Penulis:
Yuvitri Ayu Prastyafani
1112012035
Pembimbing:
drg. Nugroho, Sp.Ort
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan 50
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 52
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan
makalah yang berjudul "Habit Appliances: Tongue Crib". Penulisan laporan jurnal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian dalam presentasi jurnal. Atas
dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. drg. Nugroho, Sp. Ort yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, ide, serta
masukan kepada penulis sehingga laporan jurnal ini tersusun dengan baik.
2. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral
3. Teman-teman sejawat Prodi Kedokteran Gigi YARSI Angkatan 2012 atas semangat
selama menyelesaikan laporan jurnal ini. Semoga Allah SWT selalu menjadikan kita
dokter gigi muslim yang baik.
4. Semua pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan satu-persatu yang ikut mendukung
dan mendoakan terwujudnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Berbagai kritik dan
saran yang fungsinya membangun serta memperbaiki, akan penulis terima dengan hati
terbuka. Semoga makalah ini memberikan wawasan yang lebih luas dan membawa manfaat
bagipengembangan ilmu kepada pembaca.
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
gangguan pertumbuhan rahang dan gigi geligi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
aktivitas bibir dan lidah pada periode gigi bercampur.(7,8)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut beberapa piranti orthodontik yang dapat digunakan untuk menghentikan kebiasaan
Salah satu solusi untuk menghilangkan kebiasaan mengisap ibu jari adalah alat yang
disebut "fixed palatal crib". Alat ini diletakkan oleh seorang dokter gigi pada gigi atas anak
dan ditempatkan di belakang gigi atas dan palatum. Alat ini terdiri dari setengah lingkaran
kawat stainless steel yang tersambung dengan steel band dan disemen pada gigi molar. Alat
ini membantu untuk menghentikan kebiasaan mengisap ibu jari pada bulan pertama
penggunaan.(30)
6
Tongue crib terbukti dapat mengurangi kebiasaan mengisap jari, bibir, dan objek lainnya.
Alat ini membuat hasil perawatan open bite parsial menjadi stabil dan bertahan lama. Tongue
crib dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Komponen dari elemen tambahan untuk plat seperti wire crib, acrylic crib dan tongue
practice beads
2. Komponen dari self-standing element yang disatukan pada ring ortodontik dan
dipasang pada gigi molar pertama permanen
3. Komponen dari self-standing element yang ditempelkan secara langsung pada gigi
incisivus rahang atas dan bawah. (Osiewacz, 2015)
Tongue crib terbuat dari metal atau akrilik atau berbentuk tongue bead yang tertanam
pada alat lepasan pada plat rahang atas atau bawah sesuai dengan kebutuhan pasien. Tongue
crib terbuat dari kawat 0,8 mm dan berdasarkan bentuknya membentang dari gigi kaninus
kanan ke gigi kaninus kiri. Tongue crib terdiri dari 6 hingga 8 lekukan dengan tinggi 15-25
mm, tingginya tergantung dengan kondisi rongga mulut individual. Tongue crib dibuat
dengan bentuk yang tidak mengganggu fungsi oklusi dan tidak menyebabkan luka pada
mukosa. Perawatan menggunakan tongue crib dengan bentuk bead dipakai selama 18 jam
atau lebih per hari. Alat ini disarankan dilepas saat makan dan saat menggosok gigi. Waktu
perawatan minimal dengan tongue crib berbentuk bead adalah sekitar 14 bulan.(Osiewacz,
2015)
Crib digunakan dengan tujuan untuk menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari atau
kebiasaan mendorong lidah ketika menelan. Untuk jenis tongue crib lebih menjurus kepada
kebiasaan mendorong lidah ketika menelan.Alat ini diaplikasikan dengan cara disemenkan ke
dalam mulut sehingga akan terus berada di rongga mulut. Lamanya perawatan akan berbeda
di antara satu individu dengan individu yang lain, bergantung dari kompleksitas kasus.Hal
yang dapat dilakukan oleh pasien untuk menunjang perawatan :
Fokuskan lidah untuk selalu berada di belakang crib
Antiinflamasi dapat digunakan untuk menghindari rasa
Menghindari makanan keras, lengket dan manis ketika sedang menggunakan alat
Membersihkan gigi sekaligus alat (bands and gate)
Mengecek bands setiap hari untuk memastikan tidak ada yang terlepas
Menginformasikan kepada operator jika terdapat kerusakan pada alat
2.1.2. Indikasi
7
Tongue crib dapat digunakan sebagai perawatan open bite anterior dan open bite
lateral pada periode gigi desidui, gigi bercampur, dan gigi permanen. Pada tongue crib
dengan fiksasi yang permanen menunjukkan efek terapeutik yang secara signifikan efektif
dan stabilisasi dengan jangka panjang. Tongue crib yang dipasang pada alat lepasan
walaupun harus dengan kooperasi dari pasien yang tinggi, alat ini juga menunjukkan hasil
yang memuaskan. (Osiewacz, 2015)
1. Psikologi pasien sehat
2. Gigitan terbuka anterior atau open bite anterior. Yang terjadi pada periode gigi
campur biasanya lebih sulit dilakukan dibandingkan gigi susu, karena sudah ada
riwayat etiologi kebiasaan buruk yang menetap dari periode gigi susu.
3. Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol dan gigi incisivus bawah tertarik
ke dalam oleh bibir bawah.
4. Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi
5. Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar pertama
ke molar dapat terbuka pada kedua sisinya
6. Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak
7. Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang atas
maupun rahang bawah mengalami gigitan yang terbuka lebar (Magdalena, 2008)
8
tersebut. Kedua kebiasaan ini dianggap normal hingga 4-5 tahun. Tetapi kebiasaan ini dapat
menyebabkan efek buruk dalam rongga mulut jika kebiasaan ini terus berlanjut setelah erupsi
gigi permanen. (Abraham, 2013)
Tongue thrust dapat menjadi faktor etiologi primer yang meliputi perilaku, tonsil
hiperplastik, mengisap jari berkepanjangan, nasal congestion (hidung tersumbat) dan
macroglossia. Tongue thrust dapat menjadi faktor etiologi sekunder bila terjadi ekstraksi awal
gigi decidui (premature loss) atau open bite anterior. (Abraham, 2013)
Posisi anterior lidah saat istirahat memiliki dampak yang lebih besar daripada tekanan
lidah saat menyodorkan lidah. Oleh karena itu, tujuan dari pengobatan terutama adalah untuk
melatih lidah untuk beristirahat dalam posisi superior normal. Penghilangan faktor etiologi
merupakan hal yang paling penting dalam mengoreksi kebiasaan tongue thrusting. Apabila
penyebab telah ditentukan dan dihilangkan, kebiasaan tongue thrusting ini dapat ditangani
dalam dua cara: (1) Muscle retraining: teknik latihan yang melatih otot dengan gerakan
penelanan; (2) metode menahan mekanik (mechanical restraining), dimana sebuah alat yang
ditempatkan di mulut yang akan mencegah lidah dari menjulur ke depan, dan dengan
demikian akan menahan lidah di posisi normal.(Abraham, 2013)
Tongue crib merupakan alat yang sangat efektif dalam menghilangkan kebiasaan
tongue thrust. Tongue crib digunakan untuk mengembalikan lidah ke posisi normal. Fixed
tongue crib memiliki berbagai design bentuk. Variasi tersebut antara lain: hybrid habit
correcting appliance (HHCA), tongue crib with cold cured acrylic, tongue shield, fixed
palatal crib with transpalatal arch, fixed tongue loops, tongue fence, dan upper hay
rake.(Abraham, 2013)
9
(a) Tongue beads
Tongue beads bertindak sebagai perangkat pelatihan dalam kasus tongue thrust, yang
mencegah lidah pada posisi rendah dan membantu memposisikan lidah di daerah papilla
incicivus. Dalam kasus thumb sucking, beads dapat berfungsi sebagai pengingat. Beads akan
menggantikan keinginan untuk menghisap jempol.
(b) Palatal crib
Palatal crib bertindak sebagai penghalang saat lidah akan menjulur, sehingga
berfungsi sebagai mechanical restrainer.
(c) U-loop
U-loop di daerah premolar yang memungkinkan bagian anterior direposisi ke
posterior. U-loop ini memungkinkan alat yang akan digunakan selama tahap pencabutan
dalam terapi ortodontik cekat. Oleh karena itu, koreksi dari maloklusi serta kebiasaan buruk
dapat dilakukan secara bersamaan.Tongue crib harus dipertahankan selama enam bulan
setelah koreksi dari kebiasaan.(Abraham, 2013)
3. Hasil Perawatan
10
Tongue thrust, infantile swallowing yang menetap, reverse swallowing adalah
merupakan bentuk dari fungsi lidah yang tidak normal. Dan kelainan ini secara umum
dianggap berhubungan erat dengan anterior dental open-bite (Siregar, 1995).
Kebiasaan menggigit jari dapat menyebabkan suatu maloklusi yaitu anterior open
bite. Pada umumnya, suatu anterior open-bite sering disertai adanya pola penelanan
abnormal. Kebiasaan mengisap ibu jari yang diperberat dengan kebiasaan buruk yaitu tongue
thrust dapat mengakibatkan gigitan dianterior menjadi terbuka, gigi terdorong ke depan
(protrusi) dan banyak terdapat celah antar gigi geligi (Siregar, 1995).
Kebiasaan menjulurkan lidah (tongue thrusting) berperan penting dalam menghambat
dan menggangu pertumbuhan gigi secara normal dan sering menyebabkan beberapa
maloklusi yang serius, diantaranya adalah gigitan terbuka. Terdapat teori lain yang
menekankan bahwa tongue posture sebagai penyebab dibandingkan tonguethrust swallowing,
dikarenakandurasi tongue thrust swallowing lebih singkat untuk dapat memberikan dampak
pada posisi gigi (Zen, 2014).
Gambar 1. Gambaran model pasien anterior open-bite yang disertai kebiasaan buruk
tongue thrust (Siregar, 2015).
11
perawatan ortodonsi. Alat yang dipakai untuk mengkoreksi tongue thrust, sebaiknya
digunakan sejak awal perawatan, dan bukan pada saat perawatan selesai (Siregar, 1995).
Gambar 2. Hasil perawatan pasien anterior open-bite dengan tongue thrusting. Perawatan
pada pasien yang juga disertai dengan alat tongue crib (Siregar, 1995).
Tahap paling penting pada perawatan gigitan terbuka adalah periode retensi karena
kecenderungan relapsnya sangat kuat dan sulit diperkirakan. Faktor utama dalam perawatan
adalah mengeliminasi faktor etiologi gigitan terbuka anterior untuk menunjang stabilitas hasil
perawatan. Stabilitas hasil perawatan merupakan kriteria yang utama dalam menentukan cara
perawatan gigitan terbuka anterior (Zen, 2014).
4. Foto
12
Manifestasi Oral pada Anak yang Mempunyai Kebiasaan Buruk
Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan
dapat menyebabkan maloklusi. Kebiasaan mengisap jari pada fase geligi sulung tidak
mempunyai dampak pada gigi permanen bila kebiasaan tersebut telah berhenti sebelum gigi
permanen erupsi. Bila kebiasaan ini terus berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan
terdapat maloklusi dengan tanda-tanda berupa incisivus atas proklinasi dan terdapat diastema,
lengkung atas sempit, protrusi gigi anterior rahang atas, incisivus rahang bawah retrusi atau
gigitan terbuka anterior, palatum tinggi, dan gigitan silang posterior bilateral. Maloklusi yang
terjadi ditentukan oleh jari mana yang diisap dan bagaimana pasien meletakkan jarinya pada
waktu mengisap.(12,14)
Kebiasaan mengisap bibir bawah dapat menyebabkan proklinasi incisivus atas disertai
jarak gigit yang bertambah, retroklinasi incisivus bawah, gigitan terbuka (openbite), protrusi
gigi anterior rahang atas, retrusi gigi anterior rahang bawah, inflamasi jaringan lunak, dan
a) Multiple diastema.
e) Overjet besar.(14)
13
Bernafas melalui mulut yang kronis secara jelas akan merubah keadaan gigi geligi dan
lengkung gigi. Individu yang bernafas melalui mulut menunjukkan anterior crossbite,
tendensi openbite, lengkung dental atas sempit, meningkatnya overjet dan timbul notching
pada bibir atas. Kelainan klinis yang paling sering terlihat pada individu yang bernafas
melalui mulut adalah retrognati mandibula, dataran mandibula yang curam dan sudut gonial
bertambah besar, protrusi gigi anterior maksila, palatal vault yang tinggi, anterior openbite,
posterior crossbite, konstriksi lengkung maksila berbentuk V, bibir atas flasid atau hipotonus,
bibir bawah hipertrofi, dan penampilan wajah yang bodoh dengan postur mulut terbuka.
Walaupun sering dijumpai tanda-tanda klinis pada individu yang bernafas melalui
mulut, tetapi hubungan sebab akibat antara perubahan cara bernafas dengan kelainan
perkembangan dentofasial yang terjadi masih belum jelas karena perkembangan dentofasial
dan pemakaian alat. Kemungkinan suksesnya perawatan akan meningkat bila dokter,
penderita, dan orang tua secara antusias ikut terlibat. Menurut Kreit, bila hubungan ibu dan
anak (penderita) erat maka kemungkinan keberhasilan perawatan semakin besar. Pada tahun-
tahun terakhir, terdapat perhatian yang lebih besar mengenai pendekatan psikologis bagi
penderita ortodonsi. Di samping seleksi pasien dan memperbaiki motivasi, beberapa peneliti
telah mencoba dengan suatu bentuk program modifikasi perilaku ataupun lainnya yang
Kebiasaan buruk harus diatasi terlebih dahulu sebelum melakukan koreksi gigitan
terbuka. Terapi bicara, latihan lidah, dan berbagai piranti ortodontik bisa digunakan untuk
14
menimbulkan frustasi bukan hanya untuk penderitanya tetapi juga operator telah
dikemukakan oleh para ahli sehingga senantiasa menjadi bahan penelitian yang menarik.
Berbagai metode alat telah diciptakan untuk mengantisipasi/mengoreksi kebiasaan yang telah
problem yang ditimbulkannya antara lain gangguan estetik, bicara, dan fungsi pengunyahan
serta relapsenya maloklusi pada pasca perawatan ortho. Berbagai faktor yang perlu
diperhatikan untuk mengoreksi kebiasaan mulut ini antara lain usia, genetik, ras, kepribadian,
motivasi, kerjasama anak, orang tua, dan ortodontis, filosofi alat, adanya kebiasaan mulut lain
yang terkait, besarnya problem yang ditimbulkan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
a) Usia pasien
Pasien sebaiknya berusia 7 tahun ke atas, karena pada usia ini, anak sudah dapat lebih
b) Kematangan pasien
Hal ini penting bahwa pasien mengerti masalah yang terjadi dan memiliki keinginan
Seorang anak yang telah memutuskan untuk menerima perawatan harus mendapatkan
dukungan dan dorongan penuh dari orang tua. Hal ini akan membantu dalam periode
perawatan.
d) Pertimbangan waktu
15
Seorang dokter gigi harus melihat dengan cermat secara menyeluruh berkenalan
dengan pasiennya selama beberapa bulan atau lebih dan mencatat kebiasaan umum dari
pasien tersebut serta kebiasaan spesifiknya untuk mengatasi dan menghentikan kebiasaan
mereka.
Seorang dokter gigi harus dapat menafsirkan seberapa luas kerusakan yang terjadi.
Hal tersebut berkaitan dengan kompleksitas yang berhubungan dengan kerusakan akibat
kebiasaan buruk. Penafsiran yang benar akan terdengar sebagai suatu prosedur yang menjadi
petunjuk pasien bagi dokter gigi sebagai penunjuk dan keperluan evaluasi. Jika kerusakan
yang terjadi tidak berarti, dokter gigi harus memberikan penalaran yang serius untuk
membatalkan terapi. Namun, jika kerusakan terlihat jelas tetapi ditemukan ketiadaan faktor
kontribusi lainnya, dokter gigi harus dengan serius mempertimbangkan pemberian terapi.
16
17
http://www.roqueortholab.com/habit-appliances/
18