

estetika (misalnya seorang pemain sinetron, guru, dll), fungsi pengunyahan (orang

tua, penderita penyakit lambung, fungsi bicara (penyiar, imam, dll) atau hanya

memenuhi permintaan orang lain.

c. Riwayat kesehatan umum : ada/tidak

Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya kondisi

yang mungkin berpengaruh terhadap perawatan gigitiruan. Kesehatan umum dapat

diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat pada saat kunjungan pertama

pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan dengan mengadakan pemeriksaan

lebih lanjut, baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih, pemeriksaan

objektif maupun berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien tersebut.

Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti
diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya

serta obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas

karena akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan.

d. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut

Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien dengan

mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya mengenai pencabutan terakhir gigi.

Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah gigi

tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa

akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat

dimulainya pembuatan gigitiruan akan mempengaruhi hasil perawatan. Informasi

lain seperti prosedur kebersihan rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya

mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga

mulut yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien

(Gunadi dkk, 2012).

Pada pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi kesempatan untuk

menyampaikan keluhan tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting untuk

dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat mengetahui permasalahan utama

yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat diperbaiki pada gigi tiruannya yang

baru (Siagiaan, 2016).

1. Sebab kehilangan gigi / kerusakan gigi : lubang besar / gigi goyang

/ benturan

• Jika sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan karena

pasien kurang memperhatikan kebersihan mulut, maka

pengetahuan kesehatan giginya harus diingatkan


• Jika disebabkan gigi goyang, maka penyakit sistemik dan

penyakit periodontal harus diperhatikan

• Jika karena benturan, pencabutan terakhir perlu diketahui

untuk memperkirakan kecepatan resorbsi tulang alveolar dan

pergeseran gigi atau penyakit sistemik.

2. Pencabutan terakhir :

• Pada gigi atas : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri

• Pada gigi bawah : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri

Waktu / kapan pencabutan terakhir perlu diketahui untuk memperkirakan

kecepatan resorbsi tulang alveolar dan pergerseran gigi ataupun penyakit sistemik

3. Riwayat Pemakaian gigi tiruan :pernah / tidak pernah

• Bila Pernah : Pada rahang atas /pada rahang bawah / pada

rahang atas dan rahang bawah, Masih dipakai / tidak dipakai

Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah

dibandingkan pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasanya senang

membandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu

dilihat dan diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak mengganggu prinsip dasar

perawatan, protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik

desain, macam, dan jenisnya. Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga

perlu dipertanyakan, kapan mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai

dari gigi tiruan lamanya, supaya diketahui apa yang dikehendaki oleh pasien.

e. Sikap Mental Pasien


Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya, mengklasifikasikan sikap

mental pasien yang membuat gigitiruan menjadi empat kategori, yaitu

philosophic,indifferent, critical dan skeptical. Sikap mental pasien merupakan

salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendiagnosa pasien.

Dokter gigi harus mampu mengerti dan memahami sikap pasien yang akan

dilakukan perawatan. Untuk mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter

gigi harus melakukan perawatan dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap

empati terhadap pasien untuk mencapai keberhasilan perawatan prostodontik yang

dilakukan (George dkk, 2005).

2.7.2 Pemeriksaan klinis

1. Pemeriksaan ekstraoral

Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir saat

istirahat dan selama berfungsi, sendi temporomandibular dan kemungkinan

kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan seperti mengangkat gigitiruan

rahang bawah dengan lidah (Abu, 2012).

 Bentuk Muka : lonjong/persegi/segitiga/kombinasi

 Profil : lurus/cembung/cekung

 Proporsi dan simetris wajah :simetris/asimetris

Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan

elemen gigi, dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan

rahang (George, 2002)

(a) (b)
Gambar. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah.

 Pupil : sama tinggi/tidak sama tinggi. Bergerak/tak bergerak ke segala arah


 Tragus : sama tinggi/tidak sama tinggi

 Hidung :simetris/asimetris; pernafasan melalui hidung: lancar/tidak

Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan garis interpupil dan garis camper

(garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi. Garis

interpupil ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang insisal galengan gigit

anterior, sedangkan garis camper ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang

oklusal galengan gigit posterior.

Pemeriksaan cara bernafas pasien dilakukan dengan menggunakan kaca mulut

yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk

bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut

terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancar. Bila pernafasan tidak

lancar, akan menimbulkan kesulitan pada waktu dilakukan pencetakan karena

pasien sulit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin muntah (Carr, 2005).

 Rima oris : sempit/normal/besar; panjang/normal/pendek

Rima oris yang sempit akan menghalangi penempatan sendok cetak dan bahan

cetak ke dalam mulut, maka pemilihan ukuran bahan cetak harus lebih

diperhatikan.

 Bibir atas dan bibir bawah : hipotonus/normal/hipertonus; tebal/tipis;

simetris /asimetris

Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi

anterior. Sedangkan panjang pendeknya bibir menetukan letak bidang insisial dan

garis tertawa.

 Warna kulit : kuning langsat/sawomatang

 Kelainan/defek pada wajah : ada/tidak ada


 Sendi rahang :

Kanan dan kiri : bunyi /tidak; sejak....

Buka mulut : ada deviasi ke kanan atau ke kiri /tidak ada deviasi

Trismus : ada trismus (tuliskan mm nya)/tidak

Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang ditarik

dari tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus. Kemudian pasien

diminta untuk membuka dan menutup mulutnya berkali-kali secara perlahan dan

dengarkan apakah ada bunyi ’klik’ pada waktu membuka dan menutup mulut.

Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien

mengalami kesulitan pada waktu membuka mulutnya (trismus). Pergerakan

mandibula harus diukur secara vertikal dan lateral. Cara pengukuran pergerakan

mandibula, yaitu dengan menggunakan penggaris, Willis bite gauge atau Vernier

bite gauge. Pemeriksaan pergerakan mandibula tidak akan relevan selama teknik

yang digunakan tidak konsisten (Gunadi, 2012).

Bunyi pada Sendi Temporomandibula.

Bunyi pada sendi terbagi dua, yaitu kliking atau krepitasi. Kliking adalah suara

tunggal dengan durasi yang singkat. Jika bunyi yang dihasilkannya kuat, maka

disebut sebagai pop. Krepitasi adalah bunyi yang terdengar seperti kerikil yang

multiple. Bunyi pada sendi dapat diketahui dengan meletakkan jari tangan diatas

permukaan lateral sendi pada saat pasien membuka dan menutup mulut.

Pemeriksaan yang lebih akurat jika menggunakan stetoskop atau alat perekam

suara sendi (Carr, 2005).

Gambar. Bunyi pada Sendi Temporomandibula.a. Bunyi pada sendi didengar dengan
menggunakan stetoskop; b. Stetoskop.

Pemeriksaan Palpasi Otot-Otot Pengunyahan.


Cara untuk menentukan rasa sakit pada otot adalah dengan palpasi

menggunakan jari (digital palpation).Palpasi pada otot dapat diperiksa dengan

menggunakan permukaan telapak tangan dari jari tengah. Ketika melakukan

palpasi otot, respon dari pasien dikategorikan atas, 0 (pasien tidak merasa sakit

saat dipalpasi), 1 (pasien merasa tidak nyaman pada saat palpasi), 2 (pasien

merasakan ketidaknyamanan atau rasa sakit saat dipalpasi), 3 (pasien

menunjukkan sikap yang mengelak atau menangis (mengeluarkan air mata) atau

secara langsung memberitahu untuk tidak mempalpasi daerah tersebut lagi

(Ghofur, 2012).

a. Otot Temporalis

Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah, dan

daerah posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang zygomatik

dan anterior dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini berjalan dalam

arah vertikal. Otot temporalis bagian anterior digunakan dalam keadaan bekerja

ataupun tidak. Otot temporalis bagian anterior yang bekerja dapat dilihat pada saat

elevasi mandibula dan megunyah pada sentrik oklusi. Sedangkan otot temporalis

bagian anterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi mandibula.

Daerah tengah dipalpasi pada daerah diatas sendi temporomandibula dan superior

dari tulang zygomatik. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah oblik melewati

bagian lateral dari tengkorak. Otot temporalis bagian tengah dapat dilihat saat

bekerja yakni pada pergerakan protrusif. Daerah posterior dipalpasi pada daerah

diatas dan belakang telinga. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah horizontal.

Otot temporalis bagian posterior digunakan dalam keadaan bekerja ataupun tidak.

Otot temporalis bagian posterior yang bekerja dapat dilihat pada retraksi
mandibular. Sedangkan otot temporalis bagian posterior yang tidak bekerja dapat

dilihat pada saat depresi dan protrusi mandibula (Carr, 2005).

Gambar. Palpasi Otot Temporalis. A. Daerah Anterior; B. Daerah Tengah; C. Daerah


Posterior.

b. Otot Masseter

Masseter dipalpasi secara bilateral pada bagian perlekatan superior dan

inferior. Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya

bagian anterior dari sendi temporomandibula). Setelah itu, jari tersebut

ditempatkan pada perlekatan inferior dari inferior border ramus (Ghofur, 2016).

Gambar. Palpasi Otot Masseter. A. Pada perlekatan superior di lengkung zygomatik; B.


Pada otot masseter superfisial didekat batas bawah mandibular.

c.Otot Lateral Pterigoid

Otot lateral pterigoid memiliki dua cabang, yaitu bagian superior dan inferior

dimana bagian superior merupakan bagian yang lebih kecil daripada inferior. Otot

lateral pterigoid bagian superior keluar dari permukaan infra-temporal sayap

paling besar dari sphenoid dan masuk ke bagian anterior dari diskus dan kapsul

intraartikular, sedangkan bagian inferior keluar dari permukaan lateral dari plat

lateral pterigoid dan masuk ke leher mandibula yang terletak di bawah kondilus.

Otot lateral pterigoid bagian superior bekerja pada saat clenching dan bagian

inferior bekerja selama pembukaan mulut.

Gambar. Pemeriksaan Otot Lateral Pterigoid Inferior.

Gambar. Pemeriksaan Otot Lateral Pterigoid Superior.

Gambar. Palpasi Otot Lateral Pterigoid.

b. Otot Medial Pterigoid


Otot medial pterigoid berasal dari daerah yang terletak diantara dua pterygoid

plate. Kedua pterygoid plate ini akan membagi otot kedalam dua daerah yaitu

posterior dan lateral dan masuk ke bagian dalam dari sudut mandibula. Otot

medial pterigoid bekerja pada saat gerakan elevasi mandibula, selama protrusi dan

pergerakan lateral mandibula.

Gambar. Palpasi Otot Medial Pterigoid.

c. Kelainan lain yang ada di rongga mulut

Contoh : pembengkakan/celah bibir/celah langit-langit/ tic doloreux / angular

cheilitis / pasca bedah maksilektomi/ mandibulektomi/ THT/..................

2. Pemeriksaan intraoral

a. Saliva

Kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi retensi terutama pada gigi tiruan

lengkap.

 Kuantitas: sedikit/normal/banyak

 Kualitas : encer/normal/kental

b.Lidah

 Ukuran: kecil/ normal/besar

Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan

pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasa ruang lidahnya sempit, sehingga

terjadi gangguan bicara dan kestabilan protesa.

 Posisi wright: Kelas I/II/III

Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah

Posisi kelas II : Posisi lidah lebih tertarik ke belakang


Posisi kelas III:Lidah menggulung ke belakang sehingga terlihat frenulum

lingualis

 Mobilitas: normal/aktif

Lidah yang mobilitasnya tinggi (aktif) akan mengganggu retensi dan stabilisasi

gigi tiruan

c.Refleks Muntah : tinggi/ rendah

Refleks muntah pasien mempengaruhi proses pencetakan. Bila reflex muntah

tinggi, perlu diupayakan dengan misalnya penyemprotan anestetikum ke bagian

palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-

hal lain, mengajak pasien mengobrol, dst.

d.Gigitan : ada/tidak ada

 Bila ada : stabil/ tidak stabil

 Tumpang gigit (overbite) anterior : … mm, posterior: … mm

 Jarak gigit (overjet) anterior : … mm, posterior: … mm

 Gigitan terbuka : ada/ tidak ada; regio …

 Gigitas silang : ada/ tidak ada; regio …

 Hubungan rahang : ortognati/ retrognati/ prognati

Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan bawah dapat

dikatupkan dengan baik di luar mulut dan terlihat 3 titik bertemu yaitu 1 di bagian

anterior dna 2 di bagian posterior. Bila terlihat banyak gigi yang aus dan kontak

antara rahang atas dan bawah kurang meyakinkan, maka dikatakan gigitan ada

namun tidak stabil (Phoenix, 2003).

Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih, harus diwaspadai

adanya perubahan dalam relasi maksilo-mandibula. Dengan demikian, oklusi yang


lama tidak bisa dipakai pedoman penentuan gigit (Siagian, 2016). Bila ada gigitan

terbuka atau gigitan silang, harus dituliskan pada region berapa. Hal ini penting

diperhatikan, terutama pada pembuatan gigi tiruan cekat yang mempunyai

antagonis dengan region tersebut.

Hubungan rahang ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk pada dasar

vestibulum anterior RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB.

Ortognati: bila ujung kedua jari terletak segaris vertical.

Retrognati: bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien.

Prognati: bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien.

e.Artikulasi

Diperiksa pada sisi kanan dan kiri, dapat berupa:

 Cuspid protected

 Grup function

 Balanced occlusion (artikulasi seimbang)

Pemeriksaan ada tidaknya kontak premature dan blocking. Jika terdapat kontak

premature setelah peletakan kertas artikulasi di permukaan oklusal gigi pasien,

perlu dilakukam occlusal adjustment.

Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau tidak

hambatan. Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-buru diasah, karena bisa

jadi hal tersebut merupakan cuspid protected occlusion yang perlu dipertahankan

(Gunadi, 2012).

d. Daya kunyah : normal/ besar

Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang tidak tajam

dan permukaan yang mengkilat, kemungkinan tekanan kunyah pasien besar. Pada
keadaan ini, bila ridge sudah rendah hindari pemakaian elemen gigi porselen

terutama untuk gigi posterior. Bidang oklusal gigi geligi juga jangan dibuat terlalu

besar

e. Kebiasan buruk

 Bruxism / clenching

 Menggigit bibir / benda keras

 Mendorong lidah

 Mengunyah satu sisi kanan atau kiri

 Hipermobilitas rahang dll

Melalui anamnesis, pasien ditanyai mengenai kebiasaan buruk yang dimiliki.

Bruxism atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi.

Kebiasaan ini akan membuat gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak

stabil, dan dapat menjadi etiologi kelainan sendi rahang. Kebiasaan mengigigit

bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan GTC pada gigi anterior, yaitu

dalam penentuan bahan yang akan dipakai

Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi biasanya menyebabkan

stabiltas gigi tiruan berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat

menimbulkan kelainan sendi rahang. Pada hipermobilitas rahang, kesulitan yang

akan timbul adalah kesulitan penentuan relasi sentrik (Barbosa, 2008).

h. Pemeriksaan gigi geligi dan tulang alveolar

1. Bentuk umum gigi/ besar gigi : Besar/normal/kecil

2. Fraktur gigi :

 pada gigi apa (tulis elemennya)

 arah fraktur : (horizontal/diagonal/vertical)


 arah garis fraktur (<1/3, 1/3, ½, 2/3, serviko insisal/serviko oklusal/ mesio

distal)

 diagnosis gigi fraktur tersebut

 Perbandingan mahkota akar : ....... pada gigi : .....

i. Lain-lain : gigi kerucut/ mesiodens/ diastema/ impaksi/ miring/ berjejal/

labio version/ linguo version/ hipoplasia, dst

j. Ketinggian tulang alveolar (sesuai dengan foto panoramic)

k. Vestibulum

Posterior Kanan Posterior Kiri Anterior

Rahang dalam/sedang/ dalam/sedang/ dalam/sedang/

Atas dangkal dangkal dangkal

Rahang dalam/sedang/ dalam/sedang/ dalam/sedang/

Bawah dangkal dangkal dangkal

Vestibulum adalah ruang yang terdapat di antara mukosa labial/bukal prosesus

alveolaris dan bibir/pipi. Kedalaman diperiksa dengan kaca mulut nomer 3

(Gunadi, 2012).

 Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai dasar

vestibulum

 Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi dari

puncak prosesus alveolaris hingga dasar vestibulum

Vestibulum dikatakan dalam apabila kaca mulut terbenam. Vestibulum yang

dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi tiruan dapat

dibuat lebih panjang sehingga menambah retensi.


l. Prosesus alveolaris/ residual ridge regio

Yang harus diperhatikan:

 Bentuk : segi empat/oval/segitiga

Bentuk prosesus alveolar berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi

tiruan lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat

 Ketinggian : tinggi/sedang/rendah

Ketinggian prosesus alveolar menunjukkan resorpsi tulang yan terjadi.

Prosesus menjadi rendah bila resorbsi besar. Cara memeriksanya dengan

membandingkan dengan gigi di sebelahnya. Bila pasien sudah tidak bergigi

samasekali tinggi prosesus alveolar diperiksa dengan menggunakan kaca mulut

nomer 3.

 Tahanan jaringan: flabby/tinggi/rendah

Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Tahanan jaringan

diperiksa dengan menggunakan burnisher pada mukosa atau prosesus alveolar

(Ghofur, 2012).

a. Burnisher tidak terlalu terbenam dan mukosa terlihat pucat à mukosa

keras; tahanan jaringannya rendah

b. Burnisher bisa ditekan lebih dalamà mukosa lunak; tahanan jaringan tinggi

c. Mukosa bergerak pada arah bukolingual saat ditekan menggunakan

burnisher à flabby

m. Bentuk permukaan : rata/tidak rata

n. Frenulum

Frenulum adalah tempat perlekatan otot bibir/pipi/lidah terhadap prosesus

alveolaris. Frenulum dikatakan tinggi bila perlekatan otot-ototnya mendekati


puncak prosesus alveolar, dikatakan rendah ketika menjauhi, dan sedang bila

berada di tengah antara puncak prosesus alveolar dengan dasar vestibulum.

Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi tiruan lepas karena

mengganggu sayap gigi tiruan.

Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)

0. Labialis superior

1. Labialis inferior

2. Bukalis rahang atas kanan

3. Bukalis rahang atas kiri

4. Bukalis rahang bawah kanan

5. Bukalis rahang bawah kiri

6. Lingualis

Palatum (Abu, 2012).

1. Bentuk palatum : persegi/oval/segitiga

Bentuk dan kedalaman palatum berkaitand engan retensi dan stabilisasi gigi

tiruan lepas

2. Kedalaman palatum

3. Torus palatines

Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus yang

besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat pencetakan fisiologis

4. Palatum mole

Merupakan jaringan lunak yang terletak di bagian posterior palatum durum.

Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeuresis, sebagai
tempat posterior palatal seal (postdam). House membagi palatum mole menjadi

3:

 Kelas I: gerakan palatum durum yang kecil, dapat dibuat postdam bentuk

kupu-kupu

 Kelas II: gerakan palatum durum membentuk sudut >30derajat, postdam

dibuat bentuk kupu-kupu dengan ukuran yang lebih kecil

 Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam

dibentuk dengan cekungan berbentuk V atau U (berbentuk parit).

o. Lain-lain

 Eksostosis

 Torus mandibularis

Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau

tidaknya kelainan pada tulang yang mengganggu penempatan protesa

yangberhubungan dengan kenyamanan pasien. Model studi juga harus dievaluasi

(Nallaswamy, 2003).
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Anamnesis/ pemeriksaan subjektif

 Skenario kasus

Seorang pasien perempuan berusia 70 tahun datang ke RSGM dengan

keluhan seluruh gigi rahang atas dan bawah ompong dan pasien ingin

dibuatkan gigi palsu yang dapat dilepas pasang. Sebelumnya pasien

mengatakan bahwa dulu pernah dibuatkan gigi palsu, tetapi sampai saat ini

pasien tidak diberikan gigi palsunya oleh kakak coas yang sebelumnya
membuatkan gigi tiruan. Pemeriksaan ekstraoral tidak ditemmukan adanya

kelainan. Pemeriksaan intraoral RA dan RB edentolus. Pasien ingin

dibuatkan gigi palsu.

 Identitas pasien

Nama Pasien : Muslim Adang

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Laki- laki

Pekerjaan : Buruh Tani

Alamat : Sungai Lareh

Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2021

 Keluhan utama

Seorang pasien perempuan berusia 70 tahun datang ke RSGM dengan

keluhan seluruh gigi rahang atas dan bawah ompong dan pasien ingin

dibuatkan gigi palsu yang dapat dilepas pasang.

 Tujuan pembuatan gigi tiruan

Memperbaiki fungsi estetik dan pengunyahan.

 Riwayat kesehatan umum

Tidak ada, pasien dalam keadaan sehat, tidak ada kelainan sistemik, pasien

tidak ada alergi obat-obatan, keluarga pasien tidak ada riwayat kelainan

penyakit sistemik.

 Riwayat kesehatan gigi dan mulut

Sebab kehilangan gigi : berlubang besar, ada beberapa gigi yang lepas sendiri

dan ada beberapa gigi yang dilakukan pencabutan.

Pencabutan terakhir : RA : belakang kanan (8 tahun yang lalu).


 Riwayat pemakaian gigi tiruan : Pernah.

Bila pernah : -Pada rahang atas / rahang bawah /

-Pada rahang atas dan rahang bawah

-Jenis gigi tiruan :cekat/ lepas

-Masih dipakai/tidak dipakai

 Sikap mental : Filosofis.

3.2 Pemeriksaan klinis/objektif

1. Ekstraoral

 Bentuk wajah : lonjong

 Profil wajah : lurus

 Proporsi dan simetris waja : simetris

 Mata : sama tinggi, bergerak kesegala arah

 Hidung : simetris, pernafasan melalui hidung lancar

 Bibir atas : normal, tipis dan simetris


 Bibir bawah : normal, tebal dan simetris

 Warna kulit : sawo matang

 Sendi rahang : Normal, tidak ada deviasi dengan ROM 45 mm.

 Kelainan lain : tidak ditemukan.

2. Intraoral

 Saliva : kuantitas dan kualitas normal

 Lidah : ukuran norma dan mobilitas normal, Posisi wright : kelas I / II/

III

 Refleks muntah : rendah

 Status gigi : RA dan RB edentolus.

 Vestibulum :

Rahang atas :

Post. kanan :dalam / sedang / dangkal


Post. kiri : dalam / sedang / dangkal
Anterior : dalam / sedang / dangkal

Rahang bawah:

Post. kanan : dalam / sedang / dangkal


Post. kiri : dalam / sedang / dangkal
Anterior : dalam/ sedang / dangkal

 Prosesus alveolaris dan residual ridge :

 Rahang Post kanan Post kiri Anterior


Atas

Bentuk Square / oval / Square/oval/lancip Square / oval /


lancip lancip
Ketinggian Tinggi/sedang/ Tinggi/sedang/ Tinggi/sedang/
rendah rendah rendah
Tahanan jaringan Flabby/tinggi/ Flabby/tinggi/ Flabby/tinggi/
rendah rendah rendah
Bentuk Rata/tidak ada Rata/tidak ada Rata/tidak ada
permukaan

Rahang Post kanan Post kiri Anterior


Bawah
Bentuk Square / oval / lancip Square / oval / lancip Square / oval /
lancip
Ketinggian Tinggi/sedang/ rendah Tinggi/sedang/ Tinggi/sedang/
rendah rendah
Tahanan Flabby/tinggi/ rendah Flabby/tinggi/ Flabby/tinggi/
jaringan rendah rendah
Bentuk Rata/tidak ada Rata/tidak ada Rata/tidak ada
permukaan

 Frenulum :

- Labialis sup : sedang

- Labialis inf : rendah

- Bukalis RA kanan : sedang

- Bukalis RA kiri : sedang

- Bukalis RB kanan : rendah

- Bukalis RB kiri : sedang

- Lingualis : sedang

 Palatum :

Pesergi/oval/segitiga

Dalam/sedang/dangkal

Torus palatinus: besar/kecil/tidak ada

Palatum molle: house kelas I/II/III

 Tuber maksila :
Kanan: besar/kecil

Kiri: besar/kecil

Exostosis: ada/tidak ada

 Ruang retromilohioid :

Kanan: dalam / sedang / dangkal

Kiri: dalam / sedang / dangkal

 Bentuk lengkung rahang :

Rahang atas: persegi/oval/segitiga

Rahang bawah: pesergi/oval/segitiga

 Perlekatan dasar mulut:tinngi/normal/rendah

 Diagnosis :

Diagnosa Utama : Edentulus RA dan RB

Diagnosa Tambahan : -

3.3 Rencana perawatan :

Gigi tiruan lepas: sebagian / lengkap

Perawatan pra prostodontik

Perawatan periodontal: ada/tidak ada

Bila ada: jenis perawatan........

Perawatan konservasi gigi: ada/tidak ada

Bila ada, pada gigi-geligi.........

Bila ada:-pembuatan mahkota

Pengasahan gigi miring

Pengasahan gigi extrude


Lain......

Persiapan tempat cengkraman: ada/tidak ada

Bila ada pada geligi.......

Perawatan bedah: ada/ tidak ada

Bila ada : ….

Lain-lain:....

Warna gigi:

Macam cetakan:

RA: mukostatis / mukokompresi / mukofungsional / selective pressure

RB: mukostatis / mukokompresi / mukofungsional / selective pressure

Desain rahang atas dan rahang bawah

jaringan pendukung (suporting) : mukosa

limited area : palatal seal, fovea palatina,

rugae palatina

bantalan (bearing) : akrilik atau (basis)


Relief :frenulum, vestibulum,

prosesus alveolaris, alveolar tuberkel, hamular notch

Prognosis: baik / sedang / buruk

Pemeriksaan ulang:

1. Relining : regio......tanggal....

2. Reparasi : regio......tanggal....

3. Lain-lain.................tanggal....

Keterangan................................

3.4 Tahapan kerja

3.4.1 kunjungan 1

 Pemeriksaan subjektif dan objektif

 Peneegakan diagnosis

 Penentuan rencana perawatan

 Pencetakan awal/ anatomis

Klinis laboratorium

Mencetak anatomis rahang tidak  Membuat model


bergigi studi/diagnostik RA/RB
 Wax spacer
 Membuat sendok cetak
individu(Custom/individual
tray) RA dan RB yang terbuat
dari resin akrilik

Mencetak adalah suatu tindakan membuat suatu bentuk negatife dari gigi atau

jaringan lain dari rongga mulut menggunakan bahan plastis yang relative menjadi
keras atau mengeras pada saat berkontak dengan jaringan tersebut, yang berfungsi

sebagai pendukung gigi tiruan yang akan dibuat(Itjingningsih, 2015).

Gambar : contoh cetakan anatomis (Angelia dan Syafrinani, 2015).

Gambar : contoh model anatomis (Angelia dan Syafrinani, 2015).

 Pembuatan sendok cetak fisiologis

Model anatomis dilakukan pembuatan outline sendok cetak. Batas akhir sendok

cetak berada 2 mm diatas forniks untuk mempersiapkan tempat bahan modelling

compound (green kerr) pada saat muscle trimming. Sendok cetak fisiologis untuk

rahang bawah didesain dengan perluasan ke arah fossa retromylohyoid.

Pembuatan spacer dari wax dan pembuatan stopper. Bahan sendok cetak dibuat

dari bahan resin akrilik swapolimerisasi (Angelia dan Syafrinani, 2015).

3.4.2 kunjungan 2

 Try in sendok cetak fisiologis

 Border moulding

 Pencetakan fisiologis
Klinis laboratorium

 Try in scp  Membuat model kerja


 Border moulding RA/RB
 Mencetak fisiologis rahang  Membuat basis RA dan RB
tidak bergigi

 Try in scp

Sendok cetak fisiologis diuji coba terlebih dahulu ke rongga mulut

pasien untuk membebaskan daerah bergerak. Modelling compound (green

kerr) dilekatkan pada tepi sendok cetak yang dipanaskan dengan bunsen

lalu dicelupkan ke dalam air supaya tidak terlalu panas ketika dimasukkan

ke dalam mulut. Muscle trimming dilakukan regio per regio (Angelia dan

Syafrinani, 2015).

Gambar : contoh muscle trimming (Angelia dan Syafrinani, 2015).

Syarat hasil cetakan :

1. Daerah muscle trimming tidak tertutup

2. Cetakan tipis  dibatasi stop vertical

3. Mengcakup batas batas anatomis

4. Tidak ada poreus/berlipat.


 Pencetakan fisiologis

Pencetakan fisiologis pada kasus ini dengan teknik mukofungsional

menggunakan bahan cetak elastomer monophase. Sebelum pencetakan,

spacer dilepaskan dari sendok cetak kemudian dilakukan pembuatan

lubang retensi pada sendok cetak selanjutnya dilakukan pencetakan

fisiologis (Angelia dan Syafrinani, 2015).

Gambar : contoh cetakan fisiologis (Angelia dan Syafrinani, 2015).

Hasil pencetakan dilakukan beading dan boxing pada sekeliling sendok cetak,

utility wax diletakkan 3 mm di bawah green kerr, ditutup dengan wax dan diisi

dengan gips tipe IV untuk mendapatkan model fisiologis (Angelia dan Syafrinani,

2015).

Gambar : contoh model fisiologis (Angelia dan Syafrinani, 2015).

 Pembuatan basis gigi tiruan


Model fisiologis rahang atas dilakukan desain basis gigi tiruan. Desain basis seluas

mungkin sampai struktur anatomi pembatas gigi tiruan. Basis dibuat dengan bahan resin

akrilik.

Gambar : basis gigi tiruan lengkap (Angelia dan Syafrinani, 2015).

3.4.3 kunjungan 3

 Try in basis

 Membuat galangan gigit RA dan RB

Klinis laboratorium

 Try in basis  Membuat galangan gigit RA


dan RB

Basis rahang atas dan bawah diuji coba ke rongga mulut pasien. Pembuatan

oklusal rim dan garis pedoman ditempatkan pada oklusal rim rahang atas yang

meliputi garis tengah (mid line), garis bibir terendah (low lip line), garis senyum,

garis bibir tertinggi (high lip line) dan garis kaninus (Angelia dan Syafrinani,

2015).

 Pembuatan galangan gigit


Bite Rim / oclusal rim adalah galengan yang diletakkan diatas base plate lebih

kurang diatas processus alveolaris. (Fadriyanti, 2009). Di desain pada model

kerja.

Gambar : Bite rim rahang atas dan rahang bawah yang diletakkan diatas
linggir alveolar (Zarb, 2013).

Prosedur pembuatan bite rim dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan wax

merah yang diletakkan diatas basis, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. tentukan dimensi awal biterime RA dan RB

a. RA :

 Lebar, anterior →3-4 mm dan posterior →5-6 mm

 Tinggi, anterior →10-12mm dan posterior →8-10 mm

b. RB :

 Lebar, anterior →3-4 mm dan posterior →5-6 mm

 Tinggi, anterior →8-10mm dan posterior →10-12 mm

Tinggi bite trim rahang bawah sama tinggi dengan tinggi daerah

retromolar pad.

2. Desain biterime pada model kerja


 RA

Gambar : Desain garis pedoman Bite Trim Rahang Atas pada Model Kerja.

 Lingkarlah papila insisif dan rugae palatina. Tujuannya adalah

untuk menentukan garis median line. Lalu tarik garis dari

papila insisif sampai ke AH-Line.

 Lalu buatlah garis 2 buat diatas ridge alveolar kiri dan kanan

dengan pedoman hamular noch. Garisnya tepat di tengah

prosesus alveolaris.

 Pembuatan garis tadi dilebihkan sampai ke tepi model dengan

tujuan untuk pedoman pemasangan bite trim.

 RB

Gambar : Desain Garis Pedoman Bite Trim Rahang Bawah pada


Model Kerja.

 Buatlah garis median line


 Bagian yang ditunjuk oleh panah adalah bagian retromolar pad.

Lalu tarik lah garis disamping retromolar pad tepat diatas proc.

Alveolaris.

3. letakan biterime pada model kerja

Gambar : bite rim diletakkan tepat diatas ridge alveolar dengan perbandingan
2:1.

 Bite rim diletakkan di ridge alveolar dengan menarik garis khayal

dengan menarik tepat dipuncak linggir pada rahang bawah sampai

retromolar pad dan rahang atas sampai hamular nocth dengan

perbandingan 2 : 1(2 untuk bukal (4mm) dan 1 linguar (2mm))

 Bite trim diletakkan membentuk huruf U dan disesuaikan dengan

bentuk lengkung rahang

 Bite trim RA dan RB dibuat sesuai dengan hubungan rahang atas

dan rahang bawah.

3.4.4 Kunjungan 4

 Try in biterime

 Penepatan gigitan
 Transfer articulator

 Penyusunan gigi

Klinis laboratorium

 Try in galangan gigit  Transfer articulator


 Penetapan gigitan/ MMR  Penyusunan gigi
 Pemilihan gigi

 Yang harus diperhatikan saat try in galangan gigit

1. Labial Fullness

Bibir normal didukung alveolar ridge dan gigi kemudian diganti

dengan bite rim dengan permukaaan labial ditambah atau dikurangi,

dan biarkan posisi bibir atas dalam keadaan alami. Garis antara bibir

atas dan bawah berkontak kemudian istirahat fisiologis (tidak

berkontak).

2. Untuk Tinggi bite trim rahang atas

a. Dalam keadaan rest posisi, dilihat dari depan 2mm dibawah garis

bibir atas.

Gambar : keadaan gigi rest posisi tinggi bite rim 2mm dibawah bibir atas. (Zarb, 2013).

b. Fhiltrum tidak boleh tegang


Gambar : Keadaan Filtrum tidak boleh tegang.

c. Sulkus nasolabialis membentuk sudut 90 derajat

d. Bibir tidak boleh tegang

e. Sudut mulut tidak boleh turun. Jika sudut mulut turun bite trim

ditambah dengan wax

f. Pada saat tersenyum tinggi bite trim 2 – 4 mm dibawah sudut

mulut.

Gambar : Tinggi bite trim dalam keadaan tersenyum.

3. Bidang oklusal dataran anterior (dari depan) sejajar dengan garis

pupil.

4. Dataran anteroposterior (dari samping) berhubungan dengan bagian

depan sejajar garis champer (alanasi tragus / meatus acusticus

externus).

 Prosedur penepatan gigitan/ MMR


Penentuan MMR ada 3 cara, yaitu :

a. Dataran Oklusal : Merupakan tahap untuk rahang atas.

Menentukan kesejajaran bidang oklusal dengan menggunakan garis

chamfer dan garis pupil yang dilihat dengan menggunakan oklusal bite plane

dan bite trim rahang bawah mengikuti bite trim rahang atas.

Persiapan operator, pasien, alat, dan bahan :

a. Persiapan pasien

Kepala harus tegak lurus, tidak boleh bersandar ke dental unit dan

rahang sejajar lantai.

Gambar : Posisi kepala Tegak lurus (Zarb, 2013).

b. Persiapan operator

Dengan memakai masker dan handscoon


Gambar : Masker dan Handscoon.

c. Alat alat yang dipersiapkan adalah :

Gambar : Alat dan Bahan yang diperlukan untuk menentukan Dataran


Oklusal.

- Oklusal Bite Plane : untuk menentukan kesejajaran bidang oklusal

Gambar : Oklusal Bite Plane.

- Pisau Cappy yaitu untuk mendatarkan wax

Gambar : Pisau Cappy.


- Bite trim rahang atas

- Wax, untuk menambah bite trim

- Pisau wax untuk mengurangi bite trim

- Lecron

- Pus pus, untuk mengurangi atau memanaskan wax

- Benang, untuk membuat garis chamfer


d. Prosedur nya antara lain :

- Tentukan garis interpupil, yang dilihat dari arah anterior yaitu tarik

garis dari sudut mata kanan ke sudut mata kiri.

Gambar: Garis interpupil. (Vita Physiodens Anterior And Posterior


Set Up Denture. http/www.VitaZahnPabrik.com).

- Tentukan garis chamfer yang dilihat dari arah anteroposterior,

yaitu tarik garis dari tragus ke alanasi.

Gambar : Bidang orientasi sejajar A garis champer. (Vita


Physiodens Anterior And Posterior Set Up Denture.
http/www.VitaZahnPabrik.com).

- Pasang bite trim rahang atas

- Masukkan bite plane


Gambar : Bite Plane dimasukkan kedalam mulut pasien.

- Pasien di instruksikan untuk menekan bagian bawah bite plane

dengan ibu jari

- Periksa kesejajaran interpupil dan garis chamfer

- Try in Bite trim rahang bawah

- Rahang atas dan rahang bawah tidak boleh ada space. Lihat dari

anterior dan posterior, harus tepat.

- Tentukan vertikal dimensi dan relasi sentrik.

b. Vertikal Dimensi

Merupakan tahap Rahang Atas dan Rahang bawah dalam arah vertikal.

Pada penentuan VD, ada 2 buah yang harus ditentukan yaitu :

 VDO : vertikal dimensi oklusal

Adalah keadaan bite trim RA dan RB berkontak (Oklusi sentrik) dan

mandibula dalam keadaan relasi sentrik.

 VDF : Vertikal dimensi fisiologis

Adalah relasi postural dari mandibula terhadap maksila jika pasien

istirahat dengan posisi tegak dan kondilus dalam posisi tidak tegang di
glenoid fossa. Dimana bite trim RA dan RB tidak berkontak yaitu

dalam keadaan istirahat fisiologis.

Cara menentukan dimensi vertikal :

1. Menentukan tinggi gigit/dimensi vertikal oklusi (DVO), caranya :

a. Sebelum DVO ditentukan, operator mengukur terlebih dahulu tinggi

rest posisi/dimensi vertikal fisiologis. Dengan cara :

- Posisikan pasien duduk rilex dengan kepala tegak. Dimana kepala

dan punggung lurus (dimana tujuannya adalah supaya bisa

mengembalikan tinggi wajah dalam keadaan VDO.

Gambar : Posisi Kepala Lurus Menentukan Dimensi Vertikal. (Zarb, 2013).

- Ukur jarak dari glabella ke gnation dengan menggunakan caliper

atau will’s gauge. Dimana garis – garis yang ditentukan adalah

1. Dari glabella ke nation

2. Dari nation ke gnation

3. Dari sudut mata ke sudut mulut


Gambar : A. jarak A (mata-sudut mulut), B. hidung-dagu C. glabela-hidung 1.
glabella 2. subnathon dan 3. gnatgion (Itjiningsih W.H, 1991) Geligi tiruan Lengkap
Lepasan. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Setelah didapatkan hasilnya, hitung rata ratanya. Angka yang diperoleh

merupakan tinggi rest posisi pasien/dimensi vertikal rest posisi.

Yang perlu dilakukan :

- Perhatikan estetis : dari arah depan, ekspresi harus tenang.

- Fonetik, instruksikan pasien untuk mengucapkan huruf s atau

angka 11 – 19. Pada saat terakhir mengucapkan angka 11 bite trim

RA dan RB tidak boleh berkontak. Jika di instruksikan

mengucapkan huruf M, jika bibir tidak tertarik berarti VD tinggi,

Dan jika bibir tertarik VD rendah.

- Dalam keadaan rest posisi FWS normal (2-4) mm

Jika FWS < 2 = VD hampir 0, VD tinggi

Jika FWS > 4 = VD rendah

- Fungsi penelanan

2. Pengukuran dimensi vertikal oklusi (VDO)

- Instruksikan untuk menutup mulut perlahan lahan hingga seluruh

permukaan insisal dan oklusal bite trim RA dan RB berkontak.


- Apabila belum terjadi kontak bidang yang merata, maka

permukaan insisal/oklusal galengan gigit RB yang dirubah dan

disesuaikan dengan RA, sehingga diperoleh kontak bidang yang

merata.

- Lalu, ukur jarak antara kedua titik (Hidung-dagu) atau nation

gnation, lakukan penyesuaian pada galengan gigit RB hingga

mencapai VDO yang di inginkan.

Pemeriksaan vertikal dimensi yang benar :

1. Pengukuran saat istirahat fisiologis dan saat oklusi harus ada jarak 2-4mm

(free way space)

2. Pengucapan S lebih kurang antara biterim atas dan bawah lebih kurang

1mm.

3. Penelanan

4. Estetisnya, sesuai usia pasin perhatikan : philtrum, sulcus naso labialis,

sulcus mentofacialis, cmmisura bibir.

Gambar : tanda dimensi vertikal yang normal (Zarb, George., 2001., Buku Ajar Prosthodonti
Untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher,. Edisi 10., EGC, Jakarta).

Keberhasilan VD tergantung kepada :

- Teori operator
- Skill operator

- Kerja sama dengan pasien

c. Relasi Sentrik

Merupakan tahap RA dan RB dalam arah horizontal. Nantinya tujuannya

adalah untuk mendapatkan oklusi. Metode yang digunakan sesuai dengan kasus

adalah metode statis atau pasif, dimana disini yang aktif adalah operator dan

pasien membantu, karena pasien ada kelainan TMJ.

Relasi rahang ditentukan pada relasi sentrik. Pada posisi ini base plate dan

oklusal rim direkam pada record blok dan kemudian di fiksasi.

Gambar : Penentuan relasi sentrik dengan metode statis. (Zarb, 2013).

Metode ini lebih menguntungkan karena perpindahan base plate minimal.

Metode ini dapat ditentukan dengan 4 cara :

a. Metode Gysi

- Pedoman pada ventral otot messetter

- Ibu jari dengan telunjuk operator diletakkan dibagian ventral otot

messeter

- Pasien dalam keadaan relaks, kemudian operator mendorong

mandibula ke posterior dan pasien disuruh menggigit.


b. Metode Rhem

Ibu jari dan telunjuk diletakkan di daerah vestibulum menekan bite trim, jari

tengah di bengkokkan menekan dagu.

c. Metode gravitasi

Pasien duduk dikursi sedemikian rupa sehingga kepala menengadah ke atas

dengan gaya gravitasi mandibula akan terdorong ke belakang dan pasien disuruh

menggigit.

Jika posisi relasi sentrik sudah benar, buat garis vertikal pada record block RA

dan RB pada midline, caninus kiri dan kanan, garis ketawa dan juga garis

horizontal dimana RB dalam keadaan retrusif. Kemudian fiksasi dengan membuat

double V groove.

Tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Posisikan pasien duduk relaks dan dental unit direbahkan (semi supine),

kepala miring terhadap lantai membentuk sudut 30 derajat dan posisikan

pasien relasi sentrik.

Gambar : Posisi kepala benar( itjiningsih W.H.,1991. Geligi tiruan lengkap lepasan. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta).
2. Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB lalu posisikan pasien pada

relasi sentrik.

3. Buat tanda yang segaris disisi anterior dan posterior galangan gigit RA dan

RB sebagai garis panduan. Dimana garis pedoman pada bite trim adalah :

 Garis Median

Median line merupaka garis tengah wajah yang ditarik dari bibir

atas sampai bibir bawah dengan pedoman pada Philtrum ,

frenulum labialis . Digoreskan pada biterim rahang atas dan

rahang bawah yang berada tepat pada bagian tengah model .

Gambar : Garis pedoman median. (Zarb, 2013).


 Garis kaninus

Garis caninus menentukan lebar enam gigi anterior atas . Menarik

garis tegak lurus pada sayap hidung sampai pada sudut mulut pada

biterim rahang atas pada waktu otot mulut relaks.

Gambar : Garis Pedoman Kaninus. (Zarb, 2013).


 Garis tertawa

Garis yang dibuat pada biterim anterior rahang atas yang bertujuan

untuk menentukan tinggi gigi atau menentukan letak servik gigi .

Pembuatan garis dilakukan waktu tertawa kecil (tersenyum) kemudian

ditandai pada biterim rahang atas batas bibir atas.

4. Pasien kembali diminta untuk membuka dan menutup mulut, periksa

apakah garis panduan pada anterior dan posterior galangan gigit RA dan

RB tetap segaris.

Gambar : Garis pedoman yang sudah ditandai pada biterim. (Vita Complete Denture., www.
Vita Sahnfabrik.com).

Fiksasi

Cara memfixir :

a. Staples atau pin

b. Interocclusal record

Cara dengan bahan wax dengan pembuatan double V groove

a. Buat double V groove pada biterim atas di daerah premolar – molar

kemudian olesi dengan Vaseline .

b. Pada biterim rahang bawah region premolar ke posterior dipotong

(dikurangi) , kemudian dilapisi kembali wax di permukaan oklusal .


Lunakkan daerah tersebut dan gigitkan pada pasien . Ketika digigit garis

penghubung rahang atas dan rahang bawah tetap berhimpit.

c. Kemudian dikeluarkan bersamaan rahang atas dan rahang bawah dan

transfer articulator .

Gambar : Pembuatan double V groove (Itjiningsih W.H.,1991. Geligi Tiruan Lengkap


Lepasan . Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta ).

 Pemilihan dan penyusunan gigi

Pemilihan gigi yang paling cocok bagi tiap pasien sangat menentukan

berhasil atau tidaknya pembuatan GTL. Gigi yang tidak serasi dengan warna,

bentuk dan ukuran wajah pasien akan menimbulkan masalah dalam

pembuatan GTL. Efektifitas pemilihan gigi tergantung dari kemampuan

dokter gigi untuk menginterpretasikan apa yang diloihatnya. Pada fase inilah

dokter gigi berkesempatan untuk mengungkapkan kemampuan seninya

(Fadriyanti, 2010).

 Penyusunan gigi

Anterior atas (Fadriyanti, 2010) :

1. gigi Insisivus satu atas (11)

- Inklinasi labio-palatal
Terlihat garis lurus sama dengan garis yang ditarikdari servik ke

insisal (bagian insisal dan servikal ke insisal posisinya sama atau

bagian insisal sedikit lebih ke palatal).

- Inklinasi mesio-distal

Long axis membentuk sudut 85 derajatkearah distal dengan

bidang oklusal.

- Bidang oklusal

Tepi insisal terlihat menyentuh dataran oklusal (glass plate).

2. Gigi Insisivus dua atas (12)

- Inklinasi labio-palatal

12 hampir sama dengan 11 dimana bagian servikalnya lebih

condong ke palatal dibandingkan dengan 11. Jika ditarik garis

khayal, terloihat lebih miring dibandingkan 11.

- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya membentuk sudut 80 derajat dengan bidang

oklusal.

- Bidang oklusal

Tepi insisal terletak imm diatas dataran oklusal (menggantung).

3. Gigi Kaninus atas (C)

- Inklinasi labio-palatal

Berbeda dengan 11 dan 12, bagian servikalnya lebih kelabial

dan insisalnya lebih kepalatal.

- Inklinasi mesio-distal
Long axisnya hamper sama dengan 11 dan bagian distal lebih

condong kepalatal dari pada mesial.

- Bidang oklusal

Tepi insisalnya sama dengan 11 berkontak dengan datarn oklusal.

Anterior bawah

1. Insisivus satu bawah

- Inklinasi labio-lingual

Untuk I-1 lebih miring bidang oklusal dibandingkan I-2. Bagian

insisal lebih ke labial dan bagian servikal lebih ke lingual (85

derajat).

- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya membentuk sudut 85 derajatr dengan hiding oklusal.

- Bidang oklusal

Tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal, dilihat dari bidang

oklusal tepi insisal terletak diatas linggir rahang

2. Insisivus dua bawah

- Inklinasi labio-lingual

Bagain servikal dan labialnya lurus terhadap bidang oklusal.

- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya membentuk sudut 80 derajat dengan bidang

oklusal.

- Bidang oklusal

Bagian tepi insisalnya sama jaraknya 1-2 mm diatas bidang

ojklusal.
3. Gigi Caninus bawah

- Inklinasi labio-lingual

Bagian servikal lebih kelabial dan tepi insisal lebih ke lingual.

- Inklinasi mesio-distal

Long axisnya miring, tepi distal agak lurus dengan bidang oklusal.

- Bidang oklusal

Ujung cupsnya terletak diatas bidang oklusal.

Posterior atas

1. Premolar Satu

- Inklinasi mesio-distal

Tegak lurus bidang oklusal

- Bidang oklusal

Cups bukal berkontak dengan bidang oklusal dan cups palatal

tidak berkontak.

2. Premolar dua

- Inklinasi mesio-distal

Sama dengan P1

- Bidang oklusal

Cups bukal dan palatal berkontak dengan bidang oklusal

3. Molar satu

- Inklinasi mesio-distal

Bagian distal lebih kearah palatal

- Bidang oklusal
Cups mesio palatal berkontak dengan bidang oklusal dan cups

yang lain menggantung (mesio-bukal, disto-bukal dan disto-

palatal). Cups mesio-bukal berada pada mesio-bukal groove M1

bawah.

4. Molar dua

- Inklinasi mesio-distal

Sama dengan M1

- Bidang oklusal

Semua cups menggantung dan makin kearah distal lebih tinggi.

Posterior bawah

Penyusunan posterior bawah dengan mengikuti garis pedoman atau garis imajiner

yang ditarik dari bagian tengah retromolar pad sampai kebagian anterior.

Penyususnan gigi posterior dimulai dari molar satu (kunci oklusi) yang tidak

boleh dirubah ukurannya. Penyusunan mengikuti letak dari gigi posterior atas

(fadriyanti, 2010).

3.4.5 Kunjungan 5

 Try in penyususnan gigi

 Wax konturing

Klinis laboratorium

Try in penyusunan gigi Wax conturing


Gambar : penyususnan gigi dan wax countering GTL (Angelia dan Syafrinani, 2015).

3.4.6 Kunjungan 6

 Insersi gigi tiruan lengkap lepasan

Gambar : pemasanagn GTL pada pasien (Angelia dan Syafrinani, 2015).


BAB 4

PENUTUP

Kasus ini melaporkan seorang pasien wanita berusia 77 tahun yang datang ke

RSGM dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan. Sebelumnya

pasien sudah pernah menggunakan gigi tioruan lengkap lepasan yang sekarang

sudah dirasakan longgar, terutama pada rahang bawah. Gigi tiruan lengkap lepas

an (GTL) merupakan gigi tiruan untuk menggantikan permukaan pengunyahan

dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan

rahang bawah. Gigi tiruan tersebut terdiri dari anasir gigi yang dilekatkan pada

basis gigi tiruan. Basis pada gigi tiruan itu memperoleh dukungan melalui kontak

yang erat dengan jaringan mulut dibawahnya. Pada kasusu ini pasien akan

dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan baru dengan memperhatikan kondisi

jaringan di rongga mulut pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Angelia V. Syafrinani. 2015. Penatalaksanaan Gigi Tiruan Lengkap dengan


Linggir Datar dan Hubungan Rahang Klas II diserati
CEREBROVASKULAR ACCIDENT (Laporan Kasus). Jurnal B-Dent.
Vol (2) N0 (1).

Ardan, Rachman. 2007. Disain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Berujung


BebasAkrilik Sederhana. Fakultas Kedokteran Gigi
UniversitasPadjadjaran Bandung. Pp. 9-11.

Arnefi, Koesmaningati H. 2003. Single Complete Denture Pada Pasien Histerical


Dengan Keterbatasan Mengontrol Gerakan Lidah. JKGUI 10th ed. Pp.
367-373.

Carr, A. B., McGivney, G. P., Brown, D. T., 2005. McCrackens’s Removable


Partial Prosthodontics 11th ed. Philadelpia: Elsevier Mosby, pp 9.

Ghofur Abdul, 2012.Buku Pintar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Mitra
Buku .

Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta, Hipokrates, pp 14.

Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General


DentalPracticioner. Springer-Verlag: Berlin.

Fadriyanti, okmes. 2009. Gigi Tiruan Lengkap. Padang: Universitas


Baiturrahmah.

Fadriyanti, okmes. 2010. Perawatan Pasien Edentulous dengan Gigi Tiruan


Lengkap. Padang: Universitas Baiturrahmah.

Hayakawa Iwao., Principles and Practices of Complete Denture, Creating the


Mental Image of A Denture Itjingningsih. 2015. Gigi Tiruan Lengkap
Lepas. EGC: Jakarta

Levin Bernard, 2002. Complete Denture Prosthodontics A Manual For Clinical


Procedure. Edition 17 th. University Southern California School of
Dentistry.
Phoenix, R.D.,Cagna, D.R., Defreest. C.F. 2003. Stewart’s Clinical Removable
Partial Prosthodontics, 23th ed. China: Quintessence Publishing. Pp. 374-
375.

Sinabutar, Y.R. 2013. Pembuatan dan karakteristik gigi tiruan berbahan dasar
komposit resin akrilik No.3 dengan penambahan serat
kaca.(http://jurnal.usu.ac.id). Diakses pada 12 Maret 2018. Pp.6-8.

Swenson. 1960. Complete Denture. 15th ed. St. Louis: C. V. Mosby Co. Pp. 258-
260

Watt, D.M., Mac.R.,. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap, Ed.2. Alih
Bahasa:Soelistijani P. Jakarta: Hipokrates

Zarb, George A. 2013. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai