Disusun Oleh :
i
LEMBAR PENGUJIAN
Penguji 1 Penguji 2
Penguji 3
NIP. 196206261982111001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Dosen Pembimbing
NIP. 196206261982111001
Mengetahui
NIP.195610051987122001
iii
PENATALAKSANAAN TINDAKAN PENCABUTAN
SISA AKAR GIGI SULUNG PADA PASIEN ANAK A.N. N
DENGAN KASUS PERSISTENSI DISERTAI
ULKUS DEKUBITUS DI
PUSKESMAS KARANG SETRA BANDUNG
TAHUN 2015
ABSTRAK
Masalah kesehatan gigi masuk dalam 20 besar penyakit yang dihadapi warga
Bandung. Masalah kesehatan gigi anak di kota Bandung terungkap dari data
penjaringan kesehatan pada 2013. Data tersebut menunjukkan 55 persen warga
mengalami masalah gigi. Data ini juga mengindikasikan lebih dari 20 persen
pengunjung puskesmas, atau lebih dari 1,5 juta anak menderita masalah kesehatan
gigi. Masalah gigi yang dialami anak a.n. N yaitu persistensi sisa akar gigi sulung
disertai ulkus dekubitus. Ulkus Dekubitus merupakan salah satu contoh trauma
fisik yaitu iritasi pada jaringan lunak rongga mulut disebabkan karena iritasi
kronis gigi. Gigi malposisi, gigi supraposisi yang tidak mempunyai antagonis,
sisa akar gigi yang tajam, dan perforasi radiks sulung juga dapat menyebabkan
Ulkus Dekubitus. Masalah yang dialami a.n. N ditangani oleh petugas kesehatan
yang ada di BP. Gigi Puskesmas Karang Setra Bandung. Laporan kasus ini
bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan tindakan pencabutan sisa akar gigi
sulung pada pasien a.n. N dengan kasus persistensi disertai ulkus dekubitus di
puskesmas karang setra Bandung tahun 2015. Puskesmas Karang Setra
mempunyai Prosedur Kerja dan Instruksi Kerja untuk melakukan tindakan
pencabutan gigi. Berdasarkan analisis dari hasil observasi di dapat kesimpulan
bahwa tindakan pencabutan gigi pada pasien a.n. N berjalan dengan lancar tetapi
tidak dikerjakan sesuai prosedur kerja yang ada. Beberapa tahap dalam prosedur
kerja yang tidak dilakukan oleh petugas yaitu petugas tidak menunggu sampai
obat anastesi bereaksi dan tidak mengkompresi soket. Akibat dari tindakan
pencabutan terdapat luka terbuka pada pasien a.n. N, luka tersebut dan luka ulkus
pulih setelah lima hari.
Kata Kunci : Penatalaksanaan tindakan pencabutan sisa akar gigi sulung, Ulkus
Dekubitus.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas anugrah dan
dengan Judul “Penatalaksanaan Tindakan Pencabutan Sisa Akar Gigi Sulung Pada
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pengalaman penulis. Akan tetapi berkat bimbingan, petunjuk dan dorongan dari
ilmiah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini secara khusus penulis ingin
serta berkat izin dan ridho-Nya Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai.
v
4. drg. Tati Svasti Sri Indrani, selaku wali tingkat yang selalu memberikan
support.
6. Bapak Isa Insanuddin, S.Si.T. M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
7. drg. Dewi Sodja Laela, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan
8. Ibu Hera Nurnaningsih, S.Si.T. M.Kes selaku dosen penguji yang telah
9. Seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha yang telah memberikan ilmu
10. Bapak Agus Suryana, S. Sos. Selaku petugas perpustakaan yang telah
Ilmiah ini,
penelitian.
12. Kepada Kepala Puskesmas, dokter gigi dan perawat gigi Puskesmas Karang
Setra Bandung yan telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
vi
13. Kepada Ibu, Dede Ardhia Perwira Putra, Ade Muhammad Satria yang
14. Kepada ayah di surga yang menjadi motivasi dan penyemangat hidup.
semangat.
16. Seluruh rekan-rekan mahasiswa JKG angkatan 2012 yang saling membantu
17. Semua pihak yang telah memberikan gagasan dan dukungan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang belum tersampaikan. Tiada hal
yang lebih baik selain kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat
Bandung,………….2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGUJIAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ......................................................................................................... 3
B. Persistensi ................................................................................................... 4
1. Definisi .................................................................................................... 4
2. Akibat Persistensi.................................................................................... 5
C. Ulkus Dekubitus.......................................................................................... 5
1. Definisi .................................................................................................... 5
2. Perawatan ................................................................................................ 5
1. Indikasi .................................................................................................... 7
2. Kontra Indikasi........................................................................................ 8
viii
F. Proses Penyembuhan Luka Bekas Pencabutan ........................................... 9
G. Anastesi ..................................................................................................... 12
H. Anastesi Lokal........................................................................................... 12
A. Data Pasien................................................................................................ 21
D. Pemeriksaan Awal..................................................................................... 22
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 34
B. Saran ......................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengindikasikan 460 kerusakan gigi pada 100 orang. Sedangkan Jawa Barat
memiliki angka DMF-T 4,1 artinya rata-rata pada setiap orang terdapat 4
atau 5 gigi yang mengalami kelainan berupa gigi berlubang, gigi yang sudah
kesehatan gigi di kota Bandung, karena masih banyak anak di kota Bandung
gigi anak di Kota Bandung terungkap dari data penjaringan kesehatan pada
atau lebih dari 1,5 juta anak menderita masalah kesehatan gigi (Widiyani,
2014).
Gigi pada anak atau gigi yang pertama kali tumbuh dinamakan gigi
sulung. Gigi sulung berfungsi sebagai alat pengunyah, alat bicara dan untuk
memperindah wajah. Selain itu, gigi susu juga berfungsi sebagai penunjuk
1
2
disebut Persistensi. Gigi sulung tampak masih ada ketika gigi tetap
Persistensi tak jarang ada yang hanya tinggal sisa akar gigi sulungnya saja
yang masih berada di gusi. Pada kasus persistensi gigi sulung anterior atas,
ulkus decubitus (ulkus traumatik) beragam, meliputi gigi yang patah atau
benda asing yang tajam, mukosa yang tergigit, dan iritasi dentis. Lokasi
Ulkus Dekubitus dapat dimana saja dalam mulut namun paling sering
ditemukan pada mukosa buccal, bibir, fossa labioalveolar, buccal veolar dan
pencabutan sisa akar gigi sulung dengan kasus persistensi disertai Ulkus
Dekubitus.
B. Rumusan Masalah
sulung pada pasien a.n. N dengan kasus persistensi disertai Ulkus Dekubitus
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
atau tidak.
D. Manfaat Penelitian
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi acuan pada saat melakukan
tidakan pencabutan sisa akar gigi sulung pada kasus persistensi disertai
Ulkus Dekubitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gigi sulung
Gigi yang pertama kali tumbuh dinamakan gigi sulung. Gigi sulung
wajah. Selain itu, gigi susu juga berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi gigi
Secara garis besar, gigi itu ada dua macam yaitu gigi susu dan gigi
tetap. Gigi susu merupakan gigi yang tumbuh pada usia 6-30 bulan dan akan
tanggal pada usia 6-12 tahun dan digantikan oleh gigi tetap. Gigi susu terdiri
dari 8 gigi seri, 4 gigi taring dan 8 gigi geraham (molar) sehingga totalnya
B. Persistensi
1. Definisi
Persistensi gigi susu adalah suatu keadaan dimana gigi susu masih
gigi susu juga tidak goyang. Hal ini bisa kita temukan pada gigi mana
saja, tetapi sering kali orang tua menemukan gigi depan rahang bawah
tidak dicabut akan bertumpuk kotoran dan tidak akan terbersihkan pada
4
5
2. Akibat Persistensi
sehingga gigi tetap dapat erupsi ke sebelah lingual, labial, bukal, dan
tidak erupsi sama sekali. Gangguan erupsi gigi tetap akibat persistensi
anterior atas tetap berada disebelah lingual dari gigi anterior bawah,
gigi impaksi yaitu gigi tetap yang terpendam karena jalan erupsinya
terhalang gigi yang persistensi dan juga dapat terjadi gigi-gigi yang
C. Ulkus Dekubitus
1. Definisi
satu contoh trauma fisik yaitu iritasi pada jaringan lunak rongga mulut
yang tidak mempunyai antagonis, sisa akar gigi yang tajam, dan
2. Perawatan
dan lokasinya. Terapi Ulkus yang disebabkan oleh trauma secara umum
6
trauma mekanik atau trauma suhu, biasanya akan sembuh sendiri dalam
10-14 hari.
dkk, 2010).
tidak memerlukan tenaga besar, tetapi harus diingat bahwa di bawah gigi
sulung terdapat gigi permanen yang mahkotanya sangat dekat dengan gigi
yaitu premolar dua terjepit diantara akar gigi sulung molar dua tersebut.
Sehingga waktu pencabutan gigi molar dua sulung, premolar dua dapat
terganggu atau ikut terangkat, sehingga pada akar yang resorbsinya tidak
(Wirana, 2013).
7
Pencabutan gigi sulung pada dasarnya memiliki prosedur yang tidak jauh
berbeda dengan pencabutan gigi tetap pada orang dewasa (Wirana, 2013).
1. Indikasi
2) Dapat mengiritasi
2. Kontra Indikasi
darah.
penyinaran.
Menurut malaki tahun 2004, Proses perbaikan jaringan setelah terjadi luka
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-
lima, dan terdiri atas fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler,
Pada fase ini terjadi aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit
membantu mencerna bakteri dan debris pada luka. Beberapa jam setelah
24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear atau
makrofag yang merupakan sel paling dominan pada fase ini selama
lima hari dengan jumlah paling tinggi pada hari ke-dua sampai hari ke-
tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk oleh jalinan fibrin yang sangat
2. Fase proliferasi
Fase ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah
untuk migrasi dan proliferasi sel. Fibroblas berasal dari sel mesenkim
darah baru dan dimulainya pertumbuhan saraf pada ujung luka. Pada
saat ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi dari tepi luka untuk
pertahanan alami terhadap kontaminan dan infeksi dari luar. Epitel tepi
luka yang terdiri atas sel basal, terlepas dari dasarnya dan berpindah
mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang
terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru terhenti ketika sel epitel
Pada fase ini terjadi perubahan bentuk, kepadatan, dan kekuatan luka.
Selama proses ini, dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas,
darah pada soket alveolar. Selama 24-48 jam setelah pencabutan terjadi
fibrin.
penyembuhan soket.
G. Anastesi
H. Anastesi Lokal
cemas dan menunjukkan sikap positif dari dokter gigi. Anastesi lokal dapat
dapat dipelajari dengan mudah dan peralatan yang diperluka tidak terlalu
ini juga tidak menganggu saluran pernapasan dan anastesi dapat dilakukan
oleh dokter gigi biasa. Keuntungan lain dari anastesi lokal adalah
memungkinkan diperolehnya kerja sama yang baik antatra pasien dan dokter
daya pertahanan alami dan jarang dapat menimbulka efek anastesi (Howe,
1992)
digunakan untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup tepat. Bahan
14
dalam basis air yang dikeluarkan dalm jumlah kecil dari kontainer
2. Anastesi Infiltrasi
1992).
Peralatan anastesi lokal yang paling sering digunakan pada praktek gigi
secara tepat dan dalam dosis yang tepat, substansi ini akan
Tergantung pada :
Terbitan : 01
Revisi Ke :00
Hal :1-2
1. Tujuan
2. Ruang Lingkup
Pasien di BP Gigi
3. Definisi
4. Kriteria Pencapaian
5. Prosedur
dilakukan
indikasi
ataupun tangan
gigi)
11) Bila tidak bisa ditangani kembali ke BP. Gigi atau ke institusi
kesehatan lainnya
03/BPG/SOP/PPKGM/2007
(2006)
7. Unit Terkait
a. Pendaftaran
b. BP. Gigi
c. Apotek
1. Kebijakan
2. Tujuan
(2000:32)
04/BPG/SOP/PPKGM/2007
4. Ruang Lingkup
5. Penanggung Jawab
Dokter Gigi
6. Definisi
7. Kriteria Pencapaian
Alat : alat diagnostik dasar, alat suntik, alat cabut gigi anak.
lokal/topikal, kertas.
9. Langkah-langkah
a. Diagnosa
e. Pencabutan gigi
f. Kompresi soket
g. Pemberian tampon
j. Pendokumentasian
BAB III
TAHUN 2015
A. Data Pasien
Nama : a.n. N
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
B. Uraian Kasus
dimana gigi susu masih berada di mulut belum lepas, tetapi gigi tetap yang
akan menggantikannya sudah tumbuh (Usri, 2012). Akar gigi sulung yang
persistensi tersebut menyebabkan luka karena trauma dari akar gigi sulung
yang tajam.
C. Kronologis Kasus
unit kesehatan gigi sekolah SD. Harapan dengan keluhan utama keluhan
21
22
gigi depan atas kanan terasa tajam jika terkena mukosa bibir sejak 1 tahun
yang lalu sebelum pasien datang ke UKGS dan pasien mendapat surat
pencabutan.
D. Pemeriksaan Awal
tidak pernah mengalami penyakit serius oleh pihak medis, tidak pernah
makanan, cuaca.
gigi secara rutin, dan menyatakan bahwwa dalam menyikat gigi masih
belum melakukan dengan cara yang benar, tepat dan cermat, menyikat
gigi dua kali sehari yakni pada saat mandi pagi dan mandi sore atau
23
3. Pemeriksaan Objektif
1) Palpasi
index OHI-S dengan menggunakan alat kaca mulut dan sonde yang
Debris index
1 0 1 = Kriteria
1 0 2 Sedang
0,83
Kalkulus index
0 0 0
0 0 0
D e f
12 0 0
D M F
12 0 0
25
KME = Gigi 16
KMD = Gigi 26
KMA = Gigi 55, 54, 53, 52, 51, 64, 65, 75, 74, 73,
83,84
Tumpatan = Gigi 36
E. Penatalaksanaan Kasus
1. Hari Pertama
kanan yang terasa tajam jika terkena mukosa bibir sejak satu tahun
2. Hari Kedua
3. Hari Ketiga
4. Hari Keempat
5. Hari Kelima
b. Luka pada pasien telihat lebih menutup dan warna gusinya tidak
terlalu merah.
6. Hari Keenam
PEMBAHASAN
tindakan pencabutan sisa akar gigi sulung pada pasien a.n. N dengan kasus
Standar Prosedur Kerja atau tidak dan mengetahui analisa kasus dari
kesehatan khususnya perawat gigi, dokter gigi, dan peneliti pada saat
melakukan tidakan pencabutan sisa akar gigi sulung pada kasus persistensi
Pasien anak a.n. N memiliki kasus sisa akar gigi sulung kanan atas
yang belum tanggal dan tidak goyang sedangkan gigi tetap penggantinya
28
29
Persistensi gigi susu adalah suatu keadaan dimana gigi susu masih berada di
mulut belum lepas, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya sudah
tumbuh. Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu juga tidak goyang.
Hal ini bisa kita temukan pada gigi mana saja, tetapi sering kali orang tua
tersebut harus segera dicabut, apabila tidak dicabut akan bertumpuk kotoran
dan tidak akan terbersihkan pada saat sikat gigi (Usri, 2012).
Selain persistesi, terdapat luka ulkus akibat dari sisa akar gigi yang
salah satu contoh trauma fisik yaitu iritasi pada jaringan lunak rongga mulut
disebabkan karena iritasi kronis gigi. Gigi malposisi, gigi supraposisi yang
tidak mempunyai antagonis, sisa akar gigi yang tajam, dan perforasi radiks
beberapa tahapan yang kurang sesuai dengan Prosedur kerja yang ada di
puskesmas.
30
proses tanya jawab yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien untuk
pemeriksaan klinis gigi dengan menggunakan alat dasar yaitu kaca mulut,
dan pinset. Tahapan ini juga dilakukan sesuai tahapan prosedur kerja yang
ada di puskesmas.
keadaan gigi pasien. Petugas menjelaskan kepada pasien An. N bahwa gigi
yang menjadi keluhan sudah tinggal sisa akar dan harus dicabut walaupun
belum terasa goyang karena gigi penggantinya sudah tumbuh. Dalam hal ini
sesuai dengan teori persistensi yaitu Persistensi gigi susu adalah suatu
keadaan dimana gigi susu masih berada di mulut belum lepas, tetapi gigi
terkadang gigi susu juga tidak goyang. Hal ini bisa kita temukan pada gigi
mana saja, tetapi sering kali orang tua menemukan gigi depan rahang bawah
yang terlihat bertumpukdan gigi tersebut harus segera dicabut, apabila tidak
31
dicabut akan bertumpuk kotoran dan tidak akan terbersihkan pada saat sikat
gigi tersebut masih kokoh atau belum goyang. Tahapan ini dilakukan sesuai
lokal/ topikal bila tidak ada kontra indikasi. Pasien dilakukan anastesi
Tahapan ini juga dilakukan sesuai tahapan pada prosedur kerja puskesmas.
menunngu sampai obat anastesi bereaksi. Dalam tahapan ini petugas tidak
pencabutan. Tahapan ini tidak sesuai dengan prosedur kerja yang ada di
anterior rahang atas gigi sulung. Tahapan ini dilakukan sesuai dengan
kompresi soket.
obat/resep bila diperlukan. Pada tahap ini pasien tidak diberikan resep obat.
6. Luka bekas pencabutan gigi tidak boleh dimainkan oleh lidah ataupun
tangan.
daerah pencabutan. Bila tidak bisa ditangani kembali ke BP. Gigi atau
Tindakan pencabutan sisa akar gigi sulung pada pasien anak a.n. N
berjalan dengan lancar tetapi ada beberapa tindakan yang ada pada prosedur
pencabutan sisa akar gigi sulung dengan kasus persistensi disertai ulkus
dekubitus pada pasien anak a.n. N dilakukan selama lima hari dari tanggal
malaki tahun 2004 setelah pencabutan gigi. Menurut malaki tahun 2004,
Pada proses penyembuhan luka, soket telah terisi jaringan granulasi, epitel
minggu berikutnya.
BAB V
A. Kesimpulan
akar gigi sulung kanan atas yang persistensi dan ulkus dekubitus pada
pasien An. N yang menjadi keluhan utama sejak satu tahun yang lalu
Karang Setra Bandung oleh petugas berjalan dengan lancar tetapi tidak
akar gigi sulung pada pasien An. N, ada beberapa tahap dalam prosedur
soket.
B. Saran
1. Bagi orang tua yang mempunyai anak di masa pra sekolah dan masa
34
35
yang ada.
36
DAFTAR PUSTAKA
Suryawati, 2010. 100 Perawatan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta : PT.
Dian Rakyat
Usri.K, dkk. 2012. Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Edisi 2.
Bandung : Percetakan sono offset
Maria, dkk. 2010. Seorang Wanita Dengan Ulkus Dekubitua Et Causa Trauma
Oklusi 3.7. Semarang : PT. Dian Rakyat
Nita. 2013. Macam Jumlah Waktu Tumbuh dan Tanggal Gigi. http://nynita.com
diakses pada tanggal 13 Februari 2015.
Laela, Dewi Sodja. 2007. ‘’Teknik Penulisan Usulan Penelitian dan Karya Tulis
Ilmiah’’. Diktat. Bandung : Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Bandung
37