Anda di halaman 1dari 11

PROMOSI KESEHATAN GIGI TENTANG MENYIKAT GIGI

DI SEKOLAH DASAR

Disusun oleh:

TRISNA SEPTIANI

15/382644/KG/10318

PROGRAM STUDI HYGIENE GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian paling penting dari kehidupan manusia.Selain kesehatan
secara umum, kesehatan gigi dan mulut juga perlu untuk diperhatikankarena kesehatan
gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara umum. Berdasarkan
Riskesdas (2013)prevalensi penduduk Indonesia yang bermasalah gigi dan mulut dalam
12 bulan terakhir cukup tinggi, yaitu 25,9% sehingga kesehatan gigi dan mulut sangat
perlu untuk diperhatikan termasuk pada masyarakatusia sekolah mengingat usia sekolah
merupakan usia yang rentan terjadi penyakit gigi dan mulut. Dumiyani (2012)
menyatakan bahwa jumlah penderita karies di Indonesia didominasi oleh anak kelompok
usia kurang dari 12 tahun sebesar 76,2% atau delapan dari sepuluh anak Indonesia
mengalami masalah gigi berlubang yang disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi yang
salah.Oleh karena itu, sangat penting dilakukan usaha untuk meningkatan kesehatan pada
anak siswa sekolah dasar karena siswa sekolah merupakan usia pembelajaran untuk
menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat, dan sebagai agen perubahan
untuk mempromosikan ke lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Untuk menghindari masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar, siswa
perlu untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang
baik dan benar agar anak mampu melakukan perawatan diri sendiri secara mandiri
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut melalui upaya promosi
kesehatan gigi dan mulut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?
1.2.2 Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
siswa sekolah dasar?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari promosi kesehatan.
1.3.2 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi
dan mulut siswa sekolah dasar.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan atau memandirikan
masyarakatagar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter,
1986). Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan, baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan
lingkungannya (Notoatmodjo, 2007).
Promosi kesehatan memiliki peranan dalam proses pemberdayaan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, dan bersama dengan masyarakat sesuai lingkungan sosial budaya
setempat agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

2.2 Sasaran Promosi Kesehatan


Terdapat 3 jenis sasaran dalam promosi kesehatan, yaitu sasaran primer, sasaran
sekunder, dan sasaran tersier.
2.2.1 Sasaran Primer
Sasaran primer atau sasaran utama dalam promosi kesehatan adalah sasaran yang
mempunyai masalah. Sasaran primer diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan
memperoleh manfaat paling besar dari perubahan perilaku yang dilakukan.
2.2.2 Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah individu atau kelompok yang
memiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran primer (misalnya pemuka masyarakat).
Sasaran sekunder diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada
sasaran primer.
2.2.3 Sasaran Tersier
Sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah para pengambil kebijakan,
penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, provinsi,
kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan).

2.3 Strategi Promosi Kesehatan


Strategi global promosi kesehatan menurut WHO (1984) dikenal dengan strategi ABG
(A, Advokasi Kesehatan; B, Bina Suasana; G, Gerakan Masyarakat/Pemberdayaan
Masyarakat).
2.3.1 Advokasi Kesehatan
Advokasi kesehatan merupakan upaya pendekatan yang dilakukan kepada
pimpinan atau pengambil keputusan agar dapat memberikan dukungan dan kemudahan
dalam upaya pembangunan kesehatan.
2.3.2 Bina Suasana
Bina suasana merupkan upaya untuk membuat suasana yang kondusif sehingga
masyarakat terdorong untuk melakukan perilaku hidup yang sehat.
2.3.3 Gerakan Masyarakat/Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani
(2004) adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
masyarakat dapat dicapai melalui sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara
bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke waktu.

2.4 Perilaku Menyikat Gigi yang Baik dan Benar


Menyikat gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan berbagai
kotoran yang melekat pada gigi dan gusi. Manfaat menyikat gigi adalah menghilangkan
kotoran dan sisa makanan sehingga dapat mencegah penyakit gigi dan mulut (Depkes RI,
1993). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi adalah bentuk sikat gigi
yang baik, frekuensi menyikat gigi, dan cara menyikat gigi yang baik dan benar.
2.4.1 Bentuk Sikat Gigi yang Baik
Departemen Kesehatan RI menganjurkan agar memakai sikat gigi manualyang
berbentuk lurus, pegangan sikat lurus segaris dengan kepala sikat serta sikatberbulu rata
atau datar sehingga mampu dikendalikan saat menyikat. Hal yang harus diperhatikan
dalam pemakaian sikat gigi adalah satu sikat gigi dipakai untuk satu orang, bukan
dipakai untuk bersamaan.
2.4.2 Frekuensi Menyikat Gigi
American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa pasienharus menyikat
gigi, secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelahsarapan dan malam
sebelum tidur.
2.4.3 Cara Menyikat Gigi yang Baik dan Benar
Menurut Depkes RI (1996), cara menggosok gigi adalah sebagai berikut:
a. Pada permukaan labial sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundur yang
pendek. Artinya sikat gigi digerak-gerakkan di tempat. Gosok terlebih dahulu gigi
yang terletak di belakang.
b. Sesudah itu, barulah sikat gigi dipindahkan ke tempat berikutnya, kemudian gosoklah
gigi depan.
c. Pada gigi permukaan dekat lidah, gosok dahulu gigi-gigi yang terletak di belakang,
kemudian dilanjutkan ke bagian depan.
d. Pada permukaan dataran pengunyahan dari gigi-gigi, rahang atas maupun rahang
bawah digosok dengan gerakan maju mundur. Cara ini merupakan cara yang
dianjurkan karena menyikat giginya dilakukan berulang-ulang pada satu tempat
dahulu sebelum pindah ke tempat yang lain.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Indonesia


Berdasarkan Riskesdas (2013), prevalensi penduduk Indonesiayang bermasalah gigi
dan mulut dalam 12 bulan terakhiradalah 25,9% dengan indeks DMF-T sebesar 4,6.
Berdasarkan Riskesdas (2013), persentase penduduk Indonesia umur ≥10 tahun yang
menyikat gigi setiap hari adalah 93,8% dan persentase yang berperilaku benar dalam
menyikat gigi adalah2,3%.
Berdasarkan Riskesdas (2013), persentase kelompok umur 10-14 tahun menyikat gigi
setiap hari adalah 95,7%; 96,3% menyikat gigi saat mandi pagi; 79,6% menyikat gigi saat
mandi sore; 3,2% menyikat gigi sesudah makan pagi; 4,3% meyikat gigi sesudah bangun
pagi; 22,4% menyikat gigi sebelum tidur malam; 4,3% menyikat gigi sesudah makan
siang; dan 78,1% menyikat gigi saat mandi pagi dan sore. Namun, kelompok umur 10-14
tahun memiliki persentase yang paling rendah apabila dibandingkan dengan kelompok
umur yang lain dari persentase kelompok penduduk yang berperilaku benar dalam
menyikat gigi yaitu sebesar 1,7% (Riskesdas, 2013). Oleh karena itu, promosi kesehatan
gigi tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar sangat diperlukan pada siswa sekolah
dasar.

3.2 Pendidikan Kesehatan Gigi sebagai Salah Satu Bidang Promosi Kesehatan
Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu
dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya.
Tujuan dari pendidikan kesehatan gigi adalah:
1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi
2. Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut
3. Menjabarkan akibat yang akan timbul dañ kelalalan menjaga kebersihan gigi dan
mulut
4. Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah
5. Menjalin kerjasama dengan masyarakat melalui RT, RW, Kelurahan dalarn
memberikan penyuluhan langsung kepada masyarakat, biladiperlukan dapat saja
dilakukan tanpa melalui puskesmas.
Pendidikan kesehatan gigi merupakan salah satu bidang dari promosi kesehatan,
sehingga melalui pendidikan kesehatan gigi, petugas kesehatan dapat memberikan
edukasi tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar kepada siswa sekolah dasar.
Pendidikan kesehatan tentang cara menyikat gigi diharapkan dapat mengubah perilaku
siswa sekolah dasar untuk menyikat gigi secara baik dan benar serta mampu
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-tingginya. Pendidikan
kesehatan tentang cara menyikat gigi yang diberikan kepada siswa sekolah dasar antara
lain informasi tentang sikat gigi yang benar, frekuensi menyikat gigi, dan cara menyikat
gigi yang baik dan benar.

3.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi tentang Cara Menyikat Gigi dalam Promosi
Kesehatan
3.3.1 Pendidikan Kesehatan Gigi tentang Cara Menyikat Gigi di SD Inpres Lapangan,
Sulawesi Utara
Tujuan : Mengetahui pengaruh penyuluhan cara menyikat gigi terhadap indeks
plak gigi siswa.
Metode : Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-Juni 2014 menggunakan
metode demonstrasi. Sebanyak 50 siswa kelas V SD diberikan penyuluhan
tentang cara menyikat gigi (meliputi metode menyikat gigi dengan metode
roll dan metode bass, pemilihan sikat gigi, dan frekuensi menyikat gigi).
Pengukuran indeks plak dilakukan sebelum diberikan penyuluhan
(pretest) dan pada hari ketiga setelah diberikan penyuluhan (posttest)
menggunakan larutan disclosing solution.
Hasil : Penyuluhan cara menyikat gigi dan pelatihan cara menyikat gigi yang
diberikan memiliki pengaruh dalam menurunkan indeks plak gigi. Indeks
plak gigi sebelum dilakukan penyuluhan ialah kategori sedang (52%),
sedangkan indeks plak gigi sesudah dilakukan penyuluhan ialah kategori
baik (64%). Data dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan nilai rerata indeks plak sebelum penyuluhan cara
menyikat gigi sebesar 1,53 dengan kategori sedang dan setelah diberikan
penyuluhan tentang cara menyikat gigi nilai rerata berkurang menjadi 0,43
dengan kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan indeks plak gigi sebelum penyuluhan di SD
Inpres Lapangan

Tabel 2. Hasil pemeriksaan indeks plak gigi sesudah penyuluhan di SD


Inpres Lapangan

Tabel 3. Perbandingan rerata indeks plak gigi sebelum penyuluhan dan


indeks plak gigi sesudah penyuluhan di SD Inpres Lapangan

3.3.2 Pendidikan Kesehatan Gigi tentang Cara Menyikat Gigi di SD N Mustokorejo,


Yogyakarta
Tujuan : Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menyikat gigi
terhadap praktik menggosok gigi pada anak usia sekolah dasar.
Metode : Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014 dengan sampel berjumlah
40 orang responden, 20 responden termasuk kelompok eksperimen dan 20
responden termasuk kelompok kontrol. Pengumpulan data diperoleh dari
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari mengobservasi
praktik menyikat gigi responden dengan instrument lembar observasi
berupa langkah-langkah menyikat gigi sebanyak 17 tindakan menyikat
gigi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Depok I
mengenai pemeriksaan kesehatan gigi responden.
Hasil : Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang
menyikat gigi terhadap praktik menyikat gigi pada anak usia sekolah dasar
di SD N Mustokorejo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara skor praktik menyikat gigi sebelum
(pretest) dengan setelah (posttest) praktik menyikat gigi kelompok
eksperimen responden tentang praktik menyikat gigi pada anak usia
sekolah dasar di SD N Mustokorejo dimana nilai median posttest (34,00)
lebih tinggi jika dibandingkan nilai median pretest (24,00).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan dalam bidang kesehatan, baik di dalam masyarakat ataupun
lingkungannya.
4.1.2 Promosi kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dapat dilakukan melalui pendidikan
kesehatan gigi tentang cara menyikat gigi meliputi mengetahui bentuk sikat gigi yang
baik, frekuensi menyikat gigi, dan cara menyikat gigi yang baik dan benar.
4.1.3 Pendidikan kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi yang
setinggi-tingginya.
4.1.4 Penyuluhan cara menyikat gigi dan pelatihan cara menyikat gigi yang diberikan
memiliki pengaruh dalam menurunkan indeks plak gigi.
4.1.5 Pendidikan kesehatan tentang menyikat gigi memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap praktik menyikat gigi pada anak usia sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS, Balitbang Kemenkes
RI, Jakarta.
Dewi; Prabowo; Suwarsi, 2015, Influence of Health Education of Brushing Teeth Against
Dental Practice on Elementary School Age in SDN Mustokorejo, Jurnal Keperawatan
Respati, Vol.II.
Herijulianti, Eliza; Indriana, Tati Svasti; Artini, Sri., 2001, Pendidikan Kesehatan Gigi,
Cetakan 1, pp. 6-7, EGC, Jakarta.
Maulana, Heri D.J., 2009, Promosi Kesehatan, Cetakan 1, pp. 11-24, EGC, Jakarta.
Pantow, Claudiette Brigita; Warouw, Sarah M; Gunawan, Paulina N., 2014, Pengaruh
Penyuluhan Cara Menyikat Gigi terhadap Indeks Plak Gigi pada Siswa SD Inpres
Lapangan, ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/download/6341/5859 diunduh
29/11/2016.

Anda mungkin juga menyukai