Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia. Kesehatan yang dimaksud adalah keadaan sehat baik secara fisik,

mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomi.1

Undang-Undang kesehatan No.36 tahun 2009 Pasal 47 menyatakan

bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh

dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan

promotif, preventif, kuratif dan rehablitatif yang dilaksanakan secara terpadu,

menyeluruh dan berkesinambungan.1

Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor seperti

penduduk, lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan kesehatan. Dalam

mengatasi masalah kesehatan, untuk menunjang upaya kesehatan agar menjadi

derajat kesehatan optimal. Salah satu upaya kesehatan dapat dilakukan dengan

memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.2

Kesehatan gigi dan mulut penting bagi kesehatan dan kesejahteraan

tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

1
2

fungsi bicara, pengunyahan dan rasa percaya diri. Masalah yang terjadi di

dalam rongga mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara umum.

Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan penyakit periodontal masih

banyak terjadi di Indonesia baik pada anak-anak maupun orang dewasa.3

Kesehatan gigi dan mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan bagian

integral dari kesehatan secara umum dan memerlukan penanganan segera

sebelum mempengaruhi kesehatan gigi seseorang. 4

Hasil survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun

2007 dan 2013 persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut

meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%, dimana 16 provinsi mempunyai

prevalensi diatas angka nasional. Penduduk Provinsi Sumatera Barat yang

mempunyai masalah gigi dan mulut pada tahun 2007 adalah sebanyak 21,6%

dan tahun 2013 sebanyak 22,2%.5,6

Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu usaha terencana dan terarah

untuk menciptakan suasana agar seseorang atau sekelompok masyarakat mau

mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi

menjadi lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya. Tujuan dari

pendidikan kesehatan gigi salah satunya adalah merubah kebiasaan seseorang

untuk hidup sehat dalam bidang kesehatan khusus yang berkaitan dengan

kesehatan gigi dan mulut dan merupakan suatu program untuk menanggulangi

masalah gigi dan mulut di Indonesia.7 Penyuluhan merupakan metode yang

sering digunakan di dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut. 8 Penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk

merubah perilaku seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sedemikian


3

rupa sehingga mempunyai kemampuan dan kebiasaan berperilaku hidup sehat

dibidang kesehatan gigi dan mulut.7

Pemakaian alat peraga digunakan untuk memperjelas suatu pelajaran

dalam penyampaian pesan pada sasaran. Alat peraga membantu kegiatan

penyuluhan sehingga dengan mudah dapat dimengerti dan diingat lebih lama

dalam pikiran seseorang. Alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa

pengetahuan yang pada setiap siswa dapat ditangkap dan diterima oleh panca

indera. Alat peraga seperti video dapat digunakan sebagai sarana untuk

menyampaikan pesan penyuluhan sehingga mudah dimengerti anak.8

Menyikat gigi merupakan cara yang umum yang dianjurkan untuk

membersihkan seluruh deposit lunak yang melekat pada gigi. Dalam menyikat

gigi, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu teknik menyikat gigi harus

sederhana, efesien, dan dapat membersihkan semua permukaan gigi dan gusi.

Menyikat gigi digolongkan menjadi beberapa teknik sesuai dengan gerakan

yang dilakukan, yaitu vertikal, horizontal, roll, vibratory, sirkuler, fisiologik

dan kombinasi. Gerakan menyikat gigi tidak boleh menyebabkan kerusakan

pada jaringan gusi ataupun abrasi gigi.3 Selain itu menyikat gigi juga harus

memperhatikan frekuensi dan lamanya menyikat gigi yang dianjurkan, yaitu

dilakukan sebaiknya 2 kali sehari pada pagi setelah makan dan malam

sebelum tidur serta lamanya penyikatan 3-5 menit.3,17

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 tentang penyakit gigi

dan mulut menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia yang menyikat

gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore yaitu 76,6%, sedangkan

menyikat gigi dengan benar yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur
4

malam ditemukan hanya 2,3%. Prevalensi menyikat gigi malam sebelum tidur

pada anak–anak di Indonesia sebesar 22,4%. Hasil Riskesdas 2007 penduduk

usia 10 tahun ke atas yang menyikat gigi setiap hari sangat tinggi di Provinsi

Sumatera Barat yaitu diatas 90%, namun penduduk yang menyikat gigi setiap

hari dengan waktu yang benar sangat rendah yaitu 2,7%. Penduduk usia 10

tahun ke atas yang menyikat gigi pada saat mandi pagi dan sore di Provinsi

Sumatera Barat yaitu 85,9%, yang tertinggi di Kabupaten Sawah Lunto

Sijunjung yaitu 96,4% dan yang terendah di Kota Bukittinggi yaitu 58,2%.

Sedangkan penduduk yang menyikat gigi sesudah makan pagi adalah 5,0%,

yang tertinggi di Kota Sawah Lunto yaitu 12,4% dan yang terendah di

Kabupaten Kota Pariaman dan penduduk yang menyikat gigi sesudah bangun

pagi dan sebelum tidur sebanyak 37,5%, Kabupaten/ Kota tertinggi adalah

Kota Bukittinggi yaitu 63,1% sedangkan yang terendah di Pesisir Selatan dan

Pasaman Barat yaitu 7,4% dan 7,5%.5,6

Penelitian pada siswa-siswi SD Bodhicitta Medan menunjukkan

bahwa terjadi perubahan skor pengetahuan siswa sebelum dan sesudah

diberikan penyuluhan dengan media pemutaran video. Skor didapatkan

melalui hasil pengukuran dengan memberikan kuesioner. Hasil penelitian

menunjukkan ada peningkatan skor pengetahuan pada penyuluhan dengan

media pemutaran video.9

Sekolah Dasar Negeri 15 Pulai Anak Air merupakan salah satu SD

yang terdapat di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. Jarak

dari puskesmas ± 1,5 KM dari sekolah. Sekolah ini terletak agak jauh dari

Jalan Raya Bypass Ipuah Mandiangin. Sekolah ini mempunyai program UKS
5

yang dibina oleh para guru. Sedangkan untuk program UKGS belum

terlaksana secara khusus. Sebelumnya sekolah ini pernah mendapatkan

pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut dari tenaga kesehatan

puskesmas. Penyuluhan yang diberikan seperti lubang gigi, karang gigi dan

cara menyikat gigi yang disampaikan menggunakan media poster dan model.

Penyuluhan diberikan dengan metode ceramah dan sebelum melakukan sikat

gigi masal, petugas kesehatan melakukan peragaan cara menyikat gigi dengan

sikat gigi. Selain sikat gigi masal, tenaga kesehatan dari puskesmas juga

melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum seperti pemeriksaan berat

badan, tinggi badan dan mata.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SDN 15 Pulai

Anak Air tersebut, dari 7 orang siswa yang diwawancarai, seluruh siswa

menjawab menyikat gigi pagi saat mandi pagi dan malam sebelum tidur. Dari

7 orang siswa tersebut, 6 orang diantaranya hanya mengetahui cara menyikat

gigi dengan gerakan maju mundur. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik

untuk mengambil judul gambaran pengetahuan tentang menyikat gigi sebelum

dan sesudah penyuluhan dengan media video pada murid kelas V SDN 15

Pulai Anak Air Kota Bukittinggi tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dibuat rumusan masalah yaitu

“Bagaimana gambaran pengetahuan tentang menyikat gigi sebelum dan sesudah

penyuluhan dengan media video pada murid kelas V SDN 15 Pulai Anak Air Kota

Bukittinggi tahun 2016?”.


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang menyikat gigi

sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media video pada murid kelas V

SDN 15 Pulai Anak Air Kota Bukittinggi tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan tentang menyikat gigi sebelum diberikan

penyuluhan dengan media video pada murid SDN 15 Pulai Anak Air

Bukittinggi tahun 2016.

b. Untuk mengetahui pengetahuan tentang menyikat gigi sesudah diberikan

penyuluhan dengan media video pada murid SDN 15 Pulai Anak Air

Bukittinggi tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan upaya untuk

meningkatkan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut.

2. Bagi Sasaran Penelitian

Untuk menambah pengetahuan tentang kesehatan gigi, terutama

tentang menyikat gigi.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Untuk meningkatkan kemampuan, keahlian dan referensi

pengetahuan dibidang kesehatan gigi dan mulut dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.


7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang gambaran

pengetahuan tentang menyikat gigi sebelum dan sesudah penyuluhan dengan

media video pada murid kelas V SDN 15 Pulai Anak Air Kota Bukittinggi

tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai