Anda di halaman 1dari 21

BAB I

1.

PENDAHULUAN
2.

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia,
sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap
orangtua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara
optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang
perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan
gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan
gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara
umum.
Kawat gigi atau biasa dikenal dengan alat ortodonsi adalah salah satu
alat yang digunakan untuk meratakan gigi. Alat ortodonsi cekat (behel)
merupakan salah satu jenis perawatan ortodonsi, yakni perawatan yang
ditujukan

untuk

mengoreksi

letak

gigi

yang

tidak

beraturan

atau

menyesuaikan rahang atas dan bawah. Alat ini secara ideal dipasang jika
gigi tidak beraturan dalam lengkung rahang , seperti bertumpuk, tidak
lurus, tidak rata, atau gigi dengan rahang yang tidak normal. Susunan gigi
yang tidak teratur atau asimetris tentunya akan sangat mempengaruhi
estetis dan menimbulkan masalah psikososial bagi penderita, seperti
kurangnya rasa percaya diri. Gigi yang susunannya tidak pas atau kurang
ideal, dapat menyebabkan gangguan fungsi kunyah atau masalah sendi
rahang, selain itu juga dapat mengganggu komunikasi karena tidak nyaman
saat bicara. Gigi yang berjejal atau tumpang tindih lebih sulit dibersihkan,
sehingga lebih rentan terhadap karies (lubang gigi), penyakit periodontal
(jaringan pendukung gigi) atau trauma. Keluhan-keluhan seperti yang
disebutkan di atas dikenal dengan Maloklusi.
Dokter gigi spesialis ortodonti akan mendeteksi kelainan pada
susunan gigi dan bentuk rahang sedini mungkin serta menentukan waktu

yang

tepat

untuk

perawatan

ortodonti,

apakah

perlu

segera

atau

menunggu, kontrol periodik 3 bulan sekali. Perawatan ortodonti apabila


dimulai pada waktu yang tepat/sedini mungkin, perawatan menjadi lebih
mudah dan akan menghasilkan yang lebih baik, walaupun perawatan
ortodonti cekat dapat berhasil pada usia berapapun. Skill dokter gigi
spesialis

dalam

menentukan

diagnosa

dan

rencana

perawatan,

pengetahuan tentang biomekanik pergerakan gigi serta ketrampilan dalam


melakukan perawatan dan yang tidak kalah penting adalah pengalaman
adalah faktor penting keberhasilan perawatan ortodonti.
Tetapi akhir-akhir ini terdapat persepsi relatif tentang pemakaian alat
ortodonti. Alat ini beralih fungsi sebagai alat kecantikan dan gaya hidup (life
style) bahkan fashion, terutama di kalangan selebritis, anak muda/remaja,
bahkan orang tua . Karena berubahnya fungsi dari behel dan banyaknya
peminat untuk memasang behel menyebabkan banyaknya tukang gigi yang
memberikan penawaran untuk memasang behel dengan harga yang
relative murah. Banyak masyarakat yang tidak tahu bahwa behel atau
kawat gigi bukanlah hal yang sepele. Seseorang yang tidak memiliki ilmu
mengenai bidang ini tidak bisa melakukan tindakan pemasangan behel.
Bahkan dokter gigi umum memasang behel dalam kategori kasus ringan,
jika kasus yang berat sebaiknya di rujuk ke dokter spesialis orthodontist.
Maraknya pemasangan behel oleh tukang gigi menyebabkan banyak
kerugian bagi berbagai pihak. Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti perubahan bentuk rahang yang membuat penampilan menjadi lebih
buruk pasien tidak bisa menuntut, karena pada dasarnya tukang gigi tidak
memiliki

wewenang

untuk

melakukan

tindakan

pemasangan

behel

sehingga tidak ada bukti untuk pasien. Sedangkan dari sisi lahan pekerjaan,
pemasangan behel oleh tukang gigi sama saja mengambil lahan pekerjaan
bagi dokter spesialis orthodontist, tidak dapat dipungkiri masih banyak
orang yang lebih mementingkan harga murah dibandingkan kualitas baik.
Kita perlu mengetahui apa wewenang dari tukang gigi dan apa dampak dari
tindakan pemasangan behel oleh tukang gigi.

1.2 Skenario
1.2.1 Sesi 1
Surat kabar Rakyat Merdeka menulis mengenai penggunaan behel
atau kawat gigi menjadi trend dikalangan remaja hingga orang dewasa
dalam beberapa tahun terakhir. Sayangnya, banyak masyarakat memasang
behel bukan di dokter gigi spesialis melainkan di tukang gigi.
1.2.2 Sesi 2
Saat ini masyarakat belum menyadari resiko besar yang dapat terjadi
dengan memasang behel di tukang gigi, dimana gigi menjadi rusak yang
dapat mengakibatkan gigi menjadi bengkak dan goyang hingga rahang
menjadi asimetris.
1.3 Pertanyaan
1.3.1 Sesi 1
1.) Apakah perlu izin dalam usaha tukang gigi dan siapa yang harus
mengeluarkannya?
2.)

Sebutkan

peraturan

perundang-undangan

yang

mengatur

mengenai usaha tukang gigi!


3.) Sebutkan perawatan apa saja yang boleh dilakukan oleh tukang
gigi!
4.) Apa akibat buruk yang dapat terjadi bila banyak orang memasang
behel pada tukang gigi?
1.3.2 Sesi 2
1.) Kenapa pemasangan behel oleh tukang gigi dapat menimbulkan
dampak yang buruk?

2.) Instansi mana yang berwenang untuk mengatur pekerjaan tukang


gigi?
3.) Apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah korban pada
masyarakat akibbat pekerjaan dari tukang gigi?
4.)

Bagaimana

pandangan

menurut

Humaniora,

Antropologi,

Sosiologi, Pancasila, Kadeham, dan Filsafat Ilmu mengenai kasus ini?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tukang Gigi


Menurut Komisi F PSMKGI (2013) dalam www.psmkgi.org, pada

Permenkes Nomor 339 /MENKES/PER/V/1989 tentang Pekerjaan


Tukang Gigi disebutkan bahwa: Tukang gigi adalah mereka yang
melakukan pekerjaan di bidang penyembuhan dan pemulihan
kesehatan gigi dan tidak mempunyai pendidikan berdasarkan ilmu
pengetahuan kedokteran gigi serta telah mempunyai izin Menteri
Kesehatan untuk melakukan pekerjaannya. Diatur pula wewenang
seorang tukang gigi meliputi: a. membuat sebagian/seluruh gigi
tiruan dari aklirik; dan b. memasang gigi tiruan lepasan.
2.2 Behel atau Kawat Gigi

Behel gigi itu pengertiannya sama dengan kawat gigi/braket atau


yang dalam bahasa inggrisnya disebut sebagai Dental braces
(orthodontic braces, biasa juga disebut sebagai braces saja atau
bahkan aligner) adalah merupakan alat yang digunakan oleh dokter
gigi spesialis ortodhonti untuk merapikan gigi pasien orthodonti-nya
agar tercapainya kondisi "gigitan sempurna" yaitu gigi rahang atas
dan gigi rahang bawah itu terasa "pas" saat melakukan gigitan,
dimana akan berpengaruh kepada kemampuan dan kenyamanan
dalam mengunyah makanan dan tentu saja membuat gigi tampak
rapi (nilai estetika) dan bisa meningkatkan rasa percaya diri.
2.3 Humaniora

Menurut Woodhouse (2002:1) dalam artikelnya yang berjudul The


Nature of Humanities: Historical Perspektive menegaskan bahwa
istilah humaniora yang berasal dari program pendidikan yang
dikembangkan Cicero, yang disebutnya humanitas sebagai faktor
penting pendidikan untuk menjadi orator yang ideal. Penggunaan

istilah humanitas oleh Cicero mengarah pada pertanyaan tentang


makna dalam cara lain bahwasanya pengertian umum humanitas
berarti kualitas, perasaan, dan peningkatan martabat kemanusiaan
dan lebih berfungsi normatif daripada deskriptif (Sastrapratedja,
1998:1).
2.4 Kadeham
Menurut H.A. Prayitno (2014: 3), Pendidikan Kadeham ( Kebangsaan,
Demokrasi, dan Hak Asasi

Manusia) merupakan pendidikan yang wajib

diberikan bagi mahasiswa di lingkup Universitas Trisakti. Pendidikan


Kadeham dalam arti luas merupakan proses yang berkaitan dengan upaya
pengembangan diri seseorang pada tiga aspek dalam kehidupannya. Ketiga
aspek tersebut meliputi pandangan hidup, sikap hidup, keterampilan hidup.
Secara umum tujuan Pendidikan Kadeham adalah agar peserta didik
memiliki motivasi bahwa pendidikan Kadeham yang diberikan kepada
mereka berkaitan erat dengan peranan dan kedudukan individu, anggota
keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai warganegara Indonesia yang
terdidik, serta bertekad dan bersedia mewujudkannya.

Secara khusus

Pendidikan Kadeham bertujuan, sebagai berikut:


a. Membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung
jawab dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara baik di tingkat

lokal, nasional, regional maupun global.


b. Memberdayakan warga masyarakat yang baik dan mampu menjaga
persatuan dan integritas

bangsa

c. Menghasilkan peserta didik yang berpikir komprehensif , analitis,


kritis, serta bangga terhadap bangsa dan negara, bertindak demokartis,
dan menjunjung tinggi nilai-nilai HAM dengan

berpegangan

teguh

pada ideologi Pancasila dan UUD 1945.


d. Mengembangkan budaya dan perilaku demokratis, yaitu kebebasan,
persamaan, kemerdekaan,

toleransi, kemampuan, mengendalikan diri,

kemampuan melakukan dialog, negosiasi, mampu mengambil keputusan


secara cepat dan bijak.

e. Mampu membentuk peserta didik menjadi good and responsible


citizen (warganegara yang

baik dan bertanggung jawab).

2.5 Pancasila
Menurut A Manshur (2011) Setiap negara di dunia ini mempunyai

dasar negara yang dijadikan landasan dalam menyelenggarakan


pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai
dasar negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan
negara. Pancasila terdiri dari 5 sila:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa(Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan
individu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan
sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan sebagai
pandangan
beketuhanan,

hidup
yakni

adalah

mewujudkan

membangun

masyarakat

masyarakat

Indonesia

yang
yang

memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam


setiap perbuatan baik yang dilakukannya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab(Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan
suatu kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan,
sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia
sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju
peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran dengan
tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan
masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal. Kesadaran
inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat
dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha
gigih, serta dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang
harmoni penuh toleransi dan damai.

c. Persatuan (Kebangsaan) Indonesia


Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian,
kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk
bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih
sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai

makhluk

sosial,

manusia

membutuhkan

hidup

berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya


terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan
yang

menjadi

cita-cita

utama

untuk

membangkitkan

bangsa

Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern, yakni


kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri,
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan
ketidak berpihakkan, keseimbangan, serta pemerataan terhadap
suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa.
2.6 Sosiologi
Istilah sosiologi pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf asal
Perancis bernama Auguste Comte dalam bukunya Cours de la
Philosovie Positive. Orang yang dikenal dengan bapak sosilogi
tersebut

menyebut sosiolog adalah ilmu pengetahuan tentang

masyarakat. Kata sosiologi sebenarnya berasal dari bahasa Latin


yaitu 'socius' yang berarti teman atau kawan dan 'logos' yang berarti
ilmu pengetahuan.
Disebutkan oleh Auguste Comte di atas yang menyatakan
sosiologi

merupakan

ilmu

pengetahuan.

Sebuah

pengetahuan

dikatakan sebagai ilmu apabila mengembangkan suatu kerangka


pengetahuan yang tersusun dan teruji

yang didasarkan pada

penelitian yang ilmiah. Sosiologi dapat dikatakan sebagai ilmu sejauh

sosiologi mendasarkan penelaahannya pada bukti-bukti ilmiah dan


metode-metode ilmiah.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari jaringan
hubungan antara manusia dalam bermasyarakat. Sedangkan secara
luas sosiologi merupakan ilmu pengetahuan tentang masyarakat
dimana sosiologi mempelajari masyarakat sebagai kompleks
kekuatan, hubugan, jaraingan iteraksi, serta sebagai kompleks
lembaga/penata.

3.

4. BAB III
5. PEMBAHASAN
7.
8.

6.
3.1 Undang-Undang yang Berkaitan dengan Tukang Gigi
Dalam usaha tukang gigi diperlukan izin yang dilandaskan

pada beberapa peraturan sebagai berikut.


9.
- Permenkes RI Nomor 39 Tahun 2014 (terbaru)
10.
Pada Bab II dicantumkan mengenai perizinan tukang
gigi. Dikatakan bahwa seorang tukang gigi harus mendaftarkan diri
kepada kepala dinas kesehatan daerah untuk mendapat izin; serta
tukang gigi yang telah mendapatkan izin sebelum Peraturan Menteri
ini berlaku wajib mendaftarkan diri kembali. Diperpanjang setiap 2
tahun sekali selama memenuhi persyaratan.
11. - Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004
Pasal 73 ayat 2 dan Pasal 78, menyatakan bahwa
12. Pasal 73 ayat 2: Setiap orang dilarang menggunakan alat,
metode

atau

cara

lain

yang

menimbulkan

kesan

seolah-olah

bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki


surat tanda registrasi dan atau izin praktek.
13. Pasal 78: Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat,
metode atau cara-cara lain dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan
adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin
praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling
banyak Rp150 juta rupiah
14. - Permenkes Nomor 339/MENKES/PER/V/1989 tentang Pekerjaa
Tukang Gigi.
15. Permenkes

Nomor

339/MENKES/PER/V/1989:

Dicantumkan

pembaharuan izin tukang gigi yaitu telah mendaftarkan kembali izin,


belum melewati usia 65 tahun dan masih mampu melakukan
tugasnya

dengan keterangan

dokter, tidak

sedang mengalami

hukuman administrasi/pidana, dan memenuhi persyaratan.


16.
Dari beberapa peraturan Permenkes dan Undangundang diatas, salah satunya yaitu pada Permenkes RI Nomor 39

Tahun 2014 sudah dinyatakan bahwa untuk mendaftarkan diri dan


mengeluarkan izin adalah oleh Kepala Dinas Kesehatan Daerah.
17.
Ada beberapa peraturan perundang-undangan lainnya
yang ikut mengatur mengenai usaha tukang gigi diantaranya:

Permenkes No.53/Dpk/I/K 1969 (sudah tidak dipakai)


18.

Pendaftaran dan perizinan tukang gigi dikeluarkan

dalam rangka mengatur tukang gigi. Tukang gigi yang


sudah mendapatkan izin dalam Permenkes ini, diharuskan
untuk memperbaharui izin setiap 3 tahun sampai umur 65
tahun. Jadi, otomatis yang dapat menjadi tukang gigi
hanya yang memiliki izin dari Permenkes ini dan sesudah
mencapai umur 65 tahun tukang gigi dipensiunkan. Pada
akhirnya, tukang gigi akan hilang dengan sendirinya.

Permenkes no.339/Menkes/Per/V/1989
19. Tentang pekerjaan tukang gigi yang memberikan
kewenangan kepada tukang gigi untuk :
1. membuat gigi tiruan lepasan dari akrilik sebagian
atau penuh
2. memasang gigi tiruan lepasan

Pasal 9, tukang gigi dilarang :


a. melakukan

penambalan

gigi

dengan

tambalan

apapun
b. melakukan pebuatan dan pemasangan gigi tiruan
cekat atau mahkota tumpatan tuang dan sejenisnya
c. menggunakan

obat-obatan

yang

berhubungan

dengan tambalan gigi baik sementara atau tetap


d. melakukan pencabutan gigi baik dengan suntikan
mau pun tanpa suntikan

e. melakukan

teindakan0tindakan

medis

termasuk

pemberian obat-obatan
f. mewakilkan pekerjaannya kepada siapapun
20.

UU No.29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran


1. Pasal 73 ayat 2
21.

Setiap orang dilarang menggunakan alat,

metode atau cara lain dalam memberikan pelayanan


kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolaholah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi
yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/atau
surat izin praktek
2. Pasal 78
22.

Setiap

orang

yang

dengan

sengaja

menggunakan alat, metode atau cara-cara lain dalam


memberikan

pelayanan

kepada

masyarakat

yang

menimbulkan kesan seolah-olah yang bersangkutan


adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki
surat

tanda

registrasi

registrasi

dokter

gigi

dokter
atau

atau
surat

surat
izin

tanda
praktik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (20


dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah).

UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 6


1. Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan alat dan teknologi
harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang
berwenang.

2.

Penggunaan
dimaksud

alat

pada

dan

teknologi

ayat

(1)

sebagaimana
harus

dapat

dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya


serta tidak bertentangan dengan norma agama dan
kebudayaan masyarakat.
23.

Permenkes

No.1871/Menkes/Per/IX/2011

pencabutan

peraturan

menteri

tentang

kesehatan

nomor

339/menkes/per/v/1989 tentang pekerjaan tukang gigi. Jika


tukang gigi tetap melaksanakan praktiknya, akan dikenakan
hukuman Pasal 78 Undang-Undang Praktik Kedokteran.

Permenkes

No.39

tahun

2014

tentang

pembinaan,

pengawasan dan perizinan, pekerjaan tukang gigi. Bab III


Pasal 6 menyatakan bahwa pekerjaan tukang gigi hanya
dapat dilakukan apabila tidak membahayakan kesehatan,
tidak menyebabkan kesakitan dan kematian; aman; tidak
bertentangan

dengan

upaya

peningkatan

derajat

kesehatan masyarakat; tidak bertentangan dengan norma


dan nilai yang hidup dalam masyarakat.

Tidak semua perawatan gigi boleh dilakukan oleh tukang


gigi. Dalam Permenkes RI Nomor 39 Tahun 2014, BAB III
Pasal 7 disebutkan bahwa tukang gigi memiliki kewajiban
seperti melaksanakan pekerjaan sesuai standar pekerjaan
tukang gigi; menghormati hak pengguna jasa tukang gigi;
memberikan
pengguna
melakukan

informasi

jasa

yang

tentang

pencatatan

jelas

tindakan
pelayanan

dan
yang
yang

tepat

kepada

dilakukannya;
dibuat

dalam

pembukuan khusus; dan membuat laporan secara berkala


setiap 3 bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Daerah
meliputi jumlah pengguna jasa tukang gigi dan tindakan
yang dilakukan.

Menurut Permenkes No.339/MENKES/PER/V/1989 tentang


pekerjaan tukang gigi memberikan kewenangan kepada
tukang gigi untuk :
24. 1.

membuat gigi tiruan lepasan dari akrilik

sebagian atau penuh


25. 2.
memasang gigi tiruan lepasan

Menurut Permenkes RI Nomor 39 Tahun 2014 Pasal 6 ayat 2,


pekerjaan tukang gigi adalah
26. 1.

membuat

gigi

tiruan

lepasan

sebagian

dan/atau penuh yang terbuat dari bahan heat curing


acrylic

yang

memenuhi

kesehatan.
27. 2.
memasang

gigi

ketentuan
tiruan

persyaratan

lepasan

sebagian

dan/atau penuh yang terbuat dari bahan heat curing


acrylic dengan tidak menutupi sisa akar gigi.
28.
29.
30.

Menurut Permenkes No.339/MENKES/PER/V/1989 Pasal 9,


tukang gigi dilarang :
1. melakukan

penambalan

gigi

dengan

tambalan

apapun;
2. melakukan pebuatan dan pemasangan gigi tiruan
cekat

atau

mahkota

tumpatan

tuang

dan

sejenisnya;
3. menggunakan

obat-obatan

yang

berhubungan

dengan tambalan gigi baik sementara atau tetap;


4. melakukan pencabutan gigi baik dengan suntikan
mau pun tanpa suntikan;

5. melakukan

tindakan-tindakan

medis

termasuk

pemberian obat-obatan;
6. mewakilkan pekerjaannya kepada siapapun.

Menurut

Permenkes RI Nomor 39 Tahun 2014 Pasal 9,

tukang gigi dilarang untuk


1. melakukan pekerjaan selain kewenangan;
2. mewakilkan pekerjaam kepada orang lain;
3. melakukan

promosi

yang

mencantumkan

pekerjaan

selain pada Pasal 6 ayat 2;


4. melakukan pekerjaa secara berpindah-pindah.
3.2 Dampak Buruk
31.

Karena tukang gigi tidak memiliki kemampuan klinis dan

ilmu pengetahuan yang cukup, terdapat banyak akibat buruk yang


akan merugikan masyarakat pengguna jasa tukang gigi. Oleh karena
itu, akibat buruk yang dapat terjadi bila banyak orang memasang
behel pada tukang gigi adalah :

Open bite
32.

Gigitan antara gigi atas dan bawah tidak sempurna atau

tidak harmonis.

TMJ Disorder atau temporomandibular joint disorder


33.

Suatu sindroma di mana penderita merasakan nyeri pada sendi

rahang tersebut yang dapat disebabkan oleh beberapa kondisi.

Kelainan sendi/ radang


34.

Kelainan sendi dapat menyebabkan gigi goyah hingga

copot

Penularan penyakit

35.

Penularan penyakit dapat terjadi akibat alat yang tidak

steril. Penularan terjadi melalui air liur. Pasien juga dapat


mengalami infeksi akibat alat yang tidak steril. Penyakit yang
dapat ditularkan seperti HIV/AIDS

Jaringan yang tumbuh tidak normal dapat mengakibatkan


keganasan

Alergi dan infeksi


36.

Alergi dan infeksi merupakan akibat dari kualitas bracket

yang tidak terjamin

Pemasangan behel bisa jadi tidak akurat karena tidak adanya


rontgen gigi

Membuat wajah terlihat sedikit aneh karena susunan rahang


yang tidak tepat

Dampak buruk yang dihasilkan dari pemasangan behel di tukang gigi


dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti:
1. tukang

gigi

tidak

memiliki

pengetahuan

klinis,

pemasangan behel atau behel membutuhkan pengetahuan


khusus di bidang ortodontik, seperti: anatomi, ilmu faal, dan
osteology. Pengetahuan klinis tersebut hanya dimiliki oleh
profesional yang telah menempuh pendidikan formal, yaitu
pendidikan kedokteran gigi, terutama pada bagian spesialis
ortodontik;
2. tukang gigi tidak mengerti teknik pemasangan behel,
pada dasarnya, pemasangan behel harus dilakukan oleh
dokter

gigi

spesialis

ortodontik.

Hanya

dalam

kasus

sederhana saja, dokter gigi umum diperbolehkan melakukan


pemasangan

behel.

Selain

pengetahuan,

teknik

pemasangan yang tepat juga diperlukan agar tidak terjadi


hal
Biasanya,

yang
tukang

gigi

merupakan

buruk.
perawat

gigi

yang

tentunya tidak memiliki pengetahuan dan tidak menguasai


teknik

pemasangan

behel

seperti

halnya

dokter

gigi

spesialis ortodontik. Pemasangan yang salah akan berakibat


fatal karena setelah pemasangan kawat ke rongga mulut,
kawat akan langsung menggeser gigi. Pemasangan yang
salah akan menggeser gigi ke posisi yang tidak benar
sehingga dapat memperparah susunan gigi;
3. tukang gigi tidak mempunyai alat-alat yang memadai,
pemasangan behel memerlukan alat-alat khusus, baik
sebelum

maupun

sesudah

pemasangan.

Sebelum

pemasangan harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu,


seperti ronsen untuk melihat struktut gigi. Belum tentu
tukang gigi memiliki alat tersebut. Jikalau tukang gigi
memiliki alat tersebut, tukang gigi tidak mengerti tentang
ilmu rongga mulut seperti halnya dokter gigi. Selain tidak
memiliki alat-alat khusus, sterilitas alat di tukang gigi juga
tidak terjamin.

3.3 Instansi yang Berwenang Mengatur Pekerjaan Tukang Gigi


Untuk melindungi konsumen dari tindakan tukang gigi yang tidak
bertanggung jawab, terdapat beberapa instansi yang berwenang mengatur
pekerjaan tukang gigi, yaitu:
1. Kementerian Perdagangan dan Pariwisata
2. Kementerian Kesehatan
3. Dinas Kesehatan

Selain melalui peraturan dari instansi-instansi pengatur, pencegahan


adanya korban akibat perbuatan tukang gigi yang tidak seharusnya dapat
dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:
37.

sosialisasi kesehatan kepada masyarakat mengenai pekerjaan

tukang gigi sesuai peraturan;


38.

penyuluhan pada masyarakat dan tukang gigi oleh dinas

kesehatan;
39.

menjamin layanan kesehatan masyarakat;

40.

melakukan pengawasan terhadap kerja tukang gigi, baik secara

langsung maupun yang ada di media sosial.

3.4 Menurut Pandangan Humaniora, Antropologi, Sosiologi, Filsafat


Ilmu, dan Kadeham
Dari hasil peninjauan terhadap masalah pemasangan behel oleh
tukang gigi, terdapat beberapa pandangan mengenai masalah tersebut,
yaitu:

Humaniora

: tukang gigi bukan tenaga ahli sehingga tidak

diperbolehkan memasang behel

Antropologi : pemasangan behel merupakan budaya yang


baru bagi Indonesia yang kemudian dimanfaatkan oleh tukang
gigi menjadi lahan

pekerjaan yang menguntungkan dan

dianggap tidak sulit untuk dilakukan. Pada kenyataannya,


pemasangan behel merupakan pekerjaan beresiko tinggi yang
tidak boleh dilakukan secara sembarangan dan hanya boleh
dilakukan oleh profesional di bidangnya. Namun kebiasaan
masyarakat yang lebih memilih tukang gigi karena berbagai hal
menjadi suatu tantangan untuk mencegah terjadinya hal yang
buruk. Seharusnya, tukang gigi bekerja sama dengan dokter
gigi

meningkatkan

kesehatan

dan

kebersihan

mulut

masyarakat.

Sosiologi

: diperlukan peningkatan layanan bagi masyarakat

dan dorongan dari masyarakat sendiri untuk menerapkan


kesehatan mulut dan gigi.

Filsafat ilmu :

tindakan

pemasangan

behel

seharusnya

dilakukan oleh ahli yang kompeten berdasarkan pengetahuan


yang telah teruji dan dapat diandalkan.

Kadeham

: pelayanan terbaik bagi masyarakat menurut hak

asasi manusia.

Pancasila
seluruh

: sesuai sila kelima, yaitu keadilan social bagi


rakyat

Indonesia,

kebabasan

masyarakat

harus

terpenuhi dengan tidak melupakan keadilan yang berlaku bagi


tukang gigi dan dokter gigi.

BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat kita ketahui bahwa dalam
membuka usaha tukang gigi harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Daerah. Usaha tukang gigi tersebut diatur
oleh beberapa peraturan undang-undang yang menyatakan jelas
mengenai perizinan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan.
Peraturan terbaru tentang tukang gigi adalah dalam Permenkes RI
Nomor 39 Tahun 2014. Seorang tukang gigi seharusnya

bertugas

untuk membuat gigi dan memasang gigi tiruan lepasan sebagian


dan/atau penuh yang terbuat dari bahan heat curing acrylic. Instansi
yang berwenang untuk mengatur pekerjaan tukang gigi dibutuhkan
agar dampak buruk yang dapat merugikan masyarakat pengguna jasa
tukang gigi dapat diminimalisir dan memberikan sosialisasi agar
masyarakat lebih menyadari dampak buruk pemasangan behel di
tukang gigi. Terlebih lagi, tukang gigi tidak mempunyai pengetahuan
klinis dan alat-alat yang digunakan belum tentu steril sehingga dapat
menyebabkan gigi goyang, radang gusi, perubahan struktur gigi,
hingga membuat bentuk wajah menjadi aneh. Maka dari itu,
seharusnya

pemerintah

lebih

memerhatikan

peraturan

tentang

tukang gigi dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan


tukang gigi itu sendiri. Sehingga tidak ada pihak yang merasa
dirugikan lagi.

Anda mungkin juga menyukai