Selama 50 tahun terakhir banyak metode menyikat gigi yang sudah diperkenalkan, dan
kebanyakan metode tersebut diperkenalkan sesuai dengan nama penemunya, seperti Bass,
Stillman, Charters, atau dinamakan sesuai dengan gerakan pada metode tersebut, seperti roll atau
scrub. Tidak ada satupun metode yang menunjukkan bahwa metode tersebut lebih baik dalam
pembersihan plak.
Terdapat banyak teknik menyikat gigi, beberapa diantaranya sangat rumit, tetapi ini yang
paling mudah dan paling praktis. Seseorang biasanya menyikat gigi sesuai dengan cara dan
teknik yang dianggap mudah untuk dilakukan selama plak gigi dan deposit lainnya dapat
dihilangkan, tanpa memperhatikan kekuatan penyikatan ataupun kerusakan pada jaringan keras
dan jaringan lunak.
Tidak ada satu cara menyikat gigi yang benar dan tepat yang diapakai oleh setiap pasien.
Cara paling baik adalah salah satu cara dari sejumlah metode yang paling sesuai untuk pasien
tertentu. Untuk mengetahui cara penyikatan gigi yang baik, beberapa hal dibawah ini perlu
diperhatikan sebagai pedoman yaitu Teknik penyikatan dan Gerakan sikat gigi.
Beberapa teknik menyikat gigi telah diperkenalkan. Greene (1966) membaginya kedalam 7
kelompok berdasarkan pada gerakan sikat, antara lain : Vertikal, Horizontal, Roll, Vibrator
(Charters, Stillman, Bass), Sirkular (Jones), Phisiologi (Smith), Frekuensi menyikat gigi.
1.
Teknik menyikat gigi dengan gerakan vertikal ini, dimulai pada rahang atas dimana
gerakan penyikatannya dari atas ke bawah dan pada rahang bawah dimana gerakan
penyikatannya dari bawah ke atas.
4. Metode Bass
Dengan sikat gigi lembut, tempatkan kepala sikat gigi sejajar oklusal plane dengan
"puncak" distal sikat gigi di molar terakhir. Tempatkan bulu sikat gigi di margin gingiva
membentuk sudut 45 terhadap sumbu memanjang bulusikat, dan dorong bulu sikat ke
dalam sulkus gingival dan kedalam embrasure interproksimal. Gerakan sikat gigi ke
depan ke belakang tanpa merubah puncak bulu sikat lakukan gerakan yang sama
sebanyak 20 kali. Gerakan ini akan membersihkan gigi bagian fasial 1/3 apikal mahkota,
demikian pula dengan batassulkus gingival dan permukaan proksimal sejauh jangkauan
bulu sikat. Angkat sikat gigi, gerakkan ke anterior dan ulangi proses tersebut di daerah
kaninus dan molar. Tempatkan sikat gigi sedemikian hingga tetap berada di bagian distal
kaninus. Gerakan ini akan membersihkan distal kaninus dan premolar, kemudian
angkat sisi gigi dan gerakkan sehingga puncaknya berada di bagian mesila kaninus.
Gerakan ini akan membersihkan mesial kaninus dan insisivus. Teruskan ke lengkung di
sebelahnya, bagian demi bagian dengan meliputi 3 gigisatu kali gerakan, sehingga
seluruh gigi rahang atas selesai disikat.
5. Metode Charter
KARIES GIGI
8
Anatomi Gigi
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
a) Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dikelilingi
(dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b) Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c) Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.
Permukaan-Permukaan Gigi
Nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi adalah :
a. Permukaan oklusal (permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-molar)
b. Permukaan mesial (permukaan paling dekat garis tengah tubuh)
c. Permukaan lingual (permukaan paling dekat lidah di rahang bawah, di rahang atas
disebut permukaan palatal)
d. Permukaan distal (permukaan paling jauh dari garis tengah)
e. Permukaan bukal (permukaan paling dekat bibir dan pipi)
f. Tepi insisal (gigi-gigi insisivus dan gigi-gigi kaninus mempunyai tepi potong sebagai
pengganti permukaan oklusal).
1. Karies pada email. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada ransangan
yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.
2. Karies pada dentin. Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.
Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang.
3. Karies pada pulpa. Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit.
Etiologi
Etiologi dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm
(lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang
tidak langsung mempengaruhi biofilm.
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab
terbentuknya karies. Ada empat faktor yang memegang peranan yaitu:
1. Faktor host atau tuan rumah.
Faktor host meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,
faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap
karies karena sisa sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan
fisur yang dalam. Permukaan enamel yang kasar menyebabkan plak mudah melekat dan
membantu perkembangan karies gigi.
2. Faktor agen atau mikroorganisme.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Sesaat setelah selesai menyikat gigi, akan tampak suatu lapisan tipis.
Lapisan ini dinamakan plak dan berisi berbagai macam bakteri. Makanan manis yang kita
konsumsi akan membuat semacam plak di sela sela gigi berubah menjadi asam sehingga
merusak gigi.
3. Faktor substrat atau diet.
Diet adalah penyebab utama karies gigi, khususnya gula. Faktor substrat atau diet dapat
mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Makanan yang mudah lengket dan
menempel di gigi seperti permen dan coklat memudahkan terjadinya karies.
11
4. Faktor waktu.
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang
dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies adalah :
a. Pengalaman karies. Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara
pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitifitas
parameter ini hampir mencapai 60%. Tingginya skor pengalaman karies dapat
memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya.
b. Penggunaan fluor. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal
merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh
karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor
dalam air minum dan makanan harus harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan
kebutuhan tambahan fluor karena pemberian fluor yang berlebihan dapat menyebabkan
fluorosis.
c. Oral hygiene. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak
secara mekanis dari permukaan gigi. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi
secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin dapat membantu mendeteksi masalah gigi yang
berpotensi menjadi karies.
d. Jumlah bakteri. Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas
berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar
manusia, yang paling banyak dari ibu.
e. Saliva. Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa sisa
makanan di dalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, aktivitas karies
akan meningkat secara signifikan.
f. Pola makan. Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari
pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali
seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka
12
beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam
sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.
g. Umur. Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevelensi karies
sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap
karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi
sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya.
Anak anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi
sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.
h. Jenis kelamin. Selama masa kanak kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMFT
yang lebih tinggi dari pria.
i. Sosial ekonomi. Orang orang dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesehatan yang
lebih buruk dari orang dari status sosial ekonomi tinggi. Secara khusus, anak-anak dari
kelompok ekonomi yang lebih rendah cenderung berada pada risiko karies yang parah.
Penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi mempengaruhi asupan makanan, maka
kemungkinan bahwa perbedaan dalam diet dan asupan gula khususnya, dapat menjadi
penentu dari variasi karies yang terlihat antara kelas-kelas sosial.
Mekanisme Terjadinya Karies
Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi.
Sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktutertentu berubah
menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis. Hal ini menyebabkan
demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari permukaan gigi
(pits, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.
Bagan proses terjadinya karies gigi.
13
gigi.
Kontrol secara periodic
Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan
penyakit gigi dan mulut secara dini.
Fluoridasi
14
Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai
bahan yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam. Menurut
YKGI (1999), penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan
lokal. Secara sistemik dapat dilakukan melalui air minum mengandung
kadar fluor yang cukup. Sehingga fluor dapat diserap oleh tubuh. Secara
lokal dapat dilakukan dengan diteteskan/dioleskan pada gigi, kumurkumur dengan larutan fluor dan diletakkan pada gigi dengan
menggunakan sendok cetak.
b. Berkumur
Kumur-kumur adalah hal yang penting untuk menjaga kebersihan mulut karena
bisa membersihkan bakteri tidak sehat. Kumur-kumur memang bukan kegiatan
yang dilakukan tiap hari dan menyenangkan untuk dilihat banyak orang. Tapi
bagaimanapun, biasanya melakukan ini di kamar mandi dan tidak akan dilihat
orang.
Cara berkumur :
Siapkan wadah atau gelas yang bersih. Siapkan gelas yang akan
selamanya menjadi gelas kumur Anda. Meskipun gelas atau wadahnya
tidak harus spesial dan khusus, berkumur menggunakan gelas terpisah
biasanya lebih aman daripada langsung dari botol karena bisa menghindari
benang gigi.
c. Menyikat gigi
Menyikat gigi adalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit
gigi dan mulut. Menurut Manson dan Elley (1993), menyikat gigi sebaiknya
dilakukan dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu
mulai dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.
Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menyikat gigi yang baik, antara
lain:
Sikat gigi
Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang mempunyai ciri-ciri, seperti:
bulu-bulu sikat lunak dan tumpul, sehingga tidak melukai jaringan lunak
dalam mulut. Ukuran sikat gigi diperkirakan dapat menjangkau seluruh
permukaan gigi atau disesuaikan dengan ukuran mulut. Dalam memilih
sikat gigi, yang harus diperhatikan adalah kondisi bulu sikat. Pilihlah bulu
turun.
Permukaan gigi yang menghadap ke pipi disikat dengan gerakan naik
maju mundur.
Permukaan gigi yang menghadap ke langit-langit atau lidah disikat dengan
Sikat gigi dibersihkan di bawah air mengalir air dan disimpan dengan
posisi kepala sikat gigi berada di atas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, A. Fermin, Takei, H. Henry, and Newman, G Michael, 2002, Clinical Periodontology,
Saunders Company, USA.
Hauwink et al., 1993. Ilmu kedokteran gigi pencegahan, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Itjinningsih, 1995, Anatomi Gigi, Buku Kedokteran, Jakarta.
Lindhe, Jan, 1993, Textbook of Clinal Periodontology, Munksgaard, Copenhagen.
Mount, J. Graham and Hume, W.R., 2005, Preservation and Restoration of Tooth Structure,
Knowledge Book and Software, Australia.
Pilot,T. 1993, Penyakit Periodontal, dalam Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Howink, B., dkk.,
Penerjemah : Sutatmi Suryo, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Terigan, R., 1995, Kesehatan Gigi dan mulut, EGC, Jakarta
19